Dosen PJMK:
Drs. Sudaryono, SU.
Oleh :
Rom Wahyuni N. 110610098
Selvina Yusniar 110610132
Fakultas Psikologi
Universitas Airlangga
Tahun Pelajaran 2008/2009
Daftar Isi
Halaman Sampul.......................................................................................................1
Daftar
Isi...................................................................................................................2
Pendahuluan..............................................................................................................3
Bencana Alam...........................................................................................................6
Karakteristik Bencana
Alam.........................................................................7
Persepsi mengenai Bahaya Alam..................................................................8
Pengaruh/Akibat Bencana
Alam.................................................................11
Anak-anak dan Bencana..................................................................... ........12 .
2
Polusi Udara dan
Performance...................................................................17
Polusi Udara dan Perilaku Sosial................................................................17
Daftar Pustaka.........................................................................................................18
3
Pendahuluan
5
komunitas, bencana adalah stresor lingkungan yang penting. Disini
penulis akan menimbang-nimbang perbedaan antara bencana akibat
kekuatan alam dengan akibat tangan manusia yang dengan cara tertentu
berbuat ataupun mengubah lingkungan. Selain itu, penulis juga akan
membahas mengenai bahaya-bahaya zat beracun dan polusi udara yang
semakin lazim dan menjadi fenomena lingkungan yang penting yang
menghasilkan sejumlah implikasi terhadap mood, perilaku dan
kesehatan.
6
Bencana Alam
Bencana alam secara relatif jarang terjadi, namun karena kualitas dramatis-nyalah
yang membuat bencana alam ini seringkali menjadi memorable (berkesan, sulit
dilupakan). Sebagian kecil orang mengalami langsung bencana alam ini lebih dari
sekali, terutama jika mereka tinggal di daerah rawan bencana (seperti Jepang yang
merupakan daerah rawan gempa dan Tsunami, dan seperti gunung Merapi yang
rawan meletus).
Bencana alam sulit untuk didefinisikan bukan karena kita tidak tahu apa itu
bencana alam, tetapi lebih karena kriteria spesifik yang sulit untuk ditegakkan.
Dilihat dari istilahnya (bencana alam), mudahlah mendefinisikan bencana alam
sebagai akibat dari kekuatan alam dan terjadinya adalah diluar kendali manusia.
Karena sifat yang tidak dapat dikendalikan manusia inilah, hasil dari kekuatan
fisik yang menguasai bumi dan atmosfir, maka manusia harus belajar
menghadapinya ketika bencana alam datang menyerang. Mendefinisikan apa yang
merupakan bencana di lain pihak terasa sedikit menipu. Lagipula jelaslah bahwa
tidak semua badai dapat dikategorikan sebagai bencana, jadi apakah yang
membedakan bencana dari peristiwa lain yang kurang serius? Orang dapat secara
sederhana menyebutkan daftar seluruh peristiwa yang diasosiasikan dengan
bencana, seperti misalnya angin topan, gempa bumi atau tsunami, tetapi definisi
seperti inipun masih belum memuaskan karena badai atau beberapa peristiwa itu
sendiri tidak selalu menyebabkan kerusakan. Jadi secara khas, suatu peristiwa
haruslah mengakibatkan kerusakan atau bahkan kematian sebelum dapat
dipertimbangkan sebagai sebuah bencana. Lalu bagaimana orang dapat
mendefinisikan atau setidaknya mengukur kerusakan itu sendiri? Haruskah
dengan melihat pada level individu, seperti kematian, luka-luka, ataupun
kehilangan? Ataukah ada jalan pintas, sejumlah tertentu peristiwa yang dapat
digolongkan sebagai bencana, dan sejumlah peristiwa yang lain sebagai bukan
bencana? Atau apakah seharusnya dilihat dari respon korbannya (misalnya, jika
mereka panik menghadapi suatu peristiwa, maka peristiwa itu dapat dikategorikan
sebagai bencana)?
7
Pada masyarakat, penekanan pada apa yang membuat sebuah bencana
dikatakan sebagai bencana adalah dilihat dari efeknya. Namun, FEMA (Federal
Emergency Management Agency), unit pemerintah Amerika yang bertanggunga
jawab dalam membantu korban bencana, memberikan definisi sebagai berikut:
”Suatu bencana besar didefinisikan... sebagai angin ribut, tornado, badai , banjir bandang,
hujan badai, gelombang pasang, tsunami, gempa bumi, letusan vulkanik, tanah longsor,
lumpur longsor, badai salju, kekeringan, kebakaran, ledakan atau bencana lainnya.... yang
menurut presiden menyebabkan kerusakan cukup hebat dan besarnya tuntutan bantuan
bencana.”
8
2. powerful
Bencana itu (walau waktu terjadinya tergolong singkat) menimbulkan
akibat yang dahsyat.
3. uncontrollable
Terjadinya bencana tidak dapat dikendalikan manusia.
4. cause destruction and/or disruption
Bencana menyebabkan kerusakan dan kekacauan hebat (menunjukkan
pula sisi powerful dari bencana)
5. usually relatively brief in duration
bencana alam dapat dianalogikan sebagai penyakit akut (yakni bahwa
kedatangannya hanya sebentar tetapi penyakit itu langsung parah, seperti
penyakit stroke)
6. have low points
Bencana punya sifat keji/kejam, yakni menimbulkan ketakutan, bahaya,
menyusahkan, keprihatinan, dan sejenisnya.
7. sometimes may be predicted
Bencana ini dapat diprediksikan, dengan demikian orang bisa
diperingatkan akan terjadinya suatu bencana, namun menurut Fritz dan
Marks (1954) kekurangan dari peringatan akan bencana adalah bahwa
hal itu akan menambah konsekuensi dari bencana tadi. Bagaimanapun
diperingatkan mengenai bakal terjadi bencana tidak dapat dipastikan
akan meminimalisir konsekuensi akibat bencana itu.
9
Yang mana faktor-faktor yang mempengaruhi apakah individu sadar akan
konsekuensi potensial ketika menjadi korban bencana? Dari beberapa penelitian
yang telah dilakukan, peneliti menemukan beberapa faktor penting dalam persepsi
mengenai bahaya. Faktor-faktor itu antara lain:
1. Crisis effect
Crisis effect mengarah pada fakta bahwa perhatian atau kesadaran paling
besar akan suatu bencana adalah selama dan segera setelah terjadinya
bencana itu. Misalnya, peringatan akan adanya banjir akan terus
diabaikan hingga banjir benar-benar terjadi. Ketika banjir benar-benar
terjadi, mungkin orang-orang akan menjadi sibuk mempelajari masalah
banjir itu, bersama-sama melaksanakan program kerja masyarakat.
Dilakukan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya bencana yang sama
di kemudian hari, bagaimanapun, seringkali perhatian atau kesadaran ini
akan hilang setelah masa-masa aktivitas yang menyibukkan ini berlalu.
Prinsip yang sama juga berlaku pada bencana lain seperti kekeringan.
Crisis effect tidak hanya terjadi pada level masyarakat, tetapi juga pada
level individu.
2. Leeve effect <lebih menggambarkan persepsi terhadap bencana banjir>
Leeve effect menyinggung fakta bahwa suatu pengukuran tertentu
dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana, orang cenderung
mengatur mekanisme perlindungan di sekitar mereka. Levee sendiri
berarti bendungan, suatu bendungan dibuat untuk menampung aliran air
dan seharusnya jauh dari wilayah berpenghuni.
3. Adaptation
Adaptation menggambarkan fakta bahwa, semakin kita terbiasa dengan
suatu ancaman bencana (semakin banyak mendengar bahayanya),
semakin kita tidak peka akan bahaya dari bencana itu, karena ancaman-
ancaman itu tidak lagi membuat kita takut. Orang-orang yang tinggal
pada wilayah rawan bencana akan belajar beradaptasi dengan keadaan
demikian.
10
4. Personality variables
Variabel-variabel kepribadian juga turut berpengaruh terhadap
bagaimana seseorang memandang bahaya, atau setidaknya apa yang
akan dilakukan seseorang ketika memandang bahaya. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan, peneliti menemukan fakta bahwa perbedaan
persepsi mengenai bahaya dikaitkan dengan dimensi kepribadian internal
dan eksternal locus of control. Orang dengan internal locus of control
percaya bahwa merekalah yang dapat mengendalikan takdir mereka
sendiri. Lain halnya dengan orang yang mempunyai eksternal locus of
control, mereka lebih mempercayai (bergantung) sumber-sumber dari
luar diri mereka, seperti misalnya pada orang-orang yang berkuasa,
pemerintah, Tuhan atau menyerahkan kendali hidup mereka di tangan
takdir.
Dalam studi lain terhadap korban banjir di Kanada, ditemukan
fakta bahwa karakteristik kepribadian yang lain diasosiasikan dengan
usaha untuk meminimalisir kerusakan akibat banjir, seperti misalnya
meninggikan rumah, memasang pompa banjir, dan membeli jasa
asuransi. Individu dengan tipe kepribadian ini dikenal sebagai
’repressor’, mereka cenderung menghadapi ancaman dengan menolak
keberadaan ancaman dan tidak secara verbal menyatakan perasaan
mereka mengenai potensi bahayanya. Meski secara intuitif, apa yang
dilakukan orang-orang dengan tipe kepribadian repressor ini terkesan
aneh bahwa individu itu menjadi orang lebih banyak mengambil
tindakan pencegahan melawan bencana, barangkali dengan melakukan
hal itu, mereka jadi merasa berada pada posisi lebih aman. Jadi,
kepribadian seseorang memainkan beberapa peranan besar dalam
menentukan persepsi seseorang mengenai pengendalian suatu bahaya.
11
PENGARUH/AKIBAT BENCANA ALAM
Penelitian-penelitian yang berhasil dilakukan telah menghasilkan berbagai temuan
mengenai bagaimana bencana alam mempengaruhi perilaku dan kesehatan
mental, Beberapa studi menganggap bahwa bencana menghasilkan stress dan
kekacauan yang sangat besar yang dapat mengarah pada masalah emosional,
Beberapa studi yang lain menganggap bahwa efek psikologis bersifat akut
(muncul secara drastis dan parah) dan menghilang dengan cepat setelah bahaya
telah terlewati. Meski berbagai studi yang sudah dilakukan mengenai bencana
dibatasi oleh banyak masalah metodologis, secara umum dapat disimpulkan
bahwa:
1. kemunculan bencana itu menyebabkan masalah pada kesehatan mental
dan penderitaan yang besar segera setelah serangan bencana itu;
2. kebanyakan penderitaan ini hanya hinggap sebentar, dan sekitar
setahun atau dua tahun, kebanyakan korban itu sudah membiasakan
diri.
3. kerusakan jiwa dan stres kronis yang hebat dikarenakan bencana alam
adalah hal yang tidak biasa dan hanya terbatas pada korban yang
pikirannya mengenai bencana itu mengganggu atau orang yang lebih
dulu punya masalah psikologis
12
Seperti pernah disinggung sebelumnya, bahwa bencana alam akan
memunculkan stres, kecemasan, depresi dan gangguan perseptual maupun
beberapa mood yang lain.
13
Bencana Teknologis
Untuk semakin memperluas dominasi terhadap lingkungan alam dan adaptasi kita
terhadap bahayanya, maka manusia mencapainya melalui meningkatkan kemajuan
di bidang teknologi. Ketika kita dihadapkan pada suatu masalah ataupun ancaman
yang menyangkut ketahanan dan kesejahteraan kita, kita menciptakan mesin atau
bila tidak, membuat alat-alat untuk menyelesaikan masalah. Perbaikan dalam
kualitas hidup, memperpanjang usia, menguasai penyakit, dan perluasan jaringan
teknologi telah diciptakan. Namun bagaimanapun usaha manusia untuk terus
memperbaiki kualitas hidup, dengan teknologi tadi, hal itu tetap saja memberikan
efek negatif yang mungkin tidak pernah terpikirkan saat sebelum diciptakan
segala teknologi itu. Misalnya saja, terjadinya kecelakaan transportasi, kerusakan
dam, putusnya jembatan dan sejenisnya.
Riset mengenai bencana akibat perbuatan manusia mempermasalahkan hal
yang sama seperti yang dilakukan dalam riset mengenai bencana alam. Namun
banyak karakteristik yang bila dipahami lebih lanjut akan menunjukkan perbedaan
dengan karakteristik bencana alam.
14
misalnya saja bila kita sudah tahu fungsi-fungsi tertentu lalu suatu saat
kita ingat bahwa kita belum mengeceknya, maka kita dapat
memprediksikan efek selanjutnya
5. frekuensi terjadinya lebih sering dan efeknya lebih mudah menyebar
dan lebih kompleks
Paparan itu sudah cukup menggambarkan efek yang akan terjadi pada
individu yang menjadi korban bencana teknologis. Sehingga setiap langkah yang
akan diambil untuk memajukan teknologi hendaknya dipikirkan kembali sisi
positif dan negatifnya
15
Dampak Racun/Keracunan
Banyak orang tahu bahwa zat-zat seperti radiasi, dioxin, dan bahan kimia buangan
dapat menyebabkan masalah pada kesehatan fisik, tetapi kita tidak tahu benar
tentang bagaimana respon orang-orang yang mengetahuinya.
Mempertimbangkan kasus radiasi, para ahli memperdebatkan mengenai
betapa berbahayanya pengaruh toxic. Pada level yang tinggi, dapat menyebabkan
kematian. Bahkan radiasi dapat menimbulkan respon emosional yang kuat pada
diri kita. Tak hanya efek jangka pendek yang perlu kita kuatirkan, tetapi bahkan
efek jangka panjangnya pun berkontribusi dalam menyebabkan stres dan
ketidakpastian/kebingungan.
Pada berbagai penelitian mengenai toxic, dibedakan dua macam toxic
berdasarkan tempat menjangkitnya toxic itu.
16
Polusi Udara Dan Perilaku
17
POLUSI UDARA DAN KESEHATAN
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya polusi udara menimbulkan
permasalahan pada kesehatan, namun yang perlu diwaspadai adalah efek ini tidak
akan langsung muncul ketika manusia menghirup polusi, melainkan akan terus
terendap sehingga penyakit kronis dapat muncul di kemudian hari.
Polusi udara yang seringkali menyebabkan bahaya pada kesehatan adalah
misalnya karbon monoksida, pembakaran nitrogen dan sulfur dan lain-lainnya.
Kesehatan yang dimaksud disini bukan hanya kesehatan fisik melainkan
juga kesehatan mental (tampak pada perilakunya)
18
Daftar Pustaka
Bell, P. A., Greene, T. C., Fisher, J. D., Baum, A. 1996. Environmental
Psychology: Fourth Edition. Fox Worth: Harcourt Brace College Publishers.
19