Untuk apa sebenarnya Skala Likert itu? Skala Likert itu “aslinya” untuk mengukur kesetujuan dan
ketidaksetujuan seseorang terhadap sesuatu objek, yang jenjangnya bisa tersusun atas:
sangat setuju
setuju
kurang setuju
Pernyataan yang diajukan mengenai objek penskalaan harus mengandung isi yang akan “dinilai” responden,
apakah setuju atau tidak setuju. Contoh di bawah ini pernyataannya berbunyi “Doktrin Bush merupakan
kebijakan luar negeri yang efektif.” Objek khasnya adalah efektivitas (kefektivan) kebijakan. Responden
diminta memilih satu dari lima pilihan jawaban yang dituliskan dalam angka 1-5, masing-
masing menunjukkan sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), netral atau tidak berpendapat (3), setuju (4),
sangat setuju (5).
The Bush Doctrine is an effective foreign policy [Doktrin Bush merupakan kebijakan luar negeri yang
efektif].
Strongly Disagree—1—2—3—4—5—Strongly Agree
[Sangat tidak setuju –1–2–3–4–5–Sangat setuju]
Based on the item, the respondent will choose a number from 1 to 5 using the criteria below [Dengan
memperhatikan butir pernyataan, responden (orang yang ditanyai) harus memilih angka 1 sampai dengan 5
dengan berdasarkan patokan berikut]:
1 – strongly agree [sangat setuju]
Apa artinya? Artinya setujukah responden bahwa kebijakan luar negeri Bush itu sebagai kebijakan yang efektif
(memecahkan masalah luar negeri AS)? Jadi, responden tinggal milih: setuju atau tidak setuju, atau tak
memilih keduanya (netral saja, tidak berpendapat).
Salah Tafsir: Asal ada Setuju–Tidak Setuju
Tidak sedikit mahasiswa dan peneliti lain yang hanya melihat Skala Likert itu sebagai angket pilihan setuju–
tidak setuju. Jadi, jika pilihan jawabannya setuju-tidak setuju, maka itu namanya Skala Likert. Lalu, segala
macam pernyataan dimintakan kepada responden untuk memilih menjawab setuju atau tidak setuju. Ini
contohnya:
Salat itu penting, karena salat itu merupakan tiang agama.
1. Sangat setuju (SS)
2. Setuju (S)
3. Setuju tidak, tidak setuju pun tidak, alias netral (N)
4. Tidak setuju (TS)
5. Sangat tidak setuju (STS)
Jelas isi pernyataan itu bukan sesuatu yang harus disetujui atau tidak disetujui. Itu pengetahuan, pengetahuan
agama, yang diajarkan oleh para ustad dan kiyai. Jadinya itu soal “murid” tahu atau tidak tahu bahwa salat itu
penting, dan pentingnya itu karena (dengan alasan) merupakan tiang agama (“ash-shalatu imaaduddin“),
bukan harus setuju atau tidak setuju.
Kedua, itu tidak bisa dijenjangkan kesetujuan-ketidaksetujuannya, karena tidak logis. Kalau misalnya
“setuju” salat itu penting, apa bedanya dengan “sangat setuju.” Jika jawabannya diubah jadi “setuju–agak
setuju,” makna dari agak setuju itu apa, tak jelas. Tentu tidak bisa ditafsirkan bahwa jika agak setuju berarti
menunjukkan menurut responden salat itu agak penting, dan jika setuju sekali berarti salat itu sangat amat
penting, dan sebaliknya.
Ketiga, ada dua isi yang harus disetujui atau tidak disetujui di dalam satu pernyataan itu, yaitu: (1) salat itu
penting, dan (2) salat itu tiang agama. Ini tidak boleh terjadi dalam penyusunan angket, sebab akan
membingungkan. Salat mungkin bisa dianggap penting (setuju bahwa penting), tapi alasannya sebagai tiang
agama tidak setuju, setujunya karena ia rukun Islam kedua. Jadi, jawabannya apa? Setuju, atau tidak setuju,
atau netral saja?
Sebentar, biar jelas. Responden setuju bahwa solat itu penting, tapi tidak setuju kalau sebabnya karena ia tiang
agama. Lantas yang harus dipilih setuju atau tidak setuju (karena ia punya dua pilihan: setuju penting,
tapi tidak setuju sebagai tiang agama).
Lain halnya dengan masalah “hukum potong tangan bagi pencuri,” misalnya (sekedar misal, lho), kan ada
orang setuju, ada yang tidak setuju. Jadi, pernyataannya bisa dirumuskan, misalnya, “Orang yang mencuri
harus dihukum potong tangan.” Jawabannya (SS – S – N – TS -STS). Pernyataan “pencuri harus dipotong
tangan” itu isinya hanya satu, tidak dua: (1) pencuri dan (2) potong tangan. Beda kan dengan contoh di atas (1)
solat itu penting, dan (2) solat itu tiang agama–digabung menjadi: Solat itu penting karena solat itu tiang
agama.
Nah, karena berkaitan dengan setuju (S) dan tidak setuju (TS), maka bisa jadi ada orang yang netral (N) atau
tidak berpendapat. Netral artinya setuju ya tidak, tidak setuju pun tidak juga. Tidak memihak pada kesetujuan
ataupun ketidaksetujuan. Ekstrimnya, tidak berpendapat.
Jadi, bisa ada yang agak setuju, tapi tidak setuju banget, ada juga yang agak setuju, tapi tidak setuju banget. Ya
cuma seperti itu gambarannya.
Contoh: Anggota DPR disuruh memilih apakah setuju Gubernur DIY itu dipilih. Pilihan jawabannya ekstrim:
setuju atau tidak setuju. Jadi, hanya ada tiga pilihan: S – N – TS. Jika S berarti setuju Gubernur DIY dipilih.
Jika TS artinya tidak setuju melalui pemilihan. Yang tidak “berani” menyatakan setuju atau tidak setuju, ya
pilih N (netral). Jika ada 30% yang menyatakan S, 60% menyatakan TS, dan 10% N, maka hasilnya berupa
pernyataan bahwa sebagian besar anggota DPR tidak setuju Gubernur DIY dipilih. Hanya seperti itu. Jangan
dicari reratanya, lucu!
Karena berkaitan dengan kesetujuan-ketidaksetujuan, maka yang dipertanyakan haruslah yang “populer,”
yang sudah terkonsumsi masyarakat, yang masyarakat (responden) tahu. Kalau tidak tahu bagaimana ia akan
menyatakan setuju dan tidak setuju.
Ini contoh (sekedar contoh).
Pernyataan ” SBY patut mendapatkan Hadiah Nobel” pun bisa untuk dimintakan persetujuan dan
“pertidaksetujuan” responden, tetapi respondennya tertentu, yang paham seluk beluk pemberian hadiah Nobel.
Mbah Marijan (alm) dan embah-embah lain setara Mbah Marijan mungkin tak tahu.
Coba tanyakan pada orang kebanyakan Indonesia: Setuju atau tidak jika demokrasi Indonesia diubah menjadi
demokrasi-teokratis? Mbah Maridjan (kalau masih hidup) lebih baik semedi daripada menjawab.
Nah, itulah sebabnya Skala Likert suka disebut (dan memang tergolong) skala sikap, skala tentang sikap, yaitu
sikap setuju dan tidak setuju terhadap sesuatu (yang bisa disetujui dan tidak disetujui).
Skala Likert ada kalanya “menghilangkan” tengah-tengah kutub setuju dan tidak setuju. Responden dipaksa
untuk “masuk” ke “blok” setuju atau tidak setuju. Ini contohnya.
2. Setuju
3. Tidak setuju
Pertanyaan dibuat demikian agar orang berpendapat, tidak bersikap netral atau tidak berpendapat.
2. Sangat setuju
3. Setuju
4. Agak setuju
5. Netral
7. Tidak setuju
LIKERT SCALES
Please circle the number that represents how you feel about the computer software you have been
using [Lingkarilah angka yang mencerminkan penilaian Anda mengenai piranti lunak komputer yang
telah Anda pergunakan]
It does everything I would expect to do (bisa untuk apa saja) Strongly disagree —1—2—3—4—5—
6—7—Strongly agree
I don’t notice any inconsistencies as I use it (tidak bikin kisruh) Strongly disagree —1—2—3—4—5—
6—7—Strongly agree
It is very user friendly (dapat membantu siapa saja) Strongly disagree —1—2—3—4—5—6—7—
Strongly agree
Responden ditanya tentang kepuasan mereka terhadap produk komputer. Responden diminta melingkari
angka-angka yang berderet yang menunjukkan “sangat setuju” (angka 7) atau “sangat tidak setuju” (angka 1)
dengan pernyataan yang tertera sebelumnya . Di antara kutub-kutub itu ada angka pilihan. Masing-masing
menunjukkan derajat kestidaksetujuan atau kesetujuan. Semakin dekat ke angka 1 semakin dekat dengan tidak
setuju, dan sebaliknya. Ingat angka itu bukan skor!
Item (Butir Pertanyaan/Pernyataan) Serupa dan Tak serupa Skala Likert
Ada “angket” yang semodel dengan Skala Likert, seperti di bawah ini.
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Sangat sering
Pertanyaan angket ini pun berjenjang, mirip dengan Skala Likert. Tentu itu bukan skala sikap. Itu angket biasa,
angket deskriptif yang isinya punya jenjang ( intensitas meminjam buku dari perpustakaan). Perhatikan
jenjangnya. Ada tengah-tengahnya seperti netral dalam skala sikap. Oleh sebab itulah angket (butir angket)
seperti itu suka disebut juga sebagai “mirip Skala Likert.”
Pertanyaan angket berikut, kendati ada jenjang, bukan Skala Likert dan bukan mirip Skala Likert. Kuncinya
terletak pada titik tengah pilihan jawaban ( di sisi yang satu positif, di sisi yang lain negatif; di sisi yang satu
tinggi di sisi yang lain rendah). Item tentang usia berikut tidak bersifat seperti itu, hanya perjenjangan biasa,
tidak ada kutub ekstrim dan tengah-tengahnya.
Jika digabungkan menurut kutubnya, maka yang setuju (gabungan sangat setuju dan setuju) ada 80 orang
(80%), dan yang tidak setuju (gabungan sangat tidak setuju dan tidak setuju) ada 20 orang (20%).
Kenapa?
Pertama, tidak logis, yang netral lebih tinggi skornya dari yang tidak setuju. Padahal yang netral itu
sebenarnya tidak berpendapat. Kedua, coba jika ada dua orang yang ditanya, yang satu menjawab setuju (skor
5), yang satu lagi menjawab tidak setuju (skor 1). Berapa reratanya? [5 + 1] : 2 = 3. Skor 3 itu sama dengan
netral. Lucu, kan?! Simpulannya kedua orang responden bersikap netral. Padahal realitanya yang satu setuju,
yang satu tidak. Nah, ini bisa terjadi juga dengan yang sangat setuju (skor 5) 20 orang, setuju (skor 4) 25
orang, netral (skor 3) 10 orang, tidak setuju (skor 2) 25 orang, dan sangat tidak setuju (skor 1) 20 orang.
Berapa rerata skornya? Pasti 3 (netral). Jadi, semua orang (diwakili 100 orang sampel) bersikap netral. Lucu,
kan?!!! Padahal yang netral hanya 10 orang (10%)!!!
Skala Penilaian
Di atas dicontohkan Skala Likert untuk penilaian (menilai produk komputer). Sebenarnya tidak perlu
menggunakan Skala Likert, cukup skala penilaian (rating scale). Responden diminta menilai produk itu
dengan membubuhkan nilai (skor) jika ada kolom kosong untuk menilai, atau memilih skor tertentu yang
sudah disediakan. Jadinya skornya bisa bergerak dari 0 sampai dengan 10 sebagai skor tertinggi.
Contohnya mengenai kepuasan konsumen terhadap layanan perpustakaan di bawah ini. Responden cukup
diminta melingkari angka skor sesuai dengan penilaiannya.
2. Kenyamanan ruangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
3. Layanan petugas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Analisisnya bisa menggunakan dua macam, proporsi (persentase) dan mode (terbanyak menilai berapa), dan
rerata atau means (rerata skornya berapa), dan termasuk pengkateorian puas atau tidak puas.
Jelasnya:
Pertama, dihitung banyaknya responden yang memberi nilai pada skor tertentu secara keseluruhan (seluruh
butir pernyataan). Lihat yang terbanyak (mode) dari responden memilih pada skor berapa.
Kedua, hitung skor dari keseluruhan butir (responden yang menjawab dikalikan skor), lalu disusun reratanya.
Rerata skor itu (bilangannya tentu akan 0 – 10) termasuk kategori tinggi atau rendah. Sebelumnya tentu sudah
disusun kategorisasinya. Jadi, jika rerata skornya misalnya 7,76, angka 7,76 itu termasuk kategori rendah,
sedang, ataukah tinggi? Ingat, skor terendah berapa, dan skor tertinggi berapa! Jadi, 7,76 dari rentangan skor 1
– 10 tentu termasuk tinggi (tapi tidak sangat tinggi, kan?!)
2. On the whole, I
get along well with
others at
work. (Secara
umum, dengan
teman-teman Strongly
sepekerjaan saya disagreee (Sama Somewhat Somewhat Strongly
merasa baik-baik sekali tidak disagree (agak agree (agak agree (Sangat
saja) setuju tidak setuju) setuju) setuju)
3. I am proud of my
ability to cope with
difficulties at
work (Saya merasa
bangga dengan
kemampuan saya Strongly
mengatasi berabgai disagreee (Sama Somewhat Somewhat Strongly
masalah pekerjaan sekali tidak disagree (agak agree (agak agree (Sangat
saya). setuju tidak setuju) setuju) setuju)
4. When I feel
uncomfortable at
work, I know how
to handle it (Jika
saya merasa tidak Strongly
nyaman kerja, saya disagreee (Sama Somewhat Somewhat Strongly
tahu bagaimana sekali tidak disagree (agak agree (agak agree (Sangat
mengatasinya). setuju tidak setuju) setuju) setuju)
6. I know I’ll be
able to cope with
work for as long as
I want (Saya tahu
saya bisa Strongly
selesaikan tugas disagreee (Sama Somewhat Somewhat Strongly
pekerjaan saya asal sekali tidak disagree (agak agree (agak agree (Sangat
saya mau) . setuju tidak setuju) setuju) setuju)
7. I am proud of my
relationship with
my supervisor at
work (Saya merasa
bangga tentang Strongly
hubungan saya disagreee (Sama Somewhat Somewhat Strongly
dengan atasan saya sekali tidak disagree (agak agree (agak agree (Sangat
di tempat kerja). setuju tidak setuju) setuju) setuju)
8. I am confident
that I can handle
my job without
constant
assistance (Saya
yakin saya bias
selesaikan tugas Strongly
pekerjaan saya disagreee (Sama Somewhat Somewhat Strongly
tanpa selalu sekali tidak disagree (agak agree (agak agree (Sangat
mendapat bantuan). setuju tidak setuju) setuju) setuju)
9. I feel like I make
a useful
contribution at
work (Saya merasa Strongly
saya punya andil disagreee (Sama Somewhat Somewhat Strongly
baik terehadap sekali tidak disagree (agak agree (agak agree (Sangat
tempat kerja saya). setuju tidak setuju) setuju) setuju)
Hall, Shane. 2010. “How to Use the Likert Scale in Statistical Analysis.” Online, diunduh 31 Oktober, 2010.
Markusic, Mayflor. 2009. “Simplifying the Likert Scale.” Online, diunduh 31 Oktober 2010.
Trochim, William M.K. 2006. “Likert Scaling.” Research Methods Knowledge Based. Diunduh 31 Oktober
2010