Anda di halaman 1dari 37

Departemen Kebijakan Makroprudensial

Bank Indonesia, Oktober - 2014


r

Kebijakan Makroprudensial di
Bank Indonesia
Training of Trainers Kebanksentralan
Khusus Dosen Pengampu
OUTLINE
Latar Belakang
Konsep Makroprudensial
Landasan Hukum
Macroprudential Policy Framework in BI
a. Macroprudential Surveillance
b. Macroprudential Policy Design & Implementatition
I
II
III
2
IV




















Recovery, Microprudential
(Basel II) & Macroprudential
Framework Reform
3
I. LATAR BELAKANG (1/2)
Krisis Perbankan
(1997-1998)
Proses Restrukturisasi
Perbankan
(1998 2003)
Biro Stabilitas Sistem
Keuangan, Lembaga
Penjamin Simpanan
(2003 - 2005)
Global Financial Crisis,
Keketatan Likuiditas,
Manajemen Krisis
(2007 2008)
Penyempurnaan Kerangka
Microprudential dan
(Basel III, FSAP)
(2009 - 2011)
Pembentukan OJK,
Isu-isu yang masih
berkembang.
(2012 - .)
Departemen Kebijakan
Makroprudensial
(2013)
Kronologis implementasi makroprudensial di Bank Indonesia
Pemisahan
otoritas macro
dan micro
prudential
4
Macro-
economic
conditions
Micro-
prudential
conditions
Menetapkan dan
melaksanakan
kebijakan
moneter.
Mengatur dan
menjaga
kelancaran
sistem
pembayaran
Mengatur dan
Mengawasi Bank baik
Mencapai
Dan
Memelihara
Kestabilan
Nilai
Rupiah
Mikro Makro
Menetapkan dan
melaksanakan
kebijakan
moneter.
Mengatur dan
menjaga
kelancaran
sistem
pembayaran
Pengaturan dan
Pengawasan
Makro Prudensial
Mencapai
Dan
Memelihara
Kestabilan
Nilai
Rupiah
OJK
Tujuan dan Tugas Bank Indonesia
I. LATAR BELAKANG (2/2)
OUTLINE
Latar Belakang
Konsep Makroprudensial
Landasan Hukum
Macroprudential Policy Framework in BI
a. Macroprudential Surveillance
b. Macroprudential Policy Design & Implementatition
I
II
III
5
IV
Versi IMF: Kebijakan makroprudensial adalah kebijakan yang memiliki tujuan utama untuk
memelihara stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan melalui pembatasan
peningkatan risiko sistemik. (IMF, Macroprudential Policy: An Organizing Framework,
2011).
Versi BIS: Kebijakan makroprudensial adalah kebijakan yang ditujukan untuk membatasi
risiko dan biaya krisis sistemik (BIS working papers, Macoprudential policy - a literature
review, February 2011).
Versi Bank of England: Kebijakan makroprudensial adalah kebijakan yang ditujukan
untuk memelihara kestabilan intermediasi keuangan (misalnya jasa-jasa pembayaran,
intermediasi kredit dan penjaminan atas risiko) terhadap perekonomian (Bank of England
(2009), The Role of Macroprudential Policy, Bank of England Discussion Paper).
Versi Working Group G-30: Kebijakan makroprudensial adalah kebijakan yang
ditujukan untuk meningkatkan ketahanan sistem keuangan dan untuk memitigasi
risiko sistemik yang timbul akibat keterkaitan antar institusi dan kecenderungan institusi
keuangan untuk mengikuti siklus ekonomi (procyclical) sehingga memperbesar risiko
sistemik. (WG G30, Enhancing Financial Stability and Resilience: Macroprudential Policy,
Tools, and Systems for the Future, 2010).
6
II. KONSEP MAKROPRUDENSIAL (1/5)
Mikroprudensial
Mikroprudensial lebih mengarah kepada analisis
perkembangan individu lembaga keuangan.
Keeping individual financial institutions sound is not enough. A broader
approach is needed to safeguard the financial system.
Makroprudensial lebih mengarah kepada
analisis sistem keuangan secara keseluruhan
sebagai kumpulan dari individu lembaga
keuangan.
Makroprudensial
Kegagalan kebijakan makroekonomi, kegagalan regulasi maupun kegagalan pasar
yang menyebabkan krisis mendorong perlunya kebijakan makroprudensial
7
II. KONSEP MAKROPRUDENSIAL (2/5)
mikroprudensial
Risiko diukur dari tingkat kesehatan
dan kinerja setiap institusi keuangan.
Tingkat kesehatan & kinerja (individu)
institusi keuangan adalah perlu &
cukup untuk menjaga SSK.
makroprudensial
Risiko diukur dari spillover dampak &
biaya yg ditimbulkan, termasuk
interaksi dgn makroekonomi.
Kesehatan & kinerja institusi keuangan
tidak lagi menjadi syarat perlu bagi
SSK apabila kegagalan/risiko pd 1 atau
bbrp institusi tdk menimbulkan
dampak signifikan pd sistem, dan tidak
lagi menjadi syarat cukup apabila
terdapat common risk factor,
concentration risk.
Konsep risiko dalam perspektif mikroprudensial vs makroprudensial
8
II. KONSEP MAKROPRUDENSIAL (3/5)
9
Kebijakan
Moneter
Stabilitas
Sistem
Keuangan
Pengaturan dan
Pengawasan
SIBs
Pengaturan dan
Pengawasan
non-SIBs
makro mikro
Kebijakan Makroprudential
Kebijakan Mikroprudential
Sejalan dengan Borio (2009), maka kebijakan makroprudensial akan:
Fokus pada kebijakan sistem keuangan secara keseluruhan;
Fokus pada risiko secara agregat, misalnya terkait dengan perubahan perilaku institusi
keuangan secara kolektif.

Makroprudensial Mikroprudensial

Tujuan Antara
Pemantauan dan penilaian
terhadap system keuangan secara
keseluruhan
Pemantauan dan penilaian terhadap
kesehatan individu lembaga keuangan
Tujuan Akhir
Menekan biaya krisis (penurunan
PDB)

Perlindungan konsumen
Model Risiko Sebagian endogen Eksogen
Korelasi & eksposur lintas
lembaga keuangan (contagion)

Penting

Tidak relevan
Kalibrasi kebijakan prudensial
Fokus pada risiko sistemik; Top
down
Fokus pada risiko individual lembaga
keuangan; Bottom up
Fokus
Lembaga keuangan sistemik
(Systemically Important Financial
Institution/SIFIs
Individu Lembaga keuangan

9
II. KONSEP MAKROPRUDENSIAL (4/5)
Dimensi
cross section
Dimensi
time series
Bagaimana risiko terdistribusi dalam sistem keuangan
pada 1 periode tertentu, yg disebabkan oleh kesamaan
eksposur (concentration risk) dan/atau interlink dalam
sistem keuangan (contagion risk).
Permasalahan yang terjadi di 1 institusi keuangan dapat
berakibat negatif baik pada institusi keuangan lainnya
maupun pada sistem, melalui saluran langsung maupun
tidak langsung.
Risiko dalam konsep makroprudensial mencakup:
Bagaimana risiko dalam sistem keuangan berevolusi
sepanjang waktu.
Procyclicality: kondisi dimana pelaku pasar dengan perilaku
ambil risiko atau hindari risiko dapat memperbesar
simpangan siklus ekonomi (memperdalam economic
downturn atau mempertinggi economic upturn).
10
II. KONSEP MAKROPRUDENSIAL (5/5)
OUTLINE
Latar Belakang
Konspe Makroprudensial
Landasan Hukum
Macroprudential Policy Framework in BI
a. Macroprudential Surveillance
b. Macroprudential Policy Design & Implementatition
I
II
III
11
IV
12
Mandat Pengaturan
Design dan implementasi dari instrumen
makroprudensial antara lain (i) LTV pada
properti dan otomotif; (ii) LDR-RR; (iii)
pengaturan pembatasan eksposur valas
bank (Net Open Position, NOP); (iv)
Countercyclical Capital Buffer; (v) Capital
Surcharge, dll
Mandat Pengawasan
Termasuk off-site dan on-site
supervision terutama untuk bank-bank
yang termasuk dalam D-SIBs serta
bank bank lain dalam kaitannya
dengan pelaksanaan mandat
makroprudensial BI.
UU No 21 Tahun 2011 tentang
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Bank Indonesia memiliki mandat
makroprudensial
III. LANDASAN HUKUM UU OJK (1/5)
13
1. Penjelasan Pasal 7:
Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan, kesehatan, aspek kehati-hatian, dan pemeriksaan
bank merupakan lingkup pengaturan dan pengawasan microprudential yang menjadi tugas dan
wewenang OJK. Adapun lingkup pengaturan dan pengawasan macroprudential, yakni
pengaturan dan pengawasan selain yang diatur dalam pasal ini, merupakan tugas dan
wewenang BI.
Dalam rangka pengaturan dan pengawasan macroprudential, OJK membantu BI untuk melakukan
himbauan moral (moral suasion) kepada Perbankan
III. LANDASAN HUKUM UU OJK (2/5)
Mandat Makroprudensial UU OJK No. 21 Tahun 2011
2. Pasal 40
Dalam hal BI untuk melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenangnya memerlukan pemeriksaan khusus
terhadap bank tertentu, BI dapat melakukan pemeriksaan langsung terhadap bank tsb
dengan meyampaikan pemberitahuan secara tertulis dahulu kepada OJK.
3. Penjelasan Pasal 40
Pada dasarnya wewenang pemeriksaan terhadap bank adalah wewenang OJK. Namun, dalam hal BI
melaksanakan fungsi, tugas, dan wewenang membutuhkan informasi melalui kegiatan pemeriksaan
bank, BI dapat melakukan pemeriksaan secara langsung terhadap bank tertentu yang
masuk systemically important bank dan/atau bank lainnya sesuai dengan kewenangan BI
di bidang macroprudential.
14
III. LANDASAN HUKUM PBI MAKROPRUDENSIAL (3/5)
PBI No. 16/11/PBI/2014 tentang
Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial
tanggal 1 Juli 2014
Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial
mencegah dan
mengurangi
risiko sistemik

mendorong
fungsi
intermediasi
yang seimbang
dan berkualitas

meningkatkan
efisiensi sistem
keuangan dan
akses keuangan

1
2 3
15
III. LANDASAN HUKUM PBI MAKROPRUDENSIAL (4/5)
Pengaturan
Makroprudensial
Instrumen
Pengaturan
16
III. LANDASAN HUKUM PBI MAKROPRUDENSIAL (5/5)
Surveilans sistem
keuangan
Pemeriksaan thd
bank*) dan lembaga
lainnya**) yang
memiliki keterkaitan
dengan bank jika
diperlukan
Pengawasan
makroprudensial
Penilaian thd
risiko
sistemik
Meyakini
risiko
sistemik
yang
bersumber
dari kegiatan
usaha bank
*) systemically important bank dan/atau bank lainnya yang memiliki common exposure yang berpotensi
memberikan dampak sistemik.
**) perusahaan induk, perusahaan afiliasi, dan perusahaan anak dari bank jika dinilai memberikan
eksposur risiko yang signifikan terhadap bank atau berdampak sistemik.
OUTLINE
Latar Belakang
Landasan Hukum
Konsep Makroprudensial
Macroprudential Policy Framework in BI
a. Macroprudential Surveillance
b. Macroprudential Policy Design & Implementatition
I
II
III
17
IV
1 4 3 2
5 6
Monitoring
sistem
keuangan
Identifikasi
risiko
Penilaian
risiko
Pemberian
sinyal risiko
Desain dan
Implementasi
kebijakan
Evaluasi
efektivitas
kebijakan
Data, Informasi dan Riset
Di bawah & mendekati
threshold
Kondisi normal
Elemen 1
Elemen 2
CMP
melewati
threshold
Indikator
makroprudensial
EWS
Prompt
Indicator
Composite
Indicator
Outlook
Stress
Scenario
Kepada Internal
(BI dan FKSSK)
Kepada Pasar,
Institusi Keuangan
dan Publik
Instrumen kebijakan makroprudensial
Crisis
Resolution
18
= Macroprudential Surveillance
= Macroprudential Policy Design & Implementation
IV. MAKROPRUDENTIAL POLICY FRAMEWORK (1/3)
(Harun, C. & Rachmanira, S., 2013)
OUTLINE
Latar Belakang
Konsep Makroprudensial
Landasan Hukum
Macroprudential Policy Framework in BI
a. Macroprudential Surveillance
b. Macroprudential Policy Design & Implementatition
I
II
III
19
IV
Off-site
surveillance
On-site
supervision
As input for further
surveillance
Followed up by on-site
supervision (if necessary)
Object:
- The whole financial system,
including financial
institutions, household &
corporate sector
- Macro-economic condition
that influences financial
sector, including global factors
Object:
- Banking sector,
including holding,
affiliated, and
subsidiary
companies
IV. MAKROPRUDENTIAL SURVEILLANCE (1/8)
Macroprudential tools: mengukur risiko sistemik dan menangkap
dimensi time-series & cross-section

Karakteristik
1. Memberi sinyal akumulasi
imbalances & vulnerabilities
2. Memberikan assessment
terhadap kemungkinan &
potensi dampak dari shocks
3. Menandai risiko konsentrasi
dalam sistem



1. Monitoring sistem keuangan: Indikator
2. Identifikasi risiko: Early Warning, Prompt
indicators, Banking Outlook
3. Penilaian risiko: Stress Scenario
4. Pemberian signal risiko: internal, eksternal
Memperbaiki basis data & koleksi informasi untuk mendukung penyusunan kebijakan
makroprudensial (closing data gap).
Riset makroprudensial untuk mengakumulasi pengetahuan, membangun dan
mengembangkan macroprudential tools & indicators
Tools
21
IV. MAKROPRUDENTIAL SURVEILLANCE (2/8)
22
Monitoring sistem keuangan merupakan monitoring terhadap indikator, kejadian, dan/atau perilaku yang
dapat merepresentasikan potensi risiko dalam sistem keuangan. Monitoring ini bertujuan untuk mendeteksi
dan memberikan sinyal akumulasi imbalance dan vulnerabilities yang mungkin berdampak sistemik.
Potential
Risk
Endogenous
vs
Exogenous
Temporary
vs
Structural
Short-run
vs
Long-run
Systematic
vs
Idiosyncratic
Origin:
Trigger: Impact:
Build-up period:
Idiosyncratic incl.
concerns over D-SIB
IV. MAKROPRUDENTIAL SURVEILLANCE MONITORING (3/8)
Potensi Risiko .
Early warning
Contemporaneous /
Prompt indicators
Banking outlook
Risk
Identifications
- Market Vulnerability
Profile (MVP)
- Financial System
Stability Index
Credit to GDP gap
Transition Matrix of NPL
Banking Model of Bank
Indonesia (BAMBI)
Fase identifikasi risiko bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis risiko yang melekat pada sistem
keuangan yang berpotensi menimbulkan dampak sistemik berdasarkan hasil monitoring.
IV. MAKROPRUDENTIAL SURVEILLANCE IDENTIFIKASI RISIKO (4/8)
Identifikasi
Risiko
Top-Down
Approach
Bottom-Up
Approach
1. Macro stress-testing
2. Credit risk stress-testing
3. Interest rate risk stress-testing
4. Exchange rate risk stress-
testing
5. Government bond prices
stress-testing
6. Liquidity risk stress-testing
7. Integrated stress-testing
8. Interbank stress-testing
???
Others:
- Sectoral default stress testing (credit risk).
- Conglomeration/corporation default stress
testing (credit risk and liquidity risk).
IV. MAKROPRUDENTIAL SURVEILLANCE PENILAIAN RISIKO (5/8)
Fase penilaian risiko bertujuan untuk mengetahui bagaimana risiko dalam sistem keuangan menyebar,
termasuk channel penyebarannya, serta mengukur sejauh mana dampak yang ditimbulkan.
Risk assessment systemic impact assessment
1. Impact to the financial institutions
2. Impact to the financial market
3. Impact to the financial infrastructure
4. Impact to the real sector
5. Impact to the market psychology
IV. MAKROPRUDENTIAL SURVEILLANCE PENILAIAN RISIKO (6/8)
Risk signaling is conducted on a regular basis
1. Internal within financial authorities, including Financial System Stability Coordination Forum:
(FKSSK)
Weekly
Monthly
Quarterly Annual
Weekly Board of
Governors meeting
Monthly Board of
Governors meeting
Quarterly Board of
Governors meeting
Annual Board of
Governors meeting
Micro & Macro
Coordination Forum
FKSSK meeting (technical
level)
FKSSK meeting
(Deputies meeting)
2. External: financial institutions, market participants, and public
at Anytime Monthly Quarterly Annual
Interview with Board of
Governors member
Press release with
regard to monthly Board
of Governors meeting
Press release with regard
to quarterly Board of
Governors meeting
Press release with regard
to annual Board of
Governors meeting
Dissemination on policy &
regulation, including risk
mitigation strategy
Reporting to Parliament

Bankers Dinner
Press release Seminar on research
result
FGD with professional and
business association
Publication on research result
IV. MAKROPRUDENTIAL SURVEILLANCE SINYAL RISIKO (7/8)
27
Strategi komunikasi mengenai kondisi Sistem keuangan:
Diplomacy: calming the market is sometimes more important than providing
all the information.
Constructive Ambiguity: in the face of possible moral hazard behavior,
ambiguity can be constructive to avoid market players unfairly taking advantage
of the situation.
Time Consistency Issue: it is important to announce clearly including all the
possible cases that may alter expected policy actions but still provide certainties
to the market.
Reducing noise: reducing heterogeneity in expectations and information, and
thus inducing asset prices to more closely reflect the underlying fundamentals
(Sarno and Taylor 2001).
Forward looking (but credible): forward guidance may not be suitable for
rapidly changing situation. Provide alternatives can make CB appeared equipped
with a lot of options to take actions.
IV. MAKROPRUDENTIAL SURVEILLANCE SINYAL RISIKO (8/8)
OUTLINE
Latar Belakang
Konsep Makroprudensial
Landasan Hukum
Macroprudential Policy Framework in BI
a. Macroprudential Surveillance
b. Macroprudential Policy Design & Implementatition
I
II
III
28
IV
Karakteristik
Kebijakan
Makroprudensial
Tujuan:
Mitigasi risiko
sistemik
Ruang Lingkup:
Fokus pd sistem
keuangan secara
keseluruhan, termasuk
interaksi dgn sektor riil
Instrumen:
Menggunakan
prudential tools
atau monetary
tools
Memiliki interaksi
dgn kebijakan
lainnya.
Dimensi:
time series &
cross sectional
29 IV. DESAIN & IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL (1/8)
30

Arahan Dewan Gubernur
Fostra
Standar Internasional
Hasil asesmen Sistem
Keuangan
Hasil riset & review
kebijakan
sosialisasi
workshop
FGD
publikasi media
massa
konferensi pers
Cakupan:
Dampak
implementasi
Evaluasi formula/
desain instrumen
pengaturan
Perumusan &
Penyusunan
Pengaturan
Diseminasi
Usulan
Pengaturan
Monitoring
dan Evaluasi
IV. DESAIN & IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL (2/8)
Kerangka Pengaturan Makroprudensial .....
31
Instrumen Negara yang menerapkan
Mitigasi Risiko Kredit :
Pembatasan pertumbuhan
Pembatasan LDR
LTV
Dynamic provisioning

Brazil, Kuwait, UK
Bulgaria, Kroasia, Hongkong, Kuwait, Indonesia
China, Hongkong, Korea, Hungaria
Kolombia, Bolivia, Uruguay, Peru, Spanyol
Mitigasi Insolvency :
Pembatasan debt to income ratio
Leverage ratio
Permodalan

Korea
Canada
Brazil, Saudi, Bulgaria
Mitigasi Risiko Pasar :
Limit posisi valas
Pembatasan kredit valas

Brazil, Kolombia, Mexico, Peru, Indonesia
Hugaria
Mitigasi Risiko Likuiditas :
Minimum liquidity mismatch ratio
Minimum core funding ratio
Reserve requirement
Pembatasan eksposur interbank

New Zealand
New Zealand
Bulgaria, Kolombia, Peru, Rumania
Euro area
KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL DI BEBERAPA NEGARA
IV. DESAIN & IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL (3/8)
Instrumen kebijakan makroprudensial di Indonesia....
Instrumen LTV GWM LDR
Transparansi
SBDK
PDN CCB
Capital
Surcharge
Tujuan Credit-related
Credit-related
Credit-related
Liquidity-related Capital-related Capital-related
Liquidity-related
Governance-
related
Rules
single/multiple single multiple single Single single single
broad-
based/targeted
targeted targeted broad-based targeted broad-based targeted
fixed/time-
varying
fixed time-varying fixed fixed time-varying fixed
rule/discretion rule rule rule rule rule/discretion rule
Kategori
Instrumen yang
memerlukan
kalibrasi
berulang
Instrumen yang
dikembangakan
khusus untuk
mitigasi risiko
sistemik
Instrumen yang
dikembangkan
khusus untuk
mitigasi risiko
sistemik
Instrumen yang
memerlukan
kalibrasi
berulang
Instrumen yang
dikembangkan
khusus untuk
mitigasi risiko
sistemik
Instrumen yang
dikembangkan
khusus untuk
mitigasi risiko
sistemik
32 IV. DESAIN & IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL (4/8)
6
CAR
Leverage
Credit Growth
RWA

Liquid assets
Liquidity ratio
Robust solvency
-
Adequate capital
- Sustainable leverage
Optimal intermediation
-
Supporting growth
-
High quality
Sufficient liquidity
-
Minimized mismatch
-
High quality liquid assets
Intermediate
Target
Ultimate
Target
Minimized
Systemic
Risk
Instrument
Capital -related
Credit-related
Liquidity-related
Governance-related
SBDK
Efficiency Measures
Supervisory actions
Good Governance
Minimized moral hazard
Healthy competition
Operational
Target
Transmisi kebijakan makroprudensial .....
33 IV. DESAIN & IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL (5/8)
34
Instrument
Operational
Target
GWM yang lebih tinggi
jika LDR di luar range
Penyaluran kredit
yang proporsional
dengan DPK
Kondisi Likuiditas
yang terkendali
Jika LDR tinggi, harus
didukung oleh CAR
yang tinggi
Fungsi intermediasi
perbankan yang berjalan
dengan baik dengan
pengendalian terhadap
risiko likuditas perbankan.
Intermediate
Target
Ultimate
Target
Minimized
Systemic
Risk
LTV untuk KPR dan
nilai Down Payment
untuk KKB
Untuk mengurangi
risiko KPR dan KKB
LTV untuk KPR & KKB
(credit-related instrument)
GWM LDR
(credit-related & liquidity-
related instrument
CCB
(Counter-cyclical capital
buffer)
KPR dan KKB yang terkendali
Untuk mengurangi
demand terhadap
pembelian property dan
kendaraan lewat kredit
perbankan.
Tier 1 Capital
Pencadangan pada saat
boom untuk dapat
digunakan sebagai
shock absorber di saat
bust
Mengurangi
Procyclical behavior
Transmisi kebijakan makroprudensial .....
IV. DESAIN & IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL (6/8)
35
Instrument
Operational
Target
Tier 1 Capital
Pecadangan khusus
untuk D-SIB untuk
dapat digunakan
sebagai shock
absorber sesuai
kriteria Size,
Complexity,
Interconnectedness
dan Substitutability
Mengurangi moral
hazard behavior dari
D-SIB
Intermediate
Target
Ultimate
Target
Minimized
Systemic
Risk
Net aktiva pasiva
valas dalam neraca
Net tagihan
kewajiban valas
dalam off-balance
sheet
PDN
(liquidity-related instrument)
Capital Surcharge
(untuk D-SIB)
Transparansi
SBDK
Mengurangi risiko nilai
tukar dari masalah
mismatch currency
Penyediaan informasi
SBDK
Untuk masyarakat/
pasar sebagai
pembanding untuk
penilaian biaya kredit
(di luar premi risiko)
Meningkatkan
kompetisi sehingga
meningkatkan efisiensi
dalam intermediasi
Transmisi kebijakan makroprudensial .....
IV. DESAIN & IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL (7/8)
36
Bank Indonesia setidaknya telah melakukan 2 (dua) kali redesign instrumen kebijakan
makroprudensial, yakni
1. Reformulating perhitungan LTV untuk KPR/KKB
2. Redesign ketentuan GWM berdasarkan LDR.
Lingkup Analisis
Efektivitas instrumen kebijakan:
Intended consequences
Unintended consequences
Formulasi/re-desain/rekalibrasi
instrumen kebijakan
Metode
Riset
Survey
Focus Group Discussion
Model kuantitatif
Keterangan:
Intended consequnces adalah hasil yang ditargetkan oleh kebijakan.
Unintended consequences, adalah hasil yg tidak ditargetkan oleh kebijakan namun terjadi
sebagai akibat dari implementasi, kebijakan. Unintended consequences bisa bersifat positif,
artinya kebijakan memberikan hasil lain yg baik & bermanfaat untuk mendorong stabilitas
sistem keuangan. Namun jika unintended consequences sifatnya negatif, maka langkah-langkah
perbaikan perlu segera dilaksanakan.
IV. DESAIN & IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MAKROPRUDENSIAL (8/8)
Evaluasi kebijakan makroprudensial .....
37

Anda mungkin juga menyukai