Antariksa
Pendahuluan
Kayutangan yang sekarang adalah Jalan Basuki Rahmat, merupakan salah satu
kawasan bersejarah di Kota Malang, kawasan ini pada masa colonial merupakan kawasan
pusat perdagangan di Kota Malang selain kawasan Pecinan.Kawasan ini menyimpan banyak
sejarah, hal ini dapat dilihat dari tampilan visual bangunan-bangunan yang ada di kawasan
tersebut.Kawasan Kayutangan, adalah koridor Jalan Basuki Rahmat yang memiliki fungsi
utama sebagai kawasan perdagangan dan jasa. Koridor ini pada awalnya terdiri atas bangunan-
bangunan kolonial kuno bersejarah yang berderet sepanjang Jalan Basuki Rahmat. Selain itu,
ada pula kawasan perkampungan di gang-gang Kayutangan yang memiliki fungsi sebagai
kawasan permukiman. Kawasan perkampungan ini masih memiliki bangunan-bangunan rumah
tinggal dengan gaya arsitektur kolonial Belanda yang masih bertahan.
Tuntutan ekonomi dan kurangnya perangkat hukum menyebabkan bangunan-bangunan
kuno bersejarah yang ada berganti dengan bangunan-bangunan baru bergaya arsitektur
modern.Terdapat perubahandan pembongkaran bangunan-bangunan kuno bersejarah yang
ada di Kawasan Kayutangan meskipun telah diatur dalam Kebijakan Pemerintah Daerah
Tingkat II Kotamadya Malang Nomor SK/104/U/II’80 yang kemudian diperkuat menjadi Perda
No. 5 Tahun 1987 dan kemudian dilakukan perubahan menjadi Perda No. 10 tahun 1989 yang
isinya mengatur tentang larangan merubah atau membongkar bangunan yang memiliki nilai
sejarah termasuk Kawasan Kayutangan, sehingga menghilangkan cirri atauk arakter visual
lama Kayutangan yang menganutaliran NieuweBouwen (Handinoto 1996:23). Bangunan-
bangunan permukiman kuno bercorak kolonial yang berada di kawasan perkampungan
kondisinya tidak terawat, selain itu bangunan tersebut mengalami perubahan façade dari
bangunan kolonial menjadi bangunan modern, serta mengalami penghancuran sehingga tidak
Nampak lagi nilai-nilai sejarah dan arsitekturnya.
Berkuasanya Belanda di Kota Malang ternyata secara langsung maupun tidak langsung
akan mempengaruhi bentuk tata kota, permukiman dan arsitektur yang ada. Arsitektur
merupakan produk yang dapat mewakili keberadaan suatu budaya masyarakat dari sutu kurun
waktu tertentu.
Gambar 1.Kantor Pos lama ± 1920 di Jl. Gambar 2. Plasa Telkom di Jl. Jendral
Kajoetangan. Basuki Rahmad. Sumber: Hersanti
Sumber: www.djawatempodoloe.multiply.com (2007)
Gambar 2. Tampilan bangunan Kantor PLN Kota Malang(kiri) (Fauziah 2012), dan
tampilan gedung Algemen Nederland Indische Electiciteit Maatscappij ANIEM NV. (1948)
(kanan) (Utomo 2006).
Gambar 3. Badan Jalan Kayoetanganstraat yang dilengkapi dengan jalur trem dan tanpa median
pembagi arus kendaraan (Sumber: Handinoto 1996).
Gambar 5. Gereja Hati Kudus di Jl. Gambar 6. Gereja Hati Kudus di Jl.
Kajoetangan tahun 1935. Jendral Basuki Rahmad tahun 2007.
Sumber: www.desainrumah.com Sumber: Hersanti(2007).
Penutup
Kota Malang sudah ada sejak tahun 1400-an, tapi baru berkembang dengan pesat
sebagai kota Modern pada tahun 1914, yaitu setelah ditetapkannya Malang sebagai Kotamadya
“Gemente”. Mengapa kota yang sangat strategis dan sangat indah ini baru berkembang setelah
tahun 1914? Hal tersebut karena investasi besar besaran dalam bidang struktur dan komunikasi
(UU Agraria dan UU Gula) baru dilakukan oleh Pemerintah Belanda dan swasta setelah tahun
1870.
Pada era kolonial daerah Kayutangan merupakan salah satu daerah pertokoan dan
perdagangan orang Belanda. Daerah ini merupakan daerah perdagangan yang ramai
dikunjungi masyarakat Malang memiliki potensi yang cukup besar di dalam sejarah
perkembangan Kota Malang. Keberadaannya sebagai bagian struktur kota telah dimulai sejak
zaman pemerintahan Belanda. Berkuasanya Belanda di Kota Malang ternyata secara langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi bentuk tata kota, permukiman dan arsitektur yang ada.
Arsitektur merupakan produk yang dapat mewakili keberadaan suatu budaya masyarakat dari
suatu kurun waktu tertentu.
Pada saat ini telah terjadi banyak perubahan fisik arsitektural pada bangunan-bangunan
di Koridor Kayutangan, perubahan fisik ini menciptakan suasana visual bangunan menjadi
munurun. Karena arsitektur merupakan wujud aktivitas ‘desain’ dari bangunan lama (tua) yang
sejakan dengan peradaban manusia pada waktu itu. Saat ini di Koridor Kayutangan tidak sedikit
bangunan bersejarah diabaikan, dibongkar tanpa melihat nilai-nilai sejarah arsitekturnya. Ini
terjadi karena perubahan fungsi ruang dalam bagian sebuah kota, sehingga dipandang baik
oleh pemerintah maupun warga kota, yaitu dari segi ekonomi dengan mengabaikan bangunan-
bangunan lama yang terdapat sekitarnya. Tidak tingginya apresiasi masyarakat terhadap
bangunan bersejarah sehingga banyak bangunan lama yang mempunyai nilai sejarah dan seni
tinggi tidak dirawat bahkan dirombak dan dihancurkan.Bangunan bersejarah merupakan
komoditi yang sangat bernilai dan tidak dapat diperbarui sehingga pemiliknya baik pemerintah,
institusi maupun individu mempunyai kewajiban memelihara.
Sumber Pustaka
Handonoto &S oehargo, P.H. 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di
Malang. Surabaya: LPPM Universitas Kristen PETRA.
Hersanti, N.J. 2008. Tipologi Rancangan Pintu dan Jendela Rumah Tinggal Kolonial Belanda di
Kayutangan Malang. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya.
Karisztia, D.A., 2008. Tipologi Façade Rumah Tinggal Kolonial Belanda di Kayutangan-Malang.
Skripsi. Tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya.
Sumalyo, Y. 1993. Arsitektur Kolonial Belanda di Indonesia. Yogkakarta: Gadjah mada
University Press.
Utomo, D.M. 2007. Tingkat Pelayanan Jalur Pedestrian di Koridor Kayutangan Malang.
Skripsi.Tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya.
Wdyawati. 2004. Studi Penataan Bentuk dan Masa Bangunan Koridor Kayutangan di Malang.
Jurnal Ruas. 2 (2): 164-169.
Widodo, D.I. 2006. Malang Tempoe Doloe 2. Malang: Bayumedia Publishing.