Anda di halaman 1dari 18

1.

PERADILAN AGAMA

2. QANUN


oleh Tim Hukum Islam

PERADILAN AGAMA
Perbedaan suasana pembentukan, sejarah pertumbuhan &
Perkembangannya menyebabkan Nama & Kewenangan mengadili
berbeda - beda:
Di Jawa & Madura Pengaruh teori Resepsi. Nama: Priesterraad,
Kewenangan: Tdk termasuk kewarisan & Wakaf. UU yg mengatur:
tahun 1882.
Di sebgn besar Kalsel & Kaltim Pengaruh teori Resepsi.
Nama: Kerapatan Qadhi,
Kewenangan: Tdk termasuk kewarisan & Wakaf. UU yg mengatur
tahun 1937.
Di selain kedua tempat tsb:
Nama: Mahkamah Syariah,
Kewenangan: Termasuk Kewarisan & Wakaf,
UU yg mengatur: Tahun 1957.


Kekurangan P.A. saat itu
Tidak dapat menjalankan keputusannya secara
mandiri menurut UU 14/1970 karena:
Dalam susunannya tidak terdapat juru sita.
Putusannya memerlukan pernyataan dapat dijalankan
(Fiat Eksekusi) dari Pengadilan Negeri Masih tampak
pada Psl 63 (2) UU No.1/1974 tentang Perkawinan:
Putusan PA dikukuhkan oleh Pengadilan Umum
dihapus oleh
Pasal 107 UU No.7/1989

Susunan, Kekuasaan & Acara PA belum diatur
dalam UU tersendiri.
UU NO. 7/ 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA
14 Desember 1989 terjadi Perubahan mendasar pada lingkungan
Peradilan Agama:
1. PA telah menjadi Peradilan mandiri, sejajar dengan peradilan
lainnya.
2. Nama, Susunan, Wewenang & Hukum Acaranya seragam di
seluruh Indonesia.
3. Perlindungan terhadap wanita lebih ditingkatkan.
4. Lbh memantapkan upaya penggalian berbagai asas & kaidah
Hukum Islam sebagai bahan penyusunan & pembinaan hukum
nasional.
5. Terwujudnya ketentuan tentang kedudukan susunan, kekuasaan
& Hukum Acara di PA pada UU Pokok Kekuasaan Kehakiman.
6. Terlaksananya pembangunan hukum nasional berwawasan
nusantara & berbhineka tunggal ika.


UU No. 3/ 2006 tentang perubahan atas
UU No.7/1989 tentang Peradilan Agama (1)


Hal-Hal yang diamandemen:
Pembinaan masalah teknis peradilan, organisasi,
administrasi, & keuangan pengadilan, serta pembinaan
& pengawasan hakim dilakukan oleh MA. (Pasal 5 jo
Pasal 12).
Ada Pengadilan Khusus dalam Peradilan Agama yaitu
Peradilan Syariah Islam yg diatur dalam UU. (Tambahan
Pasal 3A). Misalnya. Peradilan Syariah Islam di Prov.
NAD.
Tugas & wewenang PA ditambah kewenangannya di
bidang infaq, zakat dan ekonomi syariah selain
Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, Wakaf, Shadaqah
(Pasal 49).
Asas personalitas: termasuk Orang/ Badan Hukum yang
dengan sendirinya menundukkan diri dengan sukarela
kepada Hukum Islam mengenai hal-hal yg menjadi
kewenangan PA.
UU No. 3/ 2006 tentang perubahan atas
UU No.7/1989 tentang Peradilan Agama (2)
Pasal 50 memberi wewenang kepada PA untuk sekaligus
memutuskan sengketa milik/ keperdataan lain yang terkait
dengan obyek sengketa yang merupakan kewenangan PA
bila subyek sengketa antara orang-orang yang beragama
Islam.
PA dapat melakukan penangguhan persidangan bila obyek
sengketa melibatkan pihak yang bukan subyek sengketa di
PA dengan membuktikan ia telah melakukan pendaftaran
gugatan di PN.
Bila di antara obyek sengketa ada yang tidak terkait
dengan obyek sengketa yang diajukan keberatan ke PN,
maka PA dapat memutus terhadap obyek tersebut.
PA memberikan itsbat kesaksian rukyat hilal dalam
penentuan awal bulan pada tahun Hijriyah. (Tambahan
Pasal 52A).
Ketentuan UU No.7/1989 masih berlaku sepanjang tidak
bertentangan & belum diganti berdasarkan UU ini.

UU No. 50 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua Atas
UU No. 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama
segala urusan peradilan agama, pengawasan
tertinggi internal baik teknis yudisial maupun non
yudisial yaitu urusan organisasi, adm., dan
finansial berada di bawah kekuasaan Mahkamah
Agung (MA)
untuk menjaga dan menegakkan kehormatan,
keluhuran martabat, serta perilaku hakim maka
pengawasan ekternal dilakukan oleh Komisi
Yudisial (KY)


Undang Undang RI No 11 Tahun 2006 Tentang
Pemerintahan Aceh.
Pasal 125: Syariat Islam yang dilaksanakan di Aceh
meliputi aqidah, syariah dan akhlak, yang terdiri dari
(diatur lebih lanjut dalam Qanun) :
ibadah,
ahwal alsyakhshiyah (hukum keluarga)
jinayah (hukum pidana),
qadha (peradilan),
tarbiyah (pendidikan),
dakwah,
syiar,
dan pembelaan Islam.
Undang Undang RI No 11 Tahun 2006 Tentang
Pemerintahan Aceh.
Kewajiban masyarakat di Aceh:
Pasal 126:
Setiap pemeluk agama Islam di Aceh wajib menaati
dan mengamalkan syariat Islam
Setiap orang yg bertempat tinggal / berada di Aceh
wajib menghormati pelaksanaan syariat Islam

Undang Undang RI No 11 Tahun 2006 Tentang
Pemerintahan Aceh.
Kewajiban Pemerintahan Aceh dan Pemerintahan Kabupaten/Kota :
Pasal 127
bertanggung jawab atas penyelenggaran pelaksanaan syariat
Islam
menjamin kebebasan, membina kerukunan, menghormati nilai-
nilai agama yg dianut oleh umat beragama dan melindungi
sesama umat beragama utk menjalankan ibadah sesuai dgn
agama yg dianutnya.
mengalokasikan dana dan sumber daya lainnya utk pelaksanaan
syariat Islam.
Pendirian tmpt ibadah di Aceh hrs mendapat ijin dr pemerintah
Aceh dan/Pem. Kabupaten/kota.


Undang Undang RI No 11 Tahun 2006 Tentang
Pemerintahan Aceh.
Mahkamah Syariyah
Pasal 128 (1):
peradilan Syariat Islam di Aceh adalah bagian
dari sistem peradilan Nasional dlm lingkungan
Peradilan agama yg dilakukan oleh Mahkamah
Syariyah yg bebas dr pengaruh pihak
manapun.
Pasal 128 (2):
Mahkamah Syariyah merupakan pengadilan bagi setiap
orang yg beragama Islam dan berada di Aceh.

Undang Undang RI No 11 Tahun 2006 Tentang
Pemerintahan Aceh.
Mahkamah Syariyah
Pasal 128 (3):
Mahkamah Syariyah berwenang memeriksa, mengadili,
memutus, dan menyelesaikan perkara yg meliputi bidang ahwal
alsyakhsyiah (hk.keluarga), muamalah (hk. perdata) dan
jinayah (hk. pidana) yg didasarkan atas syariat Islam.
Pasal 128 (4):
Ketentuan lbh lanjut mengenai bid. Ahwal al syakhsyiah (Hk.
Keluarga), muamalah dan jinayah diatur dgn Qanun Aceh.

QANUN Prov.NAD No.10/2002 tentang
Peradilan Syariat Islam (PSI)
bahwa Undang-undang Nomor 18 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi
Propinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam, menetapkan Mahkamah Syar'iyah sebagai Peradilan
Syariat Islam dengan kompetensi absolut meliputi seluruh aspek Syariat
Islam yang akan diatur dengan qanun.
Syariat Islam dalam tatanan hukumnya menjangkau seluruh aspek Syariat
Islam, (hukum publik maupun privat). Maka kewenangan atau kekuasaan
Peradilan Syariat Islam yang akan ditetapkan dengan Qanun harus
mencakup seluruh aspek hukum yang telah ada ketentuannya dalam Syariat
Islam.
QANUN Prov.NAD No.10/2002 tentang
Peradilan Syariat Islam (PSI)
Dalam Qanun ini hanya ditentukan secara garis -besar bidang-bidang
hukum Syariat Islam yang menjadi kekuasaan Peradilan Syariat Islam,
sedangkan rumusannya secara lengkap dan rinci akan diatur dalam
Qanun tersendiri yang menetapkan hukum materil dan hukum formil.
Agar tidak terjadi kevakuman selama Qanun tentang hukum materil
dan hukum formil belum diundangkan, maka Peradilan Syariat Islam
dapat segera dilaksanakan dengan berpedoman kepada peraturan
perundang-undangan yang sudah ada dan masih berlaku serta tidak
bertentangan dengan Syariat Islam.


QANUN Prov.NAD No.10/2002 tentang
Peradilan Syariat Islam (PSI)

PSI merupakan bagian dari sistem Peradilan Nasional
yang dibentuk dengan Qanun. (Pasal 1 & 2).
Agar tidak terjadi dualisme dalam pelaksanaan PSI,
maka PA yang telah ada di NAD dialihkan menjadi
lembaga PSI. (Pasal 2 (3) jo Pasal 58 (1)).
Hirarki PSI (Pasal 3 jo 4):
Mahkamah Syariyah Kab/Kota
Mahkamah Syariyah Prov (MSP) Ibukota Prov.
Mahkamah Agung.
Dimungkinkan adanya hakim ad.hoc. utk menyelesaikan
kasus yg memerlukan keahlian khusus (Pasal 8).
Hakim ad. Hoc diangkat oleh gubernur dengan
persetujuan DPRD atas usul MSP (Penj. Pasal 8 (3) ).
QANUN Prov.NAD No.10/2002 tentang
Peradilan Syariat Islam (PSI)
Hal-hal yang berbeda dalam Ketentuan Hakim:
Pemberhentian dengan hormat hakim atas
permintaan sendiri mencakup pengunduran diri
dengan alasan hakim yang bersangkutan tidak dapat
menegakkan hukum di rumah tangganya sendiri
(Pasal 18).
Pemberhentian dengan tidak hormat bila melakukan
kejahatan jinayat minimal 4 bulan kurungan/ cambuk
min.2x / denda 1 jt tanpa memberi kesempatan untuk
membela diri (Pasal 19).
Hukum Materil & Formil: bersumber dari atau
sesuai dgn syariat Islam yang akan diatur
dengan Qanun (Pasal 53 jo 54).
Dalam jangka waktu 5 tahun, MA akan
membuka kamar khusus di Prov. NAD.



Kekuasaan & Wewenang PSI
(Pasal 49):

1. Al Ahwal al Syakhsiyah: hukum keluarga.
2. Muamalah: termasuk perbankan, perburuhan, takaful,
wakaf, hibah, shadaqah).
3. Jinayah:
a. Hudud: Zina, menuduh berzina, mencuri, merampok,
minuman keras, NAPZA, murtad dan , pemberontakan.
b. Qishas/ Diyat: Pembunuhan & Penganiayaan
c. Tazir: Hukuman selain Hudud & Qishas seperti judi,
khalwat, meninggalkan sholat fardu & puasa ramadhan.










Qanun No.11 th 2002 ttg Syariat Islam bidang Aqidah,
Ibadah dan Syiar Islam

Qanun No.12 th 2003 ttg Minuman Khamar dan sejenisnya

Qanun No.13 th 2003 ttg Maisir (Perjudian)

Qanun No.14 thn 2003 ttg Khalwat (Mesum)

Anda mungkin juga menyukai