Anda di halaman 1dari 31

Askep pada Bayi atau Anak

dengan Kejang Demam,


Meningitis dan Encephalitis
Siti Nasiah
Sutisna
Windiarti
Kejang Demam
Kejang adalah suatu gerakan anggota tubuh yang tidak
disadari, dan ditimbulkan oleh kontraksi sebagian atau
seluruh otot-otot tubuh.
Demam adalah meningkatnya temperatur tubuh secara
abnormal lebih dari 37,5
o
C, merupakan respon tubuh
terhadap kuman, bakteri dan virus penyebab penyakit
yang masuk ke dalam tubuh
Kejang demam atau febrile convulsion adalah bangkitan
kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal
diatas 38 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium.
Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang
paling sering dijumpai pada golongan umur 6 bulan 4
tahun.(Ngastiyah, 1997)
Etiologi
Semua jenis infeksi yang bersumber di luar
susunan saraf pusat yang menimbulkan demam
dapat menyebabkan kejang demam. Penyakit
yang paling sering menimbulkan kejang demam
adalah infeksi saluran pernafasan atas seperti
pneumonie, bronchitis dan saluran pencernaan
seperti gastroenteritis akut, dan infeksi saluran
kemih. Selain itu juga infeksi di luar susunan saraf
pusat seperti tonsillitis, faringitis, furunkulosis
serta pasca imunisasi DPT dan campak dapat
menyebabkan kejang demam . (Sujono Riyadi &
sukarmin, 2009)

Manifestasi klinis
Kebanyakan kejang demam berlangsung singkat, bilateral,
serangan berupa klonik atau tonik-klonik. Umumnya kejang
berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi
reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik
atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa
adanya kelainan saraf.
Menurut Behman kejang demam terkait dengan kenaikan
suhu yang tinggi dan biasanya berkembang bila suhu tubuh
mencapai 39
o
C atau lebih ditandai dengan adanya kejang
khas menyeluruh tonik klonik lama beberapa detik sampai
10 menit. Kejang demam yang menetap lebih dari 15 menit
menunjukkan penyebab organik seperti proses infeksi atau
toksik selain itu juga dapat terjadi mata terbalik ke atas
dengan disertai kekakuan dan kelemahan serta gerakan
sentakan terulang.

Pemeriksaan Diagnostik
EEG : Untuk membuktikan jenis kejang fokal / gangguan difusi otak akibat
lesi organik, melalui pengukuran EEG ini dilakukan 1 minggu atau kurang
setelah kejang.
CT SCAN : Untuk mengidentifikasi lesi serebral,mis :
infark,hematoma,edema serebral,dan abses
Pungsi Lumbal : Pungsi lumbal adalah pemeriksaan cairan serebrospinal
(cairan yang ada di otak dan kanal tulang belakang) untuk meneliti
kecurigaan meningitis.
Laboratorium : Darah tepi, lengkap ( Hb, Ht, Leukosit, Trombosit )
mengetahui sejak dini apabila ada komplikasi dan penyakit kejang demam.
Magneti resonance imaging ( MRI ) : menghasilkan bayangan dengan
menggunakan lapangan magnetik dan gelombang radio, berguna untuk
memperlihatkan daerah daerah otak yang itdak jelas terliht bila
menggunakan pemindaian CT.
Pemindaian positron emission tomography ( PET ) : untuk mengevaluasi
kejang yang membandel dan membantu menetapkan lokasi lesi, perubahan
metabolik atau alirann darah dalam otak

Pencegahan
1. Pencegahan berulang.
Mengobatin infeksi yang mendasari kejang.
Penkes tentang :
a. Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep
dokter.
b. Tersedianya obat pengukur suhu dan catatan penggunaan
termometer, cara pengukuran suhu tubuh anak, serta
keterangan batas-batas suhu normal pada anak (36-
37C).
c. Anak diberi obat anti piretik bila orang tua mengetahuinya
pada saat mulai demam dan jangan menunggu sampai
meningkat.
d. Memberitahu pada petugas imunisasi bahwa anaknya
pernah mengalami kejang demam bila anak akan
diimunisasi.

2. Mencegah cedera saat kejang berlangsung kegiatan ini
meliputi :
a. Baringkan pasien pada tempat yang rata.
b. Kepala dimiringkan untuk menghindari aspirasi cairan
tubuh
c. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas
d. Lepaskan pakaian yang ketat
e. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari
cidera

Merupakan inflamasi yang terjadi pada lapisan
arahnoid dan piamatter di otak serta spinal cord.
Inflamasi ini lebih sering disebabkan oleh bakteri
dan virus meskipun penyebab lainnya seperti
jamur dan protozoa juga terjadi. (Donna
D.,1999).
Meningitis adalah radang pada meningen
(membran yang mengelilingi otak dan medula
spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau
organ-organ jamur(Smeltzer, 2001).

Meningitis
Etiologi
Meningitis Bakterial (Meningitis sepsis)
Meningitis Virus (Meningitis aseptic)
Meningitis Jamur
Faktor resiko terjadinya meningitis :
Infeksi sistemik
Pada meningitis bacterial,
Trauma kepala
Kelainan anatomis

Klasifikasi
Meningitis dibagi menjadi 2 :
1. Meningitis purulen ( pus )
Radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan
medula spinalis.
Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok),
Neisseria meningitis, Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella
pneumoniae, Peudomonas aeruginosa.
2. Meningitis serosa ( bakteri )
Peradangan yang disebabkan oleh organisme pada bakteri seperti
meningococcus, staphylococcus, Baccilus influenza, Baccilus
tubercula, Neiserria meningitides, sreptococuspnemoniae (pada
dewasa), haimopilus influenza (pada anak-anak dan remaja).
Manifestasi Klinis
Anak dan Remaja
Demam
Mengigil
Sakit kepala
Muntah
Perubahan pada sensorium
Kejang (seringkali merupakan tanda-tanda awal)
Peka rangsang
Agitasi
Bayi dan Anak Kecil
Demam
Muntah
Peka rangsang yang nyata
Sering kejang (sering kali disertai denagan menangis nada tinggi)
Fontanel menonjol.


Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang khas
pada meningitis adalah analisa cairan
otak.
Meningitis bacterial: tekanan meningkat,
cairan keruh/berkabut, leukosit dan protein
meningkat, glukosa menurun, kultur
posistif terhadap beberapa jenis bakteri.
Meningitis virus : tekanan bervariasi, CSF
jernih, leukositosis, glukosa dan protein
normal, kultur biasanya negative.


Farmakologis
Obat anti inflamasi :
Pengobatan simtomatis :
Pengobatan suportif :
Perawatan
a. Pada waktu kejang
1) Longgarkan pakaian, bila perlu dibuka.
2) Hisap lender
3) Kosongkan lambung untuk menghindari muntah dan aspirasi.
4) Hindarkan penderita dari rodapaksa (misalnya jatuh).
b. Pemantauan ketat.
1) TTV
2) Produksi air kemih
3) Faal hemostasis untuk mengetahui secara dini adanya DC.

Penatalaksanaan
Encephalitis
Ensefalitis adalah suatu radang otak sebagai
hasil salah satu penyakit karena virus atau CNS
infeksi/ peradangan.
Ensefalitis juga dapat berarti ada inflamasi
jaringan otak, seringkali sebagai akibat infeksi
virus.
Ensefalitis adalah inflamsi pada jaringan otak
dan kemungkinan meninges.
Etiologi
Penyebab ensefalitis dapat bekteri, virus, protizoa, atau
jamur.
Banyak virus dapat ditularkan melalui nyamuk,
ensefalitis juga dapat diakibatkan oleh invasi langsung
cairan serebrospinal selama lumbal pungsi.
Beberapa penyebab ensefalitis lainnya duhubungkan
dengan suatu penyakit yang terdahulu. Macam-macam
penyakit karena virus seperti herpes simplex, penykit
anjing gila, campak, chickenpox, penyakit gondong, dan
rubella semua telah mencakup.
Herpes simplex adalah yang paling umum pada periode
neonatal. Virus RNA dan Virus DNA juga dapat menjadi
penyebab ensefalitis.
Manifestasi Klinis
Sesudah masa inkubasi yang bervariasi antara 4 dan 14
hari, gejala-gejala pada ensefalitis yang muncul dibagi
ke dalam 4 fase :

Sakit prodromal
(2-3) hari
Dengan gejala nyeri mendadak, anoreksia, mual,
nyeri perut, muntah dan perubahan sensori
Fase akut
demam tinggi, kejang (10-20 % terjadi pada
anak,tremor, hiperefleksi atau hiporefleksi, bingung,
disorientasi, delirium, somnoln sampai koma.
Fase sub akut
Adanya pneumonia ortostatik, infeksi sel kencing
atau dekubitus, adanya defisit fungsi saraf seperti
paralisis spastik, lemah, fasikulasi, kelainan traktus
extra piramidalis
Konvalesen
Adanya kelemahan, lesu, inkordinasi, tremor dan
neurosis, frekuensi sekuele dilaporkan berkisar dari
5-7 % dengan adanya pemburukan mental,
ketidakstabilan emosi berat, perubahan
kepribadian, kelainan maotorik dan gangguan
bicara sekuele paling sering pada anak dibawah 10
tahun dan pada bayi lebih berat daripada anak
yang lebih tua.

Pemeriksaan Diagnostik
Melaksanakan lumbal fungsi untuk pemeriksaan
cairan serebrospinal.
Biopsy otak atau test serum antibody dapat
dilakukan jika pembiakan bernilai negatif.
CT atau MRI untuk mendeteksi tumor focal atau
adanya lesi pada otak.
EEG dilakukan untuk membantu diagnosa
seperti pertumbuhan yang lambat dengan
derajat yang bervariasi.

Perbedaan Ensefalitis dengan
Meningitis
Encephalitis Meningitis
Kesadaran Kesadaran relatif masih baik
Demam Demam
Lokasi terinfeksi di jaringan otak Lokasi terinfeksi di selaput otak
Banyak disebabkan virus Banyak disebabkan bakteri
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
Identitas pasien (Nama Klien,Jenis Kelamin,Usia,Status
perkawinan,Agama,Suku bangsa,pendidikan,bahasa yang
dgunakan,pekerjaan,alamat)
Resume : Awal klien masuk sampai ke rawat inap dan diangnosa
perawat lain sebelum kita diagnosa.
Riwayat Keperawatan (Riwayat Kesehatan Sekarang, Riwayat Masa
Lalu)
Aktifitas / Istirahat
Sirkulasi
Eliminasi
Makanan dan cairan
Neurosensori
Nyeri / kenyaman
Pernafasan
Kejang Demam
1. Peningkatan suhu tubuh b.d proses
patologis.
2. Gangguan volume cairan kurang dari
kebutuhann tubuh b.d peningkatan
suhu tubuh.
3. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d
peningkatan sekresi mucus.
4. Resiko tinggi kejang berulang b.d riwayat
kejang.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b.d intake yang tidak adekuat.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Dx 1. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
patologis
A. NOC : Setelah diilakukan tindakan keperawatan 324 jam suhu
tubuh normal, dengan Criteria hasil : TTV stabil, suhu tubuh dalam
batas normal
B. NIC : Manajemen suhu tubuh
Guidance
Kaji tanda-tanda vital
R/ mengetahui status kesehatan pasien
Support
Bantu pasien dalam beraktifitas
R/ membantu pasien
Teaching
Ajarkan keluarga untuk memberikan kompres
R/ menurunkan suhu tubuh
Developmen environment
Ciptakan lingkungan bersih dan tenang
R/memberikan kenyamanan dalam beristirahat
Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipyretic

Dx 2. Tidak Efektinya Bersihan Jalan Nafas b.d Peningkatan
Sekresi Mukus
A. NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam
diharapkan bersihan jalan nafas kembali efektif
Kriteria hasil:
Pasien dapat bernafas efektif kembali
sekresi mukus berkurang
B. NIC :Manajemen bersihan jalan nafas
Guidance
Kaji pola napas pasien
R/ : untuk mengetahui pola napas pasien.
Support
Lakukan penghisapan lendir
R/ : menurunkan resiko aspirasi
Teaching
Ajarkan keluarga pasien untuk memposisikan pasien semi fowler
atau high fowler
R/ : memudahkan pasien dalam proses respirasi
developmen environment
Batasi kunjungan dan berikan ketenangan
R/ memberikan kenyamanan dalam beristirahat
colaboration
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
Dx 3. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan
suhu tubuh
A. NOC : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 324 jam
kebutuhan cairan klien terpenuhi.
Kriteria hasil:
Tidak ada tanda-tanda dehidrasi.
Menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti output urin adekuat.
Turgor kulit baik.
membrane mukosa mulut lembab.
B. NIC : Manajemen cairan
Guidance
Ukur dan catat jumlah muntah yang dikleuarkan, warna, konsistensi.
R/ : menentukan kehilangan dan kebutuhan cairan tubuh
Support
Berikan cairan sesuai kebutuhan pasien
R/ : memnuhi kebutuhan cairan pasien
Teaching
Aujurkan pasien banyak minum air putih
R/ : meningkatkan konsumsi cairan klien
Dev.environment
Ciptakan lingkungan yang bersih dan tenang
R/:Memberikan kenyamanan dalam beristirahat
Kolaborasi
Berikan pengobatan seperti obat antimual.
R/ : menurunkan dan menghentikan muntah klien

Kekurangan volume cairan tidak terjadi.
Bersihan Jalan Nafas kembali efektif.
Keseimbangan kebutuhan cairan klien
tercukupi.
Resiko tinggi kejang berulang tidak
terjadi.
kebutuhan Nutrisi klien dapat terpenuhi.

Askep meningitis dan Ensephalitis
Pengkajian
Keluhan utama:
Riwayat penyakit sekarang:
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat Kesehatan
Keluarga:
Imunisasi:
Pemeriksaan fisik (ROS)
B1 (Breathing)
B2 (Blood)
B3 (Brain)
B4 (Bladder)
B5 (Bowel)
B6 (Bone)
Diagnosa
Gangguan perfusi jaringan
serebral berhubungan
dengan edema serebral yang
mengubah/menghentikan
darah arteri/virus
Risiko tinggi terhadap cedera
berhubungan dengan kejang
umum/fokal, kelemahan
umum.
Gangguan mobilitas fisik
berhubungan dengan
kerusakan neuromuskular,
penurunan kekuatan.
Intervensi
Diagnosa 1 : gangguan perfusi jaringan serebral b.d
edema serebral yang mengubah/ menghentikan darah
arteri/virus
Tujuan : Perfusi jaringan menjadi adekuat
Kriteri hasil : Kesadaran kompos mentis

Intervensi Rasional
Mandiri : Tirah baring dengan posisi kepala datar. Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi
adanya resiko herniasi batang otak yang memerlukan
tindakan medis dengan segera
Bantu berkemih, membatasi batuk, muntah mengejan. Aktivitas seperti ini akan meningkatkan tekanan intratorak
dan intraabdomen yang dapat men9ingkatkan TIK.
Kolaborasi. Tinggikan kepala tempat tidur 15-45 derajat. Peningkatanaliran vena dari kepala akan menurunkan
TIK
Berikan cairan iv (larutan hipertonik, elektrolit ). Meminimalkan fluktuasi dalam aliran vaskuler dan TIK.
Berikan obat : steroid, clorpomasin, asetaminofen Menurunkan permeabilitas kapiler untuk membatasi
edema serebral, mengatasi kelainan postur tubuh atau
menggigil yang dapat meningkatkan TIK, menurunkan
konsumsi oksigen dan resiko kejang
Diagnosa 2 : Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan
kejang umum/lokal, kelemahan umum.
Tujuan : Mengurangi risiko cidera akibat kejang
Kriteria hasil : Tidak ditemukan cidera selama kejang
Intervensi Rasional
Mandiri
Pertahankan penghalang tempat tidur tetap
terpasang dan pasang jalan nafas buatan
Melindungi pasien bila terjadi kejang
Tirah baring selama fase akut Menurunkan resiko terjatuh/trauma ketika terjadi
vertigo, sinkop, atau ataksia
Kolaborasi
Berikan obat : venitoin, diaepam, venobarbital.
Merupakan indikasi untuk penanganan dan
pencegahan kejang
Diagnosa 3 : gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
neuromuskular, penurunan akekuatan.
Tujuan : Klien dapat beraktifitas kembali dengan normal
Kriteria Hasil :Klien tidak merasa lemah

Intervensi Rasional
Bantu latihan rentang gerak. Mempertahankan mobilisasi dan fungsi
sendi/posisi normal akstremitas dan menurunkan
terjadinya vena yang statis
Berikan perawatan kulit, masase dengan
pelembab.
Meningkatkan sirkulasi, elastisitas kulit, dan
menurunkan resiko terjadinya ekskoriasi kulit
Berikan matras udara atau air, perhatikan
kesejajaran tubuh secara fumgsional.
Menyeimbangkan tekanan jaringan,
meningkatkan sirkulasi dan membantu
meningkatkan arus balik vena untuk menurunkan
resiko terjadinya trauma jaringan.
Berikan program latihan dan penggunaan alat
mobilisasi.
Proses penyembuhan yang lambat seringkali
menyertai trauma kepala dan pemulihan secara
fisik merupakan bagian yang amat penting dari
suatu program pemulihan tersebut.
Evaluasi
Mencapai masa penyembuhan tepat waktu, tanpa
bukti penyebaran infeksi endogen atau keterlibatan
orang lain.
Mempertahankan tingkat kesadaran
biasanya/membaik dan fungsi motorik/sensorik, tanda-
tanda vital stabil.
Tidak mengalami kejang/penyerta atau cedera lain.
Melaporkan nyeri hilang/terkontrol dan menunjukkan
postur rileks dan mampu tidur/istirahat dengan tepat.
Mencapai kembali atau mempertahankan posisi
fungsional optimal dan kekuatan.
Meningkatkan tingkat kesadaran biasanya dan fungsi
persepsi.
Tampak rileks dan mengungkapkan keakuratan
pengetahuan tentang situasi.

Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai