Anda di halaman 1dari 21

1

BAB I
KASUS

Nama Penderita : Alfia Cika
Umur : 10 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Dokter Muda Pembina : Mahyudin, S.Ked

A. Anamnesis
(Alloanamnesis dengan Ibu pasien pada Tanggal 12 Agustus 2013 pukul
10.30 wib)
Keluhan Utama
Lepuh berisi nanah dan keropeng di kedua tungkai dan tangan sejak 3 hari yang
lalu.
Keluhan Tambahan
Gatal di sekitar daerah lepuh.

Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien datang dengan keluhan lepuh berisi nanah dan keropeng di kedua tungkai
dan tangan sejak 3 hari yang lalu, pasien juga mengeluh gatal disekitar daerah lepuh.
Sejak 1 pekan yang lalu, pasien mengeluh lepuh berisi nanah di jari keempat kaki
kiri, sebesar biji jagung, terasa gatal, berjumlah satu buah. Demam, pilek dan batuk
tidak ada. Pasien menggaruk lepuh tersebut dan pecah, kemudian menjadi lecet. Ibu
pasien membelikan pasien salep cina di warung dan mengoleskan salep cina tersebut
ke tempat lepuh 3 kali sehari, namun keluhan lepuh berisi nanah dan gatal dirasakan
tidak ada perbaikan.
Lima hari yang lalu, lepuh berisi nanah bertambah banyak, menyebar di kedua
tungkai dan gatal, demam tidak ada. Lepuh lama yang digaruk menjadi lecet dan
2

akhirnya menjadi koreng. Pasien tidak berobat dan masih mengoleskan lepuh dengan
salep cina tiga kali sehari. Keluhan lepuh berisi nanah dan gatal dirasakan tidak ada
perbaikan.
Sejak tiga hari yang lalu, lepuh berisi nanah juga timbul di tangan kiri dan kanan.
Pasien mengeluh demam, pilek dan batuk tidak ada, lepuh masih terasa gatal, pasien
tidak berobat.
Ibu pasien lalu membawa pasien berobat ke Puskesmas Pakjo ke Poli MTBS
untuk berobat

Riwayat penyakit Keluarga
Riwayat keluarga pasien menderita penyakit dengan keluhan lepuh berisi nanah
dan gatal sebelumnya disangkal.

B. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Kompos Mentis
Tekanan darah : Tidak dilakukan
Nadi : 82 x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,8
0
C
Berat badan : 30 kg
Status Gizi : Status gizi baik (CDC dan WHO)


Keadaan spesifik
Kepala
Kulit kepala : tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva palpebra anemis tidak ada,
3

sklera ikterik tidak ada
Hidung : lihat status dermatologikus
Telinga : tidak ada kelainan
Tenggorokan : tidak ada kelainan
Mulut dan mukosa : tidak ada lesi, dalam batas normal
Leher : tidak ada kelainan
Thorax : Inspeksi : simetris, retraksi tidak ada.
Palpasi : Batas jantung : d.b.n, Paru: d.b.n
Auskultasi : Jantung : bunyi jantung I-II
reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada, Paru: suara napas
vesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Abdomen : Inspeksi : Datar, simetris, lemas.
Palpasi : hepar,lien; tidak teraba.
Auskultasi : bising usus normal
Kulit : lihat status dermatologikus
Ekstremitas atas : edema tidak ada
Ekstremitas bawah : edema tidak ada
KGB : tidak ada pembesaran pada KGB regio
coli, aksila dan inguinal.










4

Status Dermatologikus
Regio Palmar Manus Lateralis Dextra : Bula, soliter, dengan ukuran
3x0,5x0,2 cm, daerah sekitar eritem.









Regio Plantar Dextra : Bula hipopion 2 buah, dinding tegang, lentikular,
diameter 0,6 cm dan 0,4 cm, diskret, daerah sekitar eritem.











Regio Interdigiti 4-5 Pedis Dextra : Erosi, soliter, ukuran 2 x 1.2 cm,
iregular, tepi eritem, skuama (koloret), ditutupi krusta cokelat kekuningan
yang mudah dilepaskan.

Gambar 1. Regio Palmar Manus Lateralis Dextra.

Gambar 2. Regio Plantar Dextra
5








Gambar 3. Regio Interdigiti 4-5 Pedis Dextra

Regio Plantar Sinistra : Papul eritem, multipel, lentikuler, diskret dan
sebagian konfluen.












Gambar 4. Regio Plantar Sinistra




6

Regio Interdigiti 4-5 Pedis Sinistra : erosi, soliter, numuler, tepi eritem,
skuama (koloret), ditutupi krusta cokelat kehitaman yang susah dilepaskan.







Gambar 5. Regio Interdigiti 4-5 Pedis Sinistra.

Pemeriksaan dermatologi manual
Tes Nikolsky 1 : Negatif, tidak terjadi pengelupasan epidermis ketika
dilakukan penekanan pada lateral kulit yang tidak berlepuh atau pada kulit sehat
diantara bula.

C. Diagnosis Banding
Impetigo Bulosa
Pompholyx
Staphylococcal Scalded Skin Syndrome

D. Diagnosis Kerja
Impetigo Bulosa

E. Terapi
Umum :
Menjelaskan kepada ibu pasien bahwa penyakit ini disebabkan
oleh infeksi bakteri.
Menjelaskan efek dari lepuh jika digaruk.
7

Menjelaskan kepada keluarga pasien untuk meminum obat dan
menjelaskan mengenai pemakaian obat topikal dan sistemik pada
ibu pasien.
Menjaga kebersihan, mencuci sprei, sarung bantal, pakaian
handuk, dan tidak bermain di tempat yang kotor.
Khusus :
Topikal : - Krim asam fusidat 2 %, 2 kali sehari, selama 7
hari
Sistemik : - Sirup amoksisilin 125mg/ml , 3 x 1 cth sehari p.o
selama 5-7 hari.
- Tablet cetrizine 5 mg x 1 p.o
F. Komplikasi
Kebanyakan efek samping amoksisilin cukup ringan, namun meningkat menurut
dosis dan lama penggunaan. Kebanyakan reaksi yang merugikan disebabkan oleh
fakta bahwa amoksisilin tidak hanya membunuh bakteri patogen tetapi juga bakteri
baik yang merupakan flora alami usus. Efek samping potensialnya meliputi mual dan
muntah, sakit perut, diare, gangguan pencernaan (dispepsia), dubur gatal dan reaksi
alergi. Reaksi alergi didefinisikan sebagai reaksi hipersensitivitas tipe 1 yang
mengancam jiwa, yang muncul akibat reaksi obat yang diberikan secara internal
maupun secara oral.

G. Prognosis
Quo ad Vitam : Bonam
Quo ad Functionam : Bonam
Quo ad Sanationam : Bonam


8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendahuluan
Pioderma merupakan penyakit yang sering dijumpai. Insidensnya menduduki
tempat ketiga, dan berhubungan erat dengan keadaan sosial-ekonomi. Pioderma
disebabkan oleh infeksi kulit bakteri gram positif, yaitu Streptococcus dan
Staphylococcus. Namun , dapat pula disebabkan oleh infeksi bakteri gram negatif,
misalnya: Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Proteus mirabilis, Eschericia
coli, dan Klebsiella.
1

Pioderma memiliki banyak bentuk diantaranya impetigo, folikulitis, furunkel,
eritrasma, erisipelas, selulitis, abses, dan lain-lain. Impetigo merupakan bentuk
pioderma yang paling sering dijumpai disamping folikulitis.
1,2

Impetigo adalah suatu infeksi/peradangan pada kulit yang disebabkan
oleh bakteri. Bakteri penyebabnya dapat satu atau kedua dari Staphylococcus aureus
dan Streptococcus hemoliticus grup A. Impetigo menyerang lapisan superfisial
(berbatas tegas) dan paling sering menyerang anak- anak usia 2- 5 tahun, namun tidak
menutup kemungkinan usia dewasa juga bisa terkena. Impetigo mempunyai dua
gambaran klinis, impetigo krustosa dan impetigo bulosa.
1, 2


B. Epidemiologi
Impetigo adalah infeksi kulit yang mudah sekali menyebar, baik dalam keluarga,
tempat penitipan atau sekolah. Impetigo menyebar melalui kontak langsung dengan
lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Kondisi dengan higienitas buruk dan lingkungan
padat di daerah tropis dapat menjadi pemicu timbulnya penyakit ini.
3

Di Amerika Serikat, kurang lebih 9-10% dari anak-anak yang datang ke klinik
menderita impetigo. Perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan
adalah sama. Impetigo lebih sering menyerang anak-anak, jenis yang terbanyak (kira-
9

kira 90%) adalah impetigo bullosa yang terjadi pada anak berusia kurang dari 2
tahun. Di Inggris kejadian impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8%
pertahun dan 1,6% pada anak usia 5-15 tahun. Sekitar 70% merupakan impetigo
krustosa.
3

Penelitian pada tahun 2005 menunjukkan S aureus sebagai pathogen terbanyak
yang menyebabkan baik impetigo bulosa dan impetigo non bulosa pada Amerika dan
Eropa, sementara itu Streptococcus pyogenes pada negara berkembang. Kebanyakan
infeksi bermula sebagai infeksi Streptococcus tetapi kemudian Staphylococcus
menggantikan Streptococcus.
3


C. Tanda dan Gejala
Keadaan umum tidak dipengaruhi. Tempat predileksi di ketiak, dada, punggung.
Sering bersama-sama miliaria. Terdapat pada anak dan orang dewasa. Kelainan kulit
berupa eritema, bula, dan bula hipopion.
3,

Gambaran khas dari impetigo bullosa adalah awalnya berupa vesikel yang timbul
sampai bulla kurang dari 1 cm pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau
kemerahan. Pada awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi
berwarna keruh. Bulla yang utuh jarang ditemukan karena dalam satu atau dua hari
akan segera pecah. Atap dari bulla pecah dan meninggalkan gambaran
collarette pada pinggirnya.
5








10

Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya maka, kelainan itu dapat menyertai
dermatitis atopi, varisela, gigitan binatang dan lain-lain. Lesi dapat lokal atau
tersebar, seringkali di wajah atau tempat lain, seperti tempat yang lembab, lipatan
kulit, ketiak atau lipatan leher. Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening di
dekat lesi. Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gejala demam, lemah, diare.

1,2

Beberapa faktor resiko yang mempengaruhi kejadian impetigo bullosa,antara lain
anak- anak usia 2- 6 tahun, kontak langsung dengan penderitai impetigo dewasa atau
anak-anak, atau kontak dengan tempat tidur dan pakaian yang telah terkontaminasi,
kondisi yang ramai, cuaca panas (impetigo sering menginfeksi pada musim kemarau),
kegiatan olahraga seperti sepakbola atau gulat yang terdapat kontak fisik antar
pemain, seperti sepakbola atau gulat, dermatitis kronik seperti dermatitis atopik.
Orang usia lanjut dan penderita diabetes atau orang yang mengalami penurunan
kekebalan tubuh misalnya HIV, kanker, dan sedang menjalani kemoterapi.
1,2









Diagnosis paling utama ditegakkan berdasarkan anamnesis dan temuan klinis.
Namun jika diagnosis masih diragukan, atau pada suatu daerah dimana impetigo
sedang mewabah, atau pada kasus yang kurang berespons terhadap pengobatan, maka
diperlukan pemeriksaan gram untuk mendapatkan kepastian patogen penyababnya.
1-5

11

D. Terapi
Tujuan pengobatan impetigo adalah menghilangkan rasa tidak nyaman dan
memperbaiki kosmetik dari lesi impetigo, mencegah penyebaran infeksi keorang lain
dan mencegah kekambuhan.
1,5,6

Perawatan Umum :
1-5

Memperbaiki higiene dengan membiasakan membersihkan tubuh dengansabun,
memotong kuku dan senantiasa mengganti pakaian.
Perawatan Luka
3,4

Tidak saling tukar menukar dalam menggunakan peralatan pribadi (handuk,
pakaian, dan alat cukur).

Pengobatan Topikal
2-6

Lesi sedikit dan dini dengan hanya obat topikal cukup menolong : salep natrium
fusidat.
Drainage: bula dan pustula ditusuk dengan jarum steril untuk
mencegah penyebaran local.
Mencuci lesinya pelan-pelan dan melepas krustanya. Bila krusta melekat kuat
dikompres lebih dulu dengan larutan sodium chloride 0,9%. Krusta perlu dilepas agar
obat topikalnya dapat efektif bekerja.

Pengobatan Sistemik
2-6

Pengobatan sistemik diberikan pada kasus-kasus berat, lama pengobatan paling
sedikit 7-10 hari. Beberapa antibiotik yang direkomendasikan antara lain:
Golongan Penicilin G dan semi sintetiknyaa.
Penicilin G procain injeksi Dosis: 0,6-1,2 juta I.U.m, sehari 1-2 kali
Ampisilin, Dosis 250-500 mg/dosis, sehari 4 kali. Anak-anak: 7,5-25
mg/kg/dosis, sehari 4 kali.
Amoksisilin, Dosis: 250-500 mg/dosis, sehari 3 kali. Anak-anak: 7,5-25
mg/kg/dosis, sehari 3 kali.
12

Eritromisin, Dosis: 250-500 mg /dosis sehari 4 kali p.c, Anak-anak: 12,5-50
mg/kg/dosis, sehari 4 kali p.c bila alergi penicilin.
Klindamisin, Dosis: 150-300 mg/dosis, sehari 3-4 kali. Anak-anak lebih 1 bulan:
8-20 mg/kg/hari, sehari 3-4 kali. Bila alergi penicilin dan yang menderita gangguan
saluran cerna.

E. Komplikasi
Impetigo biasanya sembuh tanpa penyulit dalam dua minggu walaupun tidak
diobati. Komplikasi berupa radang ginjal pasca infeksi streptokokusterjadi pada 1-5%
pasien terutama usia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh pengobatan
antibiotik. Gejala berupa bengkak dan tekanan darah tinggi, pada sepertiga terdapat
urin seperti warna teh. Keadaan ini umumnya sembuh secara spontan walaupun
gejala-gejala tadi muncul.
2-6

Komplikasi lainnya yang jarang terjadi adalah infeksi tulang (osteomielitis),
radang paru-paru (pneumonia), selulitis, psoriasis guttata, Staphylococcal scalded
skin syndrome, radang pembuluh limfe atau kelenjar getah bening, toxic shock
syndrome.
6


F. Prognosis
Prognosis umumnya baik. Beberapa kasus akan sembuh sendiri tanpa terapi
dalam 2 sampai 3 minggu. Di luar periode neonatal, pasien yang mendapatkan terapi
lebih dini dan baik akan memiliki kesempatan untuk sembuh tanpa bekas luka atau
komplikasi. Dengan terapi yang tepat, lesi dapat sembuh sempurna dalam 7-10 hari.
3,5






13

BAB III
PENCEGAHAN/PEMBINAAN

A. Genogram Keluarga Tn. Herman Burnawi

Tn. Bobby Irawan/ 40 tahun Ny. Eka Asriyanti/ 38 tahun








Alifia Cika/ 10 tahun

B. Home Visite (9 Fungsi Keluarga)
1. Fungsi Holistik, merupakan fungsi keluarga yang meliputi fungsi biologis,
fungsi psikologis, dan fungsi sosial ekonomis.
Fungsi biologis : didalam kelurga ini tidak terdapat penyakit yang menurun
yaitu seperti thalasemia, hemophilia, dll. Didalam keluarga ini juga tidak
terdapat penyakit menular, maupun penyakit kronis.
Fungsi psikologis : keluarga ini memiliki fungsi psikologis yang baik, tidak
terdapat kesulitan dalam menghadapi setiap masalah yang ada pada keluarga,
serta hubungan antara anggota keluarga yang harmonis.

14

Fungsi sosial ekonomi; kondisi ekonomi keluarga ini terbilang berkecukupan,
ayah bekerja sebagai PNS dan ibu bekerja wiraswasta, keluarga ini juga
berperan aktif dalam setiap kegiatan dan kehidupan sosial di masyarakat.

2. Fungsi fisiologis keluarga diukur dengan APGAR score. APGAR score
adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari sudut
pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan anggota
keluarga yang lain. APGAR score meliputi:
Adaptation : keluarga ini sudah mampu beradaptasi antar sesama anggota
keluarga, saling mendukung, saling menerima dan memberikan saran satu
dengan yang lainnya.
Partnership : Komunikasi dalam keluarga ini sudah baik, mereka saling
membagi, saling mengisi antar anggota keluarga dalam setiap masalah yang
dialami oleh keluarga tersebut.
Growth: Keluarga ini juga saling memberikan dukungan antar anggota
keluarga akan hal-hal yang baru yang dilakukan anggota keluarga tersebut.
Affection: interaksi dan hubungan kasih sayang antar anggota keluarga ini
sudah terjalin dengan cukup baik.
Resolve: keluarga ini memiliki rasa kebersamaan yang cukup tinggi dan
kadang-kadang menghabiskan waktu bersama dengan anggota keluarga
lainnya.
Adapun skor APGAR keluarga ini adalah 7,3, dengan interpretasi Cukup.
(data terlampir).

3. Fungsi Patologis dinilai dengan SCREEM score.
Social, interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar sudah cukup baik.
Culture, keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan yang cukup
terhadap budaya, tata karma, dan perhatian terhadap sopan santun.
15

Religious, keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran
agama yang dianutnya.
Economic, status ekonomi keluarga ini berkecukupan.
Educational, tingkat pendidikan keluarga ini cukup, tinggi, dimana ayah
tamatan sarjana dan ibu tamatan SMA, anaknya sedang menjalani jenjang
pendidikan SD.
Medical, keluarga ini sudah mampu mendapat pelayanan kesehatan yang
memadai.

4. Fungsi hubungan antarmanusia
Hubungan interaksi antar anggota keluarga sudah terjalin dengan baik.

5. Fungsi Keturunan (genogram)
Fungsi genogram dalam keadaaan baik (sudah dijelaskan diatas)

6. Fungsi perilaku (pengetahuan, sikap, dan tindakan)
Pengetahuan tentang kesehatan keluarga ini sudah cukup baik, sikap sadar
akan kesehatan dan beberapa tindakan yang mencerminan pola hidup sehat
sudah dilakukan dengan baik.

7. Fungsi nonperilaku (Lingkungan, pelayanan kesehatan, keturunan)
Lingkungan cukup sehat dan para tetangga juga menjalin kerjasama dengan
baik, keluarga ini juga aktif memeriksakan diri ke tempat pelayanan kesehatan,
jarak rumah dengan puskesmas/rumah sakit tidak jauh.

8. Fungsi indoor
Gambaran lingkungan dalam rumah sudah memenuhi syarat-syarat kesehatan,
lantai dan dinding dalam keadaan bersih, ventilasi, sirkulasi udara dan
16

pencahayaan baik, sumber air bersih terjamin, jamban ada di dalam rumah,
pengeolaan sampah dan limbah sudah cukup baik.

9. Fungsi outdoor
Gambaran lingkungan luar rumah sudah cukup baik, jarak rumah dengan jalan
raya cukup jauh, tidak ada kebisingan disekitar rumah, jarak rumah dengan
sungai juga cukup jauh, dan tempat pembuangan umum jauh dari lokasi
rumah.





















17



DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda A. Pioderma. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. 5
th
ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008. p.57-9.

2. Hay RJ. Bacterial Infections. In: Burns T, editor. Rook's Textbook
of Dermatology. 8th ed. UK: Wiley-Blackwell; 2010. p. 30.14-30.16

3. Hall J. Dermatologic Bacteriology. In: Hall J, editor. Sauer's Manual of
SkinDiseases. 9th ed. USA: Pa: Lippicon William and Wilkins; 2006.

4. Craft N. Superficial Cutaneus Infections and Pyodermas. In: Wolf K,
editor.Fitzpatrick's Dermatology In General Medicine. 7th ed. USA:
McGrawHillCompanies; 2008. p. 1695-8

5. James W. Chronic Blistering Dermatoses. In: James W, editor. Andrew'sDisease
of The Skin:Clinical Dermatology. 10th ed. Philadelphia: Pa:Mosby Elseiver;
2009. p. 256-7.

6. Oakley A. Management of Impetigo. BPJ. 2009;19:9-11.

7. Phillips WR, Haynes DG. The domain of family practice: scope, role, and
function. Fam Med. 2001 Apr;33(4):273-7.

8. Nitra N, Rifki. Panduan Kepaniteraan Kedokteran Keluarga. Sub bagian
Kedokteran Keluarga, Ilmu Kedokteran Komunitas, FK UI. 2000

9. The red book: Specific Standards for Family Medicine Residency Programs
Accredited by the College of Family Physicians of Canada. The college of
family physicians of Canada. Canada. 2013

10. World Health Organization. Primary Health Care, Report of the International
conference on Primary health Care, 6-12 September, Alma Ata, USSR, Geneva:
WHO. 1978,

11. Azrul Azwar. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga, edisi 2. Ikatan Dokter
Indonesia, Jakarta. 1997

18

Lampiran 1
Kondisi Rumah






Peta










PKM Pakjo

Ruang Tamu
kamar
kamar
kamar
kamar kamar
WC
Ruang Keluarga
lokasi
Jalan inspektur Marzuki
NORTH
19

Lampiran 2
APGAR Score
0 : jarang/tidak sama sekali
1 : kadang-kadang
2 : sering/selalu









Interpretasi : 5 : kurang, 6-7 (cukup), dan 8-10 (baik).
Rata-rata Apgar Score: 7,3 (cukup)







Variabe Penilaian APGAR Ayah APGAR Ibu APGAR Anak
Adaptation 2 2 2
Partnership 2 1 2
Growth 1 2 1
Affection 1 1 1
Resolve 1 2 1
Total 7 8 7
20

Lampiran 3
SCREEM score.

Variabel Penilaian Penilaian
Social interaksi keluarga ini dengan tetangga sekitar sudah
cukup baik.
Culture keluarga ini memberikan apresiasi dan kepuasan yang
cukup terhadap budaya, tata karma, dan perhatian
terhadap sopan santun.
Religious keluarga ini cukup taat menjalankan ibadah sesuai
dengan ajaran agama yang dianutnya.
Economic status ekonomi keluarga ini berkecukupan.
Educational tingkat pendidikan keluarga ini cukup, tinggi, dimana
ayah tamatan sarjana dan ibu tamatan SMA, anaknya
sedang menjalani jenjang pendidikan SD.
Medical keluarga ini sudah mampu mendapat pelayanan
kesehatan yang memadai








21

Lampiran 4
Bagan Struktur Organisasi Puskesmas Pakjo


























Petugas KIA serta KB
Niswah Aryani, Am. Keb
dan Nadiati

P. perbaikan Gizi
masyarakat
Hj. Darnawati

Petugas Promosi Kes.
Ling
Hj.Rohmiah

Pel Kesehatan Wajib

Petugas Tradisional
Hj. Rohmiah

Petugas Kesehatan
Kerja
Irlandiana

Petugas Kesehatan
LANSIA
Nuria Syafitri, Am.
Kep

Petugas Kesehatan
Sekolah
Murpinawati


P. Keperawatan
Kesehatan
Niswah Aryani, AM. Kep
P. Kesehatan
Pengembangan

Petugas Kesehatan
Olahraga
Elly Noverda


PustuSiring Agung
Hj. Nella Sofia

PustuTalang Mas
Ketip
Syarifah



KEPALA PUSKESMAS
Dr. Hj. Yulia Darlina
SUBBAG. Tata Usaha
Marlina

Petugas P2M/P2TM
Irlandiana/Rita Maria

Koordinator Pel. Kesehatan
Masyarakat
Drg. Nina Agustina

Koordinator Pel. Kesehatan
Perorangan
Dr.Magdalia nova

Petugas Promosi
Kesehatan
Rohmiah

Pel kesehatan
wajib

Petugas Perbaikan Gizi
Masyarakat
Hj. Darnawati

Petugas
Pengobatan
Hj. Rita Mariya,
Am. Kep

Petugas P2M/P2TM
Irlandiana/Rita
Mariya
P. Kesehatan
Pengembangan

Petugas Kesehatan
Mata
Rita Mariya, Am. Kep

Petugas Gigi dan Mulut
Drg. Nina Agustina

Petugas Kesehatan
LANSIA
Nuria Syafitri, Am.
Kep


Petugas Kesehatan
Jiwa
Hj. Rita Mariya, Am. Kep

P. Keperawatan
Kesehatan
Niswah Aryani, Am. Keb

Petugas KIA serta
KB
Niswah Aryani, Am.
Keb dan Nadiati

Anda mungkin juga menyukai