Anda di halaman 1dari 13

SKALA LIKERT: PENGGUNAAN DAN ANALISIS DATANYA

Banyak orang yang bingung jika menggunakan Skala Likert [baca biasa likert, walau ada
yang baca laikert--kata Wikipedia], dan bahkan salah larap. Skala Likert digunakan untuk
membuat angket, tapi kadang-kadang salah isi yang disasar untuk dihimpun dengan Skala
Likert tersebut. Likert itu nama orang, lengkapnya Rensis Likert, pendidik dan ahli psikologi
Amerika Serikat. Jadi, skala ini digagas oleh Rensis Likert, sehingga disebut Skala Likert.
Kalau begitu mari kita mulai dengan memperjelas apa dan untuk apa Skala Likert itu.
Pengertian dan Kegunaan Skala Likert
Skala itu sendiri salah satu artinya, sekedar memudahkan, adalah ukuran-ukuran berjenjang.
Skala penilaian, misalnya, merupakan skala untuk menilai sesuatu yang pilihannya
berjenjang, misalnya 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10. Skala Likert juga merupakan alat untuk
mengukur (mengumpulkan data dengan cara mengukur-menimbang) yang itemnya
(butir-butir pertanyaannya) berisikan (memuat) pilihan yang berjenjang.
Untuk apa sebenarnya Skala Likert itu? Skala Likert itu aslinya untuk
mengukur kesetujuan dan ketidaksetujuan seseorang terhadap sesuatu objek, yang
jenjangnya bisa tersusun atas:
sangat setuju
setuju
netral antara setuju dan tidak
kurang setuju
sama sekali tidak setuju.
Pernyataan yang diajukan mengenai objek penskalaan harus mengandung isi yang akan
dinilai responden, apakah setuju atau tidak setuju. Contoh di bawah ini pernyataannya
berbunyi Doktrin Bush merupakan kebijakan luar negeri yang efektif. Objek khasnya
adalah efektivitas (kefektivan) kebijakan. Responden diminta memilih satu dari lima pilihan
jawaban yang dituliskan dalam angka 1-5, masing-masing menunjukkan sangat tidak setuju
(1), tidak setuju (2), netral atau tidak berpendapat (3), setuju (4), sangat setuju (5).
The Bush Doctrine is an effective foreign policy [Doktrin Bush merupakan kebijakan luar
negeri yang efektif].
Strongly Disagree12345Strongly Agree
[Sangat tidak setuju --1--2--3--4--5--Sangat setuju]
Based on the item, the respondent will choose a number from 1 to 5 using the criteria below
[Dengan memperhatikan butir pernyataan, responden (orang yang ditanyai) harus memilih
angka 1 sampai dengan 5 dengan berdasarkan patokan berikut]:
1 strongly agree [sangat setuju]
2 somewhat agree [agak setuju]

3 neutral/no opinion [netral/tak berpendapat]


4 somewhat disagree [agak tidak setuju]
5 strongly disagree [sangat tidak setuju]
Apa artinya? Artinya setujukah responden bahwa kebijakan luar negeri Bush itu sebagai
kebijakan yang efektif (memecahkan masalah luar negeri AS)? Jadi, responden tinggal milih:
setuju atau tidak setuju, atau tak memilih keduanya (netral saja, tidak berpendapat).
Salah Tafsir: Asal ada SetujuTidak Setuju
Tidak sedikit mahasiswa dan peneliti lain yang hanya melihat Skala Likert itu sebagai angket
pilihan setujutidak setuju. Jadi, jika pilihan jawabannya setuju-tidak setuju, maka itu
namanya Skala Likert. Lalu, segala macam pernyataan dimintakan kepada responden untuk
memilih menjawab setuju atau tidak setuju. Ini contohnya:
Salat itu penting, karena salat itu merupakan tiang agama.
1. Sangat setuju (SS)
2. Setuju (S)
3. Setuju tidak, tidak setuju pun tidak, alias netral (N)
4. Tidak setuju (TS)
5. Sangat tidak setuju (STS)
Jelas isi pernyataan itu bukan sesuatu yang harus disetujui atau tidak disetujui.
Itupengetahuan, pengetahuan agama, yang diajarkan oleh para ustad dan kiyai. Jadinya itu
soal murid tahu atau tidak tahu bahwa salat itu penting, dan pentingnya itu karena (dengan
alasan) merupakan tiang agama (ash-shalatu imaaduddin), bukan harus setuju atau tidak
setuju.
Kedua, itu tidak bisa dijenjangkan kesetujuan-ketidaksetujuannya, karena tidak logis. Kalau
misalnya setuju salat itu penting, apa bedanya dengan sangat setuju. Jika jawabannya
diubah jadi setujuagak setuju, makna dari agak setuju itu apa, tak jelas. Tentu tidak bisa
ditafsirkan bahwa jika agak setuju berarti menunjukkan menurut responden salat itu agak
penting, dan jika setuju sekali berarti salat itu sangat amat penting, dan sebaliknya.
Ketiga, ada dua isi yang harus disetujui atau tidak disetujui di dalam satu pernyataan itu,
yaitu: (1) salat itu penting, dan (2) salat itu tiang agama. Ini tidak boleh terjadi dalam
penyusunan angket, sebab akan membingungkan. Salat mungkin bisa dianggap penting
(setuju bahwa penting), tapi alasannya sebagai tiang agama tidak setuju, setujunya karena ia
rukun Islam kedua. Jadi, jawabannya apa? Setuju, atau tidak setuju, atau netral saja?
Sebentar, biar jelas. Responden setuju bahwa solat itu penting, tapi tidak setuju kalau
sebabnya karena ia tiang agama. Lantas yang harus dipilih setuju atau tidak setuju (karena ia
punya dua pilihan: setuju penting, tapi tidak setuju sebagai tiang agama).
Lain halnya dengan masalah hukum potong tangan bagi pencuri, misalnya (sekedar misal,
lho), kan ada orang setuju, ada yang tidak setuju. Jadi, pernyataannya bisa dirumuskan,
misalnya, Orang yang mencuri harus dihukum potong tangan. Jawabannya (SS S N

TS -STS). Pernyataan pencuri harus dipotong tangan itu isinya hanya satu, tidak dua: (1)
pencuri dan (2) potong tangan. Beda kan dengan contoh di atas (1) solat itu penting, dan (2)
solat itu tiang agamadigabung menjadi: Solat itu penting karena solat itu tiang agama.
Nah, karena berkaitan dengan setuju (S) dan tidak setuju (TS), maka bisa jadi ada orang yang
netral (N) atau tidak berpendapat. Netral artinya setuju ya tidak, tidak setuju pun tidak juga.
Tidak memihak pada kesetujuan ataupun ketidaksetujuan. Ekstrimnya, tidak berpendapat.
Jadi, bisa ada yang agak setuju, tapi tidak setuju banget, ada juga yang agak setuju, tapi tidak
setuju banget. Ya cuma seperti itu gambarannya.
Contoh: Anggota DPR disuruh memilih apakah setuju Gubernur DIY itu dipilih. Pilihan
jawabannya ekstrim: setuju atau tidak setuju. Jadi, hanya ada tiga pilihan: S N TS. Jika S
berarti setuju Gubernur DIY dipilih. Jika TS artinya tidak setuju melalui pemilihan. Yang
tidak berani menyatakan setuju atau tidak setuju, ya pilih N (netral). Jika ada 30% yang
menyatakan S, 60% menyatakan TS, dan 10% N, maka hasilnya berupa pernyataan bahwa
sebagian besar anggota DPR tidak setuju Gubernur DIY dipilih. Hanya seperti itu. Jangan
dicari reratanya, lucu!
Karena berkaitan dengan kesetujuan-ketidaksetujuan, maka yang dipertanyakan haruslah
yang populer, yang sudah terkonsumsi masyarakat, yang masyarakat (responden) tahu.
Kalau tidak tahu bagaimana ia akan menyatakan setuju dan tidak setuju.
Ini contoh (sekedar contoh).
Pemerintahan SBY tidak mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Semua orang Indonesia terlibat dalam pemerintahan SBY, terkena pemerintahan SBY, dan
tahu (merasakan) seperti apa berada di bawah pemerintahan SBY. Jadi, pasti bisa menjawab.
Pernyataan
SBY
patut
mendapatkan
Hadiah
Nobel
pun
bisa
untuk
dimintakanpersetujuan dan pertidaksetujuan responden, tetapi respondennya tertentu, yang
paham seluk beluk pemberian hadiah Nobel. Mbah Marijan (alm) dan embah-embah lain
setara Mbah Marijan mungkin tak tahu.
Coba tanyakan pada orang kebanyakan Indonesia: Setuju atau tidak jika demokrasi Indonesia
diubah menjadi demokrasi-teokratis? Mbah Maridjan (kalau masih hidup) lebih baik semedi
daripada menjawab.
Nah, itulah sebabnya Skala Likert suka disebut (dan memang tergolong) skala sikap, skala
tentang sikap, yaitu sikap setuju dan tidak setuju terhadap sesuatu (yang bisa disetujui dan
tidak disetujui).
Skala Likert ada kalanya menghilangkan tengah-tengah kutub setuju dan tidak setuju.
Responden dipaksa untuk masuk ke blok setuju atau tidak setuju. Ini contohnya.
Mahasiswa boleh tidak ikut kuliah, asal sungguh-sungguh belajar mandiri.
1. Sangat setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju

4. Sangat tidak setuju


Pertanyaan dibuat demikian agar orang berpendapat, tidak bersikap netral atau tidak
berpendapat.
Skala dalam Skala Likert
Berapa jenjang skala dibuat dalam Skal Likert? Itu amat tergantung pada kata-kata yang
digunakan di dalam butir (item) Skala Likert. Kalau digunakan model verbal (kata-kata)
setujutidak setuju, maka paling tidak ada tiga, yaitu setujunetraltidak setuju. Perubahan
lebih banyak tentu akan mengikuti kutubnya (kutub setuju dan kutub tidak setuju). Jadi, jika
ditambah, akan menjadi, misalnya: sangat setujusetujunetraltidak setujusangat tidak
setuju (ada 5 skala). Tentu bisa jadi tujuh jika ditambahi lagi dengan sangat setuju sekali dan
sama sekali tidak setuju. Atau tambahannya berupa agak setuju (sebelum setuju) dan agak
tidak setuju (sebelum tidak setuju). Jika digabungkan, maka jadi sembilan skala (jenjang).
1. Sangat setuju sekali
2. Sangat setuju
3. Setuju
4. Agak setuju
5. Netral
6. Agak tidak setuju
7. Tidak setuju
8. Sangat tidak setuju
9. Sama sekali tidak setuju
Bentuk Skala Likert
Skala Likert yang dikenal sebetulnya tidak disusun seperti angket yang pilihannya ke bawah
seperti beberapa contoh di atas, melainkan seperti ini.
LIKERT SCALES
Please circle the number that represents how you feel about the computer software you
have been using [Lingkarilah angka yang mencerminkan penilaian Anda mengenai piranti
lunak komputer yang telah Anda pergunakan]
I am satisfied with it (memuaskan)Strongly disagree 1234567Strongly
agree
(Sangat tidak setuju)

(Sangat setuju)

It is simple to use (mudah digunakan)Strongly disagree 1234567

Strongly agree
It does everything I would expect to do (bisa untuk apa saja) Strongly disagree 12
34567Strongly agree
I dont notice any inconsistencies as I use it (tidak bikin kisruh) Strongly disagree 12
34567Strongly agree
It is very user friendly (dapat membantu siapa saja) Strongly disagree 12345
67Strongly agree
Responden ditanya tentang kepuasan mereka terhadap produk komputer. Responden diminta
melingkari angka-angka yang berderet yang menunjukkan sangat setuju (angka 7) atau
sangat tidak setuju (angka 1) dengan pernyataan yang tertera sebelumnya . Di antara
kutub-kutub itu ada angka pilihan. Masing-masing menunjukkan derajat kestidaksetujuan
atau kesetujuan. Semakin dekat ke angka 1 semakin dekat dengan tidak setuju, dan
sebaliknya. Ingat angka itu bukan skor!
Item (Butir Pertanyaan/Pernyataan) Serupa dan Tak serupa Skala Likert
Ada angket yang semodel dengan Skala Likert, seperti di bawah ini.
Seberapa sering Anda meminjam buku dari perpustakaan?
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Sangat sering
Pertanyaan angket ini pun berjenjang, mirip dengan Skala Likert. Tentu itu bukan skala sikap.
Itu angket biasa, angket deskriptif yang isinya punya jenjang ( intensitas meminjam buku dari
perpustakaan). Perhatikan jenjangnya. Ada tengah-tengahnya seperti netral dalam skala sikap.
Oleh sebab itulah angket (butir angket) seperti itu suka disebut juga sebagai mirip Skala
Likert.
Pertanyaan angket berikut, kendati ada jenjang, bukan Skala Likert dan bukan mirip Skala
Likert. Kuncinya terletak pada titik tengah pilihan jawaban ( di sisi yang satu positif, di sisi
yang lain negatif; di sisi yang satu tinggi di sisi yang lain rendah). Item tentang usia berikut
tidak bersifat seperti itu, hanya perjenjangan biasa, tidak ada kutub ekstrim dan tengahtengahnya.
Usia Bapak/Ibu saat ini:
a. di atas 80 tahun
b. 61 70 tahun

c. 51 60 tahun
d. 41 50 tahun
e. 31 40 tahun
Menganalisis data Skala Likert
1. Analisis Frekuensi (Proporsi)
Nah, yang sering dilakukan kesalahan adalah pada saat menganalisis data dari Skala Likert.
Ingat, Skala Likert berkait dengan setuju atau tidak setuju terhadap sesuatu. Jadi, ada dua
kemungkinan. Pertama, datanya data ordinal (berjenjang tanpa skor). Angka-angka hanya
urutan saja. Jadi, analisisnya hanya berupa frekuensi (banyaknya) atau proporsinya
(persentase). Contoh (pilihan netral dalam angket ditiadakan) dengan responden 100 orang:
Yang sangat setuju 30 orang (30%)
Yang setuju 50 orang (50%)
Yang tidak setuju 15 orang (15%)
Yang sangat tidak setuju 5 orang (5%).
Jika digabungkan menurut kutubnya, maka yang setuju (gabungan sangat setuju dan setuju)
ada 80 orang (80%), dan yang tidak setuju (gabungan sangat tidak setuju dan tidak setuju)
ada 20 orang (20%).
2. Analisis Terbanyak (Mode)
Analisis lain adalah dengan menggunakan mode, yaitu yang terbanyak. Dengan contoh
data di atas, maka jadinya Yang terbanyak (50%) menyatakan setuju (Dari data yang sangat
setuju 15%, setuju 50%, netral 20%, tidak setuju 10%, sangat tidak setuju 5%).
Skala Likert Sebagai Skala Penilaian
Skala Likert kerap digunakan sebagai skala penilaian karena memberi nilai terhadap sesuatu.
Contohnya skala Likert mengenai produk komputer di atas, komputer yang baik atau tidak.
Terhadapnya bisa diberlakukan angka skor. Jadi, yang dianalisis skornya. Dalam contoh di
atas angka 7 sebagai skor tertinggi. Datanya bukan ordinal, melainkan interval.
Ingat! Pilihan ordinal setujuagak setujunetralkurang setujutidak setuju tak bisa diskor.
Misalnya setuju diberi skor 5, agak setuju 4, netral 3, kurang setuju 2, dan tidak setuju 1.
Kenapa?
Pertama, tidak logis, yang netral lebih tinggi skornya dari yang tidak setuju. Padahal yang
netral itu sebenarnya tidak berpendapat. Kedua, coba jika ada dua orang yang ditanya, yang
satu menjawab setuju (skor 5), yang satu lagi menjawab tidak setuju (skor 1). Berapa
reratanya? [5 + 1] : 2 = 3. Skor 3 itu sama dengan netral. Lucu, kan?! Simpulannya kedua
orang responden bersikap netral. Padahal realitanya yang satu setuju, yang satu tidak. Nah,
ini bisa terjadi juga dengan yang sangat setuju (skor 5) 20 orang, setuju (skor 4) 25 orang,
netral (skor 3) 10 orang, tidak setuju (skor 2) 25 orang, dan sangat tidak setuju (skor 1) 20
orang. Berapa rerata skornya? Pasti 3 (netral). Jadi, semua orang (diwakili 100 orang sampel)
bersikap netral. Lucu, kan?!!! Padahal yang netral hanya 10 orang (10%)!!!

Skala Penilaian
Di atas dicontohkan Skala Likert untuk penilaian (menilai produk komputer). Sebenarnya
tidak perlu menggunakan Skala Likert, cukup skala penilaian (rating scale). Responden
diminta menilai produk itu dengan membubuhkan nilai (skor) jika ada kolom kosong untuk
menilai, atau memilih skor tertentu yang sudah disediakan. Jadinya skornya bisa bergerak
dari 0 sampai dengan 10 sebagai skor tertinggi.
Contohnya mengenai kepuasan konsumen terhadap layanan perpustakaan di bawah ini.
Responden cukup diminta melingkari angka skor sesuai dengan penilaiannya.
1. Kemudahan menemukan koleksi
2. Kenyamanan ruangan
3. Layanan petugas

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Analisisnya bisa menggunakan dua macam, proporsi (persentase) dan mode (terbanyak
menilai berapa), dan rerata atau means (rerata skornya berapa), dan termasuk pengkateorian
puas atau tidak puas.
Jelasnya:
Pertama, dihitung banyaknya responden yang memberi nilai pada skor tertentu secara
keseluruhan (seluruh butir pernyataan). Lihat yang terbanyak (mode) dari responden memilih
pada skor berapa.
Kedua, hitung skor dari keseluruhan butir (responden yang menjawab dikalikan skor), lalu
disusun reratanya. Rerata skor itu (bilangannya tentu akan 0 10) termasuk kategori tinggi
atau rendah. Sebelumnya tentu sudah disusun kategorisasinya. Jadi, jika rerata skornya
misalnya 7,76, angka 7,76 itu termasuk kategori rendah, sedang, ataukah tinggi? Ingat, skor
terendah berapa, dan skor tertinggi berapa! Jadi, 7,76 dari rentangan skor 1 10 tentu
termasuk tinggi (tapi tidak sangat tinggi, kan?!)
Contoh Lain Skala Likert
Ini contoh Skala Likert yang menggali taraf kepercayaan diri (rasa harga diri) karyawan.
Skala Self-Esteem Karyawan
Heres an example of a ten-item Likert Scale that attempts to estimate the level of self esteem
a person has on the job. Notice that this instrument has no center or neutral point the
respondent has to declare whether he/she is in agreement or disagreement with the item [Ini
contoh Skala Likert yang terdiri atas 10 butir pernyataan yang berusaha mengukur taraf
harga-diri seseorang dari pekerjaannya. Perhatikan bahwa instrumen ini dhilangkan titik
tengah atau netralnya, sehingga responden mau tidak mau harus memberikan pernyataan
tegas apakah ia setuju atau tidak setuju dengan isi butir pernyataan].
INSTRUCTIONS: Please rate how strongly you agree or disagree with each of the
following statements by placing a check mark in the appropriate box [Petunjuk: Berikan
penilaian seberapa setuju atau tidak setuju Anda dengan isi pernyataan berikut dengan cara
membubuhkan tanda centang pada kotak kolom yang sesuai].

1. I feel good
about my work
on the
job. (Saya
merasa
pekerjaan saya
dalam
menjalankan
tugas baik)

Strongly
disagreee(Sama
sekalI tidak setuju)

Somewhat
disagree(agak
tidak setuju)

Somewhat
agree (agak
setuju)

Strongly
agree(Sangat
setuju)

2. On the
whole, I get
along well with
others at
work. (Secara
umum, dengan
teman-teman
sepekerjaan
saya merasa
baik-baik saja)

Strongly
disagreee(Sama
sekali tidak setuju

Somewhat
disagree(agak
tidak setuju)

Somewhat
agree (agak
setuju)

Strongly
agree(Sangat
setuju)

3. I am proud of
my ability to
cope with
difficulties at
work(Saya
merasa bangga
dengan
kemampuan
saya mengatasi
berabgai
masalah
pekerjaan
saya).

Strongly
disagreee(Sama
sekali tidak setuju

Somewhat
disagree(agak
tidak setuju)

Somewhat
agree (agak
setuju)

Strongly
agree(Sangat
setuju)

4. When I feel
uncomfortable
at work, I know
how to handle
it (Jika saya
merasa tidak
nyaman kerja,
saya tahu
bagaimana
mengatasinya).

Strongly
disagreee(Sama
sekali tidak setuju

Somewhat
disagree(agak
tidak setuju)

Somewhat
agree (agak
setuju)

Strongly
agree(Sangat
setuju)

5. I can tell that


other people at
work are glad
to have me
there(Saya bisa
tegaskan
bahwa teman
kerja saya
merasa senang
mereka bekerja
dengan saya).

Strongly
disagreee(Sama
sekali tidak setuju

Somewhat
disagree(agak
tidak setuju)

Somewhat
agree (agak
setuju)

Strongly
agree(Sangat
setuju)

6. I know Ill be
able to cope
with work for
as long as I
want (Saya
tahu saya bisa
selesaikan
tugas pekerjaan
saya asal saya
mau) .

Strongly
disagreee(Sama
sekali tidak setuju

Somewhat
disagree(agak
tidak setuju)

Somewhat
agree (agak
setuju)

Strongly
agree(Sangat
setuju)

7. I am proud of
my relationship
with my
supervisor at
work(Saya
merasa bangga
tentang
hubungan saya
dengan atasan
saya di tempat
kerja).

Strongly
disagreee(Sama
sekali tidak setuju

Somewhat
disagree(agak
tidak setuju)

Somewhat
agree (agak
setuju)

Strongly
agree(Sangat
setuju)

Strongly
disagreee(Sama
sekali tidak setuju

Somewhat
disagree(agak
tidak setuju)

Somewhat
agree (agak
setuju)

Strongly
agree(Sangat
setuju)

8. I am
confident that I
can handle my
job without
constant
assistance (Say
a yakin saya
bias selesaikan
tugas pekerjaan
saya tanpa
selalu
mendapat

bantuan).
9. I feel like I
make a useful
contribution at
work (Saya
merasa saya
punya andil
baik terehadap
tempat kerja
saya).

Strongly
disagreee(Sama
sekali tidak setuju

Somewhat
disagree(agak
tidak setuju)

Somewhat
agree (agak
setuju)

Strongly
agree(Sangat
setuju)

10. I can tell


that my
coworkers
respect
me(Saya bisa
tegaskan
bahwa rekan
kerja saya
menghargai
saya).

Strongly
disagreee(Sama
sekali tidak setuju

Somewhat
disagree(agak
tidak setuju)

Somewhat
agree (agak
setuju)

Strongly
agree(Sangat
setuju)

UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS DENGAN METODE SPEARMAN BROWN


Dalam penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling tinggi, karena data merupakan
penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Benar
tidaknya data, sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian. Sedang benar tidaknya
data, tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpulan data. Pengujian instumen
biasanya terdiri dari uji validitas dan reliabilitas.
Definisi Validitas dan Reliabilitas
Validitas adalah tingkat keandalah dan kesahihan alat ukur yang digunakan. Intrumen
dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang dipergunakan untuk mendapatkan data
itu valid atau dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur (Sugiyono,
2004:137). Dengan demikian, instrumen yang valid merupakan instrumen yang benar-benar
tepat untuk mengukur apa yang hendak di ukur.

Penggaris dinyatakan valid jika digunakan untuk mengukur panjang, namun tidak valid jika
digunakan untuk mengukur berat. Artinya, penggaris memang tepat digunakan untuk
mengukur panjang, namun menjadi tidak valid jika penggaris digunakan untuk mengukur
berat.
Uji reliabilitas berguna untuk menetapkan apakah instrumen yang dalam hal ini kuesioner
dapat digunakan lebih dari satu kali, paling tidak oleh responden yang sama akan
menghasilkan data yang konsisten. Dengan kata lain, reliabilitas instrumen mencirikan
tingkat konsistensi. Banyak rumus yang dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas
diantaranya adalah rumus Spearman Brown

Ket :
R 11 adalah nilai reliabilitas
R b adalah nilai koefisien korelasi
Nilai koefisien reliabilitas yang baik adalah diatas 0,7 (cukup baik), di atas 0,8 (baik).
Pengukuran validitas dan reliabilitas mutlak dilakukan, karena jika instrument yang
digunakan sudah tidak valid dan reliable maka dipastikan hasil penelitiannya pun tidak akan
valid dan reliable. Sugiyono (2007: 137) menjelaskan perbedaan antara penelitian yang valid
dan reliable dengan instrument yang valid dan reliable sebagai berikut :
Penelitian yang valid artinya bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data
yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Artinya, jika objek berwarna merah,
sedangkan data yang terkumpul berwarna putih maka hasil penelitian tidak valid. Sedangkan
penelitian yang reliable bila terdapat kesamaan data dalam waktu yang berbeda. Kalau dalam
objek kemarin berwarna merah, maka sekarang dan besok tetap berwarna merah.

METODE LIKERT DAN SPEARMAN


BROWN

OLEH :
SAFRI RAMADHAN SIMANUNGKALIT
138150010

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MEDAN AREA
MEDAN

2013

Anda mungkin juga menyukai