Anda di halaman 1dari 27

EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN PATEN

SETELAH BERLAKUNYA
UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2001
Farah Liza Ada! SH! MH
Dosen Tetap Fakultas Hukum Usahid Jakarta
Abstract
The regulation of intellectual property rights especially in paten right had been already changed
many times. The first Act was called Octroii Wet that was published on the Netherlands East
Indies official gazatte (No. !"!#!$%. This Act was drawn by the &aten Act (No. !"!##'%(
which was about the changging of the Act (!)"*$$!%. In fact( this Act itself has handicape to be
implemented particularly in protecting the ploson who has patens right.
+ey words, Intellectual( property( protecting( efe-ti.ity.
A" PENGANTAR
Pasal II aturan Peralihan Undang-Undang Dasar 1945 adalah pasal yang terpenting
Peraturan yang ada dalam !ita" Undang-Undang Hukum Perdata# !UH Dagang# !UH Pidana#
Algemeene /epalingen .an Wetge.ing .oor Indonesie( Indische 0taatsregeling dan "er"agai
peraturan lainnya yang terse"ar dalam "entuk parsial yang "erasal dari masa se"elum proklamasi
masih tetap di"erlakukan Demikianlah semua "adan-"adan negara# termasuk institusi peradilan
terus dilan$utkan %ungsi dan peranannya untuk mengisi kekosongan kelem"agaan sampai
ter"entuknya lem"aga "aru yang sesuai dengan $i&a dan semangat kemerdekaan
'etelah mengalami &aktu yang pan$ang maka "erangsur-angsur isi dari !ita" Undang-
undang Hukum Perdata (!UHPer) dan peraturan perundangundangan lainnya itu dinyatakan
di*a"ut 'e"agai *ontoh dapat dikemukakan +uku II !ita" Undang-Undang Hukum Perdata
sepan$ang mengenai "umi# air# serta kekayaan alam yang terkandung didalamnya dinyatakan
tidak "erlaku setelah dikeluarkannya Undang-undang Pokok ,graria (UUP,) -omor 5 Tahun
19./# dan dilengkapi pen*a"utannya dengan Undang-undang -omor 4 Tahun 199. tentang Hak
Tanggungan yang $uga men*a"ut peraturan tentang hipotek dan credit .erband
Demikian $uga mengenai peraturan lain yang dimuat di luar !UHPer seperti Auterswet
0tb -omor .// Tahun 1910 dinyatakan tidak "erlaku setelah keluarnya Undang-undang -omor
. tahun 1910 tentang Hak 2ipta3 Octrooi Wet yang dimuat dalam 4em"aran -egara Hindia
+elanda Tahun 191/ -omor 515 di*a"ut melalui Undang-undang -omor . Tahun 1919 tentang
Paten (4- 6I# 19197 59)# kemudian se*ara "erturut-turut dire8isi melalui Undang-undang -omor
15 Tahun 1999 tentang Peru"ahan Undang-undang -omor . tahun 919 tentang Paten (4- 6I#
1999 7 5/# dan terakhir dengan Undang-undang -omor 14 Tahun 0//1 tentang Paten (4- 6I#
0//17 1/9)3 kemudian 1eglement Industriele Eigendom yang dimuat dalam 4em"aran -egara
Hindia +elanda Tahun 1910 -omor 545 yang digantikan dengan Undang-undang -omor 01
Tahun 19.1 tentang :erek Perusahaan dan :erek Perniagaan (4- 6I# 19.17 09/)# kemudian
"erturut-turut dire8isi melalui Undang-undang -omor 19 Tahun 1990 tentang :erek (4- 6I#
19907 11)# kemudian diganti lagi dengan Undang-undang -omor 14 Tahun 1999 tentang :erek
(4- 6I# 19997 51) dan terakhir dengan Undang-undang -omor 15 Tahun 0//1 tentang :erek
(;! 'aidin# 19957 5)
Undang-Undang ini ternyata mengalami "anyak ham"atan dalam pelaksanaannya# dan
pada saat yang sama tantangan untuk menggantikan hukum kolonial dengan hukum Indonesia
"elum selesai# tim"ul pula tantangan "aru Tantangan terse"ut adalah "ah&a undang-undang
produk Indonesia merdeka yang semula dimaksudkan untuk menggantikan hukum kolonial
ternyata "elum siap untuk men$a&a" pro"lem hukum dalam masyarakat Indonesia
Untuk kasus ini se"ut sa$a misalnya Undang-undang -omor . Tahun 1910 tentang Hak
2ipta (4- 6I# 19107 15) yang merupakan produk hukum negara 6epu"lik Indonesia yang "aru
sa$a "erusia lima tahun (pada saat harus dire8isi) dengan "er"agai pertim"angan# terpaksa
harus dire8isi Hal ini dise"a"kan ada "e"erapa hal yang tidak sesuai dengan tuntutan hukum
masyarakat Indonesia dan masyarakat Internasional yaitu antara lain# adalah misalnya di"idang
Hak 2ipta dengan adanya desakan ,merika serikat terhadap Indonesia untuk melindungi Hak
2ipta <arga -egara ,sing# setelah kasus pem"a$akan lagu-lagu milik &arga negara ,' (+o"
=eldo%% dan :adonna ketika itu) di"a$ak oleh penrsahaan>produser rekaman Indonesia
Disamping itu digelarnya "er"agai persidangan diluar negeri (,merika 'erikat) dengan
tersangkanya &arga negara Indonesia (,ntony) yang melakukan pem"a$akan atas karya *ipta
milik &arga negara ,' 'ederetan kasus pelanggaran Hak 2ipta pads periode 191/-191. "egitu
marak yang mem"uat Pemerintah ,merika 'erikat men$adi "erang dan mendesak 6onald
6eagan (Presiden ,' ketika itu) rnengadakan pem"i*araan empat mata dengan 'oeharto
(Presiden 6I ketika itu) di hotel -usa Dua +ali# yang akhirnya Presiden mem"eri keputusan
untuk mem"entuk tim penyempurnaan Undang-undang Hak 2ipta 1910 dan lahirlah Undang-
undang -omor 9 Tahun 1919 (4- 6I# 19197 40 id h 4)
!eputusan terse"ut dituangkan kedalam !eppres -omor 54 Tahun 191. tentang
pem"entukan tim ker$a yang pada &aktu itu diketuai oleh :urdiono selaku :enteri 'ekretaris
!a"inet 'etelah Undang-undang -omor 9 Tahun 1919 ini $uga dirasa tidak sesuai dengan
tuntutan masyarakat# yang lagi-lagi atas desakan masyarakat internasional yang pada saat
Indonesia tidak dapat menghindarkan din untuk turut merati%ikasi =,TT 1994><T; hasil
putaran Uruguay di :arakesh "ulan ,pril 1994 yang antara lain memuat tentang persetu$uan
Trade 1elated Aspects of Intelectual &roperty 1ight>T6IPs (4- 6I# 19197 40 id h 5)
Indonesia telah merati%ikasi kesepakatan =,TT 1994><T; ini melalui Undang-undang
-omor 9 Tahun 1994 tentang pengesahan Agreement Establishing the world Trade
Organization> persetu$uan pem"entukan organisasi perdagangan dunia (4- 6I# 19947 59)
Terakhir Undang-undang -omor 9 Tahun 1994 ini $uga di*a"ut dan diganti dengan
Undang-undang -omor 19 Tahun 0//0 tentang Hak 2ipta (4- 6I# 0//07 15)
+idang Hak !ekayaan Intelektual lainnya yaitu Paten $uga memiliki peran yang sangat
penting dalam pem"angunan "angsa# industri dan perdagangan internasional 'e*ara ?timologis
istilah @PatenA "erasal dari "ahasa Peran*is Hak Paten "erarti hak yang khusus di"erikan oleh
pemerintah kepada suatu perusahaan atau pa"rik untuk mem"uat dan memperdagangkan suatu
produk dagang dan tidak "oleh di"uat oleh perusahaan lain atau "arang seperti itu dengan merek
tertentu (Pipin 'yari%in# etal# 0//47 109)
Peraturan di "idang Paten pun mengalami peru"ahan sesuai dengan keinginan masyarakat
Indonesia dan masyarakat internasional 'etelah negara Indonesia merati%ikasi Agreement
Establishing the World Trade Organization (Pem"entukan ;rganisasi Perdagangan Dunia) yang
disahkan dengan Undang-undang -omor 9 Tahun 1999 tentang Pengesahan Agreement the
World Trade Organization (46 6I# 19947 59) dan persetu$uan T6IPs (Agreement on Trade
1elated Aspects of Intellectual &roperty 1ights) serta &atent 2ooperation Treaty (P2T) dengan
!eputusan Presiden -omor 1. Tahun 1999# negara Indonesia $uga mengalami peru"ahan
terhadap peraturan Patennya
B" RUMUSAN MASALAH
+ertitik tolak dan latar "elakang masalah# maka maalah yang diteliti adalah se"agai
"erikut 7
1 'e$auhmanakah Undang-undang Paten -omor 14 Tahun 0//1 mem"erikan perlindungan
Paten "agi Pemegang Paten B
0 ,pakah Undang-undang Paten -omor 14 Tahun 0//1 sudah memenuhi aturan-aturan
Internasional yang terdapat dalam persetu$uan T6IPs-<T; B
5 ,pakah sistem P2T yang disyaratkan dalam persetu$uan T6IPs-<T; sangat "erman%aat
"agi pemohon Paten B
#" TU$UAN PENELITIAN
a Untuk menganalisa se$auhmana Undang-undang -omor 14 Tahun 0//1 mem"erikan
perlindungan Paten "agi pemegang Paten
" Untuk menganalisa apakah Undang-undang -omor 14 Tahun 0//1 sudah memenuhi aturan-
aturan Internasional yang terdapat dalam persetu$uan T6IPs-<T;
* Untuk menganalisa apakah sistem P2T "erman%aat "agi pemohon Paten
D" METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian hukum normati% yaitu penelitian hukum yang
menga*u pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan Dalam
Penelitian hukum -ormati%# maka data utama yang dipergunakan adalah data sekunder yang
diperoleh dengan melakukan studi kepustakaan ('oer$ono 'oekanto C 'ri :amud$i# 19957 15-
14)
Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data# "erupa studi dokumen dan &a&an*ara#
se"agai penun$ang data sekunder ,lat pengumpul data terse"ut adalah se"agai "erikut 7
1" S%&di D'(&)* +a, di-a(&(a &%&( )*).*r'-*h da%a /*(&d*r +a, %*rdiri dari 0
a +ahan Hukum Primer yang meliputi peraturan Perundang-undangan yaitu diantaranya
Undang-undang Hak 2ipta -omor . Tahun 1910# dan UndangUndang Peru"ahan Hak 2ipta
-omor 9 tahun 1919# dan peraturan pelaksanaannya# !emudian Undang-undang Paten
-omor . tahun 1919 (4em"aran -egara Tahun 1919 -omor 593 Tam"ahan 4em"aran
-egara 6I -omor 559/) $o Undang-undang -omor 15 Tahun 1999 (4em"aran -egara
Tahun 1999 -omor 5/3 Tam"ahan 4em"aran -egara 6I -omor 5444) dan kini Undang-
undang -omor 14 tahun 0//1 (4em"aran -egara 6I Tahun 0//1 -omor 1/93 Tam"ahan
4em"aran -egara 6I -omor 415/) tentang Paten dan pen$elasannya3 dan "e"erapa kon8ensi
Internasional seperti !on8ensi World Intellectual &roperty Organization yang disahkan
dengan !eputusan Presiden -omor 04 Tahun 1999
" +ahan Hukum 'ekunder yang mendukung seperti hasil karya ilmiah yang tertuang dalam
"uku-"uku# artikel-artikel pada surat ka"ar dan ma$alah# penelitian-penelitian terdahulu# dan
lain-lain yang "erhu"ungan dengan o"yek penelitian
* +ahan Hukum Tersier# yaitu "ahan yang mem"eri petun$uk maupun pen$elasan terhadap
"ahan hukum primer dan sekunder seperti kamus yaitu yang akan dipakai adalah @/lac-3s
4aw 5ictionaryA dan ensiklopedi yaitu yang dipakai adalah @?nsiklopedi !eluargaA
2" 1a2a3ara
Untuk menun$ang data sekunder# peneliti melakukan &a&an*ara dengan Pe$a"at
Direktorat Paten Dit$en H!I# Depkum C H,: yang "erkaitan dengan masalah yang akan
diteliti# !omisi +anding Dit$en H!I# 'ekretaris Jenderal H!I dan +iro Paten PD-II 4IPI se"agai
narasum"er dan instansi terkait lainnya
Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisa dengan menggunakan metode kualitati%
dengan pendekatan yuridis normati% ('oer$ono 'oekanto# 191.7 15)
E" TIN$AUAN UMUM PATEN
:engingat lingkup peru"ahan serta untuk memudahkan penggunaannya oleh masyarakat#
Undang-undang Paten -omor 14 Tahun 0//1 ini disusun se*ara menyeluruh dalam suatu naskah
(single te6t) pengganti Undang-undang Paten lama yaitu Undang-undang -omor 15 Tahun 1999
Dalam hal ini# ketentuan dalam undang-undang Paten lama# yang su"stansinya tidak diu"ah
dituangkan kem"ali ke dalam undang-undang yang "aru 'e*ara umum ruang lingkup peru"ahan
yang dilakukan terhadap undang-undang Paten lama meliputi penyempurnaan# penam"ahan dan
penghapusan
Penyempurnaan dilakukan dengan 5 (lima) segi se"agai "erikut 7
1" S*,i %*r)i'-',i i/%i-ah i4*/i 5.**)&a6 da i/%i-ah i4*%'r 5.**)&6
'egi ini digunakan untuk penemuan dan istilah in8entor digunakan untuk penemu Istilah
penemuan diu"ah men$adi in8ensi dengan alasan istilah in8ensi "erasal dari in.ention se*ara
khusus dipergunakan dalam kaitannya dengan paten 'ehingga istilah in8ensi $auh le"ih tepat
di"anding dengan penemuan# se"a" kata penemuan memilkiki aneka pengertian
Termasuk dalam pengertian penemuan# misalnya menemukan "enda yang ter*e*er#
sedangkan istilah in8ensi dalam kaitannya dengan paten adalah hasil serangkaian kegiatan
sehingga ter*ipta sesuatu yang "aru atau yang tadinya "elum ada (tentu dalam kaitan antara
manusia dengan kesadaran "ah&a semuanya ter*ipta karena Tuhan) Dalam "ahasa Inggris $uga
dikenal antara lain kata--ata to disco.er to find( and to get. !ata-kata itu se*ara ta$am "er"eda
artinya dari to in.ent dalam kaitannya dengan Paten Dalam hal ini rumusan Pasal 0 ayat (1)
Undang-undang -omor 14 Tahun 0//1 tentang Paten (yang kemudian akan dise"ut se"agai
UUP) mengenai in8ensi yang dapat di "eri Paten mengandung 5 (tiga) unsur# antara lain7
a In8ensi yang "aru
" :engandung langkah in8enti%
* +idang Industri
2" S*,i Pa%* S*d*rhaa
'etiap in8ensi "erupa produk atau alat yang "aru dan mempunyai nilai kegunaan praktis
dise"a"kan oleh "entuk# kon%igurasi# konstruksi atau komponennya dapat memperoleh
perlindungan hukum dalam "entuk Paten 'ederhana (Pasal . UUP) Paten 'ederhana di"erikan
untuk $angka &aktu 1/ (sepuluh) tahun terhitung se$ak tanggal penerimaan dan $angka &aktu itu
tidak dapat diperpan$ang (Pasal 9 UUP)
Paten di"erikan untuk $angka &aktu selama 0/ tahun terhitung se$ak tanggal penerimaan
dan $angka &aktu itu tidak dapat diperpan$ang (Pasal 1 ayat (1) UUP) Tanggal mulai dan
"erakhirnya $angka &aktu Paten di*atat dan diumumkan (Pasal 1 ayat (0) UUP) Dang dimaksud
dengan di*atat dan diumumkan# adalah di*atat dalam da%tar umum Paten dan diumumkan dalam
+erita 6esmi Paten (Undang-undang -omor 14 Tahun 0//1 tentang Paten)
In8ensi tidak men*akup se"agai "erikut7
a !reasi estetika
" 'kema
* ,turan dan metode untuk melakukan kegiatan 7
1) yang meli"atkan kegiatan mental
0) Permainan
5) +isnis
d ,turan dan metode mengenai program komputer
e Prestasi mengenai suatu in%ormasi
;"$ek Paten 'ederhana hanya di"atasi pada hal-hal yang kasat mata (tangible)# "ukan
yang tidak kasat mata (intangible)# di "e"erapa negara seperti di Jepang# ,merika 'erikat#
Filipina# Thailand# pengertian Paten 'ederhana dise"ut dengan utility model( petty patent# atau
simple patent yang khusus ditu$ukan untuk "enda (article) atau alat (de.ice)
Perlindungan Paten 'ederhana dimulai se$ak tanggal penerimaan karena Paten 'ederhana
menurut undang-undang Paten lama tidak diumumkan se"elum pemeriksaan su"stanti% diu"ah
men$adi diumumkan paling lam"at 5 (tiga) "ulan se$ak tanggal penerimaan Hal ini dimaksudkan
untuk mem"erikan kesempatan kepada masyarakat luas guna mengetahui adanya permohonan
atas suatu in8ensi serta menyampaikan pendapatnya mengenai hal terse"ut 'elain itu dengan-
pengumuman terse"ut# dokumen permohonan yang telah diumunikan terse"ut segera dapat
digunakan se"agai dokumen pem"anding# $ika diperlukan dalam pemeriksaan su"stanti% tanpa
harus melanggar in8ensi
!onsep perlindungan Paten 'ederhana yang diu"ah men$adi terhitung se$ak tanggal
penerimaan# "ertu$uan untuk mem"erikan kesempatan kepada pemegang Paten 'ederhana
menga$ukan gugatan ganti rugi aki"at pelanggaran terhitung se$ak tanggal penerimaan =ugatan
ganti rugi "aru dapat dia$ukan setelah Paten 'ederhana di"erikan (Pipin 'yari%in# etal# 0//47
154)
'i%at "aru dari Paten 'ederhana dalam undang-undang Paten yang "aru ini ditegaskan
si%at ke"aruan "ersi%at uni8ersal !etentuan dalam undang-undang Paten lama tidak "egitu $elas#
mem"erikan kemungkinan "anyaknya ter$adi peniruan in8ensi dari luar negeri untuk dimintakan
Paten 'ederhana (Pipin 'yari%in# etal# 0//47 154)
Jangka &aktu pemeriksaan su"stanti% atas Paten 'ederhana yang semula sama dengan
Paten# yakni 5. (tiga puluh enam) "ulan diu"ah men$adi 04 (dua puluh empat) "ulan terhitung
se$ak tanggal penerimaan Hal ini dimaksudkan untuk mempersingkat $angka &aktu pemeriksaan
su"stanti% agar se$alan dengan konsep Paten dalam rangka meningkatkan layanan kepada
masyarakat (Pipin 'yari%in# etal# 0//47 155)
7" S*,i P*ra%&ra P*)*ri%ah a%a& K*.&%&/a .r*/id*
Terdapat "e"erapa pengaturan yang dalam undang-undang Paten lama ditetapkan dengan
!eputusan :enteri# sedangkan dalam undang-undang Paten "aru diu"ah ditetapkan dengan
!eputusan Presiden# dan dalam undang-undang Paten lama ditetapkan dengan !eputusan
Presiden# sedangkan dalam undang-undang Paten "aru diu"ah ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah atau se"aliknya
4" S*,i P*)8*rda+aa P*,adi-a Nia,a
:engingat "idang Paten sangat terkait erat dengan perekonomian dan perdagangan
mengenai penyelesaian perdata yang "erkaitan dengan Paten harus dilakukan se*ara tepat dan
segera Hal itu "er"eda dengan undang-undang Paten lama mengenai penyelesaian perdata di
"idang Paten dilakukan di Pengadilan -egeri
9" S*,i -i/*/i 2a:i8
Dengan undang-undang Paten yang "aru ini# instansi yang ditugasi untuk mem"erikan
lisensi &a$i" adalah direktorat Jenderal +er"eda dengan undang-undang Paten lama yang
menugaskan pem"erian lisensi &a$i" kepada pengadilan negeri Hal itu dimaksudkan untuk
penyederhanaan prosedur dan meningkatkan layanan kepada masyarakat# serta se$alan dengan
yang dilakukan di "er"agai negara# seperti Thailand# Filipina# +raEil dan 2ina (Pipin 'yari%in#
etal# 0//47 155)
F" TATA #ARA PENDAFTARAN PATEN
Pasal 0/ Undang-undang Paten -omor 14 Tahun 0//1 menetapkan 7 paten di"erikan atas
dasar permohonanA
Hal in $elas "ah&a Paten tidak akan di"erikan "egitu sa$a tanpa ada permohonan dari
in8entor Dan permohonan Paten ini dia$ukan dengan disertai mem"ayar "iaya
Pasal 5/ sampai dengan Pasal 41 menetapkan 7
Pasal 5/ 7
(1) Tanggal penerimaan adalah tanggal Direktorat Jenderal menerima permohonan yang telah
memenuhi ketentuan se"agaimana dimaksud dalam Pasal 04 ayat (1) dan ayat (0) huru% a#
huru% "# huru% %# huru% h# dan huru% i# serta huru% $# $ika permohonan terse"ut dilampiri
gam"ar serta setelah di"ayarnya se"agaimana dimaksud dalam Pasal 00
(0) Dalam hal dimaksud deskripsi se"agaimana dimaksud dalam Pasal 04 ayat (0) huru% h dan
huru% i ditulis dalam "ahasa inggris# deskripsi terse"ut harus dilengkapi dengan
ter$emahannya dalam "ahasa Indonesia dan harus disampaikan paling lama 5/ hari se$ak
tanggal penerimaan se"agaimana dimaksud pada ayat (1)
(5) ,pa"ila ter$emahan dalam "ahasa Indonesia tidak diserahkan dalam $angka &aktu yang
ditentukan se"agaimana dimaksud dalam ayat (0) permohonan itu dianggap ditarik kem"ali
(4) Tanggal penerimaan di*atat oleh Direktorat $enderal
Pasal 51 7
Dalam hal terdapat kekurangan se"agaimana dimasud dalam Pasal 5/ ayat (1) dan ayat (0)#
tanggal penerimaan adalah tanggal diterimanya seluruh persyaratan minimum terse"ut oleh
Direktorat Jenderal
Pasal 50 7
(1) apa"ila ternyata syarat-syarat se"agaimana dimaksud dalam Pasal 5/ telah dipenuhi# tetapi
ketentuan-ketentuan lain dalam Pasal 04 "elum dipenuhi# Direktorat Jenderal meminta agar
kelengkapan terse"ut dipenuhi paling lama 5 "ulan terhitung se$ak tanggal pengiriman
permintaan pemenuhan seluruh persyaratan terse"ut oleh Direktorat Jenderal
(0) +erdasarkan alasan yang disetu$ui oleh direktorat Jenderal# $angka &aktu se"agaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dipeipan$ang paling lama 0 "ulan atas permintaan pemohon
(5) Jangka &aktu se"agaimana dimaksud pada ayat (0) dapat diperpan$ang paling lama 1 "ulan
setelah "erakhirnya $angka &aktu terse"ut dengan ketentuan "ah&a pemohon dikenai "iaya
Pasal 55 7
,pa"ila seluruh persyaratan dengan "atas $angka &aktu se"agaimana dimaksud dalam Pasal 50
tidak dipenuhi# Direktorat Jenderal mem"eritahukan se*ara tertulis kepada pemohon "ah&a
permohonan dianggap ditarik kem"ali
Pasal 54 7
1) ,pa"ila untuk suatu in8ensi yang sama ternyata dia$ukan le"ih dari satu permohonan oleh
yang "er"eda# permohonan yang dia$ukan pertama yang dapat diterima
0) ,pa"ila "e"erapa permohonan untuk in8ensi yang sama se"agaimana dimaksud pada ayat (1)
dia$ukan pada tanggal yang sama# Direktorat Jenderal mem"eritahukan se*ara tertulis kepada
para pemohon untuk "erunding guna memutuskan permohonan mana yang dia$ukan dan
menyampaikan hasil keputusan itu kepada Direktorat Jenderal paling lama . "ulan terhitung
se$ak tanggal pengiriman pem"eritahuan terse"ut
5) ,pa"ila tidak ter*apai persetu$uan atau keputusan diantara para pemohon# tidak
dimungkinkan dilakukannya perundingan# atau hasil perundingan tidak disampaikan kepada
Direktorat Jenderal pada &aktu yang ditentukan pada ayat (0)# permohonan itu ditolak dan
Direktorat Jenderal mem"eritahukan penolakan terse"ut se*ara tertulis kapada para pemohon
Pasal 55 7
Permohonan dapat diu"ah dengan *ara mengu"ah deskripsi dan > atau klaim dengan ketentuan
"ah&a peru"ahan terse"ut tidak memperluas lingkup in8ensi yang telah dia$ukan dalam
nermohonan semula
Pasal 5. 7
(1) Pemohon dapat menga$ukan permohonan semula apa"ila suatu permohonan terdiri atas
"e"erapa in8ensi yang tidak merupakan suatu kesatuan in8ensi se"agaimana dimaksud
dalam Pasal 01
(0) Permohonan peme*ahan se"agaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dia$ukan se*ara terpisah
dalam satu permohonan atau le"ih dengan ketentuan "ah&a lingkup perlindungan yang
dimohonkan dalam setiap permohonan terse"ut tidak memperluas lingkup perlidungan yang
telah dia$ukan dalam permohonan semula
(5) Permohonan peme*ahan se"agaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dia$ukan paling lama
se"elum permohonan semula terse"ut di"eri keputusan se"agaimana dimaksud dalam Pasal
55 ayat (1) atau Pasal 5. ayat (1)
(4) Permohonan peme*ahan se"agaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (0)# yang telah
memenuhi persyaratan se"agaimana dimaksud dalam Pasal 01 dan Pasal 04# dianggap
dia$ukan pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan semula
(5) Dalam hal pemohon tidak menga$ukan permohonan pemenahan dalam "atas &aktu
se"agaimana dimaksud pada ayat (5) Pemeriksaan su"stanti% atas permohonan hanya
dilakukan terhadap in8ensi se"agaimana dinyatakan dalam urutan klaim yang pertama
dalam permohonan semula
Pasal 59 7
Permohonan dapat diu"ah dari Paten men$adi Paten sederhana atau se"aliknya oleh pemohon
dengan tetap memperhatikan ketentuan dalam undang-undang ini
Pasal 51 7
!etentuan le"ih lan$ut mengenai peru"ahan se"agaimana dimaksud dalam Pasal 55# pasal 5. dan
Pasal 59 diatur dengan !eputusan Presiden
Pasal 59 7
(1) Permohonan dapat ditarik kem"ali oleh pemohon dengan menga$ukan se*ara tertulis kepada
Direktorat Jenderal
(0) !etentuan le"ih lan$ut mengenai penarikan kem"ali permohonan diatur dengan !eputusan
Presiden
Pasal 4/ 7
'elama masih terikat dinas akti% atau hingga selama satu tahun sesudah pensiun atau sesudah
"erhenti karena alasan apapun dari Direktorat Jenderal# pega&ai Direktorat Jenderal atau orang
yang karena tugasnya "eker$a untuk dan atas nama Direktorat Jenderal# dilarang menga$ukan
permohonan# memperoleh Paten atau dengan *ara apapun memperoleh hak atau pemegang hak
yang "erkaitan dengan Paten# ke*uali apa"ila pemilikan Paten itu diperoleh karena pe&arisan
Pasal 41 7
Terhitung se$ak tanggal penerimaan# seluruh aparat Direktorat Jenderal atau orang# yang karena
tugasnya terkait dengan tugas Direktorat Jenderal &a$i" men$aga kerahasiaan in8ensi dan seluruh
dokumen permohonan sampai dengan tanggal diumumkannya permohonan yang "ersangkutan
'etelah 11 "ulan permintaan Paten dia$ukan Dit$en H!I &a$i" mengumumkan permohonan
Paten terse"ut Pengumuman dilaksanakan selama 7
a . "ulan terhitung se$ak tanggal diumumkannya permohonan paten
" 5 "ulan terhitung se$ak tanggal diumumkannya permohonan paten sederhana
Pengumuman dilakukan dengan men*antumkan 7
a -ama dan ke&arganegaraan in8entor3
" -ama dan alamat lengkap pemohon dan kuasa apa"ila permohonan dia$ukan melalui kuasa3
* Judul in8ensi3
d Tanggal penerimaan3 dalam hal permohonan dia$ukan dengan hak prioritas# tanggal
prioritas# nomor dan negara tempat permohonan yang pertama kali dia$ukan3
e ,"strak3
% !lasi%ikasi in8ensi3
g =am"ar# $ika ada3
h -omor pengumuman dan
i -omor permohonan
'etiap pihak dapat melihat pengumuman dimaksud dan dapat menga$ukan se*ara tertulis
pandangan dan>atau ke"eratannya atas permohonan yang "ersangkutan dengan men*antumkan
alasannya Dalam hal terdapat pandangan dan>atau ke"eratan# Direktorat Jenderal segera
mengirimkan salinan surat yang "erisikan pandangan dan>atau ke"eratan terse"ut kepada
pemohon
Pemohon "erhak menga$ukan se*ara tertulis sanggahan dan>atau pen$elasan se"agai
tam"ahan "ahan permohonan dalam tahap pemeriksaan su"stanti% 'etelah "erkonsultasi dengan
instansi pemerintah yang tugas dan &e&enangnya "erkaitan dengan pertahanan dan keamanan
negara# apa"ila diperlukan# Direktorat Jenderal dengan persetu$uan menteri dapat menetapkan
untuk tidak mengumumkan permohonan apa"ila menurut pertim"angannya# pengumuman
in8ensi terse"ut diperkirakan akan dapat mengganggu atau "ertentangan dengan kepantingan
pertahanan dan keamanan negara !etetapan untuk tidak mengumumkan permohonan terse"ut
di"eritahukan se*ara tertulis oleh Direktorat Jenderal kepada pemohon atau kuasanya
!onsultasi yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal terse"ut# termasuk penyampaian
in%ormasi mengenai in8ensi yang dimohonkan yang kemudian "erakhir dengan ketetapan tidak
diumumkannya permohonan# tidak dianggap se"agai pelanggaran ke&a$i"an untuk men$aga
kerahasiaan !etentuan ini tetap me&a$i"kan instansi pemerintah yang "ersangkutan "eserta
aparatnya untuk tetap men$aga kerahasiaan in8ensi dan dokumen pennohonan yang
dikonsultasikan kepadanya terhadap pihak ketiga Terhadap permohonan yang tidak diumumkan
dilakukan pemeriksaan su"stanti% setelah . "ulan se$ak tanggal penetapan Direktorat Jenderal
mengenai tidak diumumkannya permohonan yang "ersangkutan Pemeriksaan su"stanti% ini tidak
dikenai "iaya :engenai tata *ara penda%taran Paten ini dapat di lihat dalam "agan "erikut ini7
F" PROSEDUR PERMOHONAN PATEN
(:enurut Undang-undang -omor 14 Tahun 0//1 tentang Paten)
G" PATENT COOPERATION TREATY 5P#T6
&atent 2ooperation Treaty (P2T)# didirikan pada tanggal 19 Juni 199/ di <ashington
dalam suatu kon%erensi para diplomat dari 91 negara dan 00 organisasi internasional (;! 'aidin#
19957 511)
P2T telah diu"ah-0 kali yaitu pada tahun 1999 dan tahun 1914 Terhitung se$ak tanggal 1
Januari 1911 se"anyak 4/ negara telah menyatakan tunduk kepada P2T (2ita 2itra&inda
Priapant$a# 0//57 91)
-egara Indonesia sendiri "aru merati%ikasi &atent 2ooperation Treaty pada tahun 1999
melalui !eputusan Presiden 6epu"lik Indonesia -omor 1. Tahun 1999 tentang Pengesahan
&atent 2ooperation Treaty (P2T) and 1egulations under the &2T (2ita 2itra&inda Priapant$a#
0//57 91)
Tu$uan permohonan internasional Paten adalah agar paten terse"ut mendapat
perlindungan di "e"erapa negara Untuk itu si pemohon harus menga$ukannya di setiap negara
dimana perlindungan itu di kehendaki Dengan demikian setiap kantor Paten nasional masing-
masing negara harus melaksanakan penelitian terhadap permohonan paten terse"ut 'istem ini
tentu "anyak memerlukan peker$aan# &aktu dan "iaya yang diperlukan Peme*ahan
permasalahan inilah yang merupakan tu$uan P2T
Untuk itu P2T mengadakan sistem permohonan internasional dan pu"likasi internasional#
pemeriksaan permulaan internasional atas setiap permohonan Paten yang le"ih "erdaya guna#
hemat dan sederhana# $ika perlindungan itu dikehendaki se*ara internasional
,dapun sistem permohonan internasional menurut P2T adalah se"agai "erikut7 dengan
kemungkinan untuk meminta hak prioritas "erdasarkan !on8ensi Paris# setiap &arga negara dari
negara-negara yang mengadakan per$an$ian "erhak untuk menga$ukan permohonan kepada P2T
P2T akan mem"uat suatu "adan penelitian internasional# akan tetapi karena "adan
terse"ut "elum ada# maka untuk sementara P2T menun$uk !antor Urusan Paten yang telah
memenuhi syarat untuk melakukan penelitian !antor-kantor yang telah memenuhi syarat adalah#
!antor Paten 6usia# Jepang# '&edia# dan ,merika 'erikat
Hasil penelitian dari !antor Paten terse"ut dikirimkan kepada pemohon dan "iro
internasional yang akan mengirim pengiriman laporan kepada !antor Paten dari negara yang
ditun$uk
P2T akan mem"erikan tahap kedua# yaitu pemeriksaan permulaan internasional Pada
tahap ini suatu penemuan akan diperiksa# apakah "ersi%at in8enti% dan dapat diterapkan dalam
kegiatan industri
'elain mengatur tentang permohonan internasional atas permohonan Paten# P2T $uga
mem"erikan "antuan tehnik yang merupakan perhatian khusus "agi negara-negara "erkem"ang
P2T sepakat "ah&a "iro internasional (<IP;) dengan "iaya rendah harus mem"erikan
pengetahuan tehnik dan teknologi untuk negara-negara terse"ut# termasuk pengetahuan yang ada
yang dipu"likasikan "erdasarkan dokumen yang diter"itkan 'elan$utnya se"uah komisi "antuan
tehnik telah di"entuk yang "ertugas untuk menyelenggarakan dan menga&asi "antuan tehnik
dalam mengem"angkan sistem Paten se*ara &ilayah dan se*ara terpisah (;! 'aidin# 19957 510)
&atent 4aw Treaty (P49) "aru-"aru ini disimpulkan untuk mengharmonisasikan dan
mempersingkat prosedur yang "erkaitan dengan permohonan Paten nasional dan regional serta
Hak-hak Paten Dengan penge*ualian yang "erarti "agi syarat-syarat tanggal penerimaan atau
filing date P4T menetapkan seperangkat syarat maksimum pada maa kantor dari pihak yang
turut serta menandatangani dapat menerapkannya !antor Paten tidak dapat "ergantung pada
syarat-syarat %ormal lainnya sehu"ungan dengan hal-hal yang "erkenaan dengan traktat ini Pada
saat ini hanya lima negara yang sudah menandatangani men$adi negara anggota :asih "anyak
negara anggota P2T lainnya yang "agaimanapun memungkinkan mendapat perlindungan Paten
"agi suatu in8ensi se*ara serentak di tiap se$umlah negara dengan menga$ukan permohonan
Paten @internasionalA Permohonan Paten @internasionalA serupa itu dapat dia$ukan oleh siapa
sa$a yang men$adi &arga negara atau "ertempat tinggal di negara anggota P2T (2ita 2itra&inda
Priapant$a# 0//57 90)
Perlu diketahui# proses penda%taran Paten di Indonesia dapat memalui dua *ara yaitu 7
1 :elalui !antor Paten -asional
0 4angsung ke !antor Paten Internasional (<a&an*ara dengan +pk 'ya%rudin# ,nggota
!omisi +anding Paten Dit$en H!I# tanggal 11 Juli 0//5# menurut "eliau "iaya penda%taran
melalui P2T adalah sekitar U'F5//# dengan transmital %ee se"esar 6p 5/////#- dengan
men$alani phase yaitu 0/ "ulan atau "ulan ke-01 dia$ukan ke negara masing-masing dan atau
5/ "ulan sudah dilengkapi dengan kelengkapan a&al)
:an%aat yang diperoleh dari pemakaian sistem P2T dapat diringkaskan se"agai "erikut 7
1 Pada saat penga$uan# *ukup satu permintaan Paten# yang dia$ukan dalam satu "ahasa# pada
satu !antor Paten# untuk menggantikan penga$uan Paten ke "anyak negara3
0 Tetap dapat menggunakan hak prioritas3
5 Tanggal penerimaan permintaan internasional adalah tanggal penerimaan permintaan
nasional di semua !antor Paten yang ditu$u3
4 Persyaratan %ormal yang seragam dapat diterima oleh semua !antor Paten yang ditu$u3
5 Pengendalian pemrosesan terhadap pennintaan Paten dapat le"ih mudah dilakukan dilakukan
dari negara asal3
. Untuk mem"antu mengam"il keputusan perlu tidaknya melan$utkan pemrosesan permintaan
Paten# para pemohon dapat meman%aatkan laporan penelusuran pendahuluan yang
mem"erikan indikasi tentang peluang mereka memperoleh Paten3
9 'eringkali# pemohon tidak perlu memutuskan untuk memasuki tahap nasional atas
permintaan Patennya sampai 5/ "ulan se$ak tanggal prioritas permintaan# yang "erarti 5/
"ulan se$ak penerimaan paten di negara asal ('ya%rudin# 0//57 1.-19)
H" PENGARUH PER$AN$IAN INTERNASIONAL TERHADAP KEBI$AKAN
PEMERINTAH INDONESIA DI BIDANG PATEN
+erkenaan dengan 7ruguay 1ound perundingan perdagangan multilateral =,TT
(8eneral Agreement of Tariffs and Trade) dapat disaksikan adanya perkem"angan tertentu
di"idang perlindungan Hak :ilik Intelektual Dari segi pandangan ,merika 'erikat#
pem"i*araan ini dianggap telah mem"a&a hasil yang "aik Hasilnya menun$ukkan adanya
keper*ayaan kepada =,TT se"agai sistem perdagangan se*ara multilateral Perlu diketahui
adanya "er"agai "idang yang men$adikan pem"i*araan =,TT ini perlu pertentangan diantara
negara-negara ?ropa dan ,merika 'erikat +idang-"idang ini antara lain pertanian# hak milik
perindustrian dan tekstil
:engenai Hak :ilik Perindustrian# pem"i*araan dalam =,TT telah "erhasil mem"uka
pertukaran pikiran -egara-negara yang sedang "erkem"ang yang dipimpin India dan +rasil
menentang diakuinya =,TT se"agai %orum yang "aik "agi masalah Hak :ilik Intelektual
:ereka tidak sependapat dengan ,merika 'erikat "ah&a masalah ini dapat dimasukkan kedalam
+a" @0er.iceA atau @JasaA yang dapat ditaruh dalam sistem multilateral persetu$uan perdagangan
=,TT ini -egara-negara "erkem"ang "erkeinginan agar <IP; (World Intellectual &roperty
Organization) merupakan organisasi internasional yang khusus mengurus masalah-masalah yang
"erkenaan dengan Paten# copyright# dan perlindungan Hak :ilik Intelektual lainnya :enurut
mereka# se"aiknya tetap di"iarkan di"a&ah <IP;# dan tidak ditarik kedalam =,TT se"agai
yang hendak dilakukan oleh pihak ,merika serikat ('oed$ono Dir$osis&oro# 0///7 .)
'eperti diketahui# =,TT merupakan %orum utama perundingan dagang internasional
se*ara multilateral Para pihak yang turut serta merundingkan kemungkinan adanya pertukaran
konsesi-konsesi atau di"uatnya per$an$ian-per$an$ian yang "erkenaan dengan perdagangan dan
soal-soal yang "erkaitan dengan perdagangan
Hak :ilik Intelektual yang dise"ut se"agai Hak :ilik Perindustrian merupakan suatu hal
yang dise"ut dalam Pasal 0/ su" d dari Per$an$ian =,TT yang mengatur masalah 8eneral
e6ceptions Pasal 0/ su" d dari =,TT ini menyatakan "ah&a apa yang telah di mu%akatkan ini
tidak "erarti menghindarkan tindakan-tindakan oleh negara peserta =,TT yang dianggap
penting untuk men$amin ditaatinya peraturan-peraturan yang diadakannya sepan$ang tidak
"ertentangan dengan ketentuan =,TT Termasuk ketentuan-ketentuan tentang pelaksanaan
perlindungan Paten# :erek Dagang# dan 2opyright serta penghindaran peniruan -egara masing-
masing di"eri kelekuasaan untuk menerima atau melaksanakan tindakan-tindakan untuk
men$amin peraturan-peraturan yang "erkenaan dengan Paten# :erek Dagang# dan 2opyright ini
-egara-negara "erkem"ang yang menghendaki perundingan mengenai
Hak :ilik Intelektual ini dilakukan dalam <IP; "eranggapan "ah&a hal ini le"ih
menguntungkan "agi negara "erkem"ang# karena <IP; menganut sistem one country one .ote#
negara-negara itu masing-masing mempunyai satu suara :aka dianggap sistem pem"erian suara
inilah yang le"ih menguntungkan untuk kepentingan pihak negara "erkem"ang Ternyata
perundingan dalam =,TT tidak "egitu "erhasil di"andingkan dengan pendekatan se*ara "ilateral
yang telah diam"il oleh negara-negara "erkem"ang# termasuk Indonesia di tahun 0///# dalam
mem"erikan perlindungan yang le"ih "aik di dalam negeri terhadap Hak :ilik Intelektual luar
negeri Perundingan se*ara "ilateral ini# "aik pada tingkat %ormal maupun in%ormal# telah
dilakukan# maka $alan inilah yang telah dipilih pemerintah kita dengan masyarakat ?ropa# dan
diren*anakan $uga dengan ,merika 'erikat melalui E6change of letters
Tidak *ukupnya perlindungan mengaki"atkan di*a"utnya se"agai %asilitas Dalam usaha
untuk memperoleh le"ih "anyak perlindungan Hak :ilik Intelektual di negara-negara
"erkem"ang seringkali dilontarkan "er"agai @an*amanA :isalnya akan di*a"ut %asilitas yang
di"erikan dalam 8eneral 0ystem of &reference (='P) atau diadakan sanksi perdagangan dan
pem"alasan terhadap tiap negara yang mengekspor "arang ke ,merika# tetapi tidak mem"erikan
*ukup perlindungan terhadap - &arga negara ,merika 'erikat <akil ,merika dalam +ank
Dunia - diminta untuk mem8eto pin$aman-pin$aman yang hendak di"erikan kepada suatu negara
yang tidak mem"erikan perlindungan
:enurut Pro% 'oed$ono# tampak segi-segi politis di sekitar masalah perlindungan
terhadap Hak :ilik Intelektual asing ini 'e"agai *ontoh dapat dise"ut adanya @tekanan-tekananA
terhadap !orea agar mengu"ah hukum-hukumnya dan mem"erikan le"ih "anyak proteksi
produksi kepada :ilik Intelektual ,sing Demikian pula Thailand telah didesak untuk
mengadakan peru"ahan pada perundang-undangan hak *iptanya ('oed$ono Dir$osis&oro# 0///7
01)
Pengaruh per$an$ian Internasional terhadap ke"i$akan pemerintah Indonesia nampak dari
dasar atau latar "elakang diundangkannya Undang-undang -omor 14 tahun 0//1 yaitu 7
a 'e$alan dengan rati%ikasi Indonesia pada per$an$ian-per$an$ian internasional# perkem"angan
teknologi industri# dan perdagangan yang semakin pesat# diperlukan adanya Undang-undang
Paten yang dapat mem"erikan perlindungan yang &a$ar "agi in8entor3
" +ah&a hal terse"ut pada "utir a $uga diperlukan dalam rangka men*iptakan iklim persaingan
usaha yang $u$ur serta memperhatikan kepentingan masyarakat pada umumnya
* +ah&a "erdasarkan pertim"angan se"agaimana terse"ut dalam huru% a dan " serta
memperhatikan pengalaman dalam melaksanakan Undang-undang Paten yang ada#
dipandang perlu untuk menetapkan Undang-undang Paten yang "aru menggantikan Undang-
undang -omor . tahun 1919 tentang paten se"agaimana telah diu"ah dengan Undang-
undang -omor 15 Tahun 1999 tentang Peru"ahan atas Undang-undang -omor . Tahun 1919
tentang Paten
:elihat kepada Undang-undang Paten 4ama dan Undang-undang Paten +aru maka
se*ara garis "esar hal-hal yang "ersi%at "aru adalah7
1 :engenai istilah-istilah 7
!ata @penemuA pada Undang-undang lama diganti dengan kata @in8entorA pada Undang-
undang "aru3 @PenemuanA diganti dengan @in8ensiA3 pemeriksaan ditam"ah dengan
@su"stanti% G3 dise"ut pula @Direktorat JenderalH yang menggantikan @!antor PatenA
0 Penam"ahan pada +a" II yaitu tentang Permohonan melalui &atent 2oopertion Treaty
(Traktat !er$asama Paten) dan hal
terse"ut diatur dengan Peraturan Pemerintah
5 Penam"ahan dilakukan dengan . (enam) segi se"agai "erikut 7
a Penegasan mengenai istilah hari Penegasan mengenai istilah hari mengingat "ah&a
istilah hari dapat mengandung "e"erapa pengertian dalam undang-undang Paten# "aru
ditegaskan "ah&a yang dimaksud dengan istilah hari adalah hari ker$a
" In8ensi yang tidak dapat di"eri Paten
Penam"ahan Pasal 9 huru% d "er"unyi 7
1) 'emua mahluk hidup ke*uali $asad renik
0) Proses "iologis yang esensial untuk memproduksi tanaman atau he&an ke*uali proses
non "iologis atau proses mikro"iologis
Penam"ahan Pasal 9 huru% d dimaksudkan untuk mengakomodasi usulan masyarakat
agar "agi in8ensi tentang mahluk hidup (yang men*akup manusia# he&an atau
tanaman) tidak dapat di"erikan Paten 'ikap tidak dapat dipatenkannya In8ensi
tentang manusia karena hal itu "ertentangan dengan moralitas agama# etika# atau
kesusilaan Disamping itu mahluk hidup mempunyai si%at dapat mere%leksikan dirinya
sendiri Pengaturan di"er"agai negara sangat dipengaruhi oleh tingkat pertum"uhan
teknologi masing-masing Persetu$uan T6IPs hanya meletakkan persyaratan
minimum pengaturan mengenai kegiatan-kegiatan yang "oleh atau tidak "oleh
dipatenkan
Paten di"erikan terhadap in8ensi mengenai $asad renik atau proses non-"iologis serta
proses mikro"iologis untuk memproduksi tanaman atau he&an dengan pertim"angan
"ah88a pertim"angan "ioteknologi yang pesat dalam "e"erapa dasa&arsa terakhir ini
telah se*ara nyata menghasilkan "er"agai in8ensi yang *ukup "esar man%aatnya "agi
masyarakat Dengan demikian pei lindungan Hak !ekayaan Intelektual dalam "idang
Paten diperlukan se"agai penghargaan (re&ards) terhadap "er"agai in8ensi terse"ut
* Penetapan sementara Pengadilan Penam"ahan +a" IIII tentang penetapan sementara
pengadilan dalam Undang-undang Paten -omor 14 tahun 0//1 dimaksudkan se"agai
upaya a&al untuk men*egah kergian yang le"ih "esar aki"at pelaksanaan Paten oleh
pihak yang tidak "erhak
d Penggunaan penerimaan "ukan pa$ak (P-+P)
Hal ini "er"eda dari Undang-undang Paten lama# karena adanya ketentuan
mengenai kemungkinan )*,,&a(a se"agian Penerimaan -egara +ukan Pa$ak
(P-+P) oleh direktorat $enderal yang "erasal dan semua "iaya yang "erhu"ungan
dengan Paten Dang dimaksud dengan menggunakan adalah menggunakan P-+P
"erdasarkan sistem dan mekanisme yang "erlaku Dalam hal ini# seluruh P-+P
disetorkan langsung ke kas negara se"agai P-+P !emudian Direktorat Jenderal
menga$ukan permohonan melalui :enteri kepada :enteri keuangan untuk dii$inkan
menggunakan se"agian P-+P sesuai dengan keperluan yang di"enarkan oleh Undang-
undang 6I -omor 0/ tahun 1999 tentang Penerimaan -egara +ukan Pa$ak (4em"aran
-egara Tahun 1999 -omor 45)
e Penyelesaian sengketa diluar pengadilan
Penyelesaian sengketa diluar pengadilan pada umumnya akan mempergunakan
&aktu yang lama dan "iaya "esar :engingat sengketa Paten akan "erkaitan erat dengan
masalah perekonomian dan perdagangan yang harus tetap "er$alan# penyelesaian
sengketa di luar pengadilan# seperti ,r"itrase atau ,lternati% Penyelesaian 'engketa
yang dimungkinkan dalam Undang-undang Paten "aru# selain relati% le"ih *epat#
"iayanyapun le"ih ringan
% Penge*ualian dari ketentuan pidana (Pipin 'yari%in# etal# 0//47 155)
,danya ketentuan ini dalam Undang-undang Paten "aru ini mengatur hal-hal
yang tidak dikategorikan tindak pidana yaitu hal yang "erkaitan dengan kepentingan
kesehatan masyarakat Pengaturan sema*am ini terdapat dalam legislasi di "er"agai
negara
4 Penghapusan dari ketentuan Undang-undang Paten lama yang dinilai tidak se$alan dengan
persetu$uan T6IPs misalnya ketentuan yang "erkaitan dengan penundaan pem"erian Paten
dan lingkup hak eksklusi% pemegang Paten
I" EFEKTIFITAS PERLINDUNGAN PATEN DI INDONESIA
!e"eradaan Hak kekayaan Intelektual memang tidak terlepas dari kegiatan ekonomi#
industri# dan perdagangan ?ra glo"alisasi yang ditandai dengan perkem"angan teknologi
in%ormasi dan telekomunikasi telah mendorong e%isiensi dan e%ekti%itas "agi para produsen untuk
memasarkan produk-produknya ke luar negeri melalui pasar "e"as 'e"agian "esar "arang dan
$asa yang diperdagangkan merupakan produkproduk teknologi mutakhir ;leh karena itu# salah
satu kun*i agar dapat "ertahan dalam perdagangan "e"as terletak pada penguasaan teknologi dan
kemampuan melakukan ino8asi di "idang teknologi
Dalam tatanan ekonomi glo"al# Hak !ekayaan Intelektual dipandang se"agai masalah
perdagangan yang men*akup interaksi dari 5 aspek utama# yaitu kekayaan Intelektual#
komersialisasi dan perlindungan hukum ,rtinya Hak !ekayaan Intelektual men$adi penting
ketika ada karya intelektual yang akan dikomersialkan sehingga pemilik karya intelektual
terse"ut mem"utuhkan perlindungan hukum %ormal untuk melindungi kepentingan mereka dalam
memperoleh man%aat dari komersialisasi karya intelektual mereka terse"ut +erdasarkan hal ini
$elas# "ah&a saat ini setiap proses komersialisasi dari setiap komoditi perdagangan# "aik
"ernuansa ekspor maupun untuk pasar dalam negeri tidak dapat terlepas dari aspek perlindungan
kekayaan intelektualnya
'aat ini $umlah permohonan permohonan Paten oleh peneliti lokal ke !antor Paten
Indonesia masih sangat rendah# terlihat pada ta"el "erikut7
Ta8*- 1
P*r)'h'a Pa%* (* Ka%'r Pa%*
Id'*/ia P*r S*.%*)8*r 2004
-o Peneliti Paten
Paten
'ederhana
1 Peneliti
lokal
5#49J 5#15J
0 Peneliti
,sing
9.#55J 9.#15J
0umber , 5ire-torat 9enderal :a- +e-ayaan Intele-tual( *$$;
Penda%taran Paten ke 4uar negeri oleh orang Indonesia $uga masih rendah 'e"agai
*ontoh dapat dilihat pada penga$uan Paten pada 7nited 0tate &atent and Trade Office>U'PT;
('u"roto# :, C 'upradedi# Jakarta 11-10 ,gustus 0//4) "erikut
Ta8*- 2
P*r)'h'a Pa%* (* USPTO
P*r S*.%*)8*r 2007
N' N*,ara T'%a-
1 Jepang 500/49
0 2hina 0950
5 'ingapore 0..9
4 India 0//5
5 :alaysia .51
. Thailand 401
9 Filipina 511
1 Indonesia 199
0umber , 0upradedi( *$$)
Data lain dapat dilihat pada &atent Aplication <iled and &atent 8ranted during *$$!
(sum"er7 <IP;# tahun 0//1) yang terlampir pada lampiran tulisan ini
+anyak %aktor yang "ertanggung $a&a" atas masih rendahnya la$u in8ensi dan ino8asi
nasional# diantaranya adalah penegakan hukum Hak !ekayaan Intelektual yang masih lemah#
dan Iklim usaha yang "elum kondusi%# disamping mana$emen riset nasional yang $uga "elum
$elas ('upradedi# 'eminar Peman%aatan 'istem H!I# Jakarta#10 Juli 0//5)
!. &enega-an :u-um di /idang &aten
Pada dasarnya penegakan hukum di "idang Hak !ekayaan Intelektual (H!I) merupakan
kepan$angan dari misi Direktorat Jenderal Hak !ekayaan Intelektual (Dit$en H!I) yaitu
mem"erikan perlindungan hukum "agi karya-karya intelektual dan menggalakkan peningkatan
karya kreati% dengan menyempurnakan sistem Hak !ekayaan Intelektual di Indonesia
Penegakan hukum adalah kun*i untuk kesuksesan misi ini :enurut Thomes Je%%erson seperti
dikutip oleh Ken Umar Pur"a# @Ignorance of the law is any country( because if it were( the laws
would lose their effect( because it can always pretendedA (Ken Umar Pur"a# !ompas# 00 :ei
0///)
:enurut Ken Umar Pur"a# tanpa penegakan hukum yang e%ekti% sistem Hak !ekayaan
Intelektual akan "erantakan# peker$aan administrator Hak !ekayaan Intelektual untuk
mem"erikan hak kepada pemohon Hak !ekayaan Intelektual akan pupus "egitu sa$a Jadi hukum
harus ditegakkan Penegakan hukum di "idang Hak !ekayaan Intelektual khususnya Paten#
"erkaitan dengan "er"agai %aktor# antara lain7 !onsepsi Hak !ekayaan Intelektual# !emauan
Politik (political will) pemerintah# !ualitas pengaturan# @dilema pasarA# Transparansi Proses
pengadilan# instansi penegak hukum dan Hak !ekayaan Intelektual yang terus "erkem"ang (Ken
Umar Pur"a# !ompas# 00 :ei 0///) Penegakan Hukum terhadap Hak !ekayaan Intelektual
"ertu$uan untuk mengharga karya intelektual pihak lain Dan se*ara makro penegakan hukum
terhadap Hak !ekayaan Intelektual# "eraki"at pada aspek perekonomian
!emauan Politik pemerintah di "idang Paten sudah *ukup $elas# yaitu dengan
keikutsertaan dalam 2on.ention Establishing the World Trade Organization (!on8ensi <T;) >
Agreement on Trade=1elated Aspect of Intellectual &roperty 1ights (Persetu$uan T6IPs)# !arena
itu kitapun tunduk pada prinsip-prinsip glo"alisasi se"agaimana diatur dalam kesepakatan dunia
itu
+ersamaan itu $uga negara Indonesia merati%ikasi kon8ensi-kon8ensi yang "erkaitan
dengan Persetu$uan Paris 2on8ention %or the Prote*tion o% Industrial Property and 2on8ention
?sta"lishing the <orld Intelle*tual ;rganiEation (!eppres -omor 15 Tahun 1999) Patent
2oopertion Treaty (!eppres -omor 1. Tahun 1999) Patent 4a& Treaty (!eppres -omor 19
Tahun 1999) <IP; 2opyright Treaty (!eppres -omor 19 tahun 1999) termasuk +erne
2on8ention %or the Prote*tion o% 4iterary and ,rtisti* <orks (!eppres -omor 11 Tahun 1999)
!e"erhasilan Indonesia dalam menarik in8estasi asing sangat tergantung pada ada atau
tidaknya ker$asama di pihak yudikati% 'aat ini para in8estor sangat "erharap adanya sinergi yang
"aik antara pihak eksekuti%# yudikati% dan legisleti% dan komitmen "er"agai pihak terse"ut dalam
men*iptakan iklim in8estasi yang le"ih "aik
'eperti diungkapkan oleh =una&an 'uryomur*ito (konsultan paten) "anyak in8estor
memiliki pengalaman "uruk terhadap lemahnya perlindungan terhadap Hak atas !ekayaan
Intelektual (H,!I) di Indonesia 'engketa atas merek rokok Da8ido%% yang di :ahkamah ,gung
dimenangkan oleh Pihak Da8ido%% setelah putusan Pengadilan -iaga yang tidak memuaskan#
mem"uat Duta +esar '&iss untuk Indonesia =eorge martin mengungkapkan harapannya agar
pemerintah Indonesia le"ih mem"eri perhatian kepada pen*iptaan peradilan yang "ersih dengan
hakim dan $aksa yang "ersih pula (=una&an 'uryomur*ito# :edia Indonesia# 0 Pe"ruari 0//5)
:aka disaat pemerintah Indonesia di tahun 0//5 mena&arkan 91 Proyek In%rastruktur
senilai U'F00#5 miliar selama II 'ummit itu# dengan mem"erikan $aminan "ah&a in8estasi di
Indonesia akan aman# para in8estor *enderung "erhati-hati se"elum "erkomitmen tanpa adanya
tindakan nyata dari pemerintah Indonesia yaitu dalam dua hal 7 kepastian hukum dan korupsi
yang mera$alela
Indonesia masuk dalam &riority Watch list pemerintah ,merika serikat (,') selama
empat tahun "erturut-turut ,rtinya# Indonesia "ersama dengan "e"erapa negara lain seperti
,rgentina# +ahama# :esir# dan !orea masuk dalam kategori se"agai negara yang keadaan
pelanggaran dan Penegakan hukum atas Hak kekayaan Intelektual tergolong masih "uruk
<alaupun se$ak 1 :ei 0/// Indonesia sudah masuk Watch list "ukan lagi &riority Wacht list
(Ken Umar Pur"a# !ompas 00 :ei 0///)
'e$ak Tahun 1991 hingga :aret 0/// ter*atat 05 pelanggaran pidana yang ditangani oleh
PP-' yaitu terdiri dari Hak 2ipta7 1/# Paten7 5# dan :erek7 1/ Dan le"ih dari itu pada umumnya
keterti"an PP-' dilakukan "ersama-sama dengan pihak terkait yaitu Dit$en H!I Dalam !urun
&aktu yang sama Dit$en H!I telah mem"eri kesaksian ahli untuk 05 kasus pelanggaran hak *ipta
10 kasus pelanggaran paten# dan 91 kasus pelanggaran :erek (Ken Umar Pur"a# !ompas 00 :ei
0///)
:enurut Ken Umar Pur"a# penegakan hukum di "idang Hak !ekayaan Intelektual yang
masih lemah adalah "agian atau *ermin dari lemahnya penegakan hukum se*ara keseluruhan
:enurut ,nsori 'inungan# kendala penegakan Hukum mengenai Hak kekayaan
Intelektual di Indonesia se"agai kondisi dilematis dapat dipengaruhi oleh "e"erapa dimensi
"erikut 7
1 Dimensi +udaya Timur-+arat dalam hal memandang kepemilikan indi8idu adalah "er"eda
0 Dimensi 'osial dimana penegakan hukum terkadang "erdampak pada permasalahan sosial
yang lainnya
5 Dimensi ekonomi (adalah dilema antara mahalnya "arang yang asli dengan daya "eli
masyarakat
4 Dimensi hukum yang dipengaruhi oleh ter"atasnya anggaran3 sarana# dan prasarana3 aparat
penegak hukum3 dan kesadaran masyarakat (,nsori 'inungan# Jakarta# 11 Juli 0//5)
2" B&da+a H&(&) Ma/+ara(a%
Telah diakui se*ara luas "ah&a pem"angunan meli"atkan trans%ormasi yang amat dalam
dari keseluruhan ekonomi dan struktur sosial Pola-pola trans%ormasi struktur yang "erlaku akan
*enderung "er8ariasi dari satu negara dengan nnegara lainnya# yang tergantung pada se$umlah
%aktor termasuk sum"er penghasilan# geogra%i# dan kemampuan-kemampuan dari populasi
'etiap negara hams inengeksploitasi kesempatan-kesempatan ter"uka untuk memperkuat
ekonominya
Dalain kenyataannya# tidak ada dua hukum negara yang persis sama# mungkin "e"erapa
sistem hukum nasional *ukup sama dalam "e"erapa hal kritis tertentu Peranan nilai-nilai dan
sikap-sikap sosial merupakan suatu %enomena uni8ersal 'ekarang dengan adanya harmonisasi
hukum di "idang Hak !ekayaan Intelektual# khususnya peraturan mengenai Paten# tentunya
perlu di pertim"angkan pula sistem-sistem hukum negara-negara lain dengan melihat kem"ali
kepada "udaya hukum masing-masing negara terse"ut 4atar "elakang se$arah dan
perkem"angan dari sistem hukum# teori-teori dan tingkat sum"er-sum"er hukum# metodologi
ker$a para ahli hukum di dalam sistem hukum itu sendiri# karakteristik konsep hukum yang
diterapkan dalam sistem itu lem"aga hukum dari sistem terse"ut penting untuk mengetahui
"udaya hukum dari masing-masing negara Dalam suatu lingkungan yang "aru# satu aturan
hukum yang datang dan luar sering sepenuhnya ditrans%ormasikan "ertentangan dengan
kehendak setempat di mana sistem hukum yang ada pada pokoknya terus "er%ungsi sesuai
dengan tradisi-tradisi se"elumnya
?mpat tradisi hukum yang penting dalam dunia masyarakat modern adalah @Anglo
American common lawA# @1omano 8ermanic ci.il lawA# Islamic 4awA dan @0ocialist lawA (2ita
2itra&inda Priapant$a# 19997 0/1) Disamping itu di "er"agai negara tetap hidup @2ommon 4aw
@ Perlu di"edakan kehadiran tradisi-tradisi yang "ukan Western tradition# dan apa"ila keempat
tradisi hukum terse"ut menye"ar# maka "udaya hukum lokal "elum tentu akan hilang
Pada masyarakat yang sederhana# aturan-aturan mengenai hukum hanya terdiri dari
ke"iasaan dan normanorma# yang ditegakkan melalui sanksi sosial yang in%ormal +egitu suatu
masyarakat "erkem"ang# "aik dalam $umlah anggotanya maupun kompleksitasnya# aturan dari
sikap tindak dituangkan dalam "entuk %ormal# "iasanya dalam "entuk peraturan perundang-
undangan dan keputusan pengadilan Dalam masyarakat hukum yang "ersi%at sederhana#
misalnya masyarakat-masyarakat hukum adat di Indonesia yang komunitasnya *enderung
"ersi%at sederhana !eadaan se"aliknya akan di$umpai dalam suatu masyarakat industri yang
*enderung "ersi%at kompleks dan 8ariati% !arena 8ariasi kepentingan masyarakatnya#
kompleksitas $uga dipengaruhi oleh keragaman nilai yang dianut oleh kesatuan-kesatuan yang
mem"entuk sistem masyarakat hukum itu !enyataan yang sangat dekat dengan pernyataan ini
adalah kondisi masyarakat Indonesia yang tersusun atas kompleksitas komunitas yang menganut
sistem nilai yang *enderung "ersi%at khusus dan 8ariati%# seperti dalam si%atnya yang umum#
yaitu keadilan# ke"enaran# maupun yang "ersi%at khusus# misalnya sistem kontrak# ker$asama#
dan lain-lainnya# yang dapat diamati melalui keragaman "udayanya (2ita 2itra&inda Priapant$a#
19997 0/0)
'eperti dikutip ;leh 2ita 2itra&inda# 6uth 4 =ana mengatakan# "ah&a pengakuan dan
perlindungan produk-produk hasil hanya kreati%itas intelektualital manusia pada masyarakat
agraris sangat "er"eda dengan masyarakat industri memperlakukan kekayaan intelektual dan
keadaan ini dise"a"kan oleh hal-hal se"agai "erikut 7
1 Terdapatnya per"edaan "entuk kepemilikan terhadap properti3
0 Per"edaan Perlakuan terhadap kekayaan intelektual karena tu$uan perlindungan itu sendiri
(tu$uan utama peraturan Hak !ekayaan Intelektual ,nglo ,merika adalah untuk mendorong
kreati8itas sedangkan di negara ketiga adalah untuk tu$uan-tu$uan sosial# politik dan
ekonomi3
5 +er"edanya teori mengenai @*iptaan atau kreati8itasA (misalnya# pada hukum a"origin# hak
men*ipta lukisan dan karya karya *ipta lainnya yang menggam"arkan kisah-kisah mimpi
atau khayalan "erasal dari pemilik tradisional# dan "erdasarkan paham theo*ratiti* Israel
kuno# kreati%itas diakui se"agai pem"erian Tuhan# sehingga tidak dapat diperdagangkan3
4 Per&u$udan dari karya-karya *iptaan yang terdapat pada masyarakat penduduk asli dianggap
dimiliki "ersama-sama oleh kelompok se*ara keseluruhan3 dan
5 Prinsip-prinsip pengaturan H,!I pada masyarakat penduduk asli dan negara-negara industri
sangat "erkaitan dengan kepemilikan hak-hak perseorangan (2ita 2itra&inda Priapant$a#
19997 0/5)
Penggunaan hukum untuk menakukan peru"ahan-peru"ahan dalam masyarakat
"erhu"ungan erat dengan konsep penyelenggaraan kehidupan sosial ekonomi dalam masyarakat
,pa"ila proses sosial ekonomi di"iarkan "er$alan menurut hukum kemasyarakatan sendiri# maka
hukum tidak akan digunakan se"agai instrumen peru"ahan 'e"aliknya# apa"ila proses-proses
sosial ekonomi disesuaikan dengan peren*anaan# maka peranan hukum men$adi penting untuk
mem"angun masyarakat Jadi peranan hukum "erkaitan erat dengan perkem"angan
masyaratyang didasarkan pada peren*anaan Pilihan telah ditentukan oleh Indonesia dengan turut
sertanya Indonesia dalam perdagangan internasional# melalui persetu$uan T6IPs-<T;
'esuai dengan pandangan yang dikemukakan oleh !oen*araningrat yang dikutip oleh
2ita 2itra&inda (2ita 2itra&inda Priapant$a# 19997 0/5)7
@ apabila suatu -ebudayaan atau suatu sub -ebudayaan di dalam sebuah -elas tertentu
dalam suatu masyara-at memili-i sualu tradisi turun temurun yang sudah mantap( dan
yang -arena itu memili-i -epentingan untu- mempertahan-an tradisi -uno dan pan>ang
itu( ma-a a-an ada -econdongan timbulnya suatu si-ap penola-an yang lebih intensif
terhadap perubahan( daripada dalam -ebudayaan yang tida- mempunyai tradisi yang
pan>ang?
Hal ini se"agian "esar sesuai dengan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap Hak
!ekayaan Intelektual khususnya tentang Paten Dapat kita am"il *ontoh terhadap Paten yang
"erasal dari Indikasi =eogra%is 'e"ut sa$a kopi $enis ara"ika yang "erasal dari Tora$a# 'ula&esi
'elatan# yang ternyata sudah le"ih dahulu dida%tarkan oleh +ey 2oofee di Jepang oleh pengusaha
asal ,merika 'erikat 4antaran penda%taran Paten dan merek kopi terse"ut# maka la$u ekspor kopi
Tora$a men$adi terham"at 'e"a"# ekspornya harus mele&ati +ey 2offee dan 8olume ekspornya
diatur oleh mereka dan nilai tam"ahnya tentu "ukan Pengusaha kopi Tora$a yang menikmati
(Insan +udi :aulana# 1. ,pril 0//4)
,&amnya pemahaman masyarakat Indonesia di "idang Hak !ekayaan Intelektual adalah
se"agian "esar didasari dengan "er"agai %aktor "udaya hukum antara lain karena adanya
anggapan "ah&a penda%taran terse"ut tidak terlalu penting# %aktor ekonomi mereka tetap
terpenuhi# karena masyarakat Tora$a tetap "isa men$ual hasil kopinya kepada pengusaha kopi
Disamping itu masyarakat menganggap pengurusan Paten dan :erek mem"utnhkan "iaya yang
mahal dan memakan &aktu yang lama Hal ini seperti dikeluhkan oleh Insan +udi :aulana yang
harus mem"ayar sampai $utaan rupiah ketika menga$ukan permohonan Paten dan :erek
@0elain mahal( pengurusannya pun cu-up lama sehingga -alau dibiar-an terus( bu-an tida-
mung-in &aten yang a-an didaftar-an itu -eburu ditemu-an oleh negara lainA (Insan +udi
:aulana# 1. ,pril 0//4)
,pa yang dituturkan Insan itu pernah menimpa pengusaha produk ke*antikan :artha
Tilaar# ketika perusahaannya ingin menda%trakan temuannya -amun# aki"at lamanya mengurus
hak Paten ti"a-ti"a di luar negeri ada pengusaha asal Jepang# 'hiseido# yang mendahului
menda%tarkan Patennya dan mengklaim se"agai milik mereka ,ki"at kasus terse"ut# kini pihak
:artha Tilaar harus "erhati-hati mengin%ormasikan hasil penelitiannya dan mem"atasi
ker$asamanya dengan pihak asing (Insan +udi :aulana# 1. ,pril 0//4)
$" PERBANDINGAN PERLINDUNGAN PATEN
1" K*i,ia Ma/+ara(a% I%*ra/i'a- T*r%&a, da-a) Patent Cooperation Treaty 5P#T6
P2T (yang ditandatangani di <ashington pada tahun 199/) mempunyai satu kele"ihan
yaitu mempersingkat prosedur yang "erkaitan dengan permohonan Paten nasional dan regional
serta hak-hak Paten (Terrel# 0///7 9)
-egara Indonesia "aru merati%ikasi &atent 2ooperation Treaty pada tanggal 5 :ei 1999
melalui !eputusan Presiden 6epu"lik Indonesia -omor 1. tahun 1999 tentang Pengesahan
&atent 2ooperation Treaty dan 1egulation 7nder The &2T dan "erlaku se*ara e%ekti%% pada
tanggal 5 'eptem"er 1999
:engenai Permohonan Paten melalui &atent 2oopertion Treaty ini telah men$adi
perhatian para praktisi H!I se$ak tahun 1991 seperti yang diungkapkan oleh 2ita 2itra&inda
yang dikutip oleh 'oed$ono Dird$osis&oro# "ah&a permohonan Paten dari luar negeri melalui
!onsultan Paten 4okal kini "erkurang se"agai konsekuensi dari rati%ikasi &atent 2ooperation
Treaty Dengan P2T# maka permohonan Paten untuk "er"agai negara dapat dilakukan memalui
+iro Internasional di Jene&a# sehingga peranan !onsultan Paten 4okal otomatis "erkurang
('oed$ono Dir$osis&oro# 0///7 555)
2ita 2itra&inda mem"eri *ontoh seorang Pemilik Paten dari ?ropa yang menginginkan
perlindungan hukum di Indonesia# :alaysia atau negara lain yang merati%ikasi P2T# maka
permohonan *ukup melalui +iro Internasional di Jene&a itu# tanpa harus langsung ke negara
yang ditu$u
Undang-undang -omor 14 tahun 0//1 tentang Paten mengatur hal ini pada Pasal 1/9
yaitu se"agai "erikut 7
(1) Permohonan dapat dia$ukan melalui &aten 2ooperation Treaty
(0) !etentuan le"ih lan$ut mengenai permohonan se"agaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah
Pen$elasan Undang-undang -omor 14 Tahun 0//1 menye"utkan "ah&a 7
(1) !etentuan ini dimaksudkan untuk mem"erikan kemudahan dan ke*epatan kepada seorang
pemohon di Indonesia dalam menga$ukan permohonan Patennya ke "e"erapa negara lain
(yang $uga merupakan anggota &atent 2oopertion Treaty (P2T)# dan se"aliknya pemohon
yang "erasal dari negara lain yang $uga merupakan anggota P2T dapat dengan mudah dan
*epat menga$ukan permohonannya ke Indonesia
(0) Hal-hal yang dimuat dalam Peraturan pemerintah antara lain men*akup 7
a Persyaratan administrati% tam"ahan yang harus dipenuhi oleh pemohon seperti 7
penggunaan "ahasa asing yang dimungkinkan# penun$ukkan kantor Paten yang akan
ditugaskan se"agai institusi penelusur internasional (international search authority)# dan
institusi pemeriksaan pendahuluan internasional (international preliminary e6amination
authority) oleh pemohon# dan se"againya
" !e&a$i"an Direktorat $enderal se"agai kantor penerima (recei.ing office) atau se"agai
kantor tu$uan (designated office) dari sistem ini# dan se"againya
Peraturan pemerintah mengenai hal ini memang "elum ada# akan tetapi permohonan
paten melaui P2T sudah dilaksanakan dengan perangkat peraturan yang ada
2" P*r-id&,a Pa%* di Id'*/ia
Pengaturan mengenai Hak !ekayaan Intelektual yang tertuang dalam Undang-undang
-omor 14 tahun 0//1 tentu sa$a dimaksudkan untuk memenuhi keinginan masyarakat dan
masyarakat internasional yaitu menghargai hasil karya *ipta yang dihasilkan oleh seseorang# dan
ketentuan Paten ini tentunya mem"a&a implikasi terhadap perlindungan hukum di "idang paten
di Indonesia
Undang-undang -omor 14 tahun 0//1 tidak hanya mem"erikan perlindungan terhadap
Paten-paten yang dimiliki orang Indonesia (Paten nasional) tetapi $uga mem"erikan kesempatan
kepada &arga negara asing umtuk mendapatkan perlindungan hukum terhadap patennya di
Indonesia Ini merupakan konsekuensi dan keikutsertaan Indonesia di dalam kon8ensi paris
dimana# kon8ensi ini mempunyai prinsip persamaan hak nasional (National Treatment &rinciple)
yang diatur dalam Pasal 0 dan 5 (;! 'aidin# 19957 505)
Ter"ukanya kesempatan kepada &arga negara asing untuk mendapatkan perlindungan
patennya di Indonesia diatur pada pasal 0.# 09 dan 09 Undang-undang -omor 14 Tahun 0//1
tentang Paten Pasal-pasal ini mengautr tentang permintaan paten yang dia$ukan oleh &arga
negara asing
Idham I"rahim seperti dikutip oleh ;! 'aidin mem"erikan ulasan "ah&a adanya
perlindungan terhadap paten asing tidaklah *ukup untuk mengalihkan teknologi dari negara
ma$u# apa"ila Paten terse"ut tidak dilaksanakan di negara "erkem"ang
Hal ini dise"a"kan negara industri ma$u le"ih senag menger$akan patennya di negara
sendiri atau negara-negara industri ma$u lainnya# kemudian hasilnya akan dipasarkan di negara
"erkem"ang Dengan demikian "iaya produksi le"ih rendah# in8estasi le"ih menguntungkan#
pemasaran akan le"ih luas# e%isiensi le"ih tinggi# keuntungan le"ih "esar# $ika paten terse"ut
dilaksanakan di negara-negara ma$u (;! 'aidin# 19957 50.)
'e"aliknya negara "erkem"ang akan le"ih senang# agar paten asing terse"ut dilaksanakan
dinegaranya# hal ini untuk inenam"ah nilai tam"ah di negaranya sendiri seperti penggunaan
"ahan "aku# tenaga "uruh dan meningkatkan tenaga terampil di dalam negeri Untuk itu Undang-
undang Paten 0//1 dalam "e"erapa pasalnya mengatur tentang ke&a$i"an untuk melaksanakan
paten yang telah di"eri perlindungan hukumnya di Indonesia !etentuan yang mengatur tentang
hal ini diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang -omor 14 Tahun 0//1 tentang Paten# dimana
ditentukan pemegang Paten &a$i" melaksanakan Patennya di &ilayah negara 6epu"lik
Indonesia !emudian Pasal 95 menentukan "ah&a apa"ila dalam $angka &aktu 5 tahun Paten
terse"ut tidak dilaksanakan# Dit$en Hak !ekayaan Intelektual dapat mengenakan lisensi &a$i"
:engenai lisensi &a$i" ini diatur dalam Pasal 94-19 Undang-undang Paten 0//1
!etentuan ini menun$ukkan "ah&a Undang-undang paten tidak hanya mem"eri %ungsi
perlindungan hukum# tetapi dalam rangka proses alih teknologi# Undang-undang paten
me&a$i"kan kepada paten-paten asing yang dimintakan perlindungan hukumnya di Indonesia
Pelaksanaan Paten asing terse"ut di Indonesia tidak "oleh sampai merugikan perkonomian
nasional dan menghalangi alih teknologi di Indonesia
Untuk itu diperlukan $enis peraturan pelaksanaan dari Undang-undang -omor 14 Tahun
0//1 tentang paten terse"ut# sehingga merupakan ke&a$i"an "adan yang "er&enang untuk
mem"uatnya ,pa"ila peraturan pelaksanaannya "elum ada atau tidak di"uat# maka khususnya
materi-materi yang perlu diatur segera menurut Undang-undang -omor 14 tahun 0//1 tentang
Paten# tidak dapat dilaksanakan se*ara *epat dan e%ekti%# karena pengaturan pelaksanaannya#
seperti Peraturan Pemerintah# !eputusan Presiden# dan !eputusan :enteri# masih meru$uk
kepada ketentuan undang-undang yang lama yang sudah dinyatakan tidak "erlaku lagi (Undang-
undang -omor . tahun 1919 tentang Paten dan Undang-undang -omor 15 tahun 1999 tentang
Peru"ahan atas Undang-undang 6I -omor . tahun 1919 tentang Paten)
,dapun dalam Undang-undang Paten -omor 14 tahun 0//1# ada "e"erapa Pasal yang
memerlukan peraturan pelaksanaan yang le"ih lan$ut yaitu dengan Peraturan Pemerintah (PP)
dan !eputusan Presiden (!eppres) seperti tertera dalam ta"el "erikut ini 7
Ta8*- 7
P*ra%&ra P*r&da,-&da,a /*8a,ai
P*-a(/aaa Uda,-&da, RI N')'r
14 %ah& 2001 %*%a, Pa%*
N'
Ur&%
P*ri%ah
Pa/a- da-a)
UU N'
14;2001
Ma/a-ah +a,
.*r-& dia%&r
.r'd&(
H&(&)
1 Pasal 15
ayat (5)
Tata *ara
memperoleh
pengakuan
pemakai
terdahulu
atas paten
Peraturan
Pemerintah
0 Pasal 19
ayat (4)
'yarat-
syarat dan
tata *ara penga$uan
permohonan
tertulis terhadap
produk yang
di"uat atau
penggunaan
proses yang
dilakukan
se*ara regional
Peraturan
Pemerintah
5 Pasal 04
ayat (5)
:engenai
tata *ara
penga$uan
permohonan
paten
Peraturan
pemerintah
4
Pasal 05
ayat (4)
:engenai
syarat-syarat
konsultan
Ha!I
Peraturan
Pemerintah
5 Pasal 59 Pem"erian
serti%ikat paten
"entuk dan isi# serta
pen*atatan dan
permohonan salinan
dokumen Paten
Peraturan
pemerintah
. Pasal .5 'usunan
organisasi
tugas dan %ungsi
komisi "anding
Paten
Peraturan
Pemerintah
9 Pasal 95 :engenai
Per$an$ian 4isensi
Paten
Peraturan
pemerintah
1 Pasal 19 :engenai
4isensi <a$i" atas
Paten
Peraturan
Pemerintah
9 Pasal
1/5
Tata *ara
pelaksanaan
Paten oleh
pemerintah
sendiri
Peraturan
pemerintah
1/ Pasal
1/1
:engenai
Paten 'ederhana
Peraturan
Pemerintah
11 Pasal
1/9
ayat (0)
:engenai
permohonan
Paten melalui
&atent 2ooperation
Teaty (&2T%
Peraturan
pemerintah
10 Pasal
115
ayat (1)
:engenai
"iaya penyelesaian
permohonan
paten yang &a$i"
di"ayar oleh
pemohon Paten
Peraturan
pemerintah
15 Pasal 05
ayat (4)
Tata *ara
pengangkatan
!onsultan H!I
!eputusan
Presiden
14 Pasal 09 Permohonan
"ukti Hak Prioritas
dari Direktur
Jenderal dan
permohonan
yang dia$ukan
dengan Hak
Prioritas
!eputusan
Presiden
15 Pasal 51 Peru"ahan
permohonan
Paten yang
dia$ukan semula
!eputusan
Presiden
1. Pasal 59 Tata *ara
syarat-syarat
penarikan kem"ali
permohonan Paten
!eputusan
Presiden
19 Pasal 41
ayat (0)
Tata *ara
permohonan
pemeriksaan#
serta penyelesaian
"anding atas
penolakan
permohonan Paten
!eputusan
Presiden
11 Pasal .5 Tata *ara
permohonan
pemeriksaan
serta penyelesaian
"anding atas
penolakan
permohonan
Paten
!eputusan
Presiden
19 Pasal ..
ayat (5)
:engenai
syarat dan
tata *ara pen*atatan
pengalihan Paten
!eputusan
Presiden
0/ Pasal 99
ayat (0)
:engenai
penetapan
pelaksanaan
sendiri suatu
Paten oleh
pemerintah
!eputusan
Presiden
01 Pasal
115
ayat (0)
:engenai
syarat# $angka
&aktu# dan
tata *ara pem"ayaran
"iaya permohonan
!eputusan
Presiden
'um"er 7 5isusun oleh &ipin 0yarifin( et. al( dalam bu-unya , &eraturan :a- -e-ayaan
Intele-tual di Indonesia( *$$)( h. !)@=!)A
!etentuan-ketentuan terse"ut menun$ukkan "ah&a Undang-undang 6I -omor 14 Tahun
0//1 tentang Paten# "aru akan dapat dianggap sempurna dan lengkap mengenai peraturan Paten
$ika telah di"uat Peraturan Pemerintah# !eputusan Presiden dan !eputusan :enteri !ehakiman
yang dapat dipakai se"agai dasar hukum untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan Paten
"agi masyarakat pen*ari keadilan dan "agi penegakan hukum di "idang Hak !ekayaan
Intelektual# khususnya "idang hukum Paten di Indonesia
,dapun Peraturan pemerintah se"agai pelaksanaan Undang-undang Paten lama adalah
se"agai "erikut 7
a Peraturan pemerintah 6I -omor 11 Tahun 1991 tentang +entuk dan Isi 'urat Paten
" Peraturan Pemerintah 6I -omor 50 Tahun 1991 tentang Impor "ahan +aku Produk Tertentu
yang dilindungi Paten "agi Produksi ;"at Dalam -egeri
* Peraturan pemerintah 6I -omor 55 Tahun 1991 tentang Penda%taran !husus !onsultan
Paten (4em"aran -egara 6I Tahun 1991 -omor 41# Tam"ahan 4em"aran -egara 6I -omor
5445) yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 11 Juni 1991
d Peraturan pemerintah 6I -omor 54 Tahun 1991 tentang Tata 2ara permintaan Paten
(4em"aran -egara 6I Tahun 1991 -omor 40# Tam"ahan 4em"aran -egara 6I -omor 5444)
yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 1 Juni 1991
Peraturan pemerintah 6I -omor 51 Tahun 1995 tentang !omisi +anding Paten
(4em"aran -egara 6I Tahun 1995 -omor 54# Tam"ahan 4em"aran -egara 6I -omor 5./.)
yang ditetapkan di Jakarta pada tanggal 09 ,gustus 1995 (Pipin 'yari%in# etal# 0//47 151)
K" KESIMPULAN
Dari uraian diatas maka dapat diam"il kesimpulan se"agai "erikut 7
1 Perlindungan Paten menurut Undang-undang -omor 14 Tahun 0//1 tentang Paten masih
memiliki "e"erapa kelemahan yaitu antara lain 7
a :asih "anyaknya peraturan pelaksanaan yang mendukung dilaksanakannya undang-
undang terse"ut# "elum ada# sehingga masih menggunakan peraturan pelaksanaan dari
Undang-undang terdahulu yang sudah tidak "erlaku lagi3
" ?%ekti%itas perlindungan Paten "elum dapat dilaksanakan se*ara maksimal dise"a"kan
%aktor Penegakan hukum yang lemah yaitu yang dipengaruhi oleh sarana dan prasarana
yang kurang mamadai# aparat hukum yang "elum mempunyai komitmen yang tinggi
terhadap perlindungan Hak !ekayaan Intelektual3 dan "udaya hukum masyarakat yang
a&am tentang Hak kekayaan Intelektual yang dise"a"kan oleh "elum adanya persamaan
persepsi diantara aparat penegak hukum# dan kurangnya kesadaran masyarakat
0 'e*ara su"stansi pengaturan dalam Undang-undang -omor 14 Tahun 0//1 sudah memenuhi
keinginan yang tertuang dalam per$an$ian Internasional yang dapat dise"a"kan oleh
sedikitnya dua %aktor yang mendukung yaitu 7
a :erupakan konsekuensi dari keikutsertaan Indonesia di dalam per$an$ian Internasional
yaitu !on8ensi Paris !on8ensi ini mempunyai prinsip persamaan hak nasional
(National Treatment &rinciple) yang diatur dalam Pasal 0 dan 5 Ter"ukanya kesempatan
kepada &arga negara asing untuk mendapatkan perlindungan Patennya di Indonesia
diatur pada pasal 0.# 09 dan 09 Undang-undang -omor 14 Tahun 0//1 tentang Paten
Pasal-pasal ini mengatur tentang permintaan Paten yang dia$ukan oleh &arga negara
asing
" Terhadap P2T yaitu dengan dimungkinkannya sistem permohonan Paten melalui P2T
* ,gar alih teknologi dapat dilaksanakan# yaitu dengan *ara mem"erikan kepastian hukum
terhadap para in8estor# yang tentunya akan "eraki"at terhadap aspek perekonomian
Indonesia
5 !etentuan dalam P2T sangat "erman%aat "agi Pemohon Paten# antara lain dapat disimpulkan
se"agai "erikut
a Pada saat penga$uan# *ukup satu permintaan Paten# yang dia$ukan dalam satu "ahasa#
pada satu !antor Paten# untuk menggantikan penga$uan Paten ke "anyak negara3
" Tetap dapat menggunakan hak prioritas3
* Tanggal penerimaan permintaan internasional adalah tanggal penerimaan permintaan
nasional di semua !antor Paten yang ditu$u3
d Persyaratan %ormal yang seragam dapat diterima oleh semua !antor Paten yang ditu$u3
e Pengendalian pemrosesan terhadap permintaan Paten dapat le"ih mudah dilakukan dari
negara asal3
% Untuk mem"antu mengam"il keputusan perlu tidaknya melan$utkan pemrosesan
permintaan Paten# para pemohon dapat meman%aatkan laporan penelusuran pendahuluan
yang mem"erikan indikasi tentang peluang mereka memperoleh Paten 3
g 'eringkali# pemohon tidak perlu memutuskan untuk memasuki tahap nasional atas
permintaan Patennya sampai 5/ "ulan se$ak tanggal prioritas permintaan# yang "erarti 5/
"ulan se$ak penerimaan paten di negara asal
DAFTAR PUSTAKA
B&(& 0
,disumarto# Harsono# :a- Bili- Intele-tual( +hususnya &aten dan Bere- :a- mili-
&erindustrian (industrial &roperty%( 2L ,kademika Pressindo# Jakarta# 199/
,peldoorn# 4J8an# &engantar Ilmu :u-um# Pradnya Paramita# Jakarta# *et 09# 0//1
Dird$osis&ono# 'oed$ono# :u-um &erusahaan mengenai :a- Atas +e-ayaan Intele-tual (Hak
2ipta# Hak Paten# Hak :erek)# :andar :a$u# +andung# 0///
=ri%%in# 6i*ky <# /isnis (>udul Asli , /usiness( <orth Edition)# Prenhalindo# Jakarta# 0///
Indonesia# Direktorat Jenderal Ha!I# &a-et Informasi( Jakarta# 0//0
Indonesia# Direktorat Jenderal Ha!I# Tanya 9awab 77 No.!)"*$$! tentang &aten (leng-ap dan
terpadu dengan pen>elasannya%( Dahara PriEe# 'emarang# 0//4
Jumhana# :uhammad dan 6 D$u"aedillah# :a- Bili- Intele-tual (0e>arah( Teori dan
&ra-te-nya di Indonesia%( 2itra ,ditya +hakti# +andung# 0//5
!ansil# 2'T# &erlindungan :a- Bili- Intele-tual dan &engaruhnya Terhadap Industri dan
&erdagangan Intrnasional ('eminar tentang Pengaruh Hak :ilik Intelektual Terhadap
Industri dan Perdagangan Internasional di Jakarta# 1995)
4indsey# Tim# ?ddy Damian# 'imon +utt# dan Tomi 'uryo Utomo# :a- +e-ayaan Intele-tual
(0uatu &engantar%# PT ,lumni# +andung# 0//0
:arko%%# John# A :igh Techology Outcry Against the 70 &aten 0ystem# The -e& Dork Times# 5
Januari 1994
:uhammad# ,"dulkadir# +a>ian :u-um E-onomi :a- +e-ayaan Intele-tual# 2itra ,ditya
+hakti# +andung# 0//1
Pamunt$ak# ,mir# 0istem &aten , &edoman &ra-ti- dan Alih Te-nologi# D$am"atan# Jakarta#
1994
Priapant$a# 2ita 2itra&inda# /udaya :u-um Indonesia Benghadapi 8lobaliasi (&erlindungan
1ahasia 5agang di /idang <armasi%( 2handra Pratama# Jakarta# 2et 1# 1999
MMMMMMMMMMMM# :a- +e-ayaan Intele-tual Tantangan Basa 5epan# +adan Pener"it Fakultas
Hukum Uni8ersitas Indonesia# Jakarta# 0//5
6is&andi# +udi ,gus# dan : 'yamsudin# :a- +e-ayaan Intele-tual dan /udaya :u-um( PT
6a$a =ra%indo# Jakarta# 0//4
'aidin# ;!# Aspe- :u-um :a- +e-ayaan Intele-tual (Intelectual &roperty right%( =ra%indo
Persada# Jakarta# 1995
'yari%in# Pipin# dan Dedah Ju"aedah# &eraturan :a- +e-ayaan Intele-tual di Indonesia( Pustaka
+ani Nuraisy +andung# 0//4
'oekanto# 'oer$ono# &engantar penelitian :u-um# UI Press Jakarta# 191.
'oekanto# 'oer$ono C 'ri :amud$i# &enelitian :u-um Normatif (0uatu Tin>auan 0ing-at%(
=ra%indo# Jakarta# 1995
Terrel# On The 4aw of &atents# '&eet C :aO&ell# 4ondon# 0///
Tim 6edaksi Tatanusa# 7ndang=undang 1ahasia 5agang( 5esain Industri( 5esain Tata 4eta-
0ir-uit Terpadu( &aten( Bere- :a- 2ipta# Tatanusa# Jakarta# 0//0
Usman# 6a*hmadi# :u-um :a- atas +e-ayaan Intele-tual &erlindungan dan 5imensi
:u-umnya di Indonesia# PT ,lumni# +andung# 0//5
Ma(a-ah da Ma:a-ah 0
Dar$oto# ' <idatoen# Informasi Te-nologi &aten dalam &emasyara-atannya( ('eminar sehari
Peranan In%ormasi Teknologi Paten :enun$ang Industrialisasi di Jakarta tanggal 5/
,gustus 1911# diadakan oleh +iro ;ktroi 6ooseno dan PD II - 4IPI)
Tim !eppres# 0trategi dan &eranan :u-um :a- Bili- Intele-tual dalam Benyongsong Era
8lobalisasi# (Panel diskusi "idang hukum hak milik intelektual di Jakarta tanggal 4
Pe"ruari 1990# diadakan oleh De&an Pimpinan Pusat =olongan !arya)
'upradedi# +ebi>a-an dan &emberdayaan 7nit &engelola :a- +e-ayaan Intele-tual pada
&erguruan Tinggi dan &enelitian dan &engembangan# makalah 'eminar Peman%aatan
'istem H!I oleh Perguruan Tinggi dan 4em"aga Penelitian Pengem"angan
(diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal H!I "eker$a sama dengan 9apan International
2ooperation ,gen*y# Jakarta# 11-10 Juli 0//5
'inungan# ,nsori# &er-embangan 8lobal dan 0istem &erlindungan :a- 2ipta dan 5esain
Industri di Indonesia# makalah 'eminar Peman%aatan 'istem H!I oleh Perguruan Tinggi
dan 4em"aga Penelitian Pengem"angan (diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal H!I
"eker$a sama dengan 9apan International 2ooperation Agency# Jakarta# 11-10 Juli 0//5
:a$alah =atra# +ebang-itan Ipte- Nasional( ?disi !husus 19 ,gustus 0//4
S&ra% Ka8ar
Harian :edia Indonesia# tanggal 0 Pe"ruari 0//5
Harian 6epu"lika# tanggal 04 :ei 0//4
<arta ?konomi# tanggal 1. ,pril 0//4
!ompas# tanggal 00 :ei 0///
I%*r*%
http7>>&&&dgipgoid
http7>>&&&indonesiagoid
http7>>&&&**pit -patent*om*n>-e&s>0//5/10./0htm
P*ra%&ra P*r&da,-&da,a 0
Indonesia# Undang-undang -omor 14 Tahun 0//1 tentang Paten "eserta Pen$elasannya
Indonesia# Undang-undang -omor . Tahun 1919 tentang Paten
Indonesia# Undang-undang -omor 15 Tahun 1999 tentang Peru"ahan Undang-undang -omor .
Tahun 1919 tentang paten

Anda mungkin juga menyukai