Banyak orang yang bingung jika menggunakan Skala Likert [baca biasa likert,
walau ada yang baca laikert--kata Wikipedia], dan bahkan salah larap. Skala
Likert digunakan untuk membuat angket, tapi kadang-kadang salah isi yang
disasar untuk dihimpun dengan Skala Likert tersebut. Likert itu nama orang,
lengkapnya Rensis Likert, pendidik dan ahli psikologi Amerika Serikat. Jadi,
skala ini digagas oleh Rensis Likert, sehingga disebut Skala Likert.
Kalau begitu mari kita mulai dengan memperjelas apa dan untuk apa Skala
Likert itu.
Skala itu sendiri salah satu artinya, sekedar memudahkan, adalah ukuran-
ukuran berjenjang. Skala penilaian, misalnya, merupakan skala untuk menilai
sesuatu yang pilihannya berjenjang, misalnya 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10.
Skala Likert juga merupakan alat untuk mengukur (mengumpulkan data
dengan cara “mengukur-menimbang”) yang “itemnya” (butir-butir
pertanyaannya) berisikan (memuat) pilihan yang berjenjang.
Untuk apa sebenarnya Skala Likert itu? Skala Likert itu “aslinya” untuk
mengukur kesetujuan dan ketidaksetujuan seseorang terhadap sesuatu
objek, yang jenjangnya bisa tersusun atas:
sangat setuju
setuju
netral antara setuju dan tidak
kurang setuju
Based on the item, the respondent will choose a number from 1 to 5 using the
criteria below [Dengan memperhatikan butir pernyataan, responden (orang yang
ditanyai) harus memilih angka 1 sampai dengan 5 dengan berdasarkan patokan
berikut]:
Apa artinya? Artinya setujukah responden bahwa kebijakan luar negeri Bush
itu sebagai kebijakan yang efektif (memecahkan masalah luar negeri AS)? Jadi,
responden tinggal milih: setuju atau tidak setuju, atau tak memilih keduanya
(netral saja, tidak berpendapat).
Salah Tafsir: Asal ada Setuju–Tidak Setuju
Tidak sedikit mahasiswa dan peneliti lain yang hanya melihat Skala Likert itu
sebagai angket pilihan setuju–tidak setuju. Jadi, jika pilihan jawabannya
setuju-tidak setuju, maka itu namanya Skala Likert. Lalu, segala macam
pernyataan dimintakan kepada responden untuk memilih menjawab setuju
atau tidak setuju. Ini contohnya:
2. Setuju (S)
Jelas isi pernyataan itu bukan sesuatu yang harus disetujui atau tidak disetujui.
Itu pengetahuan, pengetahuan agama, yang diajarkan oleh para ustad dan
kiyai. Jadinya itu soal “murid” tahu atau tidak tahu bahwa salat itu penting,
dan pentingnya itu karena (dengan alasan) merupakan tiang agama (“ash-
shalatu imaaduddin“), bukan harus setuju atau tidak setuju.
Ketiga, ada dua isi yang harus disetujui atau tidak disetujui di dalam satu
pernyataan itu, yaitu: (1) salat itu penting, dan (2) salat itu tiang agama. Ini
tidak boleh terjadi dalam penyusunan angket, sebab akan membingungkan.
Salat mungkin bisa dianggap penting (setuju bahwa penting), tapi alasannya
sebagai tiang agama tidak setuju, setujunya karena ia rukun Islam kedua.
Jadi, jawabannya apa? Setuju, atau tidak setuju, atau netral saja?
Sebentar, biar jelas. Responden setuju bahwa solat itu penting, tapi tidak
setuju kalau sebabnya karena ia tiang agama. Lantas yang harus dipilih setuju
atau tidak setuju (karena ia punya dua pilihan: setuju penting, tapi tidak
setuju sebagai tiang agama).
Lain halnya dengan masalah “hukum potong tangan bagi pencuri,” misalnya
(sekedar misal, lho), kan ada orang setuju, ada yang tidak setuju. Jadi,
pernyataannya bisa dirumuskan, misalnya, “Orang yang mencuri harus
dihukum potong tangan.” Jawabannya (SS – S – N – TS -STS). Pernyataan
“pencuri harus dipotong tangan” itu isinya hanya satu, tidak dua: (1) pencuri
dan (2) potong tangan. Beda kan dengan contoh di atas (1) solat itu penting,
dan (2) solat itu tiang agama–digabung menjadi: Solat itu penting karena solat
itu tiang agama.
Nah, karena berkaitan dengan setuju (S) dan tidak setuju (TS), maka bisa jadi
ada orang yang netral (N) atau tidak berpendapat. Netral artinya setuju ya
tidak, tidak setuju pun tidak juga. Tidak memihak pada kesetujuan ataupun
ketidaksetujuan. Ekstrimnya, tidak berpendapat.
Jadi, bisa ada yang agak setuju, tapi tidak setuju banget, ada juga yang agak
setuju, tapi tidak setuju banget. Ya cuma seperti itu gambarannya.
Contoh: Anggota DPR disuruh memilih apakah setuju Gubernur DIY itu dipilih.
Pilihan jawabannya ekstrim: setuju atau tidak setuju. Jadi, hanya ada tiga
pilihan: S – N – TS. Jika S berarti setuju Gubernur DIY dipilih. Jika TS artinya
tidak setuju melalui pemilihan. Yang tidak “berani” menyatakan setuju atau
tidak setuju, ya pilih N (netral). Jika ada 30% yang menyatakan S, 60%
menyatakan TS, dan 10% N, maka hasilnya berupa pernyataan bahwa sebagian
besar anggota DPR tidak setuju Gubernur DIY dipilih. Hanya seperti itu.
Jangan dicari reratanya, lucu!
Pernyataan ” SBY patut mendapatkan Hadiah Nobel” pun bisa untuk dimintakan
persetujuan dan “pertidaksetujuan” responden, tetapi respondennya tertentu,
yang paham seluk beluk pemberian hadiah Nobel. Mbah Marijan (alm) dan
embah-embah lain setara Mbah Marijan mungkin tak tahu.
Coba tanyakan pada orang kebanyakan Indonesia: Setuju atau tidak jika
demokrasi Indonesia diubah menjadi demokrasi-teokratis? Mbah Maridjan
(kalau masih hidup) lebih baik semedi daripada menjawab.
Nah, itulah sebabnya Skala Likert suka disebut (dan memang tergolong) skala
sikap, skala tentang sikap, yaitu sikap setuju dan tidak setuju terhadap sesuatu
(yang bisa disetujui dan tidak disetujui).
1. Sangat setuju
2. Setuju
3. Tidak setuju
Berapa jenjang skala dibuat dalam Skal Likert? Itu amat tergantung pada
“kata-kata” yang digunakan di dalam butir (item) Skala Likert. Kalau
digunakan model verbal (kata-kata) setuju–tidak setuju, maka paling tidak ada
tiga, yaitu setuju–netral–tidak setuju. Perubahan lebih banyak tentu akan
mengikuti kutubnya (kutub setuju dan kutub tidak setuju). Jadi, jika ditambah,
akan menjadi, misalnya: sangat setuju–setuju–netral–tidak setuju–sangat tidak
setuju (ada 5 skala). Tentu bisa jadi tujuh jika ditambahi lagi dengan sangat
setuju sekali dan sama sekali tidak setuju. Atau tambahannya berupa “agak
setuju” (sebelum setuju) dan “agak tidak setuju” (sebelum tidak setuju). Jika
digabungkan, maka jadi sembilan skala (jenjang).
2. Sangat setuju
3. Setuju
4. Agak setuju
5. Netral
7. Tidak setuju
Skala Likert yang dikenal sebetulnya tidak disusun seperti angket yang
pilihannya ke bawah seperti beberapa contoh di atas, melainkan seperti ini.
LIKERT SCALES
Please circle the number that represents how you feel
about the computer software you have been using
[Lingkarilah angka yang mencerminkan penilaian Anda
mengenai piranti lunak komputer yang telah Anda
pergunakan]
I am satis�ed with it (memuaskan)Strongly disagree
—1—2—3—4—5—6—7—Strongly agree
Ada “angket” yang semodel dengan Skala Likert, seperti di bawah ini.
1. Tidak pernah
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Sangat sering
Pertanyaan angket ini pun berjenjang, mirip dengan Skala Likert. Tentu itu
bukan skala sikap. Itu angket biasa, angket deskriptif yang isinya punya
jenjang ( intensitas meminjam buku dari perpustakaan). Perhatikan
jenjangnya. Ada tengah-tengahnya seperti netral dalam skala sikap. Oleh sebab
itulah angket (butir angket) seperti itu suka disebut juga sebagai “mirip Skala
Likert.”
Pertanyaan angket berikut, kendati ada jenjang, bukan Skala Likert dan bukan
mirip Skala Likert. Kuncinya terletak pada titik tengah pilihan jawaban ( di sisi
yang satu positif, di sisi yang lain negatif; di sisi yang satu tinggi di sisi yang
lain rendah). Item tentang usia berikut tidak bersifat seperti itu, hanya
perjenjangan biasa, tidak ada kutub ekstrim dan tengah-tengahnya.
a. di atas 80 tahun
b. 61 – 70 tahun
c. 51 – 60 tahun
d. 41 – 50 tahun
e. 31 – 40 tahun
Nah, yang sering dilakukan kesalahan adalah pada saat menganalisis data dari
Skala Likert. Ingat, Skala Likert berkait dengan setuju atau tidak setuju
terhadap sesuatu. Jadi, ada dua kemungkinan. Pertama, datanya data ordinal
(berjenjang tanpa skor). Angka-angka hanya urutan saja. Jadi, analisisnya
hanya berupa frekuensi (banyaknya) atau proporsinya (persentase). Contoh
(pilihan “netral” dalam angket ditiadakan) dengan responden 100 orang:
Kenapa?
Pertama, tidak logis, yang netral lebih tinggi skornya dari yang tidak setuju.
Padahal yang netral itu sebenarnya tidak berpendapat. Kedua, coba jika ada
dua orang yang ditanya, yang satu menjawab setuju (skor 5), yang satu lagi
menjawab tidak setuju (skor 1). Berapa reratanya? [5 + 1] : 2 = 3. Skor 3 itu
sama dengan netral. Lucu, kan?! Simpulannya kedua orang responden bersikap
netral. Padahal realitanya yang satu setuju, yang satu tidak. Nah, ini bisa
terjadi juga dengan yang sangat setuju (skor 5) 20 orang, setuju (skor 4) 25
orang, netral (skor 3) 10 orang, tidak setuju (skor 2) 25 orang, dan sangat
tidak setuju (skor 1) 20 orang. Berapa rerata skornya? Pasti 3 (netral). Jadi,
semua orang (diwakili 100 orang sampel) bersikap netral. Lucu, kan?!!!
Padahal yang netral hanya 10 orang (10%)!!!
Skala Penilaian
3. Layanan petugas 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jelasnya:
Pertama, dihitung banyaknya responden yang memberi nilai pada skor tertentu
secara keseluruhan (seluruh butir pernyataan). Lihat yang terbanyak (mode)
dari responden memilih pada skor berapa.
Ini contoh Skala Likert yang menggali taraf kepercayaan diri (rasa harga diri)
karyawan.
Here’s an example of a ten-item Likert Scale that attempts to estimate the level
of self esteem a person has on the job. Notice that this instrument has no
center or neutral point — the respondent has to declare whether he/she is in
agreement or disagreement with the item [Ini contoh Skala Likert yang terdiri
atas 10 butir pernyataan yang berusaha mengukur taraf harga-diri seseorang dari
pekerjaannya. Perhatikan bahwa instrumen ini dhilangkan titik tengah atau
netralnya, sehingga responden mau tidak mau harus memberikan pernyataan tegas
apakah ia setuju atau tidak setuju dengan isi butir pernyataan].
INSTRUCTIONS: Please rate how strongly you agree or disagree with each of
the following statements by placing a check mark in the appropriate box
[Petunjuk: Berikan penilaian seberapa setuju atau tidak setuju Anda dengan isi
pernyataan berikut dengan cara membubuhkan tanda centang pada kotak kolom
yang sesuai].
Hall, Shane. 2010. “How to Use the Likert Scale in Statistical Analysis.” Online,
diunduh 31 Oktober, 2010.
Reply
Reply
terus penentuan banyaknya skala 1-3, 1-5, 1-7 ditentukan oleh apa?
terima kasih banyak bapak tatang :)
Reply
Reply
Reply
Reply
Terima Kasih
Reply
Reply
Reply
Reply
note.
rencana buat metodologi penelitian “PSP
(pengetahuan,Sikap,Perilaku) petugas” kemudian dihubungkan
dengan “ketepatan waktu penyampaian laporan”
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
wandy aishiteru
Reply
Reply
Reply
Reply
tatang m. amirin | 08/09/2011 at 22:25
Weh, lah, ini jdi membingungkan. Skala likert tapi pakai skor, kan kata
ahlinya salah! Evaluasinya tiga kategori B – CB -TB. Ini kan untuk
diskor (skala penilaian, bukan skala likert), dengan skor (misal) 2 – 1 –
0. Angketnya 18, tapi kok skor tertinggi (total penjumlahan) jadi 45 dan
terendah 1? (apa skornya 3 – 2 -1 (3 x 18 = 45?). Cek lagi aja konsep
pengukuran (pengumpulan) datanya, ya!
Reply
menurut pendapat bapak, analisa apa yang cocok untuk penelitian saya.
dan literatur dan buku apa yang bisa jadikan sebagai rujukan.
terima kasih ya pak.
Reply
Reply
Reply
tatang m. amirin | 12/09/2011 at 14:34
Sebenarnya tidak membenci, cuma statistik itu kan cuma alat analisis,
semuanya tergantung pada yang dianalisis, pada penelitiannya.
Kebermaknaan hasil penelitian lebih tinggi derajatnya dari alat
analisisnya, apapun alat analisisnya. Ilmu sejarah tentu tidak selalu
cocok menggunakan analisis statistik untuk mengembangkan ilmunya.
Ya, kan? Apalagi ilmu �lsafat!!!! Dan sebaliknya, ada penelitian yang
mau tidak mau harus menggunakan alat analisis statistik. Tren
konsumen produk dunia usaha, misalnya, kan cocoknya menggunakan
data kuantiatif dan analisis statistik.
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
nah kemudian saya pilih jenjang 5, karena saya melihat contoh punya
teman saya, saya tidak tau pasti knapa alasan memilih jenjang 5 itu.
kemudian dosen saya bertanya, knp kok pilih 5?
knp gak pilih 3 atau 7?
nah itu yg mau saya tanyakan.
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
tatang m. amirin | 13/01/2012 at 18:31
Yang kurang yang di tengah-tengah tidak ada. Nilainya bisa 1 – 5.
jadinya. Tengah hilang tak apa, tapi nilai tetap 5 – 4 — 2 – 1 (nilai
tengah = cukup nyaman tak ada).
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
pak boleh saya minta bantuan? kira-kira dimana saya bisa dapat buku-buku
yang bapak gunakan sebagai referensi tulisan ini?
terima kasih
salam,
Reply
Reply
Reply
Reply
Kristalinawati | 06/03/2012 at 00:13
Pak Tatang yang baik …
Salam kenal,
Saya mau tanya terkait penelitian saya tentang efektivitas pendidikan
lingkungan hidup dilihat dari tingkat pengetahuan, sikap, partisipasi aktif
siswa. Saya memberi tes pengetahuan kepada siswa tentang lingkungan,
dan memberi kuesioner dengan skala Likert ( STS, TS, RR, S, SS) untuk
mengetahui sikap siswa terhadap permasalahan lingkungan (dengan 30
pernyataan), dan saya juga memberikan kuesioner dengan skala mirip
Likert (dengan 20 pernyataan)untuk menyatakan frekuensi partisipasi aktif
(TP, JS, KK, SR, SL).
Terima kasih
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
lia yulianti | 20/03/2012 at 11:46
assalamualaikum pak, judul TA saya kan pengaruh promosi dalam
meningkatkan penjualan….. Kepentingan dan yg dirasakan ( sangat
puas,puas,kurang puas,tidak puas) itu termasuk skala likert bukan pak???
terima kasih
Reply
Reply
Reply
Reply
Terimakasih sebelumnya.
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
bagaimana seperti ini pak ??? apa menurut bapak sudah benar ???
Reply
Reply
Pingback: Paradigma Penelitian Sosial « dianascyber
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
ira | 27/01/2013 at 10:19
assalaikum alaikum pak,,sy ira yang sedang menyusun skripsi.
saya mau tanya pak tentang skala penilaian, kan saya peneltianku pakai
metode benchmarking, dan instrumen sy berupa checklist untuk
menentukan jumlah (persentase) tiap variabel yang saya akan teliti.
variabel yang sy teliti di antaranya adalah SUPERVISI, jawaban dri tiap2
subvariabel SUPERVISI tsb ada 3 yaitu: 1=tidak ada, 2= ada, tidak sesuai
dokumen, 3=ada, sesuai dokumen. nah, yg sy mau tnyakan adalah cara
untuk menentukan persentase dari variabel SUPERVISI itu sperti apa? dan
untuk pengkategoriannya sperti apa? (untuk skrg sy pake pengkategorianny
ada 2 yaitu baik dan buruk).
saya sangt berharap atas bantuan pak tatang membagi informasinya.
dan sy berterima kasih atas jawaban dari pak tatang :)
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
(2) saya ga bilang angka 5 itu sama dengan netral pak. saya cuma
bilang “5”.
(3) saya selalu berhati2 pak menggunakan skala likert. terima kasih
remindernya.
Reply
Reply
Reply
Reply
khusnul lintang (@khusnullintang) | 12/03/2013 at 18:40
Assalammualaikum pak tatang. nama saya khusnul.
saya mau tanyak pak. penelitian saya tentang aktivitas komunikasi yang
terbagi atas komunikasi tatap muka dan komunikasi bermedia. saya
menggunakan instrumen berupa kuesioner.
jadi jawaban dari masing-masing pertanyaannya berupa frekuensi seperti 1
kali, 2 kali,,,,,,, dst. saya ingin mengukurnya dngn sekala likert, penilaianya
Tinggi, Sedang dan Rendah.
masalahnya di masing2 jawaban pertanyaan pasti ada yang tidak
menjawab (0). jadi bagaimana cara menghitungnya pak?
mohon bantuannya pak tatang..
terimakasi..
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
tatang m. amirin | 25/04/2013 at 23:46
Dari 100 orang yang setuju makan rujak cingur ada 10. Jadi,
simpulannya?!
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
2. Jarang
3. Kadang-kadang
4. Sering
5. Sangat sering
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Jadi mohon pencerahannya pak alasan memilih range dimulai dari 0%,
sedangkan nilai dibawah 20% gak akan ada????? *terimakasih banyak pak,
maaf merepotkan*
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Maaf pak mau nanya. kalo skala likert bisa tidak untuk penilaian dalam
penelitian kualitatif yang menyatakan baik-cukup-buruk?
klo tidak bisa. teori yang menyatakan baik-cukup-buruk. ada tidak pak?
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
ha�s | 05/07/2013 at 17:02
pak ada tidak skala likert kuisionerNYa punya jawaban YA dan TIDAK saja
pak??
atau pilihan jawaban harus lebih dari itu???
karena ada yang saya liat skala yang dipakai skala likert Nilai tertinggi 2
Nilai Terendah 1, dan jawaban kuisionernya YA dan TIDAK!
gmn penjelasanNYA,,,,,,,
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
jhon hendri | 16/10/2013 at 07:44
Dear Pak Tatang,
Saya mau tanya untuk pilihan mirip likert: tidak pernah, jarang, kadang-
kadang, sering dan setiap waktu, bagaimana menetapkan jumlah frekuensi
untuk masing-masing pilihannya. Misalnya saya sedang mengamati kondisi
kesehatan responden dalam 4 minggu terakhir. Pertanyaannya: “Apakah
anda pernah mengalami sakit kepala?”. Untuk pilihan tidak pernah dan
setiap waktu pasti mudah. Tapi untuk jarang, kadang-kadang dan sering
sepertinya bisa berbeda-beda untuk tiap responden? Mohon
pencerahannya. terima kasih
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
mohon pencerahannya
mohon pencerahannya
Reply
tatang m. amirin | 26/11/2013 at 20:04
Sejak awal harus jelas data yang akan digali interval apa ordinal, lalu
gunakan teknik mengumpulkan data yang tepat. Itu saja!
Reply
Reply
Reply
la | 09/12/2013 at 18:37
assalamu’alaikum pak
pak, maaf mau tanya. gunanya pertanyaan positif dan negatif dalam
penelitian itu apa?
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
REZKI WULAN PERMATA SARI | 29/01/2014 at 08:07
Ass pak. kalo misalnya dari 10 pertanyaan dgn plihan jwaban skala likert
yg hasilnya sudah saya hitung menggunakan skor. untuk meranking
pertanyaan mana yg paling mempengaruh bagaimana ya pak? yg saya
ketahui bisa menggunakan uji kendall w. namun saya kesulitan memahami
rumusnya. mohon bantuannya pak.. trimakasih
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Nurul | 04/02/2014 at 13:17
assalamualaikum pak, saya ingin bertanya jika penelitian “sikap konsumen
dalam memilih pintu kayu daripada substitusinya (alumunium dan plastik)”
itu bisa menggunakan skala likert tidak? jadi konsepnya ingin mengetahui
sikap konsumen lebih memilih antara pintu kayu atau substitusinya begitu
pak? trimakasih…
Reply
Reply
Reply
Po | 11/02/2014 at 11:47
pak saya mau tanya..
uji apa yang bisa saya gunakan untuk penelitian saya?
saya menggunakan skala likert (data ordinal), dan saya ingin menguji
apakah variabel independen saya berpengaruh terhadap variabel dependen.
Terima kasih
Reply
Reply
Po | 13/02/2014 at 21:36
independen variabelada 2: 1 nominal, 1 lg ordinal
variabel dependen hanya 1, nominal
sampel hanya 85, non parametrik
tatang m. amirin | 14/02/2014 at 00:12
Ya. Hehe, memang mau nanya apa? Gunakan teknik analisis
nonparametrik, gitu toh?
Po | 14/02/2014 at 09:25
mksd saya, baiknya saya memakai alat uji hipotesis yg mana?
apakah itu kendall tau apakah ada yang lain bgitu pak
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
terimakasih :)
Reply
Reply
Reply
Reply
makasih :D
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
II. Motivasi
1. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i setuju, jika program-program
pemberdayaan kelompok tani saat ini masih diperlukan?
a. Sangat setuju (3)
b. Setuju (2)
c. Tidak setuju (1)
d. Sangat tidak seuju (0)
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i setuju, jika masyarakat diikut sertakan
dalam setiap kegiatan pemberdayaan?
a. Sangat setuju (3)
b. Setuju (2)
c. Tidak setuju (1)
d. Sangat tidak setuju (0)
3. Jila ada kegiatan pemberdayaan kelompok tani yang diadakan secara
rutin, apakah apakah Bapak/Ibu/Saudara/i setuju?
a. Sangat setuju (3)
b. Setuju (2)
c. Tidak setuju (1)
d. Sangat tidak setuju (0)
4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i setuju, dengan ketentuan bahwa kegiatan
pemberdayaan dilaksanakan secara berkelompok?
a. Sangat setuju (3)
b. Setuju (2)
c. Tidak setuju (1)
d. Sangat tidak setuju (0)
5. Jika ada kegiatan penyuluhan tentang pemberdayaan di Desa, apakah
Bapak/Ibu/Sodara/i berminat untuk mengikutinya?
a. Sangat berminat (3)
b. Berminat (2)
c. Tidak berminat (1)
d. Sangat tidak berminat (0)
III. Kemauan
1. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i mempunyai kemauan untuk mengikuti
kegiatan pemberdayaan kelompok tani?
a. Ya (3)
b. Ragu-ragu (2)
c. Tidak mau (1)
d. Sangat tidak mau (0)
2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia mengikuti anjuran dinas untuk
mengikuti kegiatan pemberdayaan dari penyuluh?
a. Sangat bersedia (3)
b. Bersedia (2)
c. Tidak bersedia (1)
d. Sangat tidak bersedia (0)
3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i bersedia jika di libatkan dalam kegiatan
pemberdayan kelompok tani?
a. Sangat bersedia (3)
b. Bersedia (2)
c. Tidak bersedia (1)
d. Sangat tidak bersedia (0)
4. Apakah Bapak/Ibu/Sodara/I selalu hadir dalam pertemuan kelompok?
a. Selalu hadir (3)
b. Kadang-kadang (2)
c. Tidak hadir (1)
d. Tidak tahu (0)
5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/I selalu hadir jika kelompok tani secara
rutin mengadakan pertemuan untuk membahas kegiatan pemberdayaan
kelompok?
a. Selalu hadir (3)
b. Kadang-kadang (2)
c. Tidak hadir (1)
d. Tidak tahu (0)
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
Reply
mesael | 21/06/2014 at 10:42
selamat siang pak,
saya menyusun skripsi tentang kepuasan kerja karyawan
saya memakai skala likert 1-5
1=sangat tidak setuju
2=tidak setuju
3=cukup
4=setuju
5=sangat setuju
dan saya mempunyai 25 pertanyaan dalam 1 lembar kuesioner, sedangkan
saya mempunyai 100 lembar kuesioner.
bagaimana ya pak cara pengolahan datanya,
rumusnya seperti apa?
trimakasih sebelumya
sya sangt mengharapkan penjelasan bapak untuk dpat menyelesaikan
skripsi ini,
trimakasih atas perhatian bapak
Reply
Reply
Reply
Untuk analisa data dengan bantuan SPSS, smentara N sekitar 50an dan
Kuesionernya dengan 7 skala Likert, X1=6pertanyaan, X2=7pertanyaan,
X3=3pertanyaan, X4=6pertanyaan dan Y=9pertanyaan.
Yang ingin saya tanyakan adalah ; Bagaimana cara mendapatkan nilai yang
akan mewakili masing2 variabel X1,X2,X3,X4 & Y sehingga sy dapat
melakukan pengolahan data (melakukan Uji Asumsi Klasik). Apakah hanya
dijumlahkan saja atau harus dibagi dulu dengan jumlah pertanyaannya.
Contoh, variabel X1 dengan 6 buah pertanyaan. Maka untuk X1 dilakukan
X1/6 , X2= X2/7, untuk X3 maka X3 dibagi 3, untuk X4 maka X4/4 begitu
pun dengan Y = Y dibagi 9, sehingga didapat rata-rata N dari masing-
masing variabel.
Apakah demikian ??? mohon dibantu dan kalau dapat kasih juga
rujukannya
Reply
Reply
Reply