Anda di halaman 1dari 13

SKALA LIKERT

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Konstruksi Alat Ukur Psikologi


Yang Diampu Oleh Dr. Netty Herawati, Psikolog

Nama Anggota Kelompok


1. Suci Nur Arum Permata Rizqi 180541100033
2. Putra Fiat 180541100101
3. Dinda Mareta Dellavia M 180541100056
4. Taufiq Rahman Rizqi 180541100130
5. Septyana Pamuji Parijhata 190541100044
6. Moh. Said 170541100103
7. Muhammad Nazarrudin 180541100081
8. Alif Hurufil Masyhur 180541100089

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat limpahan rahmat dan
karunianya, tim penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah yang membahas
tentang “Skala Likert” dengan tepat waktu. Makalah ini kami susun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Konstruksi Alat Ukur Psikologi (KAUP) yang
diampu oleh ibu Dr. Netty Herawati, Psikolog. Terlebih dari itu, makalah
bertujuan untuk menambah pengetahuan pembaca tentang Skala Liket.

Kami mengucapkan terima kasi kepada ibu Dr. Netty Herawati, Psikolog
yang telah memberikan tugas ini sehingga menambah pengetahuan sesuai dengan
mata kuliah yang kami ambil. Kami juga berterima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat masih terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran dari
pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.

Bangkalan, 28 Agustus 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

SKALA LIKERT i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

SKALA LIKERT
A. Pengertian Skala Likert 1
B. Sejaran Skala Likert 1
C. Dasar Pertimbangan Menggunakan Skala Likert 2
D. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Skala Likert 2
E. Ciri-Ciri / Karakteristik Skala Likert 3
F. Bentuk Skala Likert 4
G. Langkah-Langkah dalam Menyusun Skala Likert 4
H. Cara Skoring Skala Likert 8
I. Penyusunan Skala Beserta Contohnya 9

DAFTAR PUSTAKA 10
SKALA LIKERT

A. Pengertian Skala Likert


Menurut Djaali (dalam Suwandi, Imansyah&Dasril, 2019) Skala
Likert ialah skala yang dapat dipergunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu
gejala atau fenomena pendidikan. Skala Likert adalah suatu skala
psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala
yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan Skala Likert, variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel.

B. Sejaran Skala Likert


Suasapha (2020) menjelaskan bahwa skala yang pada akhirnya
popular dengan nama Skala Likert merupakan skala pengukuran yang
dikembangkan oleh Rensis Likert dan dipublikasikan dalam tulisannya
berjudul “A Technique For Measurement Of Attitudes” dalam Jurnal
Archives Of Psychology pada tahun 1932. Nama skala ini diambil dari
nama Rensis Likert, pendidik dan ahli psikolog Amerika Serikat yaitu
Rensis Likert. Penelitian yang mendasari penulisan artikel tersebut
sesungguhnya merupakan bagian dari penelitian yang dilaksanakan oleh
Likert bersama Gardner Murphy, yang telah dilaksanakan semenjak tahun
1929 (Likert, 1932). Dalam penelitian tersebut, Likert berkeinginan untuk
menyiapkan skala pengukuran untuk sikap orang-orang terhadap 5 (lima)
isu penting pada waktu itu, yaitu masalah hubungan internasional, masalah
ras, konflik ekonomi, konflik politik dan agama. Dalam
perkembangannya, Skala Likert banyak digunakan dalam ilmu sosial,
maupun penelitian survei (Johnson & Morgan, 2016; Heiberger &
Holland, 2015; Lester, dkk, 2014; Neuman, 2011), termasuk juga
penelitian-penelitian pariwisata (Dolnicar & Grun, 2013).
Suasapha (2020) menjelaskan bentuk Kuesioner Skala-Likert yang
jamak kita lihat sekarang ini adalah pernyataan yang disertai dengan skala
pengukuran, dimana skala tersebut merupakan pilihan sikap terkait
pernyataan yang diikutinya yang dapat dipilih oleh responden sesuai
sikapnya terhadap pernyataan tersebut. Adapun pilihan sikap yang sering
kali kita lihat pada kuesioner Skala Likert biasanya mengenai persetujuan
seseorang terhadap sebuah pernyataan, mulai dari “Sangat Setuju”, sampai
kepada “Sangat Tidak Setuju”, dengan variasi di antara kedua jawaban
ekstrim tersebut misalnya berupa pilihan “Setuju”, “Netral”, dan “Tidak
Setuju”. Namun, dalam artikel aslinya, Likert menyiapkan beberapa jenis
skala. Bukan hanya dalam bentuk seperti yang disampaikan di atas, namun
juga bentuk skala mulai dari yang berbentuk pilihan “Ya” dan “Tidak”,
serta pilihan ganda. Terhadap pilihan-pilihan respon tersebut selanjutnya
diberikan angka, misalnya 1, 2, 3, 4 dan 5, jika pilihan responnya
berjumlah 5 mulai dari Sangat Setuju, Setuju, Netral, Tidak Setuju hingga
Sangat Tidak Setuju”.

C. Dasar Pertimbangan Menggunakan Skala Likert


Raharjo, Sri (2019) menjelaskan terdapat tiga alasan peneliti
menggunakan Skala Likert. Alasan pertama adalah karena Memudahkan
responden untuk menjawab Kuisioner apakah setuju atau tidak setuju
(Malhotra, 2012: 308). Alasan kedua adalah Mudah digunakan dan mudah
dipahami oleh Responden (McDaniel dan Gates, 2013:307). Alasan ketiga
adalah secara visual Menggunakan skala Likert lebih menarik dan Mudah
diisi oleh responden (Sugiyono, 2009:96).

D. Kelebihan dan Kekurangan Penggunaan Skala Likert


 Kelebihan Skala Likert
Kelebihan skala Likert sebagai pengukur tanggapan secara verbal maupun
numerik terhadap kuesioner, dapat memberi nilai kuantitatif dalam rentang
spektrum yang panjang (Likert, 1932: 7).
 Kelemahan Skala Likert
Berupa sikap terdistribusi secara normal ke dalam lima kategori
persetujuan (Likert, 1932: 42). Memperhatikan kelebihan dan
kekurangan, skala Likert dipilih karena hasilnya dapat diolah baik
secara statistik maupun desktriptif. Letak kekurangan berupa
pembagian tingkat persetujuan ke dalam lima kategori diatasi dengan
menggunakan tujuh tingkat secara numerik.

E. Ciri-Ciri / Karakteristik Skala Likert


Hayati&Rina (2021) menjelaskan ciri-ciri / karakteristik skala
likert adalah sebagai berikut:
1. Jawaban terkait, Butir pertanyaan harus bisa dengan mudah dikaitkan
dengan jawaban kalimat, terlepas dari apakah hubungan antara butir
pertanyaan dan kalimat terbukti.
2. Jenis skala, Butir pertanyaan harus selalu memiliki dua posisi ekstrem
dan opsi jawaban perantara.
3. Jumlah opsi jawaban, Penting untuk disebutkan bahwa meskipun
skala Likert yang paling umum adalah 5 item, penggunaan lebih
banyak item membantu menghasilkan ketepatan yang lebih tinggi
dalam hasil.
4. Meningkatkan reliabilitas skala, Peneliti sering kali meningkatkan
ujung skala dengan membuat skala tujuh poin untuk mencapai batas
atas reliabilitas skala.
5. Menggunakan skala lebar, Sebagai aturan umum, Likert dan lainnya
merekomendasikan bahwa lebih baik menggunakan skala selebar
mungkin. Seseorang selalu dapat menciutkan jawaban ke dalam
kelompok yang ringkas, jika sesuai untuk pengukran dalam teknik
analisis data yang dipergunakan.
6. Kurangnya opsi netral, Dengan mempertimbangkan detail ini, skala
terkadang dibatasi menjadi sejumlah kategori genap (biasanya empat)
untuk menghilangkan kemungkinan “netral” pada skala survei
“pilihan paksa (forced choice)”.
7. Variabel intrinsik, Catatan primer likert dengan jelas menyatakan
bahwa mungkin ada variabel penelitian inheren yang nilainya
menandai umpan balik atau sikap responden, dan variabel yang paling
banyak mendasari ini adalah tingkat interval.

F. Bentuk Skala Likert


Menurut Taluke, dkk (2019) ada dua bentuk pertanyaan yang
menggunakan Likert yaitu pertanyaan positif (favorable) yaitu untuk
mengukur minat positif atau pernyataan yang mendukung pada objek
sikap, dan bentuk pertanyaan negatif (unfavorabel) untuk mengukur minat
negatif. Unvaforable adalah pernyataan yang tidak mendukung sikap
objek. Pertanyaan positif diberi skor 4, 3, 2, dan 1; sedangkan bentuk
pertanyaan negatif diberi skor 1, 2, 3, dan 4. Bentuk jawaban skala Likert
terdiri dari sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

G. Langkah-Langkah dalam Menyusun Skala Likert


Langkah-langkah dalam menyusun skala Likert mencakup: (1) menyusun
pernyataan obyek sikap; (2) melaksanakan uji coba instrument; (3)
menentukan skor untuk masing-masing pernyataan (kisi-kisi instrumen);
(4) melakukan analisis itemuntuk mengetahui keterandalan dan kesahihan
instrumen.
1. Menyusun Item Pernyataan Skala Sikap
Langkah ke-1, dalam menyusun pernyataan obyek sikap,
langkah pertama dimulai dengan menentukan obyek sikap. Obyek
sikap orang, benda, peristiwa, lembaga, idea, norma, nilai, budaya, dll.
Temuan hasil analisis yang dominan ke arah ranah afektif merupakan
indikator adanya obyek sikap yang akan dikembangkan menjadi
instrumen skala sikap. Contoh obyek sikap: bertanggungjawab
terhadap diri sendiri, sesama & masyarakat, disiplin sekolah, dan lain-
lain. Contoh obyek sikap disiplin sekolah ini, yang selanjutnya akan
digunakan untuk menjelaskan prosedur penyusunan skala sikap.
Langkah kedua, memberikan batasan dan tujuan yang
berkaitan dengan obyek sikap. Misalnya disiplin sekolah diberi batasan
berikut: “ disiplin sekolah adalah keadaan tertib dimana peraturan
sekolah yang berisi seragam sekolah, jam sekolah, cara berperilaku dan
etika belajar ditegakkan, agar tidak terjadi perilaku menyimpang,
terbiasa hidup tertib dan tercipta kondisi sekolah nyaman untuk
belajar”. Jika pengertian tentang obyek sikap yang menjadi pusat
perhatian kita belum jelas, tentu akan menimbulkan kesulitan dalam
merumuskan item-item yang dimaksudkan untuk mengukurnya. Dan
yang banyak terjadi, kendatipun konsepsi mengenai obyek sikap telah
jelas, item-item yang dibuat untuk itu sering tidak relevan
Langkah ketiga, menyusun kisi-kisi komponen/indikator
variabel disiplin sekolah. Dengan mengacu pada batasan ini kemudian
dicari-cari hal-hal apa sajakah yang ditetapkan dalam sistem peraturan
sekolah tersebut. Inilah yang disebut dengan usaha menemukan
indikator dari variabel.
2. Uji Coba Instrumen
Melakukan uji coba instrumen merupakan langkah yang
penting, apabila kita ingin mendapatkan hasil pengukuran yang dapat
dipercaya. Tujuannya untuk menguji kesahihan pernyataan dan
mengetahui derajat keterandalan instrumen. Di samping itu
penyelenggaraan uji coba dimaksudkan untuk memastikan apakah
pernyataan dan petunjuk pengerjaaan yang dirumuskan dapat dipahami
dengan mudah oleh responden. Manfaat lain yang dapat dipetik ialah
kita secara nyata dapat menentukan lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk menjawab seluruh pernyataan.
Uji coba instrumen dilaksanakan pada kelompok subyek yang
memiliki karakteristik yang mirip dengan kelompok subyek yang
benar-benar akan diukur sikapnya. Idealnya diperlukan subyek
sebanyak 10 kali dari jumlah item yang ada. Namun harapan ini sering
kali tidak terpenuhi karena beberapa alasan. Memang belum ada ahli
yang menyatakan secara tegas, berapakah sebaiknya subyek yang
diperlukan untuk uji coba instrumen ini. Sebagai patokan, sebaiknya
sampel uji coba tidak boleh kurang dari 30 orang.
3. Menentukan Skor
Langkah berikutnya adalah menentukan skor setiap pernyataan
skala sikap. Menurut Azwar (2011: 138), penentuan skor setiap
pernyataan skala sikap dilakukan dengan metode rating yang
dijumlahkan. Metode rating yang dijumlahkan sering dinamakan
penskalaan model Likert. Metode ini merupakan penskalaan
pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar
penentu nilai skalanya. Dalam pendekatan ini tidak perlu adanya
kelompok panel penilai, dikarenakan nilai skala setiap pernyataan tidak
akan ditentukan oleh derajat favorabelnya masing-masing akan tetapi
ditentukan oleh distribusi respon setuju atau tidak setuju dari
sekelompok uji coba. Untuk melakukan penskalaan dengan metode ini,
sejumlah pernyataan sikap telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan
pernyataan dan didasarkan pada rancangan skala yang telah ditetapkan.
Responden diminta untuk menyatakan kesetujuan atau ketidak
setujuannya terhadap isi pernyataan dalam lima macam kategori
jawaban, yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), entahlah
(E), setuju (S) dan sangat setuju atau SS (Azwar, 2011: 140).
Ada dua cara untuk menentukan skala menurut Azwar (2011:
141), yaitu dengan cara menentukan skala deviasi normal dan
menentukan nilai skala dengan cara sederhana.
1) Menentukan Skala dengan Deviasi Normal
Azwar (2011: 141) menjelaskan tentang cara menentukan
skala dengan deviasi normal. Tujuan penentuan nilai skala dengan
deviasi normal adalah untuk member bobot tertinggi bagi kategori
jawaban yang paling favorable dan memberikan bobot rendah
bagi kategori jawaban yang tidak favorabel. Jawaban favorabel
adalah respons setuju terhadap pernyataan yang favorabel dan
respon tidak setuju terhadap pernyataan yang tak-
favorabel.Jawaban tidak favorabel adalah respons tidak setuju
terhadap pernyataan yang tak-favorabel.
Dari jawaban responden terhadap setiap pernyataan akan
diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap kategori, yang
kemudian secara komulatif akan dilihat deviasinya menurut
deviasi normal. Dari sinilah nilai skala dapat ditentukan. Nilai
skala ini kemudian akan menjadi skor terhadap jawaban
individual responden yang diukur sikapnya.
2) Menentukan Nilai Skala dengan Cara Sederhana
Selain menentukan nilai skala dengan deviasi normal,
menentukan nilai skala dapat juga dilakukan dengan cara
sederhana. Penentuan skor skala dengan memberikan bobot dalam
satuan deviasi normal bagi setiap kategori jawaban merupakan
cara yang cermat dan akan menghasilkan interval yang tepat
dalam meletakan masing-masing kategori pada suatu kontinum
psikologis. Adanya fasilitas komputer sangat memudahkan
prosedur analisisnya. Walaupun cara itu memerlukan waktu dan
tenaga yang banyak, setiap penyusun skala sikap hendaklah
berusaha melakukannya.
Apabila skala sikap yang disusun tidak untuk digunakan
sebagai instrumen pengukuran yang menyangkut pengambilan
keputusan yang penting sekali, seperti pada penelitian
pendahuluan atau studi kelompok secara kecil-kecilan, kadang-
kadang demi kepraktisan penyusunan skala sikap dapat
menempuh cara sederhana untuk menentukan skor skala sikap
yang ditulisnya. Dengan cara sederhana, untuk suatu pernyataan
yang bersifat favorabel jawaban STS diberi 0, jawaban TS diberi
skor 1, jawaban RR diberi skor 2, jawaban ST diberi skor 3, dan
jawaban SS diberi skor 4. Untuk pernyataan yang tak-favorabel,
respons STS diberi 4, jawaban TS diberi skor 3, jawaban RR
diberi skor 2, jawaban ST diberi skor 1, dan jawaban SS diberi
skor 0.
Penentuan skor item harus memperhatikan sifat
pernyataannya. Untuk penyataan positif, jawaban “sangat setuju”
harus diberi bobot paling besar. Sebaliknya jawaban “sangat
setuju” untuk pernyataan negatif harus diberi bobot paling kecil.
Untuk keperluan ini dipergunakan cara penentu nilai skala deviasi
normal. Dari jawaban subyek terhadap setiap pernyataan akan
diperoleh distribusi frekuensi respon bagi setiap kategori jawaban,
yang kemudian secara komulatif akan dilihat deviasinya menurut
distribusi normal. Dari sinilah nilai skala dapat ditentukan.
Selanjutnya nilai skala ini akan merupakan bobot atau skor
terhadap jawaban subyek secara individual.
4. Melakukan analisis item untuk mengetahui keterandalan dan kesahihan
instrument
Dalam bidang psikologi pendidikan, keterandalan (reliabilitas)
instrumen sering diartikan sebagai keajegan (consistency) dari
instrumen tersebut. Ini berarti suatu instrumen dikatakan memiliki
keterandalan sempurna, manakala hasil pengukuran berkali -kali
terhadap subyek yang sama selalu menujukan hasil atau skor yang
sama. Praktiknya kita hampir tidak pernah mendapatkan instrumen
yang memiliki keterandalan sempurna. Skor yang kita peroleh dari
pengukuran terhadap seorang subyek secara berulang-ulang dengan
alat yang sama, pada umumnya berbeda besarnya. Ini berarti bahwa
dalam hasil pengukuran riil yang diperoleh seseorang pada satu kali
pengukuran bukan merupakan skor sebenarnya, melainkan merupakan
skor sebenarnya ditambah dengan kesalahan.

H. Cara Skoring Skala Likert


Skor individu pada skala sikap, yang merupakan skor sikapnya,
adalah jumlah skor dari keseluruhan pernyataan yang ada dalam skala.
Apabila item positif maka angka terbesar diletakkan pada sangat setuju
sedangkan jika item negatif maka angka terbesar diletakkan pada sangat
tidak setuju. Skor yang diberikan pada jawaban untuk setiap item
kemudian dijumlahkan
.
I. Penyusunan Skala Beserta Contohnya
 Menentukan dan memahami dengan baik apa yang akan diukur
 Membuat bulir-bulir pernyataan sebanyak-banyaknya mengenai
obyek sikap (berdasarkan masing-masing sub variabel yang
dipilih).

Contoh :

Untuk mengevaluasi perilaku prokrastinasi dengan menganalisis persepsi


mahasiswa yang telat mengumpulkan tugas. Skala tersebut terdiri dari 5
item sebagai berikut dengan jumlah 5 responden.
Kuesioner skala likert diberikan kepada 5 responden .di Universitas X

Pernyataan SS S N TS STS

1. Suka menunda-nunda dalam


pengerjaan tugas
2. Saya lebih suka menerima ajakan
teman saya untuk bermain daripada
mengerjakan tugas
3. Saya suka menumpuk-numpuk
tugas yang diberikan oleh dosen.
4. Saya lebih memilih melihat
youtube daripada mengerjakan
tugas
5. Saya segera menyelesaikan
penugasan yang diberikan oleh
dosen
DAFTAR PUSTAKA

Hayati, Rina. (2021). Pengertian Skala Likert, Ciri, dan Contohnya. Diakses, pada
pukul 19.55 WIB, Sabtu, 28, Agustus, 2021.
https://penelitianilmiah.com/skala-likert/
Likert, Rensis. 1932. A technique for the measurement of attitudes. Archives of
Psychology, 140 : 1–55. URL: https://legacy.voteview.com/pdf/Li
kert_1932.pdf
Mawardi. 2019. Rambu-rambu Penyusunan Skala Sikap Model Likert untuk
Mengukur Sikap Siswa. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 9 No. 3.
Hal 292-304
Suasapha. 2020. Skala Likert Untuk Penelitian Pariwisata; Beberapa Catatan
Untuk Menyusunnya dengan Baik. Jurnal Kepariwisataan. Vol. 19 No. 1.
Suwandi, Imamsyah&Dasril. 2019. Analisi Tingkat Kepuasan Menggunakan
Skala Likert Pada Layanan Speedy yang Berimigrasi ke Idihome. Jurnal
Teknik Elektro Universitas Tanjungpura. Vol.1 No. 1
Raharjo, Sri. (2019). Pengaruh Kepemimpinan, Budaya Organisasi Dan
Komunikasi Terhadap Kinerja Karyawan (Studi Di Sekolah Tinggi
Dibawah Yayasan Bani Saleh). Jurnal Gerbang. No.2 Vol. 9
Taluke, Lakat & Sembel. 2019. Analisis Preferensi Masyarakat Dalam
Pengelolaan Ekosistem Mangrove Di Pesisir Pantai Kecamatan Loloda
Kabupaten Halmahera Barat. Jurnal Spasial Vol 6. No. 2, 2019

Anda mungkin juga menyukai