Anda di halaman 1dari 6

Definisi

Gangguan somatisasi adalah gangguan kronik, yang parah ditandai oleh berbagai gejala-
gejala fisik berulang, terutama sekali beberapa kombinasi rasa sakit dan pencernaan, seksual,
dan gejala-gejala neurologis, yang tidak dapat dijelaskan dengan gangguan secara fisik.
Gejala-gejala fisik di mana orang dengan gangguan somatisasi memiliki pengalaman yang
menunjukkan cara berkomunikasi memohon pertolongan dan perhatian. Intensitas dan
lamanya gejala-gejala mencerminkan hasrat kuat orang tersebut untuk diperdulikan untuk
setiap aspek kehidupan. Gejala-gejala tersebut dapat juga menghadirkan tujuan-tujuan lain,
seperti membiarkan orang tersebut untuk menghindari tanggung jawab orang dewasa. Gejala-
gejala tersebut cenderung menjadi tidak nyaman dan mencegah orang tersebut dari
berhubungan dalam banyak pencarian yang menyenangkan, diduga bahwa orang tersebut
juga merasa sangat tidak berharga dan bersalah.

Penyebab
Penyebab gangguan somatisasi tidak diketahui. Akan tetapi, terdapat beberapa faktor yang
dapat menyebabkan gangguan somatisasi.
Faktor Psikososial
Rumusan psikososial tentang penyebab gangguan melibatkan interpretasi gejala suatu tipe
komunikasi sosial, hasilnya adalah menghindari kewajiban (sebagai contoh: mengerjakan
pekerjaan yang tidak sesuai), mengekspresikan emosi (sebagai contohnya: kemarahan pada
pasangan), atau untuk mensimbolisasikan suatu perasaan atau keyakinan (sebagai
contohnya: nyeri pada usus seseorang).
Interpretasi psikoanalitik yang ketat tentang gejala terletak pada hipotesi bahwa gejala adalah
substitusi untuk impuls instinktual yang direpresi. Beberapa pasien gangguan somatisasi
berasal dari rumah yang tidak stabil dan telah mengalami penyiksaan fisik. Pandangan
perilaku padagangguan somatisasi menekan bahwa pengajaran perebterial dan etika moral
mungkin mengajarkan anak-anak untuk lebih bersomatisasi dibandingkan anak lain.
Faktor Biologi
Data genetika menyatakan bahwa sekurang-kurangnya pada beberapa keluarga, transmisi
gangguan somatisasi memiliki suatu komponen genetika. Data menyatakan bahwa gangguan
somatisasi cenderung terjadi pada 10-20% saudara wanita derajad pertama penderita
gangguan somatisasi dan penyalahgunaan zat dan ganguan kepribadian antibiotik dialami
saudara laki-lakinya.
Penelitian neuropsikologis menyatakan bahwa pasien memiliki gangguan perhatian dan
kognitif yang menyebabkan persepsi yang salah tertahap masukan somatosensorik. Gangguan
yang dilaporkan adalah distraktibilitas, asosiasi parsial, sirkumstansial dan tidak adanya
selektivitas. Pemeriksaan pencitraan otak menunjukkan penurunan motabolisme dilobus
frontalis dan hemisfer non dominan.
Penelitian neuro ilmiah dasar mengajukan konsep sitokin yang merupakan molekul pembawa
pesan dari sistem kekebalan kepada dirinya sendiri dan kepada otak. Beberapa percobaan
awal menyatakan bahwa sitokin berperan dalam patogenesis gejala non spesifik dari penyakit
seperti hipersomnia, anoreksia, kelelahan dan depresi. Tetapi belum ada data yang pasti
menunjukan hubungan gangguan somatisasi dengan regulasi sitokin yang abnormal.
Gejala
Gangguan somatisasi ditandai oleh banyak keluhan fisik yang mengenai banyak sistem organ.
Selama perjalanan penyakit, penderita gangguan somatisasi mengeluhkan sekurang-
kurangnya empat gejala nyeri yaitu dua gejala gastrointestinal, satu gejala seksual dan satu
gejala neurologis yang tidak dapat dijelaskan melalui pemeriksaan fisik dan laboratorium.
Pasien biasanya tetapi tidak selalu menggambarkan keluhannya dalam cara yang dramatik,
emosional dan berlebihan dengan bahasa yang gamblang dan bermacam-macam.
Gejala yang paling sering timbul biasanya berupa mual, muntah, kesulitan menelan, nyeri
tangan dan kaki, napas pendek yang tidak berhubungan dengan aktivitas, amnesia,
komplikasi kehamilan dan menstruasi.
Kondisi psikiatri yang paling menonjol pada gangguan somatisasi adalah kecemasan dan
depresi. Gangguan somatisasi seringkali disertai oleh gangguan mentyal lainya termasuk
gangguan depresi berat, gangguan kepribadian (Contohnya :paranoid, obsesif, anti sosial
dan histrionik), gangguan penyalahgunaan zat, kecemasan umum dan fobia. Ancaman
bunuh diri sering ditemukan, tetapi bunuh diri yang sesungguhnya hanya dijumpai pada
pasien gangguan somatisasi yang disertai dengan penyalahgunaan zat.
Diagnosis
Orang dengan gangguan somatisasi tidak mengetahui masalah dasar mereka adalah psikologi,
sehingga mereka memaksa dokter mereka untuk tes diagnosa dan pengobatan. Dokter
tersebut biasanya melakukan banyak pemeriksaan fisik dan tes untuk memastikan apakah
orang tersebut memiliki gangguan fisik yang cukup menjelaskan gejala-gejala tersebut.
menyerahkan kepada spesialis untuk konsultasi sering terjadi, bahkan jika orang tersebut
telah mengalami hubungan memuaskan yang layak dengan satu dokter.
Kriteria agnostik untuk gangguan somatisasi adalah
1. Keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun, terjadi selama periode beberapa tahun
2. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan:
4 gejala nyeri: sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan (misalnya
kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada, rektum, selama menstruasi,
selama hubungan seksual, atau selama buang air kecil)
2 gejala gastrointestinal: sekurangnya dua gejala selain nyeri (misalnya mual,
kembung, muntah selain dari selama kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap
beberapa jenis makanan)
1 gejala seksual: sekurangnya satu gejala selain dari nyeri (misalnya indiferensi
seksual, disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan
menstruasi berlebihan, muntah sepanjang kehamilan)
1 gejala pseudoneurologis: sekurangnya satu gejala atau deficit yang mengarahkan
pada kondisi neurologis yang tidak terbatas pada nyeri (gangguan koordinasi atau
keseimbangan, paralisis, sulit menelan, retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau
nyeri, pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif seperti amnesia;
atau hilangnya kesadaran selain pingsan
3. Salah satu dari:
Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria (2) tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis umum yang dikenal atau efek
langsung dan suatu zat (misalnya efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)
Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau gangguan sosial atau pekerjaan
yang ditimbulkannya adalah melebihi apa yang diperkirakan dari riwayat penyakit,
pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.
4. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti gangguan buatan atau
pura-pura)
\
Penatalaksanaan
pasien dengan gangguan somatisasi merupakan sebuah tantangan tersendiri di mana pasien
biasanya menolak untuk berobat kepada psikiater.
I nteraksi Dokter Dengan Pasien
Pasien gangguan somatisasi paling baik diobati jika mereka memiliki seseorang dokter
tunggal sebagai perawat kesehatan utamanya. Hubungan ini harus memiliki dipertahankan
terus dan dokter harus mempunyai empati terhadap pasien. Kunjungan harus relatif singkat
dan dilakukan pemeriksaan fisik lengkap dengan meminimalisasi pemeriksaan laboratorium
dan penunjang diagnostik.
Psikoterapi I ndividu dan Kelompok
Dapat membantu pasien mengatasi gejalanya untuk mengekspresikan emosi yang mendasari
dan mengembangkan strategi alternatif untuk mengekspresikan perasaan mereka. Biasanya
pasien merasa ditolak, tidak dimengerti dan diasingkan dari apergaulan, oleh karena itu
terapi kelompok dapat mengatasi hal tersebut.
Farmokoterapi
Memberikan medikasi psikotropik bilamana gangguan somatisasi ada bersama-sama dengan
gangguan mood atau kecemasan adalah selalu memiliki resiko,

tetapi pengobatan
psikofarmakologis, dan juga pengobatan psikoterapetik, pada gangguan penyerta adalah
diindikasikan. Medikasi harus dimonitor, karena pasien dengan gangguan somatisasi
cenderung menggunakan obat secara berlebihan dan tidak dapat dipercaya.
Dokter tidak boleh mengatakan bahwa gangguan yang dialami orang tersebut adalah pikiran
atau perasaan belaka semata. Kontra indikasinya akan memperburuk keluhan yang sudah ada.
Saat ini telah ada beberapa penelitian yang mengkaitkan dengan masalah psikosomatik
dengan gangguan fisik yang nyata. Contoh mereka yang sering merasa jantung debar-debar
tanpa sebab di kemudian hari kemungkinan besar secara nyata akan mengalami gangguan
jantung dan pembuluh darah.
HIPOKONDRIASIS
Posted: September 28, 2009 in Psikologi
1
Hipokondriasis adalah keterpakuan pada ketakutan menderita, atau keyakinan bahwa
seseorang memiliki penyakit medis yang serius, meski tidak ada dasar medis untuk keluhan
yang dapat ditemukan.
Ciri-ciri dari Hipokondriasis ini adalah:
Orang tersebut terpaku pada ketakutan memiliki penyakit serius atau pada keyakinan bahwa
dirinya memiliki penyakit serius.
Ketakutan terhadap suatu penyakit fisik, atau keyakinan memiliki suatu penyakit fisik, yang
tetap ada meski telah diyakinkan secara medis.
Keterpakuan tidak pada intensitas khayalan dan tidak terbatas pada kekhawatiran akan
penampilan.
Gangguan telah bertahan selama 6 bulan atau lebih.
Keterpakuan tidak muncul secara eksklusif dalam konteks gangguan mental lainnya.
EPIDEMIOLOGI
Satu penelitian terakhir melaporkan pravalensi enam bulan sebesar 4-6% pada populasi klinik
medis umum. Laki-laki dan wanita memiliki perbandingan yang sama. Onset gejala dapat
terjadi pada setiap usia, onset paling sering antara usia 20 dan 30 tahun. Beberapa bukti
menyatakan bahwa diagnosis adalah lebih sering diantara kelompok kulit hitam dibandingkan
kulit putih, tetapi posisi social, tingkat pendidikan, dan status perkawinan tampaknya tidak
mempengaruhi diagnosis.
ETIOLOGI
Misinterpretasi gejala-gejala tubuh
Orang hipokondriakal meningkatkan dan membesarkan sensasi somatiknya. Mereka memiliki
ambang dan toleransi yang lebih rendah dari umumnya terhadap gangguan fisik, dan menjadi
tersinyal oleh hal tersebut karena skema kognitif yang keliru.
Model belajar sosial
Gejala hipokondriasis dipandang sebagai keinginan untuk mendapatkan peranan sakit oleh
seseorang untuk menghadapi masalah yang tampaknya berat dan tidak dapat dipecahkan.
Varian dari gangguan mental lain
Gangguan yang paling sering dihipotesiskan berhubungan dengan hipokondriasis adalah
gangguan depresif dan gangguan kecemasan.
Psikodinamika
Menyatakan bahwa harapan agresif dan permusuhan terhadap oranglain dipindahkan (melalui
represi dan pengalihan) kepada keluhan fisik. Hipokondriasis juga dipandang sebagai
pertahanan dan rasa bersalah, rasa keburukan yang melekat, suatu ekspresi harga diri yang
rendah, dan tanda perhatian terhadap diri sendiri (self-concern) yang berlebihan.
DIAGNOSIS
Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV, simtom hipokondriasis
meliputi:
A. Preokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa ia menderita, suatu penyakit
serius didasarkan pada interpretasi keliru orang tersebut terhadap gejalagejala tubuh.
B. Preokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis yang tepat dan
penentraman.
C. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham (seperti gangguan delusional,
tipe somatik) dan tidakterbatas pada kekhawatiran tentang penampilan (seperti pada
gangguan dismorfik tubuh).
D. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara kilnis atau gangguan dalam
fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
E. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.
F. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan kecemasan umum, gangguan
obsesif-kompulsif, gangguan panik, gangguan depresif berat, cemas perpisahan, atau
gangguan somatoform lain.
GAMBARAN KLINIS
Penderita percaya bahwa mereka menderita penyakit yang parah yang belum dapat dideteksi,
dan mereka dapat mempertahankan suatu keyakinan bahwa mereka memiliki penyakit
tertentu, atau dengan berjalnanya waktu, mereka mungkin mengubah keyakinan tentang
penyakit tertentu. Keyakinan tersebut menetap walaupun hasil laboratorium adalah negatif.
Tetapi keyakinan tersebut tidak sangat terpaku sehingga merupakan suatu waham.
Hipokondriasis seringkali disertai oleh gejala depresi dan kecemasan, dan seringkali
ditemukan bersama-sama dengan gangguan depresif atau kecemasan.
DIAGNOSIS BANDING
Kondisi medis nonpsikiatrik
Khususnya gangguan yang tampak dengan gejala yang tidak mudah didiagnosis. Penyakit-
penyakit tersebut adalah AIDS, endokrinopati, miastenia gravis, skerosis multiple, penyakit
degeneratif pada system saraf, lupus eritematosus sistemik, dan gangguan neoplastik yang
tidak jelas
Gangguan somatisasi
Perbedaan yang tidak jelas adalah bahwa penderita hipokondriasis biasanya mengeluh
tentang sedikit gejala diabandingkan penderita dengan gangguan somatisasi
Gangguan somatoform lainnya
Penderita hipokondrial biasanya mencari perhatian untuk anggapan penyakitnya
Gangguan depresi dan gangguan kecemasan
Gangguan buatan dengan gejala fisik berpura-pura
Penderita hipokondiakal sesungguhnya mengalami dan tidak mensimulasi gejala yang
mereka laporkan

TERAPI
Psikoterapi kelompok
Cara ini memberikan dukungan sosial dan interaksi sosial yang dapat menurunkan kecemasan
pasien
Farmakoterapi
Menghilangkan gejala hipokondrial hanya jika penderita memiliki suatu kondisi dasar yang
responsif terhadap obat, seperti gangguan kecemasan dan gangguan depresi berat

Anda mungkin juga menyukai