Anda di halaman 1dari 21

RANCANGAN PENELITIAN TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF

”STUDI KORELASI ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP


PRODUKTIVITAS KERJA PADA MAHASISWA UNIVERSITAS
AIRLANGGA”

Dosen Pembimbing:
Sami’an, S.Psi.

Oleh :
Selvina Yusniar 110610132

Kelas Paralel : B

Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga
2009
DAFTAR ISI

Cover………………………………………………………………………....……1
Daftar Isi…………………………………………………………………………...2
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..3
I.1. Latar Belakang Masalah…………………………………………..4
I.2. Identifikasi Masalah.........................................................................5
I.3. Pembatasan Masalah........................................................................6
I.4. Perumusan Masalah.........................................................................6
I.5. Tujuan Penelitian.............................................................................6
I.6. Manfaat Penelitian...........................................................................6
BAB II LANDASAN TEORI.............................................................................8
II.1. Motivasi Berprestasi.......................................................................8
II.1.1. Pengertian Motivasi Berprestasi...............................................8
II.1.2. Ciri-ciri Individu dengan Motivasi Berprestasi Tinggi............8
II.2. Produktivitas Kerja.........................................................................9
II.2.1. Pengertian Produktivitas Kerja................................................9
II.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja........10
II.2.2.1. Konsekuensi.....................................................................10
II.2.2.2.Motivasi Berprestasi..........................................................11
II.2.2.3. Tingkat Kelelahan............................................................11
II.3. Variabel-variabel Ekstra...............................................................11
II.3.1. Variabel Kontrol.....................................................................11
II.3.2. Variabel Extraneous...............................................................12
II.4. Kerangka Konseptual...................................................................12
II.5. Perumusan Hipotesa.....................................................................12
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................13
II.1. Tipe Penelitian..............................................................................13
II.2. Identifikasi Variabel Penelitian....................................................13
II.3. Definisi Konseptual......................................................................14
II.4. Definisi Operasional.....................................................................14
II.4.1. Motivasi Berprestasi...............................................................14
II.4.2. Produktivitas Kerja.................................................................16
II.5. Populasi dan Sampel Penelitian....................................................16
II.5.1. Populasi Penelitian..............................................................16
II.5.2. Sampel Penelitian................................................................16
II.6. Instrumen Penelitian.....................................................................17
II.7. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur.............................................18
II.7.1. Validitas Alat Ukur..............................................................18
II.7.2. Reliabilitas Alat Ukur..........................................................19
II.8. Analisa Data.................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

I.1. LATAR BELAKANG MASALAH


Setiap organisasi tentunya terdiri dari individu-individu yang menjadi
anggotanya. Setiap anggota tadi bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Faktor
yang erat kaitannya dalam pencapaian tujuan organisasi tadi adalah produktivitas
kerja anggota-anggota organisasi tersebut. Produktivitas kerja tiap individu
berbeda-beda sesuai dengan karakteristik khusus individu tersebut, baik internal
maupun eksternal. Karakteristik internal semisal, motivasi individu (dalam hal ini
motivasi berprestasi yang menjadi variable bebas dalam penelitian ini).
Karakteristik eksternal misalnya ada tidaknya reward dan punishment dalam
sistem organisasi tersebut.
Faktor eksternal seperti ada tidaknya reward dan punishment tadi masih
bisa dikontrol dengan mudah dengan cara pembuatan peraturan-peraturan tertentu
yang mengatur jadwal pemberian serta syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi
untuk pemberian reward dan punishment tersebut. Namun motivasi berprestasi
adalah faktor eksternal yang tidak dapat dikontrol dengan mudah karena sifatnya
yang invisible (tidak terlihat). Jika individu memiliki motivasi berprestasi yang
tinggi tentu hal ini tidak menjadi permasalahan bagi organisasi tersebut, namun
sebaliknya, jika individu memiliki motivasi berprestasi yang rendah hal ini tentu
akan berdampak buruk terhadap produktivitas organisasi tersebut. Hal ini akan
terjadi bila memang ada korelasi yang signifikan antara motivasi berprestasi
dengan produktivitas kerja individu.
Berdasarkan kenyataan yang dipaparkan di atas tampak terjadi
kesenjangan antara apa yang menjadi harapan dan tujuan organisasi dengan
kenyataan yang terjadi dalam pencapaian organisasi tersebut. Maka sebuah
organisasi perlu untuk mengetahui apakah ada korelasi yang signifikan antara
motivasi berprestasi dengan produktivitas kerja. Serta perlu pula mengetahui arah
korelasinya tersebut. Dengan mengetahui kedua hal ini, diharapkan organisasi
akan dapat membuat antisipasi-antisipasi untuk meminimalisir dampak-dampak
negatif terhadap produktivitas individu secara khususnya dan terhadap
produktivitas kerja organisasi secara umumnya. Selain itu, dampak jangka
panjangnya adalah kualitas lulusan Universitas Airlangga juga akan mengalami
penurunan jika dampak korelasi tersebut tidak segera ditanggulangi dengan
misalnya upaya peningkatan motivasi berprestasi agar produktivitas kerja
mahasiswa Universitas Airlangga dapat ditingkatkan yang pada akhirnya akan
berdampak positif pada penghasilan output mahasiswa Universitas Airlangga
yang berkualitas baik di mata pihak internal maupun eksternal Universitas
Airlangga.
Atas dasar itulah peneliti ingin mengangkat judul ini untuk diteliti dalam
rangka mengetahui ada tidaknya korelasi positif antara motivasi berprestasi
dengan produktivitas kerja individu (dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah
Mahasiswa Universitas Airlangga.

I.2. IDENTIFIKASI MASALAH


Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah ada korelasi positif
yang signifikan antara motivasi berprestasi dengan produktivitas kerja individu.
Untuk benar-benar memahami motivasi berprestasi dan produktivitas kerja, harus
paham konsep awal terlebih dahulu, dengan memahami konsep awal, maka akan
diperoleh variabel-variabel yang ikut berhubungan dengan motivasi berpretasi
sekaligus terutama variabel produktivitas kerja yang menjadi vaiabel Y dalam
penelitian ini. Dari penelusuran yang dilakukan peneliti , ditemukan landasan teori
yang menjadi dasar pemikiran diadakannya penelitian ini.
Seperti yang nanti akan dijelaskan lebih lanjut di Bab Landasan Teori,
peneliti memperoleh sejumlah variabel yang punya hubungan dengan
produktivitas kerja (yang menjadi variabel Y dalam penelitian ini). Variabel-
variabel itu antara lain ada yang berkorelasi positif namun ada juga yang
berkorelasi negatif terhadap produktivitas kerja. Variabel yang berkorelasi positif
disini maksudnya variabel itu memiliki arah yang sama bila ‘dirubah’ ataupun
‘berubah’, dengan kata lain searah dengan perubahan produktivitas kerja. Bila
variabel itu ditingkatkan, maka produktivitas kerja pun akan mengalami
peningkatan, begitu pula bila variabel tadi diturunkan maka produktivitas akan
mengalami penurunan.
Variabel yang berkorelasi terhadap produktivitas kerja antara lain:
1. Motivasi Berprestasi
2. Konsekuensi

I.3.PEMBATASAN MASALAH
Dikarenakan segala keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka tidak semua
variabel yang berkorelasi dengan Y (dalam hal ini produktivitas kerja) akan
diteliti. Sehingga dalam hal ini peneliti hanya akan meneliti korelasi antara
motivasi berprestasi dengan produktivitas kerja pada individu (dalam hal ini
mahasiswa Universitas Airlangga). Peneliti memilih variabel itu sebagai variabel
bebas yang utama dikarenakan keterkaitan langsungnya dengan bidang psikologi
dan psikologi industri organisasi yang menjadi jurusan sekaligus peminatan
peneliti. Selain itu pemilihan subjek yang terbatas pada mahasiswa Universitas
Airlangga disebabkan karena peneliti masih berstatus mahasiswa dan memiliki
keterbatasan waktu, biaya dan tenaga sehingga agar memperoleh hasil yang
maksimal dan terpercaya, peneliti memperkecil scope penelitiannya (populasi)

I.4. PERUMUSAN MASALAH


Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan
di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah sebagai berikut :
“Adakah Korelasi Positif antara Motivasi Berprestasi dengan Produktivitas
Kerja pada Mahasiswa Universitas Airlangga?”

I.5 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui Apakah Ada Korelasi Positif antara Motivasi
Berprestasi dengan Produktivitas Kerja pada Mahasiswa Universitas
Airlangga.
I.6. MANFAAT PENELITIAN
a. Manfaat Teoritis
1. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah diharapkan dapat menambah
wacana (khazanah) bagi pengembangan dunia pendidikan, inductri dan
organisasi secara umum.
2. Selain itu dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi dunia
pendidikan, industri dan organisasi secara umum, khususnya yang
berkaitan dengan judul ini, sehingga dapat diupayakan dalam bentuk
usaha-usaha untuk mengatasi dan meminimalisir terjadinya dampak
negatif yang disebabkan rendahnya motivasi berprestasi individu-
individunya terhadap produktivitas kerja individu tadi bila memang
kedua variabel ini terkait secara signifikan.
3. Sebagai referensi untuk pengadaan penelitian lanjutan
4. Sebagai pengokohan maupun anomali akan kebenaran teori maupun
penelitian sebelumnya mengenai korelasi antara motivasi berprestasi
terhadap produktivitas kerja tersebut.

b. Manfaat Praktis
1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi
tambahan mengenai ada tidaknya korelasi antara motivasi berprestasi
dengan produktivitas kerja, serta untuk mengetahui arah korelasinya.
2. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan mampu memberikan
informasi (wawasan) tambahan, khususnya jika pembaca terlibat
dalam suatu kegiatan yang menuntut menghasilkan produktivitas kerja
optimal. Sehingga pembaca mampu untuk meningkatkan motivasi
berprestasinya dalam rangka pencapaian produktivitas kerja yang
optimal tadi.
3. Diharapkan akan berguna untuk evaluasi dalam dunia pendidikan dan
dunia industri dan organisasi dalam usaha meningkatkan produktivitas
kerja dengan menguatkan motivasi berprestasi individu-individu yang
menjadi unit murid-guru, karyawan-pengusaha-perusahaan, ketua-
anggota agar tujuan organisasi secara keseluruhan dapat tercapai.
BAB II
LANDASAN TEORI

II.1. MOTIVASI BERPRESTASI


II.1.1. Pengertian Motivasi Berprestasi
Menurut Chaplin (dalam Widawati, 1998:28) Motivasi berprestasi adalah:
1. Kecenderungan untuk mencapai sukses atau memperoleh apa yang
menjadi tujuan akhir yang dikehendaki.
2. Keterlibatan diri seseorang terhadap suatu tugas.
3. Harapan untuk berhasil dalam suatu tugas yang diberikan.
4. Dorongan untuk mengatasi rintangan-rintangan atau perjuangan untuk
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sulit secara cepat dan tepat.
Yatim dan Irwanto (dalam Widawati, 1998:29) menggambarkan motivasi
berprestasi sebagai suatu virus mental yang dapat menimbulkan dorongan pada
seseorang untuk berusaha semaksimal mungkin dalam mencapai prestasi belajar
yang lebih baik, efisien dan cepat daripada yang pernah dilakukan sebelumnya.
McClelland (dalam Dipboye, 1994:91) mendefinisikan motivasi berprestasi
sebagai suatu kebutuhan untuk berprestasi yang mengarahkan perilaku
berkompetisi dengan standar ekselen, dimana hal ini dapat diperjelas dari orang
tua.
Motivasi berprestasi juga didefinisikan sebagai hasrat untuk mengerjakan
sesuatu yang sulit sebaik dan secepat mungkin. Motivasi berprestasi akan menjadi
kuat pada situasi kompetitif dan pada individu yang memiliki orientasi pada
prestasi (Murray dalam Widawati, 1998: 29).

II.1.2.Ciri-ciri Individu dengan Motivasi Berprestasi Tinggi


Berdasarkan penelitian McClelland (dalam Gunarsah, 1995, dalam
Widawati, 1998:28) bahwa ciri-ciri individu yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi:
1. Punya perasaan yang kuat untuk mencapai tujuan dengan hasil yang
sebaik-baiknya.
2. Memiliki tanggung jawab pribadi yang besar dan mampu bertanggung
jawab terhadap diri sendiri dan menentukan masa depannya sehingga
apa yang dicita-citakan berhasil dicapai.
3. Mempergunakan umpan balik untuk menentukan tindakan yang lebih
efektif guna tercapainya prestasi, kegagalan yang dialami tidak membuat
putus asa melainkan sebagai pelajaran untuk berhasil.
4. Cenderung bertindak kreatif dan inovatif.
5. Menyukai hal-hal baru yang penuh tantangan.
McClelland (Yuwono dkk, 2005:72) mengidentifikasikan 4 karakteristik
dari individu yang memiliki kebutuhan tinggi untuk berprestasi, yaitu:
1. Memiliki keinginan yang kuat untuk mengambil tanggung jawab pribadi
atas pengambilan keputusan atau penyelesaian tugas.
2. Cenderung membuat tujuan dengan tingkat kesulitan yang sedang dan
memperhitungkan resiko.
3. Keinginan yang kuat untuk mendapat umpan balik yang konkret.
4. A single minded preoccupation with task accomplishment.
Atkinson (dalam Jung, 1978, dalam Widawati, 1998: 30) menyatakan bahwa
motivasi berprestasi seseorang didasarkan pada dua tendensi yaitu untuk meraih
sukses dan untuk menghindari kegagalan. Dua tipe individu berdasarkan tendensi
tersebut:
1. Individu dengan motivasi berprestasi tinggi akan mempunyai motivasi
untuk meraih sukses.
2. Individu dengan motivasi berprestasi yang rendah akan mempunyai
motivasi menghindari kegagalan lebih tinggi.

II.2. PRODUKTIVITAS KERJA


II.2.1. Pengertian Produktivitas Kerja
Konsep produktivitas kerja dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi
individu dan dimensi organisasian. Dimensi individu melihat produktivitas dalam
kaitannya dengan karakteristik-karakteristik kepribadian individu yang muncul
dalam bentuk sikap mental dan mengandung makna keinginan dan upaya individu
yang selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Sedangkan
dimensi keorganisasian melihat produktivitas dalam kerangka hubungan teknis
antara masukan (input) dan keluaran (out put). Oleh karena itu dalam pandangan
ini, terjadinya peningkatan produktivitas tidak hanya dilihat dari aspek kuantitas,
tetapi juga dapat dilihat dari aspek kualitas.
Kedua pengerian produktivitas tersebut mengandung cara atau metode
pengukuran tertentu yang secara praktek sukar dilakukan. Kesulitan-kesulitan itu
dikarenakan, pertama karakteristik-karakteristik kepribadian individu bersifat
kompleks, sedangkan yang kedua disebabkan masukan-masukan sumber daya
bermacam-macam dan dalam proporsi yang berbeda-beda.
Pengertian lain yang bisa digunakan yaitu bahwa produktivitas kerja adalah
suatu konsep yang menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja dengan satuan
waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk. Seorang tenaga kerja
dikatakan produktif jika ia mampu menghasilkan keluaran (output) yang lebih
banyak dari tenaga kerja lain untuk satuan waktu yang sama. Jadi bila seorang
karyawan mampu menghasilkan produk sesuai dengan standar yang telah
ditentukan dalam satuan waktu yang lebih singkat, maka karyawan tersebut
menunjukkan tingkat produktivitas yang lebih baik atau lebih tinggi.

II.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja


Produktivitas kerja sebagai salah satu orientasi manajemen dewasa ini,
keberadaannya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terhadap produktivitas pada dasarnya dapat diklasifikasikan
kedalam dua jenis, yaitu pertama faktor-faktor yang berpengaruh secara langsung,
dan kedua faktor-faktor yang berpengaruh secara tidak langsung.

II.2.2.1. Konsekuensi
Konsekuensi terbagi menjadi dua jenis, yaitu reward (reinforcement) dan
punishment. Reward adalah penghargaan yang diterima oleh individu ketika
melakukan sesuatu. Reward sifatnya meningkatkan suatu perilaku. Dalam hal ini
penggunaannya dimanfaatkan untuk meningkatkan intensitas perilaku yang ingin
dimunculkan. Punishment adalah hukuman atau konsekuensi negative karena
melakukan sesuatu. Biasanya punishment diberikan bila individu melakukan
sesuatu yang tidak diinginkan. Jadi tujuan pemberian punishment ini adalah untuk
menurunkan intensitas perilaku.

II.2.2.2. Motivasi Berprestasi


Motivasi berprestasi dalam hal ini secara teoritis dianggap berpengaruh
terhadap produktivitas, hal ini dikarenakan dengan motivasi berprestasi yang
tinggi seseorang akan berusaha dengan keras untuk mencapai suatu prestasi,
misalnya seorang individu yang mempunyai motivasi yang tinggi dalam
pekerjaan, maka dia akan berusaha keras untuk mencapai prestasi karena dia
memiliki need of self actualization yang besar pula. Sehingga dia ingin memenuhi
kebutuhan itu sekaligus akan mencapai kepuasan dalam menampilkan citra diri
positif di mata rekan-rekan maupun orang-orang lain yang signifikan bagi
individu tersebut.

II.2.2.3. Tingkat Kelelahan


Tingkat kelelahan disini dimaksudkan bahwasanya bila inddividu sedang
mengalami kelelahan, maka tenaga yang mampu dikeluarkan untuk bekerja adalah
rendah, sehingga secara teoritis semakin meningkat kelelahan maka produktivitas
kerja akan semakin menurun.

II.3. VARIABEL-VARIABEL EKSTRA


II.3.1. Variabel Kontrol
Konsekuensi dalam hal ini menjadi variabel kontrol karena masih dapat
dikendalikan keberadaannya. Di Universitas Airlangga sudah dibuat dengan jelas
peraturan yang mengatur masalah reward dan punishment bagi mahasiswa. Jadi
dengan demikian sudah terjadi konstansi dalam hal konsekuensi pada setiap
peraturan di setiap fakultas di Universitas Airlangga tersebut. Namun arah
korelasi memang masih belum dapat diketahui dengan jelas.
II.3.2. Variabel Extraneous
Tingkat Kelelahan dalam hal ini menjadi variabel extraneous karena
keberadaannya tidak dapat dikontrol oleh peneliti, namun secara teoritis diketahui
bahwa tingkat kelelahan berkorelasi negatif dengan produktivitas kerja. Yakni
apabila tingkat kelelahan meningkat, maka produktivitas kerja akan menurun, dan
sebaliknya, bila tingkat kelelahan menurun maka produktivitas kerja akan
meningkat.

II.4. KERANGKA KONSEPTUAL

Motivasi
Berprestasi

Produktivitas
Kerja _

Tingkat
Konsekuensi Kelelahan

II.5 PERUMUSAN HIPOTESA


Hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Hipotesa Alternatif
”Ada korelasi potitif antara Motivasi Berprestasi dengan Produktivitas
Kerja pada Mahasiswa Universitas Airlangga”.

Hipotesis Nihil
”Tidak ada korelasi positif antara Motivasi Berprestasi dengan
Produktivitas Kerja pada Mahasiswa Universitas Airlangga.”
BAB III
METODE PENELITIAN

III.1. TIPE PENELITIAN


Tipe penelitian yang akan digunakan jika dlihat dari tujuannya adalah
adalah tipe penelitian eksplanatoris, dimana sesuai dengan pengertiannya bahwa
penelitian eksplanatoris bertujuan mencari bukti untuk menolak ataupun
mendukung teori yang sudah ada, selain itu dengan penelitian eksplanatoris, akan
diperoleh penjelasan yang lebih dalam mengenai hubungan antar variabel
penelitian (dalam hal ini motivasi berprestasi dengan produktivitas kerja). Dengan
penelitian eksplanatoris, hasilnya diharapkan dapat digunakan sebagai feedback
bagi pihak-pihak tertentu untuk mengadakan penelitian lanjutan.

III.2. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN


Variabel adalah segala hal yang bila diukur dalam objek yang berbeda
pada kondisi yang berbeda pula, bisa menghasilkan pengukuran yang berbeda
(Reaves, 1992 :71). Dengan kata lain, variabel merupakan konsep yang telah
operasional, yaitu dapat diamati dan atau dapat diukur. Adapun variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas (X) dan variabel tergantung
(Y). variabel bebas (X) adalah variabel yang jika dirubah maka akan
menyebabkan perubahan pula pada variabel terikat (Y). Sedangkan variabel
tergantung (Y) ialah variabel yang merupakan akibat dari adanya variabel bebas
(Zainuddin, 2000 :23-25).
Klasifikasi variable dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variable bebas (X) : motivasi berprestasi
Variable tergantung (Y) : produktivitas kerja
Ada variabel yang dapat dikontrol, disebut variabel kontrol. Yaitu :
Konsekuensi
Sedangkan variabel ekstra yang tidak dapat dikontrol atau disebut extraneous
variabel, yaitu : Tingkat Kelelahan
III.3. DEFINISI KONSEPTUAL
Produktivitas kerja adalah hubungan teknis antara input (usaha) terhadap
output (hasil kerja). Dalam konteks penelitian ini produktivitas kerja itu
perubahannya seiring/sejalan dengan motivasi berprestasi individunya. Semakin
tinggi tingkat motivasi berprestasi individu maka akan semakin tinggi pula
produktivitas kerjanya, dan sebaliknya, semakin rendah tingkat motivasi
berprestasi individu maka akan semakin rendah pula tingkat produktivitas
kerjanya.

III.4. DEFINISI OPERASIONAL


Demi memudahkan dalam mengamati dan mengukur variable – variable
yang ada dalam penelitian ini, maka perlu disusun definisi operasionalnya.
Definisi operasional berguna untuk menentukan alat atau instrument yang akan
digunakan dalam pengumpulan data (Zainuddin, 2000 :24). Oleh karena aspek
motivasi berprestasi merupakan variabel yang tidak dapat diamati dan diukur
secara fisik, maka aspek – aspek dari variabel tersebut kemudian dipecah kembali
menjadi indicator – indikator. Indikator adalah sifat yang digunakan sebagai
petunjuk kualitas dan kuantitas ciri yang akan diukur tersebut.

III.4.1. Motivasi Berprestasi


1. Kecenderungan untuk mencapai sukses atau memperoleh apa yang
menjadi tujuan akhir yang dikehendaki.
2. Keterlibatan diri seseorang terhadap suatu tugas.
3. Harapan untuk berhasil dalam suatu tugas yang diberikan.
4. Dorongan untuk mengatasi rintangan-rintangan atau perjuangan untuk
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sulit secara cepat dan tepat.

Berdasarkan penelitian McClelland (dalam Gunarsah, 1995, dalam


Widawati, 1998:28) bahwa ciri-ciri individu yang mempunyai motivasi
berprestasi tinggi:
1. Punya perasaan yang kuat untuk mencapai tujuan dengan hasil yang
sebaik-baiknya.
2. Memiliki tanggung jawab pribadi yang besar dan mampu bertanggung
jawab terhadap diri sendiri dan menentukan masa depannya sehingga apa
yang dicita-citakan berhasil dicapai.
3. Mempergunakan umpan balik untuk menentukan tindakan yang lebih
efektif guna tercapainya prestasi, kegagalan yang dialami tidak membuat
putus asa melainkan sebagai pelajaran untuk berhasil.
4. Cenderung bertindak kreatif dan inovatif.
5. Menyukai hal-hal baru yang penuh tantangan.

McClelland (Yuwono dkk, 2005:72) mengidentifikasikan 4 karakteristik


dari individu yang memiliki kebutuhan tinggi untuk berprestasi, yaitu:
1. Memiliki keinginan yang kuat untuk mengambil tanggung jawab pribadi
atas pengambilan keputusan atau penyelesaian tugas.
2. Cenderung membuat tujuan dengan tingkat kesulitan yang sedang dan
memperhitungkan resiko.
3. Keinginan yang kuat untuk mendapat umpan balik yang konkret.
4. A single minded preoccupation with task accomplishment.

Dari karakteristik yang sudah diperoleh berdasar landasan teori yang cukup
kuat di atas, maka dibuat suatu kuesioner yang mengukur motivasi berprestasi
dengan skala likert yang terdiri dari sejumlah item pernyataan dan ditunjukkan
dalam skor kuantitatif. Skala tersebut memiliki 5 pilihan jawaban yaitu Setuju
Sekali (SS), Setuju (S), Netral (N), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).
Ini memiliki skor setiap itemnya yang berkisar antara nilai 0 (sebagai nilai
minimal) hingga nilai 4 (sebagai nilai maksimal). Semakin tinggi skor yang
diperoleh subjek, maka semakin besar tingkat motivasi berprestasi individu
tersebut, dan sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin kecil
tingkat motivasi berprestasi individu tersebut.
III.4.2. Produktivitas Kerja
Karena produktivitas kerja lebih merupakan hasil/dampak, maka peneliti
merasa lebih tepat untuk menggunakan nilai IP dan IPK sebagai skor
produktivitas, namun peneliti juga membuat dan menggunakan skala observasi
dari orang yang signifikan dalam kehidupan akademik subjek yang menjadi
sampel penelitian, dalam hal ini bisa jadi dosen pembimbing, untuk
mengkonfirmasi skor utama (IP dan IPK).

III.5. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN


III.5.1. POPULASI PENELITIAN
Populasi adalah keseluruhan atau himpunan objek dengan ciri yang
sama (Zainuddin, 2000: 76). Dalam penelitian ini, ciri-ciri populasi yang
ingin diteliti adalah semua mahasiswa Universitas Airlangga. Pemilihan
populasi ini didasarkan pada alasan bahwa :
 Lokasi penelitian, merupakan tempat ditemukannya permasalahan
penelitian yaitu di Universitas Airlangga. Dan juga karena Universitas
Airlangga merupakan lokasi yang cukup dikenal liku-likunya oleh peneliti.
 Selain itu dengan populasi diambil di universitas airlangga karena
mahasiswanya sesuai dengan kriteria yang diperlukan untuk penelitian.
 Alasan lain adalah alasan efektif dan efisiensi biaya, waktu, dan tenaga.

III.5.2. SAMPEL PENELITIAN


Sampel adalah kelompok yang lebih kecil yang dipilih sebagai contoh atau
perwakilan dari populasi yang akan diukur (Reavers, 1992: 97). Sampel juga
merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Apa
yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan kepada
populasi, karenanya sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representasif mewakili (Sugijono,1999 :73).
Sebuah sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan
elementer mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih dan
besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan nol, dan pengambilan sampel
harus menggunakan metode yang tepat sesuai dengan ciri-ciri populasi dan tujuan
penelitian.
Teknik sampling adalah prosedur untuk mendapatkan sampel yang
representative. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Simple Random
Sampling (Sampel Acak Sederhana). Dikatakan sederhana karena pengambilan
sampel anggota populasi dilakukan secara tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi itu. Hal ini dilakukan bila anggota populasi dianggap “homogen”.
Dalam penelitian ini, sampel diambil dari populasi mahasiswa Universitas
Airlangga. Kemudian dilakukan sampling dengan teknik Simple Random
Sampling, yakni dengan cara memilih mahasiswa berdasarkan nomor urut daftar
mahasiswa Universitas Airlangga dari seluruh fakultas yang sudah diurutkan,
maka setiap misalnya setiap tiba di angka 10 dan kelipatannya, maka diambil satu
sampel, maka akan diperoleh sampel sejumlah 10% dari total jumlah populasi.
10% inilah yang menjadi subjek dalam penelitian ini.

III.6. INSTRUMEN PENELITIAN


Pengumpulan data primer yang akan diteliti dibantu dengan
menggunakan sebuah alat ukur motivasi berprestasi. Alat yang digunakan
untuk mengukur variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini adalah
berupa kuesioner. Kuesioner mendasarkan diri pada laporan tentang diri
sendiri atau self report, atau setidaknya pada pengetahuan dan atau
keyakinan pribadi (Hadi, 2001 :157).
Pengukuran perilaku model kuesioner ini menggunakan skala
Likert karena akan memperoleh gambaran kasar posisi subjek pada skala
perilaku yang diukur. Selain itu, skala ini merupakan pengukuran perilaku
yang lebih sederhana dan lebih mudah dibuat (Handoyo, 2001 : 1-2).
Kuesioner penelitian ini mengungkap tentang bagaimana besarnya
motivasi berprestasi pada subjek. Kuesioner tersebut disusun dengan
menyediakan lima pilihan jawaban. Kelima pilihan jawaban tersebut
dianggap cukup untuk mengukur respon subjek, karena pada penelitian ini
hanya ingin mengetahui psisi relatif subjek, bukan posisi mutlak subjek
(Handoyo, 2001 :1). Alternatif jawaban yang berdasarkan penskalaan
respon (Azwar, 2003 : 47). Dalam penelitian ini terdiri dari SS (Sangat
Setuju), S (Setuju), N (Netral), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak
Setuju).
Pernyataan-pernyataan dalam kuesioner ini bersifat favourable dan
unfavourable. Pernyataan favourable adalah pernyataan yang
menunjukkan sikap setuju, perasaan puas, tingkatan tinggi, dan sebagainya
dari objek perilaku yang diukur. Sedangkan pernyataan unfavourable
adalah pernyataan yang menunjukkan sikap tidak setuju, tingkatan rendah,
dan sebagainya dari objek perilaku yang diukur. (Handoyo, 2001 :2).
Dalam hubungannya dengan teknik penilaian, maka penilaian
terhadap pernyataan yang favourable :
 Nilai 4 diberikan untuk jawaban Sangat Setuju
 Nilai 3 diberikan untuk jawaban Setuju
 Nilai 0 diberikan untuk jawaban Netral
 Nilai 2 diberikan untuk jawaban Tidak Setuju
 Nilai 1 diberikan untuk jawaban Sangat Tidak Setuju
Dan sebaliknya untuk item unfavourable. Dalam penelitian ini juga
disertakan alat penunjang data berupa form penilaian dosen pembimbing terhadap
mahasiswa.

III.7. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR


III.7.1. VALIDITAS ALAT UKUR
Hasil pengukuran dari kuesioner diharapkan mampu mewakili atau
menggambarkan aspek-aspek atau atribut yang ingin diukur dari variabel
penelitian (Azwar, 2000 :45). Oleh karena itu, perlu dilakukan uji validitas item.
Validitas item adalah sejauhmana item pernyataan mampu mengukur apa yang
ingin diukur (http:///www.rpi.edu, 2001).
Validitas item dapat dilihat dari sejauh mana hubungan antara skor item
dengan skor total yang diperoleh individu(http:///personal.psu.edu/users......2001).
Uji validitas item penelitian menggunakan uji korelasi product moment Pearson.
III.7.2. RELIABILITAS ALAT UKUR
Reliabilitas mengacu pada konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur,
yang mengandung makna kecermatan pengukuran. Pengukuran yang tidak reliabel
akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya akibat perbedaan skor yang
dikarenakan faktor kesalahan. Pengukuran yang tidak reliabel juga tidak akan
konsisten dari waktu ke waktu (Azwar, 2003 : 83).
Reliabilitas item adalah sejauhmana item pernyataan bersifat konsisten dan
ajeg atau stabil dalam mengukur apa yang ingin diukur pada waktu yang berbeda
(http:///www.rpi.edu/-verwyc/chap4tm.htm,2001).
Teknik pengujian reliabilitas item yang digunakan dalam penelitian ini
adalah koefisisen reliabilitas alpha, karena data diperoleh melalui penyajian satu
bentuk skala yang diberi hanya sekali pada sekelompok responden (Single Trial
Administration) atau disebut juga dengan Konsistensi Internal (Azwar, 2003 :87).

III.8. TEKNIK ANALISIS DATA


Tujuan penelitian dapat diperoleh bila terlebih dahulu menganalisis data
yang telah terkumpul. Dalam penelitian ini, data yang terkumpul berupa kuesioner
sehingga dalam proses analisis data tidak mungkin lepas dari analisis statistik.
Proses analisis data dilaksanakan dengan cara : data yang telah terkumpul dan
telah diuji secara statistik, kemudian dijabarkan dan diuraikan menjadi suatu
penjelasan apakah tujuan penelitian tercapai.
Penentuan teknik analisis data yang akan digunakan tergantung dari tujuan
penelitian dan data penelitian. Oleh karena tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah memang ada korelasi positif antara motivasi berprestasi
terhadap produktivitas kerja individu. Maka data penelitiannya diolah dengan
menggunakan teknik korelasi dari Pearson ini mendasarkan pada angka-angka
kasar seperti apa adanya. Tujuan dari teknik korelasi ini adalah untuk
menggambarkan seberapa besar dan bagaimana arah korelasi antara dua variabel,
yaitu variabel X dan variabel Y. Hasil itulah yang digunakan untuk menentukan
apakah hipotesis alternatif atau hipotesis nol yang diterima.
DAFTAR PUSTAKA

Kerlinger, dkk. 2001. Asas-asas Penelitian Behavioral.


Soerodiwirjo, Soedibyo. 2005. Metodologi Penelitian. Surabaya:Hang Tuah Press.
http:///www.personal.psu.edu/users/c/m/cmr226/knowledge%20base/Quant_
%20research.htm
http://massofa.wordpress.com/2008/04/02/pengertian-dan-faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-produktivitas-kerja/
http://sarlito.hyperphp.com/articles/industrial-and-organizational-
psychology/emotional-dan-spiritual-quotient-untuk-meningkatkan-
produktivitas-kerja.html
http://disnaker.jatimprov.go.id/index.php?
option=com_content&task=view&id=56&Itemid=1
http://re-searchengines.com/agungharsiwi6-04-2.html

Anda mungkin juga menyukai