Anda di halaman 1dari 11

STRUKTUR KRISTAL PADATAN

2.1 STRUKTUR ATOM


Setiap atom terdiri dari inti yang sangat kecil yang terdiri dari proton dan neutron,
dan di kelilingi oleh elektron yang bergerak. Elektron dan proton mempunyai muatan
listrik yang besarnya 1,60 x 10
-19
C dengan tanda negatif untuk elektron dan positif untuk
proton sedangkan neutron tidak bermuatan listrik. Massa partikel-partikel subatom ini
sangat kecil: proton dan neutron mempunyai massa kira-kira sama yaitu 1,67 x 10
-27
kg,
dan lebih besar dari elektron yang massanya 9,11 x 10
-31
kg.
Setiap unsur kimia dibedakan oleh jumlah proton di dalam inti, atau nomor atom (Z).
Untuk atom yang bermuatan listrik netral atau atom yang lengkap, nomor atom adalah
sama dengan jumlah elektron. Nomor atom merupakan bilangan bulat dan mempunyai
jangkauan dari 1 untuk hidrogen hingga 94 untuk plutonium yang merupakan nomor
atom yang paling tinggi untuk unsur yang terbentuk secara alami.
Massa atom (A) dari sebuah atom tertentu bisa dinyatakan sebagai jumlah massa
proton dan neutron di dalam inti. Walaupun jumlah proton sama untuk semua atom pada
sebuah unsur tertentu, namun jumlah neutron (N) bisa bervariasi. Karena itu atom dari
sebuah unsur bisa mempunyai dua atau lebih massa atom yang disebut isotop. Berat
atom berkaitan dengan berat rata-rata massa atom dari isotop yang terjadi secara
alami. Satuan massa atom (sma) bisa digunakan untuk perhitungan berat atom. Suatu
skala sudah ditentukan dimana 1 sma didefinisikan sebagai 1/12 massa atom dari isotop
karbon yang paling umum, karbon 12 (
12
C) (A = 12,00000). Dengan teori tersebut,
massa proton dan neutron sedikit lebih besar dari satu, dan
A Z + N

Material kristal adalah material padat dimana atom-atomnya tersusun dalam susunan
yang berulang dan periodik pada dimensi yang besar yaitu atom-atom berada pada
kondisi keteraturan jarak panjang. Untuk material non-kristal atau amorfus, keteraturan
atom jarak panjang tidak muncul.
SISTEM KRISTAL
Jika dilihat dari geometri sel satuan, ditemukan bahwa kristal mempunyai tujuh
kombinasi geometri yang berbeda seperti diperlihatkan pada tabel 3.2.

Pada sebagian besar logam, struktur kristal yang dijumpai adalah: kubus pusat sisi, FCC
(face-centered cubic), kubus pusat ruang, BCC (body-centered cubic) dan tumpukan
padat heksagonal, HCP (hexagonal close-packed).

Berat atom dari unsur atau berat molekul dari senyawa bisa dijelaskan berdasarkan
sma per atom (molekul) atau massa per mol material. Satu mol zat terdiri dari 6,023 x
10
23
atom atau molekul (bilangan Avogadro). Kedua teori berat atom ini dikaitkan
dengan persamaan berikut:
1 sma/atom (molekul) = 1 g/mol
Sebagai contoh, berat atom besi adalah 55,85 sma/atom, atau 55,85 g/mol. Kadang-kadang
penggunaan sma per atom atau molekul lebih disukai; pada kesempatan lain g/mol (atau
kg/mol) juga digunakan; satuan yang terakhirlah yang akan digunakan pada buku ini.
Struktur Tembaga (Cu)
Struktur kristal ini termasuk kristal kubus dimana terdapat atom disetiap sudut kubus ditambah
masing-masing satu buah atom di setiap permukaan/sisi kubus. Sifat ini banyak dijumpai pada logam
seperti tembaga, aluminium, perak dan emas

Indeks miller, bidang kristal dan arah
Bidang kristal sebuah kristal di karakterisasi oleh indeks miller. Indeks miller didefenisikan sebagai
bilangan bulat terkecil yang mempunyai rasio yang sama dalam inversinya terhadap titik potong
bidang yang diberikan dengan sumbu dimana bidang itu berada. .
Indek Miller
Suatu kristal mempunyai bidang-bidang atom yang mempengaruhi
sifat dan perilaku bahan. Kelompok bidang tergantung pada sistem kristal.
Dua bidang atau lebih dapat tergolong dalam kelompok bidang yang
sama. Indeks Miller adalah harga kebalikan dari parameter numerik yang
dinyatakan dengan simbol (hkl). Pada Gambar 4, perpotongan bidang
dengan sumbu dinyatakan dengan 2a, 2b, dan 3c sehingga parameter
numeriknya adalah 2, 2, 3 dan indeks Miller dari bidang bawah adalah:
(hkl) = h : k : l = : : 1/3.
(hkl) = (1/2 1/3 ) atau (3 3 2)
UJI TARIK TEMBAGA
1.5 Prinsip Pengujian Tarik
Sampel bentuk ukuran dan bentuk tertentu (dalam standart SII atau JIS atau ASTM )
diberikan beban tarik yang continue sampai bahan atau logam tersebut mengalami perpatahan.
Perpatahan beban tarik ini akan menimbulkan perubahan regangan. Hubungan antara
penambahan beban dengan perubahan regangan dapat digambarkan dalam suatu kurva yang
dikenal dengan kurva stress strain.

1.6 Ruang Lingkup Pengujian Tarik
Pengujian ini memakai benda uji atau sampel dari bahan logam baik itu ferrous atau non
ferrous. Ukuran sampel telah disesuaikan dengan standar SII (dalam percobaan ini ), atau JIS
atau ASTM. Variable variable yang mempengaruhi adalah besarnya beban tarik dan diameter
awal dari sampel. Sifat sifat mekanis yang diharapkan didapat dari percobaan ini adalah
kekuatan luluh, tegangan maksimum, tegangan patah dan harga modulus young.


1.7 Teori literatur Pengujian Tarik
Setelah memahami tujuan yang telah diuraikan oleh pengujian tarik, ada beberapa sifat yang
dapat diketahui dari percobaan ini yaitu,

Batas proporsionalitas (Proportionality Limit)
Merupakan daerah batas dimana tegangan dan regangan mempunyai hubungan
proporsionalitas satu dengan lainnya. Setiap penambahan tegangan akan diikuti dengan
penambahan regangan secara proporsional dalam hubungan linier = E (bandingkan dengan
hubungan y = mx; dimana y mewakili tegangan; x mewakili regangan dan m mewakili slope
kemiringan dari modulus kekakuan).


Titik P pada Gambar 1.1 di bawah ini menunjukkan batas proporsionalitas dari kurva tegangan-
regangan.

Batas elastis (elastic limit)
Daerah elastis adalah daerah dimana bahan akan kembali kepada panjang semula bila
tegangan luar dihilangkan. Daerah proporsionalitas merupakan bahagian dari batas elastik ini.
Selanjutnya bila bahan terus diberikan tegangan (deformasi dari luar) maka batas elastis akan
Gambar 1.1. Kurva tegangan-regangan dari sebuah benda uji terbuat baja ulet
terlampaui pada akhirnya sehingga bahan tidak akan kembali kepada ukuran semula. Dengan
kata lain dapat didefinisikan bahwa batas elastis merupakan suatu titik dimana tegangan yang
diberikan akan menyebabkan terjadinya deformasi permanen (plastis) pertama kalinya.
Kebanyakan material teknik memiliki batas elastis yang hampir berimpitan dengan batas
proporsionalitasnya.

Titik luluh (yield point) dan kekuatan luluh (yield strength)
Titik ini merupakan suatu batas dimana material akan terus mengalami deformasi tanpa
adanya penambahan beban. Tegangan (stress) yang mengakibatkan bahan menunjukkan
mekanisme luluh ini disebut tegangan luluh (yield stress). Titik luluh ditunjukkan oleh titik Ypada
Gambar 1.1 di atas. Gejala luluh umumnya hanya ditunjukkan oleh logam-logam ulet dengan
struktur Kristal BCC dan FCC yang membentuk interstitial solid solution dari atom-atom carbon,
boron, hidrogen dan oksigen. Interaksi antara dislokasi dan atom-atom tersebut menyebabkan
baja ulet eperti mild steel menunjukkan titik luluh bawah (lower yield point) dan titik luluh atas
(upper yield point). Baja berkekuatan tinggi dan besi tuang yang getas umumnya tidak
memperlihatkan batas luluh yang jelas. Untuk menentukan kekuatan luluh material seperti ini
maka digunakan suatu metode yang dikenal sebagai Metode Offset. Dengan metode ini
kekuatan luluh (yield strength) ditentukan sebagai tegangan dimana bahan memperlihatkan
batas penyimpangan/deviasi tertentu dari proporsionalitas tegangan dan regangan . Pada
Gambar 1.2 di bawah ini garis offset OX ditarik paralel dengan OP, sehingga perpotongan XW
dan kurva tegangan-regangan memberikan titik Y sebagai kekuatan luluh. Umumnya garis offset
OX diambil 0.1 0.2% dari regangan total dimulai dari titik O.


Gambar 1.2. Kurva tegangan-regangan dari sebuah benda uji terbuat dari bahan getas
Kekuatan luluh atau titik luluh merupakan suatu gambaran kemampuan bahan menahan
deformasi permanen bila digunakan dalam penggunaan struktural yang melibatkan pembebanan
mekanik seperti tarik, tekan bending atau puntiran. Di sisi lain, batas luluh ini harus dicapai
ataupun dilewati bila bahan (logam) dipakai dalam proses manufaktur produk-produk logam
seperti proses rolling, drawing, stretching dan sebagainya. Dapat dikatakan bahwa titik luluh
adalah suatu tingkat tegangan yang:
Tidak boleh dilewati dalam penggunaan struktural (in service)
Harus dilewati dalam proses manufaktur logam (forming process).

Kekuatan tarik maksimum (ultimate tensile strength)
Merupakan tegangan maksiumum yang dapat ditanggung oleh material sebelum terjadinya
perpatahan (fracture). Nilai kekuatan tarik maksimum uts ditentukan dari beban maksium
Fmaks dibagi luas penampang awal Ao. (1.1) Pada bahan ulet tegangan maksimum ini
ditunjukkan oleh titik M (Gambar 1.1) dan selanjutnya bahan akan terus berdeformasi hingga
titik B. Bahan yang bersifat getas memberikan perilaku yang berbeda dimana tegangan
maksimum sekaligus tegangan perpatahan (titik B pada Gambar 1.2). Dalam kaitannya dengan
penggunaan structural maupun dalam proses forming bahan, kekuatan maksimum adalah batas
tegangan yang sama sekali tidak boleh dilewati.



Kekuatan Putus (breaking strength)
Kekuatan putus ditentukan dengan membagi beban pada saat benda uji putus (Fbreaking)
dengan luas penampang awal Ao. Untuk bahan yang bersifat ulet pada saat beban maksimum M
terlampaui dan bahan terus terdeformasi hingga titik putus B maka terjadi mekanisme penciutan
(necking) sebagai akibat adanya suatu deformasi yang terlokalisasi. Pada bahan ulet kekuatan
putus adalah lebih kecil daripada kekuatan maksimum sementara pada bahan getas kekuatan
putus adalah sama dengan kekuatan maksimumnya.


Keuletan (ductility)
Keuletan merupakan suatu sifat yang menggambarkan kemampuan logam menahan
deformasi hingga terjadinya perpatahan. Sifat ini , dalam beberapa tingkatan, harus dimiliki oleh
bahan bila ingin dibentuk (forming) melalui proses rolling, bending, stretching, drawing,
hammering, cutting dan sebagainya. Pengujian tarik memberikan dua metode pengukuran
keuletan bahan yaitu:
Persentase perpanjangan (elongation)
Diukur sebagai penambahan panjang ukur setelah perpatahan terhadap panjang awalnya.
Elongasi, (%) = [(Lf-Lo)/Lo] x 100% (1.2) dimana Lf adalah panjang akhir dan Lo panjang awal
dari benda uji.
UTS = Fmaks/Ao
Persentase pengurangan/reduksi penampang (Area Reduction)
Diukur sebagai pengurangan luas penampang (cross-section) setelah perpatahan
terhadap luas penampang awalnya. Reduksi penampang, R (%) = [(Ao-Af)/Ao] x 100% (1.3)
dimana Af adalah luas penampang akhir dan Ao luas penampang awal.

Modulus elastisitas (E)
Modulus elastisitas atau modulus Young merupakan ukuran kekakuan suatu material.
Semakin besar harga modulus ini maka semakin kecil regangan elastis yang terjadi pada suatu
tingkat pembebanan tertentu, atau dapat dikatakan material tersebut semakin kaku (stiff). Pada
grafik tegangan-regangan (Gambar 1.1 dan 1.2), modulus kekakuan tersebut dapat dihitung dari
slope kemiringan garis elastis yang linier, diberikan oleh:
E = / atau E = tan (1.4)
dimana adalah sudut yang dibentuk oleh daerah elastis kurva tegangan-regangan.
Modulus elastisitas suatu material ditentukan oleh energi ikat antar atom-atom, sehingga
besarnya nilai modulus ini tidak dapat dirubah oleh suatu proses tanpa merubah struktur bahan.
Sebagai contoh diberikan oleh Gambar 1.3 di bawah ini yang menunjukkan grafik tegangan-
regangan beberapa jenis baja:




Gambar 1.3. Grafik tegangan-
regangan beberapa baja yang
memperlihatkan kesamaan
modulus kekakuan




1.8 Prosedur Tarik
Sampel uji yang dibentuk sudah standar dilakukan pengukuran diameter awal (D
0
),
panjang ukur awal ( L
0
), panjang proporsional (Pd).
Kemudian batang uji diletakkan pada alat uji tarik
Pengaturan beban: untuk batang baja, beban maksimum yang diletakkan sebesar 100.000
N.
sedangkan untuk alumunium dan tembaga, beban maksimum yang digunakan sebesar
40.000 N.
Jarum skala di nolkan terlebih dahulu.
Pada waktu dilakukan penarikan diadakan pembacaan :
Setiap 100 N untuk baja
Setiap 500 N untuk setiap Al dan tembaga
Dilakukan penarikan samapai benda uji putus dan pertambahan panjang dibaca pada
jangka sorong sebagai pengganti extensiometer.
Dari data dibuat grafik stress strain
Setelah putus batas uji disambung kembali inyuk pengukuran panjang dan diameter akhir.













STANDAR PEGUJIAN : UJI TARIK LOGAM
ALAT : TARNO GROCKI (JERMAN)

BAHAN UJI : TEMBAGA I

D = 10 mm Lo = 80 mm
Ao = 157 mm P = 155 mm
1/2P = 77.5 mm A = 78.5 mm
2

No
F
(Newton)
L
(mm)
eng
(N/mm
2
)
true
(N/mm
2
)
eng
(mm
2
)
true
(mm
2
)
1 1000 1 14.11507313 12.85062313 0.006335128 0.003346328
2 1500 2 21.1726097 19.9081597 0.012670257 0.009681457
3 4400 3 62.10632179 60.84187179 0.019005385 0.016016585
4 9500 4 134.0931948 130.4251948 0.025340513 0.022351713
5 16500 5 232.8987067 231.6342567 0.031675641 0.028686841
6 27200 6 383.9299892 382.6655392 0.03801077 0.03502197
7 32400 7 457.3283695 452.0834695 0.044345898 0.041357098
8 33200 8 468.620428 467.355978 0.050681026 0.047692226
9 34000 9 479.9124865 478.6480365 0.057016155 0.054027355
10 34500 10 486.9700231 485.7055731 0.063351283 0.060362483
11 34800 11 491.2045451 489.9400951 0.069686411 0.066697611
12 35000 12 494.0275597 492.7631097 0.076021539 0.073032739
13 35100 13 495.439067 494.174617 0.082356668 0.079367868
14 34800 14 491.2045451 489.9400951 0.088691796 0.085702996
15 33700 15 475.6779646 468.8323146 0.095026924 0.092038124
16 31800 16 448.8593257 445.2894257 0.101362053 0.098373253
17 29400 17 414.9831501 413.7187001 0.107697181 0.104708381
18 25600 18 361.3458722 360.0814222 0.114032309 0.111043509
19 21000 19 296.4165358 295.1520858 0.120367437 0.117378637



GRAFIK



0
100
200
300
400
500
600
0
.
0
0
6
3
3
5
1
2
8
0
.
0
1
2
6
7
0
2
5
7
0
.
0
1
9
0
0
5
3
8
5
0
.
0
2
5
3
4
0
5
1
3
0
.
0
3
1
6
7
5
6
4
1
0
.
0
3
8
0
1
0
7
7
0
.
0
4
4
3
4
5
8
9
8
0
.
0
5
0
6
8
1
0
2
6
0
.
0
5
7
0
1
6
1
5
5
0
.
0
6
3
3
5
1
2
8
3
0
.
0
6
9
6
8
6
4
1
1
0
.
0
7
6
0
2
1
5
3
9
0
.
0
8
2
3
5
6
6
6
8
0
.
0
8
8
6
9
1
7
9
6
0
.
0
9
5
0
2
6
9
2
4
0
.
1
0
1
3
6
2
0
5
3
0
.
1
0
7
6
9
7
1
8
1
0
.
1
1
4
0
3
2
3
0
9
0
.
1
2
0
3
6
7
4
3
7
eng

Anda mungkin juga menyukai