Anda di halaman 1dari 43

Departemen Kebijakan Makroprudensial

Bank Indonesia, Oktober - 2014


r

Stabilitas Sistem Keuangan
Indonesia
Training of Trainers Kebanksentralan
Khusus Dosen Pengampu
OUTLINE
Konsep Stabilitas Sistem Keuangan
Penilaian Risiko Sistemik
Contoh Sumber Kerentanan Sistem Keuangan
Indonesia
Perkembangan Terkini
Lampiran
I
II
IV
2
III
3
Sistem keuangan adalah kumpulan institusi dan pasar yang mana terdapat interaksi
di dalamnya dengan tujuan mobilisasi dana dari surplus unit (pihak yang kelebihan dana)
ke defisit unit (pihak yang kekurangan dana), dengan menggunakan instrumen keuangan.
Diambil dari: Frederic S. Mishkin The Economics of Money, Banking and Financial Markets
KONSEP SSK - Definisi (1/3)
Financial imperfections (asymmetric information, market lemons, agency problem, moral hazard, dsb)
menyebabkan risk taking behaviour, risiko sistemik (domino effect), dan prosiklisitas intermediasi sistem
keuangan
Upswing
(boom)
Downswing
(Burst)
Procyclicality
Desired
economic cycle
Suku Bunga
Vol Kredit
Loan Demand
Loan Supply
Credit Rationing
Good
Creditor
Risk Taking Behaviour Procyclicality
Interconnectedness
Systemi
c Risk
Bank
A
Bank
D
Bank
C
Bank
B
Bad
Creditor
1985 2005
4
KONSEP SSK - Definisi (2/3)
5
(Komarkova and Frait, 2011)
Stabilitas Sistem Keuangan adalah suatu kondisi yang memungkinkan
sistem keuangan nasional berfungsi secara efektif dan efisien serta mampu bertahan
terhadap kerentanan internal dan eksternal sehingga alokasi sumber pendanaan atau
pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian
nasional.
PBI No.16/11/PBI/2014 tentang Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial
Financial instability occurs when
shocks to financial system
interfere with information flow so
that the financial system can no
longer do its job of channeling
funds to those with productive
investment opportunities
(Mishkin, 1999)
KONSEP SSK - Definisi (3/3)
General framework dalam menjaga SSK
Financial
Institutions
Macro Economic
Condition
Financial
Markets
Financial
Infrastructures

ASSESSMENT
Inside financial
stability corridor
Outside financial
stability corridor
Near boundary
stability corridor

PREVENTION

RESOLUTION

REMEDIAL ACTION

FINANCIAL STABILITY
Sources: Schinasi (2006); Houben, Kakes, and Schinasi (2004).
MONITORING &
ANALYSIS
6
KONSEP SSK - Kerangka
7
Policy Objective Ultimate goal
(level of impact)

Micro-prudential


Monetary Policy Price Stability
Stable economic growth
(economic system)

Macro-prudential Financial Stability
Soundness of financial
institutions
Protection of
consumers
(individual
institution)



Conduct of business
Adapted dari Kremers & Schoenmaker, Twin Peaks: Experiences in the Netherlands, 2010
BI
OJK
Orderly markets and
fair treatment of
consumers
Government
Fiscal Policy
Increasing growth &
employment
Increasing
Wealth
Makroprudensial, Mikroprudensial, Moneter, & Fiskal
KONSEP SSK - Peran Otoritas (1/2)
8
KEMENTERIAN
KEUANGAN
BANK INDONESIA OJK LPS
Ketahanan
(resilience)
Kebijakan fiskal
untuk resolusi
bank berdampak
sistemik
Pengaturan dan
pengawasan bank
sistemik (systemic
surveilance)
Pengaturan dan
pengawasan individual
bank, LKBB, pasar
modal (individual
surveilance)
Resolusi bank
dan LKBB
Intermediasi Kebijakan fiskal
untuk
mendorong
intermediasi
Kebijakan
makroprudensial
(industri dan makro)
Kebijakan
mikroprudensial
(kelembagaan)
Kebijakan premi
risiko bank
Efisiensi Kebijakan fiskal
untuk
mendorong
efisiensi
Pengembangan pasar
keuangan:
Pasar uang antar bank
(Rupiah dan valas)
Pasar dana dan kredit
perbankan
Pasar keuangan jangka
pendek (CPs, PNs)
Pengembangan pasar
keuangan:
Pasar modal (saham
dan obligasi)
Pasar keuangan
jangka menengah
(MTNs)

Kebijakan
maksimum suku
bunga
penjaminan
KONSEP SSK - Peran Otoritas (2/2)
9
Source: IMF Survey 2010
Mandat financial stability
Mandat macroprudential policy
Hasil survey IMF 2010,
semakin banyak bank
sentral diberi mandat
menjaga stabilitas sistem
keuangan maupun
makroprudensial.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
1
9
9
5
1
9
9
6
1
9
9
7
1
9
9
8
1
9
9
9
2
0
0
0
2
0
0
1
2
0
0
2
2
0
0
3
2
0
0
4
2
0
0
5
2
0
0
6
2
0
0
7
2
0
0
8
2
0
0
9
2
0
1
0
2
0
1
1
Bank Sentral Menerbitkan FSR
Indonesia
KONSEP SSK - Mandat SSK
10
Trend
Reformasi
Sistem
Keuangan
Inggris
Jerman
Perancis
USA
Irlandia
Mengembalikan pengawasan bank dari
FSA kepada Bank of England
Memperluas kewenangan Bank of
England di bidang stabilitas sistem
keuangan
Memindahkan pengawasan seluruh
lembaga keuangan dari BaFin ke
BundesBank
Memperkuat kewenangan BundesBank
Membentuk Prudential Supervisory
Authority yang koordinasinya berada
dibawah Banque de France
FedRes diberikan kewenangan sebagai
systemic regulator
Mengintegrasikan pengawasan lembaga
keuangan kedalam Irish Central Bank
Perlu
Pengawasan
makro &
mikro yang
terintegrasi
Perlu
Penguatan
Stabilitas
Sistem
Keuangan
Perlu adanya
perlindungan
kepentingan
konsumen
KONSEP SSK - Reformasi Sistem Keuangan
OUTLINE
Konsep Stabilitas Sistem Keuangan
Penilaian Risiko Sistemik
Contoh Sumber Kerentanan Sistem Keuangan
Indonesia
Perkembangan Terkini
Lampiran
I
II
IV
11
III
12
Systemic risk is any set of circumstances that threatens the stability of or public confidence in the
financial system (Billio, Getmansky, Lo, and Pelizzon, 2010)
A risk of financial instability, so widespread that it impairs the functioning of a financial system to
the point where economics growth and welfare suffer materially (ECB, 2010)
Risiko Sistemik adalah potensi instabilitas sebagai akibat terjadinya gangguan yang
menular (contagion) pada sebagian atau seluruh sistem keuangan karena interaksi dari faktor
ukuran (size), kompleksitas usaha (complexity), keterkaitan antar institusi dan/atau pasar keuangan
(interconnectedness), serta kecenderungan perilaku yang berlebihan dari pelaku atau institusi
keuangan untuk mengikuti siklus perekonomian (procyclicality).
PBI No.16/11/PBI/2014 tentang Pengaturan dan Pengawasan Makroprudensial
RISIKO SISTEMIK - Definisi (1/10)
Beberapa penelitian mendefinisikan risiko sistemik berdasarkan/identik dengan mekanisme
tertentu, seperti:
1. Imbalances (Caballero, 2009)
2. Correlated exposures (Acharya, Pedersen, Philippon, and Richardson, 2010)
3. Spillover to the real economy (Group of Ten, 2001)
4. Feedback behavior (Kapadia, Drehmann, Elliott, and Sterne, 2009)
5. Asset bubbles (Rosengren, 2010)
6. Contagion (Moussa, 2011)
7. Negative externalities (FSB, 2009)
Indeks Risiko Sistemik Perbankan
Risiko Likuiditas, Kredit, Pasar,
Operasional, Penularan (contagion
risk)
Indikator Ketahanan Permodalan
Stress
Indicators

Bubbles
Early warning Indicators
FINANCIAL CYCLE
Imbalances
Indicators
RISIKO
SISTEMIK
13
Indikator yang dapat digunakan untuk monitoring risiko sistemik.
Dalam konsep makropruensial, indikator risiko sistemik mencakup dimensi time series dan cross section.
RISIKO SISTEMIK - Indikator (2/10)
14
a. Overview Indeks Risiko Sistemik
Perbankan (IRSP) contoh indikator dimensi cross
section
b. Indeks Stabilitas Sistem Keuangan
contoh indikator dimensi cross section
c. Overview Financial Cycle contoh indikator
dimensi time series
Contoh indikator yang digunakan untuk monitoring risiko sistemik..
RISIKO SISTEMIK - Indikator (3/10)
I
R
S
P

I.Risiko Kredit
I. Risiko Likuiditas
I. Risiko Nilai
Tukar
I. Risiko SBN
I. Risiko
Permodalan
Indeks Risiko Sistemik Perbankan
(IRSP) merupakan indeks komposit yang
terdiri dari beberapa sub indeks risiko. IRSP
sendiri dapat dibedakan menjadi IRSP DSIB
dan IRSP Non-DSIB.
Metode penghitungan masing-masing sub indeks
adalah sebagai berikut:

Indikator Pengukuran
Indeks Risiko Kredit Normalisasi (systemic importance skor X NPL)
Indeks Risiko Likuiditas Normalisasi (systemic importance skor X Rasio DPK/AL)
Indeks Risiko Nilai Tukar Normalisasi (systemic importance skor X PDN long (absolut)
X 1 Bulan Penguatan Kurs)
atau
Normalisasi (systemic importance skor X PDN
short(absolut) X 1 Bulan Pelemahan Kurs)
Indeks Risiko Surat Berharga
Negara (SBN)
Normalisasi (systemic importance skor X (NominalSBN
(AFS+Trading)
X (100-IDMA))
Indeks Risiko Permodalan Normalisasi (systemic importance skor X (8-CAR))

*Normalisasi dilakukan dengan metode penghitungan z-score
**untuk menangkap kontribusi risiko sistemik bank DSIB
yang lebih tinggi daripada bank non-DSIB, normalisasi nilai
bank DSIB menggunakan standard deviasi kelompok bank
DSIB dan rata-rata nilai industri dengan bobot 70%, dan
bobot 30% untuk bank non-DSIB
Indikator pengukur risiko dari masing-masing
sub-indeks tersebut adalah sebagai berikut:
IRSP
DSIB
IRSP
Non-
DSIB
IRSP
(DKMP, 2014)
RISIKO SISTEMIK - Indikator (4/10)
16
Menggunakan data dari Mei 2002 s.d. Mei 2014, pergerakan IRSP adalah sebagai berikut:
Kontribusi risiko sistemik bank DSIB lebih besar daripada bank non DSIB.
Pergerakan IRSP mendekati threshold pada tahun 2005 dan tahun 2014 bahkan menembus
threshold pada tahun 2008. Posisi overshoot ini sejalan dengan periode-periode krisis di
Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa IRSP sudah cukup robust dalam menggambarkan
kondisi risiko sistemik di Indonesia.
(DKMP, 2014)
RISIKO SISTEMIK - Indikator (5/10)
17
Indeks Stabilitas Sistem Keuangan (ISSK) merupakan indikator dalam bentuk
indeks komposit yang merepresentasikan kondisi sistem keuangan secara keseluruhan. ISSK
dibentuk dari 2 indeks, yakni Indeks Stabilitas Institusi Keuangan (ISIK) dan Indeks Stabilitas
Pasar Keuangan (ISPK) dengan angka pembobotan masing-masing sebesar 45% dan 55%.

Indeks Stabilitas
Sistem Keuangan
Indeks Stabilitas
Institusi Keuangan
Perbankan
Tekanan
NPL
Delta ((AL-
GWM)/TA)
CAR
ROA
Intermediasi
Spread suku
bunga Kredit
dgn DPK
Gap LDR
Gap Kredit /
GDP
Efisiensi
NIM
BOPO
Non bank*
Tekanan
Intermediasi
Efisiensi
Indeks Stabilitas
Pasar Keuangan
Tekanan
PUAB - BI
Rate
Volatilitas
IHSG
Yield
Obligasi
Negara
Volatilitas
Nilai Tukar
CDS
Intermediasi Efisiensi
Indikator pembentuk ISSK
RISIKO SISTEMIK - Indikator (6/10)
18
Siklus keuangan didefinisikan sebagai interaksi antara persepsi dari harga (value)
dan risiko, perilaku terhadap risiko dan kendala pembiayaan (financial constraint), yang
diterjemahkan sebagai boom yang diikuti oleh bust (Borio, 2012).
Interaksi ini dapat menyebabkan fluktuasi pada perekonomian yang dapat menyebabkan
financial distress dan economic dislocation.
Ide dari dibangunnya siklus keuangan didasari pada kenyataan bahwa pelaku keuangan
memiliki persepsi pada kondisi perekonomian dan iklim investasi, terutama berkaitan dengan
perilaku ambil risikonya (risk taking behavior) yang pola perilakunya tidak selalu mengikuti
pola siklus bisnis.
Perilaku pelaku keuangan ini dipengaruhi oleh ekspektasi terhadap return produk-produk
keuangan, persepsi terhadap kondisi perekonomian, serta rezim kebijakan perekonomian dan
keuangan.
Karakteristik Siklus Keuangan
1. Paling dekat di deskripsikan dengan kredit dan harga properti
2. Memiliki frekuensi yang lebih rendah dibandingkan siklus bisnis tradisional
3. Puncak (peak) dari siklus keuangan erat kaitannya dengan krisis keuangan
4. Dapat membantu untuk mendeteksi risiko tekanan keuangan lebih awal pada real time
5. Panjang dan amplitudo dari siklus keuangan dipengaruhi oleh rezim kebijakan yang berlaku.
RISIKO SISTEMIK - Indikator (7/10)
19
Bagaimana memahami siklus keuangan?
(Frait, J. and Komarkova, Z, 2011)
RISIKO SISTEMIK - Indikator (8/10)
20
(Drehmann, et al, 2012)
Siklus keuangan di beberapa negara memberikan indikasi awal terjadinya krisis terutama pada
periode 1997/1998 dan 2008/2009.
USA
crisis crisis crisis
crisis crisis crisis crisis
UK
Japan
Australia
RISIKO SISTEMIK - Indikator (9/10)
Durasi dari siklus keuangan di
Indonesia adalah 39 triwulan, atau
2x lebih panjang dari siklus bisnis.
Siklus keuangan memberikan
indikasi awal kurang lebih 2,5
tahun sebelum krisis terjadi.
Ke depan, siklus keuangan akan
digunakan sebagai
penanda/referensi waktu on/off
dari kebijakan countercyclical
capital buffer.
Siklus keuangan Indonesia .
21
(Yumanita, et al, 2014)
RISIKO SISTEMIK - Indikator (10/10)
OUTLINE
Konsep Stabilitas Sistem Keuangan
Penilaian Risiko Sistemik
Contoh Sumber Kerentanan Sistem Keuangan
Indonesia
Perkembangan Terkini
Lampiran
I
II
IV
22
III
SUMBER KERENTANAN KEUANGAN DI INDONESIA: Konsentrasi Kredit (1/4)
Konsentrasi Kredit Tinggi: 80% Kredit dikuasi < 20% pangsa debitur
Average Kredit/Debitur Tinggi: Kredit rata-rata > Rp 94
Miliar/debitur
Jumlah debitur: jumlah debitur korporasi yang tercatat pada SID
Potensial
Risiko
3,361
1,823
1,728
1,416
1,051
862
Total Kredit Total Kredit
Korporasi
Total Kredit
Korporasi
Non BPD
80% Pangsa
Kredit
Korporasi
Non BPD
80% Kredit
dikuasai <
20% pangsa
debitur
Konsentrasi
Tinggi dan
Rata-rata
Kredit Tinggi
Cakupan Kredit yang di Observasi (Rp T)
Sumber: SID dan LBU, April 2014
80% kredit perbankan non-BPD terkonsentrasi pada 26,7% debitur korporasi di masing-masing bank.
Sejumlah Rp862 trilun kredit dari 80% konsentrasi kredit tsb merupakan kredit dengan kriteria
konsentrasi kredit tinggi dan rata-rata kredit per debitur tinggi
23
Sebagai dampak krisis global akhir 2008, korporasi domestik banyak mengalami penurunan kinerja antara lain
tercermin dari ROA dan ROE yg menurun.
Dari perhtiungan Altman Z-Score ditemukan 89 korporasi berada pada area berisiko (distress zone) di tahun
2013, meningkat dibanding tahun lalu, namun masih lebih rendah dibandingkan periode krisis 2008-2009.
2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013
1 Pertanian 5,32% 1,98% 9,71% 3,91% 0,86 1,08 2,16 1,93 1,10 1,07 7,85 6,86
2 Industri Dasar dan Kimia 6,29% 5,88% 13,30% 12,62% 1,14 1,16 1,88 1,86 1,61 1,62 5,41 5,20
3 Industri Barang Konsumsi 11,40% 9,19% 19,57% 16,40% 0,75 0,81 2,33 2,23 2,03 1,79 4,41 4,49
4 Infrastruktur, utilitas dan transportasi 7,86% 4,12% 17,38% 9,24% 1,17 1,30 1,85 1,77 1,09 1,04 75,62 77,59
5 Aneka Industri 8,91% 7,29% 21,03% 16,78% 1,34 1,27 1,75 1,79 1,22 1,18 10,52 8,93
6 Pertambangan 4,77% 0,09% 11,60% 0,23% 1,54 1,76 1,65 1,57 1,60 1,17 14,17 11,76
7 Properti dan Real Estate 5,77% 7,70% 10,94% 15,32% 0,93 1,06 2,07 1,94 2,04 1,78 1,74 2,01
8 Perdagangan, jasa dan investasi 8,21% 5,42% 15,23% 9,98% 0,80 0,86 2,26 2,16 1,65 1,60 8,61 7,48
7,27% 4,94% 15,09% 10,53% 1,09 1,17 1,92 1,86 1,53 1,40 7,21 6,69
Posisi data Tw III-2012 & Tw III-2013
Sumber: Laporan Keuangan Korporasi di Bursa Efek Indonesia, Bloomberg, diolah
TA/TL Current Ratio Inventory TO
Agregat
No. Sektor
ROA ROE DER
Perkembangan Jumlah korporasi berdasarkan perhitungan
Altman Z-Score
Dec-07 Dec-08 Mar-09 Dec-09 Dec-10 Dec-11 Dec-12 Dec-13
Safe Zone 75 74 76 93 116 124 153 124
Grey Zone 44 53 47 63 40 37 63 52
Distress Zone 58 94 102 105 56 63 85 89
Jumlah 177 221 225 261 212 224 301 265
Kategori
Periode *)
*) Beberapa korporasi tidak dapat dihitung nilai Altman Z-Score karena ketidaklengkapan
data.
Korporasi publik dengan kombinasi sumber pembiayaan lebih dari dua (pasar modal, ULN, dan kredit domestik)
memiliki risiko cukup tinggi dan profitabilitas lebih rendah
24
SUMBER KERENTANAN KEUANGAN DI INDONESIA: Risiko Korporasi (2/4)
Komposisi Pengeluaran Rumah Tangga (per Desember)
Sumber: Survei Neraca Rumah Tangga, Bank Indonesia. Diolah
Pertumbuhan dan NPL Kredit ke Sektor RT Komposisi Kredit Rumah Tangga
Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia. Diolah Sumber: Laporan Bank Umum, Bank Indonesia. Diolah
Mayoritas penghasilan bulanan rumah tangga Indonesia digunakan untuk konsumsi, diikuti untuk Tabungan dan pembayaran
cicilan pinjaman.
Kredit rumah tangga cenderung tumbuh melambat dengan tingkat NPL dan kemampuan pembayaran utang RT masih terjaga
pada level aman.
Survei Neraca Rumah Tangga
menunjukkan rasio cicilan
pinjaman (Debt to Income Ratio)
sebesar 14,6% masih lebih
rendah dibandingkan
persyaratan bank bagi calon
debitur (maks. 30%). Indikasi
peluang perbankan untuk
menyalurkan kredit ke rumah
tangga.
Kemampuan membayar cicilan
utang rumah tangga masih
terjaga terkait masih cukup
tingginya tingkat tabungan.
25
SUMBER KERENTANAN KEUANGAN DI INDONESIA: Risiko Rumah Tangga (3/4)
Dari sisi Sistem Pembyaran dapat diidentifikasi bank dengan Interconnectedness tinggi sehingga
diwaspadai sebagai bank dengan risiko sisitemik tinggi. Bank BUKU 4 merupakan kelompok bank
dengan counterparty terbanyak
Keterangan:
Merah = jumlah counterparty terbanyak pertama
Ungu = jumlah counterparty terbanyak kedua
Biru = jumlah counterparty terbanyak ketiga
Hijaua= jumlah counterparty terbanyak keempat
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
26 SUMBER KERENTANAN KEUANGAN DI INDONESIA: Risiko Sistem Pembayaran (4/4)
OUTLINE
Konsep Stabilitas Sistem Keuangan
Penilaian Risiko Sistemik
Contoh Sumber Kerentanan Sistem Keuangan
Indonesia
Perkembangan SSK Terkini
Lampiran
I
II
IV
27
III
ISSK pada Agustus 2014 menunjukkan Stabilitas Sistem Keuangan berada pada
kondisi normal dan stabil.
28
PERKEMBANGAN SSK Indeks SSK (1/2)
Sementara itu, perbankan secara institusional berada
di kondisi normal ditunjukkan oleh seluruh indikator
cerminan ketahahan, intermdiasi dan efisiensi
perbankan yang relatif stabil.
ISPK September 2014 berada di kondisi normal
ditunjukkan oleh yield obligasi, volatilitas IHSG,
liquidity risk , dan CDS yang relatif stabil
Indeks Stabilitas Institusi Keuangan (ISIK)
Indeks Stabilitas Pasar Keuangan (ISPK)
29
PERKEMBANGAN SSK Indeks SSK (2/2)
INTERMEDIASI PERBANKAN KREDIT
30
Pertumbuhan kredit semakin melambat sejalan dengan perlambatan ekonomi dan risiko
kredit, sementara pertumbuhan DPK mulai membaik.
Kredit dan DPK (yoy %)
INTERMEDIASI PERBANKAN - DPK
Perkembangan Pertumbuhan DPK
Pola Delta Nominal DPK (ytd) Rp T
Pertumbuhan DPK diperkirakan akan semakin meningkat seiring dgn ekspansi keuangan
pemerintah yg cenderung tinggi di Q3 dan Q4.
Trend Pertumbuhan DPK (yoy) per BUKU
31
Pola Pertumbuhan DPK (yoy)
31
Secara umum, CAR perbankan tetap terjaga dan masih relatif tinggi.
Sejak periode monetar ketat (Juni 2013), CAR perbankan masih stabil
Perkembangan CAR Perbankan
Pola Tahunan CAR Perbankan
32
Perkembangan CAR Perbankan Berdasarkan BUKU
KETAHANAN PERMODALAN : PERKEMBANGAN CAR
EFISIENSI PERBANKAN
NIM dan ROA relatif tidak berubah..
33
ROA
BOPO Grafik BOPO
BOPO, NIM dan ROA
34
RISIKO PASAR KEUANGAN
Risiko pasar hingga September 2014 masih cukup terjaga walaupun pasar saham dan SBN melemah.
Pelemahan seiring dengan pelemahan pasar keuangan regional dan dipengaruhi sentimen negatif politik
domestik menjelang akhir September.
Pasar Saham Pasar SBN
IHSG menguat tipis 0,01% menjadi 5137,58 pada akhir
September 2014.
Aksi jual investor asing cukup besar Rp7,4T sehinga inflow
di pasar saham selama 2014 menjadi Rp49,04 T.
Yield SBN mengalami peningkatan untuk tenor pendek
(2.89%), menengah (2.68%) dan panjang (2.78%)
dibandingkan Agustus 2014.
Kepemilikan investor asing meningkat 3% dari bulan
sebelumnya.
Reksadana
Risiko pasar reksadana terjaga walaupun
pertumbuhan reksadana melambat.
35
36
No. Aspek Analisis Indikator/ Analisis
1 Likuiditas Rasio AL/NCD ( Agregat, per Buku)
Proyeksi AL/NCD berdasarkan Rencana Binis Bank (RBB)
Liquid Asset/ Deposits ratio
Posisi OPT dan AL-GWM
Sumber likuiditas
Capital flow asing
Bank dengan alat likuid terbatas
Komposisi dana mahal kelompok BUKU
Pertumbungan DPK
Loan to Deposit Ratio
Suku bunga deposito
Dampak kenaikan SBI terhadap biaya dana bank
Penempatan DPK Pemda
2 Intermediasi Pertumbuhan DPK
Pertumbuhan kredit (per BUKU, sektor ekonomi, individual)
Index Lending Standard
Dampak dari suku bunga terhadap DPK
Intermediasi Institusi Keuangan Non Bank
3 Keuntungan dan
Efisiensi
DuPont Analysis : ROA, ROE, Komponen Pendapatan, dan Komponen Pengeluaran
4 Ketahanan CAR (individual, aggregate dan per BUKU)
Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
Komponen pembentuk modal (modal disetor, dan laba)
Rasio solvabilitas (z-score, Earning Asset, ROA)
INDIKATOR SSK (1/2)
Beberapa contoh indikator yang digunakan dalam analisis bahan Rapat Dewan Gubernur
37
No. Aspek Analisis Indikator/ Analisis
5 Risiko Keterkaitan
Antarbank
Konsentrasi eksposur keterkaitan DSIB
Eksposur kompleksitas pada DSIB
Pangsa keterkaitan terhadap total aset
Pangsa kompleksitas terhadap total aset
Matrix interbank
Interbank Network Analysis
Dampak contagion bank dengan alat liquid terbatas
Dampak contagion bank yang default dan iliquid
6 Risiko Kredit Rasio NPL (agregat, per BUKU, sektoral, UMKM, KUR, individual)
Rasio NPL + DPK
Pertumbuhan kredit per kolektibilitas
Kredit dan NPL Restrukturisasi
7 Risiko Pasar Perkembangan dan volatilitas (IHSG)
Relative Strength Index of IHSG
Net jual beli asing bulanan
Perkembangan bursa saham regional
Pergerakan yield SBN per tenor
Kepemilikan SBN Asing
VaR SUN
Perkembangan yield regional
Risiko obligasi korporasi (perubahan rating, kupon, dll)
Dampak tappering off the FED ke pasar SBN (Perkembangan yield GB fragile 5,
perubahan yield obligasi pemerintah tenor 10 tahun, perkembangan saham fragile
5, perubahan harga saham)
Dampak perubahan harga SBN terhadap likuiditas perbankan
8 Procyclicality Procyclicality pertumbuhan kredit (agregat and sektoral)
Konsentrasi kredit sektoral ((Herfindhal-Hirschman Index)
INDIKATOR SSK (2/2)
Fungsi bank sentral sebagai LLR dilakukan dalam bentuk penyediaan fasilitas pembiayaan
bank sentral kepada bank yang mengalami kesulitan likuiditas, baik dalam kondisi normal
maupun dengan tujuan untuk mencegah dan menangani krisis.
LLR untuk kondisi normal hanya diberikan kepada bank yang illikuid tetapi solven yang
memiliki agunan likuid dan bernilai tinggi. Sedangkan LLR dalam bentuk Fasilitas
Pembiayaan Darurat (FPD) untuk pencegahan dan penanganan krisis mempertimbangkan
potensi dampak sistemik.
Dasar Hukum pemberian LLR oleh Bank Indonesia:
Undang-undang No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagaimana telah diubah
dengan : (1) UU No 3 Tahun 2004 dan (2) UU No. 6 Tahun 2009.
Namun khusus untuk FPD perlu diatur di dalam UU tersendiri sebagaimana diamanatkan
oleh pasal 11 ayat 5 UU BI:
ketentuan dan tatacara pengambilan keputusan mengenai kesulitan keuangan bank
yang berdampak sistemik, pemberian fasilitas pembiayaan darurat, dan sumber
pendanaan yang berasal dari APBN diatur dalam UU tersendiri.
Mengingat saat ini RUU JPSK belum disahkan oleh DPR, dan Perpu No.2/2008 dinyatakan
tidak berlaku, maka saat ini dasar hukum utk pemberian FPD menjadi lemah.
FUNGSI LENDER OF THE LAST RESORT (LLR)
38
FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK (FPJP)
FPJP merupakan fasilitas pendanaan dari BI kepada Bank untuk mengatasi
kesulitan pendanaan jangka pendek yang dialami oleh bank.
Kesulitan pendaan jangka pendek adalah keadaan yang dialami bank yang
disebabkan oleh terjadinya arus dana masuk yang lebih kecil dibandingkan
dengan arus dana keluar sehingga bank tidak dapat memenuhi giro wajib
minimum (GWM) primer.
FPJP hanya diberikan kepada bank yang tidak likuid tetapi solvent, dan
dijamin bank peminjam dengan agunan yang berkualitas tinggi.
Jangka waktu FPJP 14 hari, dan dapat diperpanjang secara berturut-turut,
paling lama 90 hari.
Mengingat saat ini kewenangan fungsi pengawasan bank telah beralih ke
OJK, maka untuk persetujuan pemberian FPJP kepada bank tertentu Bank
Indonesia memerlukan rekomendasi dari OJK yang lebih mengetahui
kondisi & kinerja bank karena OJK yang mengikuti & mengawasai
perkembangan individu bank secara terus menerus.


39
FPJP BAGI BANK UMUM
Dasar Hukum pemberian FPJP bagi bank umum
PBI No. 14/16/PBI/2012 tgl 23 November 2012
SE No. 15/11/DPNP tgl 8 April 2013
SE No. 15/80/INTERN tgl 12 Desember 2013 tentang Petunjuk pelaksanan
pemberian FPJP (pasca SOLA)
Syarat permohonan FPJP
1. Memiliki rasio KPMM paling rendah 8% dan memenuhi modal sesuai dengan
profil risiko bank
2. Mengajukan plafon FPJP berdasarkan perkiraan jumlah kebutuhan likuiditas
sampai dengan bank memenuhi GWM sesuai ketentuan yg berlaku
3. Pencairan FPJP dilakukan sebesar kebutuhan bank untuk memenuhi kewajiban
GWM
4. Dijamin oleh bank dengan agunan yang berkualitas tinggi (surat berharga, aset
kredit). Surat berharga dapat berupa SBI, SBIS, SBN, Surat berharga lain
(memiliki investment grade, aktif diperdagangkan, sisa maturity 90 hari)
40
Protokol Manajemen Krisis (PMK)
41
PMK diperlukan sebagai pedoman yang terintegrasi dalam
melaksanakan langkah-langkah pecegahan dan/atau penanganan krisis
baik di tingkat nasional maupun internal Bank Indonesia.
Di tingkat nasional, PMK diatur dalam Nota Kesepahaman FKSSK
tanggal 3 Desember 2012 tentang Koordinasi dalam Rangka Menjaga
Stabilitas Sistem Keuangan.
Di Bank Indonesia, PMK diatur dalam PDG BI No. 14/1/PDG/2012
tanggal 11 Januari 2012 tentang Protokol Manajemen Krisis

PMK Bank Indonesia
42

1. Sebagai pedoman yang jelas,
terintegrasi dan berkelanjutan
dalam melaksanakan langkah-
langkah pecegahan dan/atau
penanganan krisis sesuai dengan
tugas dan kewenangan BI dalam
rangka memelihara kestabilan
moneter, kestabilan sistem
perbankan dan kelancaran sistem
pembayaran.
2. Sebagai landasan hukum dalam
pengambilan keputusan serta
pelaksanaan tindakan yang
dilakukan dalam rangka
pencegahan dan/ atau penanganan
krisis.

A. Tata kelola
Pencegahan dan/ atau penanganan krisis dilakukan melalui
mekanisme pengambilan keputusan yang transparan dan
terstruktur dengan kejelasan akuntabilitas
B. Pengutamaan pencegahan dan percepatan
penanganan krisis
i. Kebijakan dalam rangka pencegahan dan penanganan krisis
dapat berbeda dengan kebijakan dalam kondisi normal
ii. Mekanisme pengambilan keputusan dalam kondisi krisis
dapat dipercepat
C. Koordinasi
i. PMK BI merupakan bagian yang terintegrasi pada PMK
Nasional;
ii. PMK BI mengatur kegiatan dan kebijakan BI berdasarkan
UU dan memayungi koordinasi kebijakan (tindakan
bersama) dgn Pemerintah dan/atau institusi lainnya agar
bersinergi dalam pencegahan dan/atau penanganan krisis
D. Komunikasi
Komunikasi merupakan strategi yang tidak terpisahkan dari
upaya meningkatkan efektivitas pencegahan atau penanganan
krisis
TUJUAN PRINSIP DASAR
PMK Bank Indonesia
43
Proses Pengambilan Keputusan
Status
Respon kebijakan
Koordinasi
Komunikasi

Koordinasi BI-Wide
Surveillance

Rapat Dewan
Gubernur (RDG)
Produk Surveillance :
1. Indikator kuantitatif,
kualitatatif dan informasi
2. Analisis disertai indikasi
tingkat tekanan
DKEM
KOORDINASI
(FKSSK)
FKSSK : Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan
KKM : Komite Kebijakan Moneter
KSSK : Komite Stabilitas Sistem Keuangan
Makroekonomi SSK
Normal Siaga Waspada Ditengarai Krisis
Rapat KKM & KSSK

Anda mungkin juga menyukai