NAMA : ISDA PERMATA SARI NIM : 1102370 JURUSAN : TEKNIK PERTAMBANGAN DOSEN : Drs. BAMBANG HERIYADI, MT
JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG
Pertambangan merupakan suatu bidang usaha yang karena sifat kegiatannya pada dasarnya selalu menimbulkan perubahan pada alam lingkungannya (BPLHD Jabar, 2005).Dunia pertambangan seperti sekeping logam yang mempunyai dua sisi berlawana. Disatu sisi, pertambangan menyumbang penghasilan yang cukup besar bagi perekonomian Negara. Disisi lain, pertambangan di clame sebagai perusak lingkungan dari hilangnya vegetasi hutan dengan persentase yang cukup besar dan juga limbah yang dihasilkan dari proses penambangan. Indonesia adalah eksportir batubara terbesar kedua di dunia (setelah Australia, 2006). Menurut Gautama (2007) dalam Anonim (2010) untuk pertambangan mineral, Indonesia merupakan negara penghasil timah peringkat ke-2, tembaga peringkat ke-3, nikel peringkat ke-4, dan emas peringkat ke-8 dunia. Sebagai ekstportir batubara terbesar kedua diduia, Indonesia memiliki masalah yang cukup kompleks dibidang pertambangan batubara itu sendiri. Salah satu masalah yang sering kali disangkutpautkan adalah masalah pencemaaran lingkungan. Menurut Sofyan (2009) ada beberapa dampak yang dihasilkan dari pertambangan batubara antara lain adalah: 1. Lubang tambang, pada beberapa perusahaan pertambangan lubang lubang tambang dibiarkan terbuka begitu saja yang menyebabkan bumi menganga begitu saja 2. Air asam tambang, mengandung logam berat yang berbahaya dan menimbulkan dampak berkepanjangan 3. Tailing, mengandung logam berat dalam kadar yang sangat tinggi dan sangat berbahaya bagi makhluk hidup 4. Sludge, merupakan limbah cucian batubara yang juga mengandung logam berbahaya seperti boron selenium, nikel dll. Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara adalah PT. Berau Coal yang terletak di Kabupaten Berau, Kalimantan timur. Masalah utama yang dihadapi oleh prusahaan ini adalah tentang penanganan air asam tambang atau acid mine drainage. Air tersebut terbentuk sebagai hasil oksidasi mineral sulfida tertentu yang terkandung dalam batuan oleh oksigen di udara pada lingkungan berair (Sayoga, 2007). Limbah buangan hasil penambangan PT. Berau Coal berdampak kepada tingkat keasaman pada sungai Lati yang berada tidak jauh dari daerah penambangan. Tingkat keasama air sungai Lati berkisar antara pH 2.8 4. Dari hasil analisis sampel yang diambil dilapangan menunjukkan bahwa air di sekitar lokasi penambangan memang bersifat asam. Oleh karena itu diduga bahwa selain disebabkan oleh pembuangan limbah pengolahan batubara, penuruhan pH Sungai Lati juga disebabkan karena terjadinya erosi dan material hasil erosi terbawa oleh proses run off dari daerah sekitar. Upaya untuk mengurangi dampak negatif air asam tambang ini telah dilakukan, baik melalui penggunaan bahan kimia maupun secara biologi. Salah satu alternativ yang dapat digunakan dalam mencegah pencemaran lingkungan adalah dengan metode bioremidiasi. Bioremediasi pada lahan terkontaminasi logam berat didefinisikan sebagai proses membersihkan (clean up) lahan dari bahan-bahan pencemar (pollutant) secara biologi atau dengan menggunakan organisme hidup, baik mikroorganisme (mikrofauna dan mikroflora) maupun makroorganisme (tumbuhan). Cara lain yang diharapkan bias memberikan keuntungan lebih besar adalah dengan memanfaatkan bakteri pereduksi untuk meningkatkan alkalinitas dan mengimobilisasi logam-logam berbahaya. Untuk meningkatkan daya kerja bakteri pereduksi sulfat dalam reactor adalah dengan mengimobilisasi sel-sel bakteri pada suatu permukaan partikel padatan, sehingga terbentuk biofilm. Dengan adanya biofilm tersebut diharapkan akan meningkatkan efektivitas bakteri dalam meningkatkan pH dan mengendapkan logam berbahaya dalam limbah air asam tambang.
Sumber: Bioremidiasi Sebagai Alternatif Penanganan Pencemaran Akibat Tambang Batubara (Sarah Agustina) Pencemaran Air dan Tanah Di Kawasan Pertambangan Batubara Di PT. Berau Coal, Kalimantan timur (Dyah Marganingrum dan Rhazista Noviardi) Pengolahan Air Asam Tambang Menggunakan Biofilm Bakteri Pereduksi Sulfat (Muchamad Yusron) Bioremediasi Air Asam Tambang dengan Inokulum Bakteri Pereduksi Sulfat (Irma Devita)
Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang diandalkan pemerintah Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain mendatangkan devisa industri pertambangan juga menyedot lapangan kerja dan bagi Kabupaten dan Kota merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Salah satu komoditi industry pertambangan adalah pasir. Pasir mrupakan bahan galian industri yang banyak sekali manfaatnya bagi kehidupan sehari-hari. Pasir merupakan salah satu produk dari hasil erupsi gunung berapi. Salah satu lokasi penambangan pasir yang berada diderah gunung berapi adalah di Kabupaten Magelan yaitu disekitar Gunung Merapi. Selain mendatangkan manfaat penambangan pasir Merapi juga menimbulkan dampak lingkungan bagi daerah di lokasi penambangan dan juga bagi daerah di bawahnya. Hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan tingkat erosi di lokasi penambangan pasir adalah moderat dan ringan dan menimbulkan dampak fisik lingkungan seperti tanah longsor, berkurangnya debit air permukaan (mata air), tingginya lalu lintas kendaraan membuat mudah rusaknya jalan, polusi udara, dan dampak sosial ekonomi. Dampak sosial ekonomi penyerapan tenaga kerja karena sebagian masyarakat bekerja menjadi tenaga kerja di penambangan pasir, adanya pemasukan bagi pemilik tanah yang dijual atau disewakan untuk diambil pasirnya dengan harga tinggi, banyaknya pendatang yang ikut menambang sehingga dapat menimbulkan konflik, adanya ketakutan sebagian masyarakat karena penambangan pasir yang berpotensi longsor.
Sumber: Kajian Dampak Kerusakan Lingkungan Akibat Kegiatan Penambangan Pasir Di Desa Keningar Daerah Kawasan Gunung Merapi (Yudhistira, Wahyu Krisna Hidayat, Agus Hadiyarto)