Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Asma Bronkhial
1. Pengertian
Asma Bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon-
respon tracea dan bronchus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya
penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya berubah-rubah secara spontan
maupun sebagai pengobatan. ( Soeparman Sarwono Waspadji, 1998 ).
Asma bronchial adalah penyakit paru dengan ciri khas yakni saluran nafas
sangat mudah bereaksi dengan berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi
berupa serangan asma. ( Ngatsiah, 1997 ).
Asma Bronchial adalah sindroma obstruksi jalan nafas yang berulang ditandai
dengan kontreksi otot polos bronchial, inflamasi dan hipersekresi, mucus yang
menyebabkan kurangnya aliran darah atau kesukaran bernafas . ( Silvia A Price
Lorraine M Wilson, 1994 ).
Stadium asma
a. Stadium I
Waktu terjadinya edema dinding bronkus, batuk proksisimal, karena iritasi dan batuk
kering. Sputum yang kental dan mengumpul merupakan benda asing yang merangsang
batuk.
b. Stadium II
Sekresi bronkus bertambah banyak dan batuk dengan dahak yang jernih dan berbusa.
Pada stadium ini akan mulai merasa sesak napas berusaha bernapas lebih dalam.
Ekspirasi memanjang dan terdengar bunyi mengi. Tampak otot napas tambahan turut
bekerja. Terdapat retraksi supra sternal, epigastrium dan mungkin juga sela iga.
Penderita lebih senang duduk dan membungkuk, tangan menekan pada tepi tempat
tidur atau kursi. Tampak gelisah, pucat, sianosisi sekitar mulut, toraks membungkuk ke
depan dan lebih bulat serta bergerak lambat pada pernapasan.
c. Stadium III
Obstruksi atau spasme bronkus lebih berat , aliran udara sangat sedikit sehingga suara
napas hampir tidak terdengar.
Stadium ini sangat berbahaya karena sering disangka ada perbaikan. Juga batuk seperti
ditekan. Pernapasan dangkal, tidak teratur dan frekuensi napas yang mendadak
meninggi.
2. Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,yaitu:
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus
yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat- obatan (antibiotic
dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya
suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor
pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma
ekstrinsik.
2. Intrinsik(nonalergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus
yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga
disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini
menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat
berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan
mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari
bentuk alergik dan non-alergik.
3 Patofisiologi
1. Asma alergik
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronchioles yang
menyebabkan sukar bernapas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronchioles terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma
tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut: seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody IgE abnormal
dalam jumlah besar dan antibody ini menyebabkan reaksi alergi bila bereaksi
dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel
mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
bronchiolus dan bronkus kecil.
Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut
meningkat, allergen bereaksi dengan antibody yang telah terlekat pada sel mast dan
menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat diantaranya
histamine, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient),
factor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua factor-
faktor ini akan menghasilkan edema local pada dinding bronchiolus kecil maupun
sekresi mucus yang kental dalam lumen bronchiolus dan spasme otot polos
bronchiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat
meningkat.
Pada asma, diameter bronchiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan pada paru selama ekspirasi paksa
menekan bagian luar bronchiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagaian,
maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya
dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan
ekspirasi, hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume
residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran
mengeluarkan udara ekspirasi dari paru, hal ini menyebabkan barrel chest.
Di dalam buku ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, asma
adalah obstruksi jalan napas difus reversibel. Obstruksi oleh satu atau lebih dari
yang berikut ini: konstraksi otot-otot yang mengelilingi bronki, yang
menyempitkan jalan napas; pembengkakan membran yang melapisi bronki; dan
pengisian bronki dengan yang mukus yang kental. Selain itu, otot-otot bronkial dan
kelenjar mukosa membesar; sputum yang kental, banyak dihasilkan dan alveoli
menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru. Beberapa
individu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan
mereka. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam
paru.
Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen antibodi,
menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin,
bradikinin, dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat
(SRS_A). Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos
dan kelenjar jalan napas, menyebabakan bronkospasme, pembengkakan membran
mukosa, dan pembentukan mukus yang sangat banyak. Sistem saraf otonom
mamparsarafi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh saraf vagal melalui sistem
parasimpatis. Pada asma idiopatik atau non alergi, ketika ujung saraf pada jalan
napas dirangsang oleh faktor infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi, dan polutan,
jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara
langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator
kimiawi.
Selain itu, resptor _ dan _adrenergik dari sistem saraf simpatis terletak
dalam bronki. Ketika reseptor _ adernergik dirangsang, terjadi bronkonstriksi;
bronkodilatasi terjadi ketika reseptor _adrenergik yang dirangsang.
Keseimbangan antara resptor _ dan _adrenergik dikendalikan terutama oleh
siklik adenosin monofosfat (cAMP). Stimulasi reseptor alfa mengakibatkan
penurunan cAMP, yang mengarah pada peningkatan mediator kimiawi yang
dilepaskan oleh sel-sel mast bronkokonstriksi. Stimulasi resptor_beta
mengakibatkan peningkatan cAMP, yang menghambat pelepasan mediator
kimiawi dan menyebabkan bronkodilatasi.
Sistem Pernafasan
1. ETIOLOGI
1. Faktor predisposisi
a. Genetik: diturunkan dalam keluarga dan berhubungan dengan atopi.
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma
bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas
saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor lingkungan: debu, serbuk sari dan bulu kucing
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti
debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut seperti makanan dan obat-
obatan
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit seperti
perhiasan, logam dan jam tangan
c. Paparan pekerjaan
d. Stimulus non spesifik: infeksi virus, udara dingin, dan olahraga
e. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu
terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan
musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini
berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
f. Stress
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalami stress/gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi
maka gejala asmanya belum bisa diobati.
g. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.
Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja
di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
h. Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya
terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
i. Faktor lngkungan lain, faktor makanan tinggi Na
2+
dan rendah Mg
2+
2. Manifestasi Klinis
Gejala klinis asma klasik adalah serangan episodic akut, batuk, mengi, dan
sesak nafas. Awal serangan gejala tidak khas seperti rasa berat di dada dan asma
alergik mungkin disertai pilek atau bersin. Pada mulanya batuk tanpa disertai
tanpa disertai sekret tapi lama kelamaan akan mengeluarkan sekret baik mukoid,
putih, kadang purulent. Ada sebagian asma gejala batu tanpa disertai mengi
dikenal Cough Variant Asma.
Pada asma alergik gejala tidak khas, apalagi pasien memberikan gejala
terhadap faktor pencetus non alegik seperti asap rokok, asap yang merangsang,
infeksi saluran nafas, ataupun perubahan cuaca. Jika asma akibat pekerjaan, gejala
memburuk pada awal minggu dan membaik akhir minggu. Gejala mungkin akan
membaik bila pasien dijauhkan dari lingkungan pekerjaan. Pada pasien asma
gejala bersifat paroksismal membaik pada siang hari dan memburuk pada malam
hari (Sedoyo, Aru W, 2006).
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah,
duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja
dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi (
whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada.
Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan.
Selain gejala diatas, ada beberapa gejala yang menyertai diantaranya :
tachypnea, orthopnea, gelisah, diaphorosis, nyeri diabdomen karena terlibat otot
abdomen dalam pernapasan, fatigue, tidak toleran terhadap aktivitas : makan,
berjalan, bahkan berbicara, serangan biasanya bermula dengan batuk dan rasa
sesak dalam dada, disertai pernafasan lambat, ekspirasi selalu lebih susah dan
panjang dibanding inspirasi, sianosis sekunder, gerak-gerak retensi
karbondioksida seperti : berkeringat, takikardia dan pelebaran tekanan nadi,
serangan dapat berlangsung dari 30 menit sampai beberapa jam dan dapat hilang
secara spontan. Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul
makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran,
hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal. Serangan asma
seringkali terjadi pada malam hari
6. Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
a. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.
b. Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
c. Memberikan penerangan kepada penderita atau keluarganya mengenai asma,
baik dalam cara pengobatannya maupun mengenai perjalanan penyakitnya,
sehingga penderita mengerti tujuan pengobatan yang diberikan.
Ketiga prinsip diatas semuanya bertujuan agar fungsi paru penderita normal atau mendekati
nomal sehingga dapat melakukan aktiftas sehari-harinya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
a. Pengobatan non farmakologik :
1) Memberikan penyuluhan
2) Menghindari faktor pencetus
3) Pemberian cairan
4) Fisiotherapy
5) Beri O2 bila perlu.
b. Pengobatan farmakologik :
1) Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan :
a) Simpatomimetik / andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat : Orsiprenalin (Alupent), Fenoterol (berotec), Terbutalin (bricasma).
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan
dan semprotan. Yang berupa semprotan : MDI (Metered dose inhaler). Ada juga
yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma
Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin)
yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus)
untuk selanjutnya dihirup.
2) Santin (teofilin)
Nama obat : Aminofilin (Amicam supp), Aminofilin (Euphilin Retard), Teofilin
(Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya
berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.
Cara pemakaian: Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma
akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering
merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan.
Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila
minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya
dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal
tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
3) Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.
Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya
diberikan bersama-sama obat anti asma.
4) Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan
dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungan obat ini adalah
dapat diberikan secara oral.
B. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian
Menurut Friedman (1998), Keluarga adalah dua atau lebih orang bergabung
karena ikatan tertentu untuk membagi pengalaman dan pendekatan emosional dan
mengindentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga.
Menurut G Bailon dan Aracelis Maglaya (1989), keluarga adalah dua orang
atau lebih orang atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah
tangga berinteraksi dengan yang lain dan didalam peranannya masing-masing
menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
Dari pengertian diatas penulis menyimpulkan bahwa keluarga merupakan unit
terkecil masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih, adanya hubungan dengan
ikatan perkawinan dan pertalian darah, hidup dalam suatu rumah tangga.
2. Tipe / Jenis Keluarga
Berdasarkan pengertian-pengertian keluarga, kita dapat mengelompokan tipe keluarga
yaitu :
a. Keluarga Inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang terbentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang
terdiri dari suami istri dan anak-anak, baik dalam kelahiran(natural) atau adopsi.
b. Keluarga Asal (Family Of Origin)
Adalah suatu unit keluarga dimana seseorang dilahirkan
c. Keluarga Meluas (Extended Family)
Adalah keluarga inti ditambah anggota yang lain (karena hubungan darah),
misalnya kakek, nenek, bibi, paman, keponakan, sepupu, dan sebagainya.
d. Keluarga Berantai (Serial Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah dari satu kali dan
merupakan satu keluarga inti.
e. Keluarga Duda / Janda (Single Family)
Adalah keluarga kecil yang terjadi karena perceraian atau kematian.
f. Keluarga Yang Berkomposisi (Composite)
Adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
g. Keluarga Kabitas (Cahabiltation)
Adalah dua orang yang menjadi satu keluraga tanpa pernikahan.
3. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah :
a. Patrineal, yaitu keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu dari garis ayah.
b. Matrilineal, yaitu keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dari jalur ibu.
c. Matrilokal, yaitu pasangan suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal, yaitu suami istri yang tinggal bersama sedarah suami.
e. Keluarga kawinan, yaitu hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembimbingan
keluarga dan bebrapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan suami istri.
4 Peran Keluarga
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga adalah sebagai berikut :
a. Peran Ayah
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anaknya, berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman. Sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota
masyarakat dan lingkungannya.
b. Peran Ibu
Sebagai istri, dan ibu bagi anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
sebagai salah satu kelompok dari lingkungannya, disamping itu dapat berperan
sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
c. Peran Anak
Anak-anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangan baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.
5. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (1986), ada 5 fungsi keluarga, yaitu :
a. Fungsi Afektif
Fungsi internal dalam keluarga yang berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial keluarga apabila fungsi afektif ini berjalan baik, dampak keluarga adalah
menjadi gembira.
b. Peran Sosial
Adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga adalah tempat
masing-masing individu (sebagai anggota keluarga ) untuk berinteraksi sosial dan
belajar berperan dilingkungan sosial. Sosialisasi dilakukan individu sejak lahir
hingga meninggal, didalamnya juga termasuk kemampuan masing-masing anggota
keluarga untuk belajar disiplin menerima norma dan prilaku melalui hubungan
interaksi dengan orang lain.
c. Fungsi Reproduksi
Adalah fungsi masing-masing untuk kelangsungan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
d. Fungsi Ekonomi
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seperti sandang, pangan, dan
papan. Bagaimana keluarga mendayagunakan masing-masing sumber daya untuk
mendapatkan sumber-sumber yang menghasilkan untuk menyehatkan keluarga.
e. Fungsi Perawatan Kesehatan.
Adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan serta keinginan yang kuat dari masing-masing anggota keluarga
untuk menjaga kesehatan.
6. Tahap-tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga
Menurut Duvall (1997), daur atau siklus kehidupan keluarga terdiri dari 8 tahap
perkembangan yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada tiap tahap
perkembangan :
a) Tahap satu Pasangan baru (keluarga baru)
Tugas Perkembangan Keluarga :
Membina hubungan perkawinan yang saling memuaskan. Membina hubungan
saling harmonis dengan saudara dan kerabat. Merencanakan keluarga (termasuk
merencanakan jumlah anak yang direncanakan).
b) Tahap dua menanti kelahiran (child bearing), atau anak tertua adalah bayi yang
kurang dari 1 tahun.
Tugas Perkembangan Keluarga :
Menyiapkan anggota keluarga yang baru (bayi dalam keluarga). Membagi waktu
individu, pasangan dan keluarga. Mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan. Memperkuat hubungan kekeluargaan dalam keluarga besar.
(extended family), dengan tambahan peran sebagai orang tua dan kakek/nenek.
c) Tahap tiga keluarga dengan anak prasekolah atau anak tertua berusia 2,5 tahun
sampai dengan anak usia 6 tahun.
Tugas Perkembangan Keluarga :
Menyatukan kebutuhan masing-masing anggota keluarga meliputi ruangan atau
kamar (privacy) dan keamanan. Mensosialisasikan anak-anak. Menyatukan
keinginan anak-anak yang berbeda. Mempertahankan hubungan yang sehat
dalam keluarga.
d) Tahap empat keluarga dengan anak-anak yang tertua berusia 7 tahun sampai usia
12 tahun.
Tugas Perkembangan Keluarga :
Mensosialisasikan anak-anak termasuk didalamnya mambantu anak-anak
mencapai prestasi baik disekolah. Membantu anak-anak membina hubungan per
group dengan teman sebaya. Mempertahankan hubungan perkawinan yang
memuaskan. Memenuhi kebutuhan kesehatan masing-masing anggota keluarga.
e) Tahap lima keluarga dengan remaja atau anak tertua berusia 13 tahun sampai usia
20 tahun.
Tugas Perkembangan Keluarga :
Mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab sejalan dengan
perkembangan anak. Mengimbangi kebebasan remaja dengan tanggung jawab
sejalan dengan maturitas remaja.
f) Tahap enam keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tugas perkembangan :
Menambah anggota keluarga dengan kehadiran anggota keluarga yang baru
dengan pernikahan anak-anak yang telah dewasa. Menanti kembali hubungan
perkawinan. Menyiapkan datangnya proses menua, termasuk timbulnya masalah-
masalah kesehatan.
g) Tahap tujuh keluarga dengan usia pertengahan.
Tugas perkembangan :
Mempertahankan kontak dengan anak dan cucu. Memperkuat hubungan
perkawinan. Meningkatkan usaha promosi kesehatan.
h) Tahap delapan keluarga dengan usia lanjut.
Tugas perkembangan :
Merasa kembali kehidupan yang memuaskan. Menyesuaikan kehidupan dengan
penghasilan kurang. Mempertahankan hubungan perkawinan. Menerima
kehilangan perkawinan. Mempertahankan kontak dengan masyarakat.
Menemukan arti hidup.
Friedman (1981), membagi tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga,
yaitu:
1) Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya.
2) Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat.
3) Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang
tidak dapat memenuhi kebutuhan dirinya sendiri.
4) Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
5) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga, lembaga-lembaga
kesehatan yang menunjukan manfaat fasilitas kesehatan dengan baik.
C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga
1. Pengkajian keluarga
Pengkajian adalah suatu tahap pertama dari proses asuhan keperawatan yang
merupakan dasar bagi kegiatan lainnya.
Didalam pengkajian ini, ada beberapa data yang harus dikumpulkan antara lain:
a. Struktur keluarga dan sifat keluarga
Kepala keluarga : identitas, kepala keluarga, nama, jenis kelamin, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, asuhan anggota keluarga, genogram, tipe
keluarga, pengambil keputusan : pola pengambil keputusan dan yang paling
berpengaruh dalam pengambil keputusan, hubungan dalam keluarga.
b. Kebutuhan dalam hidup sehari-hari
Kebutuhan nutrisi yang harus dikaji pada klien dengan asma yaitu : minum air
putih yang cukup, mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak dan kolestrol,
kebutuhan eliminasi, istirahat tidur dikaji, klien dengan asma akan dapat
mengalami gangguan seperti kelelahan, kebersihan diri, rekreasi dan pola asuh
anak.
c. Faktor Sosial Budaya Ekonomi
Penghasil dan pengeluaran, pendidikan, sistem nilai, dan hubungan dengan
masyarakat.
d. Faktor Lingkungan
Perumahan, pengolahan sampah, sumber air, jamban keluarga, pembuangan air
limbah, fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan.
e. Riwayat Kesehatan Dan Medis
Data yang perlu dikaji meliputi riwayat kesehatan dari setiap anggota atau
penyakit yang pernah diderita, keadaan sakit sekarang baik yang telah didiagnosa
maupun yang belum, rencana yang diberikan rencana penyuluhan, yaitu
pemanfaatan fasilitas kesehatan atau fasilitas lain untuk mencegah penyakit,
sumber pelayanan kesehatan, bagaimana peran keluarga dalam melihat kesehatan
serta pelayanan dari petugas kesehatan yang professional yang memuaskan atau
tidak.
f. Fungsi Pelayanan Kesehatan
Berkaitan dengan masalah keluarga mengenal masalah asma yang dikaji dalam
melakukan penentuan tugas perawatan keluarga meliputi:
a) Keluarga mengetahui kemampuan keluarga mengenai masalah asma yang
dikaji adalah pengetahuan keluarga mengenai fakta-fakta dari masalah asma
yang meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi.
b) Untuk mengetahui pengetahuan keluarga dalam mengambil keputusan
terhadap tindakan kesehatan adalah sejauh mana pengetahuan keluarga
mengetahui besar dan sifat masalah. Besar manfaat yang dirasakan keluarga
adalah apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada,
apakah kurang percaya terhadap tenaga kesehatan dan apakah keluarga
mendapat informasi yang salah terhadap tindakan.
c) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang perlu dikaji adalah dengan perawatan yang dibutuhkan sejauh
mana keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada didalam keluarga
bagaimana sikap keluarga menghadapi keluarga yang sakit.
d) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara lingkungan
yang sehat. Data yang diperlukan adalah sumber-sumber yang dimiliki
keluarga, sejauh mana keluarga melihat keuntungan memelihara lingkungan
dan sanitasi, sejauh mana keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit,
sejauh mana sikap keluarga terhadap hygiene dan sanitasi dan sejauh mana
kekompakan antara anggota keluarga.
e) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
kesehatan, hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui
keberadaan fasilitas kesehatan, hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana
keluarga memahami keuntungan fasilitas kesehatan, sejauh mana tingkat
kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan. Apakah keluarga
mengalami pengalaman yang kurang baik terhadap petugas pelayanan
kesehatan dan apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau.
g. Analisa Data
Didalam menganalisa data ada 3 norma yang perlu diperhatikan dalam melihat
perkembangan kesehatan keluarga yaitu:
a. Keadaan rumah dan keadaan kesehatan yang normal dari setiap anggota
keluarga.
b. Sanitasi lingkungan.
c. Karakteristik keluarga.
Dalam menyusun masalah kesehatan dan masalah keperawatan keluarga harus
selalu mengacu tipologi masalah kesehatan dan perawatan serta berbagai alasan
keluarga dalam bidang kesehatan dalam tipologi masalah kesehatan keluarga ada
3 kelompok besar masalah yaitu:
1) Ancaman kesehatan adalah keadaan yang dapat memungkinkan terjadinya
penyakit, kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan yang
termasuk kedalam yaitu penyakit menular, sanitasi lingkungan buruk,
imunisasi yang belum lengkap
2) Kurang atau tidak sehat adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan yang
termasuk dalam keadaan tidak sehat adalah keadaan sakit, kegagalan dan
pertumbuhan
3) Situasi krisis adalah saat-saat yang dapat menuntun individu atau keluarga
dalam menyesuaikan diri yang termasuk dalam keadaan krisis ini adalah
anggota keluarga
Selain itu juga didalam analisa data harus mengacu pada ketidakmapuan keluarga
dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam kesehatan dan keperawatan
yaitu:
1) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan keluarga.
2) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan
yang tepat
3) Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit
4) Ketidakmampuan keluarga dalam memelihara lingkungna rumah yang dapat
mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga
5) Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada
dimasyarakat guna memelihara kesehatan
h. Perumusan masalah
Perumusan masalah kesehatan dan keperawatan yang diambil berdasarkan kepada
penganalisaan praktek lapangan yang didasarkan kepada analisa data dan standar yang
didapat dijadikan acuan dalam menganalisa sebelum mengambil keputusan tentang
masalah dan keperawatan keluarga.
Dalam menyusun masalah seorang perawat selalu mengacu pada tipologi masalah.
Dalam tipologi masalah kesehatan keluarga ada tiga kelompok masalah besar, yaitu:
a. Aktual (terjadi defisit/ gangguan kesehatan)
Dari hasil pengkajian didapatkan dan mengenal tanda dan gejala dari gangguan
kesehatan
b. Resiko (ancaman kesehatan)
Sudah ada data yang menunjang namun belum pernah terjadi gangguan misalnya
lingkungan rumah yang kurang bersih, pola makan yang tidak adekuat, stimulasi
tumbang yang tidak adekuat.
c. Potensial
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan keluarga dapat saja perawat yang
memenuhi sejahtera, sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Dalam suatu
keadaan dalam lebih dari satu diagnosa keperawatan.
2. Diagnosa keperawatan keluarga
Diagnosa keperawatan keluarga yang digunakan mengacu pada dimensi-dimensi
diagnose dan North American Nursing Diagnosis Association (NANDA) untuk
masalah atau problem. Sedangkan penyebab atau etiologi terkait dengan lima tugas
fungsi keluarga, sebagai contoh: Resiko tinggi terjadi komplikasi asma (bronchitis)
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
asma .
Berdasarkan data yang didapat pada pengkajian yang terkait dengan tipologi dan
diagnosa keperawatan, yaitu:
a). Aktual (Terjadi Defisit Atau Gangguan Kesehatan)
Dari hasil pengkajian data mengenai tanda dan gejala dan gangguan kesehatan.
Contoh : tidak efektifnya bersihan jalan nafas pada keluarga berhubungan denan
ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dengan asma.
b) Resiko (Ancaman Kesehatan)
Sudah ada data yang dapat menunjang namun belum terjadi gangguan. Contoh :
resiko tinggi terjadi komplikasi asma (bronchitis) pada keluarga berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dengan
asma.
c). Potensial (Keadaan sejahtera atau Wellnees)
Suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera sehingga kesehatan
keluarga dapat ditingkatkan. Contoh : potensial terjadinya peningkatan
kesejahteraan pada keluarga Ny. N.
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk
dilaksanakan dalam memecahkan masalah kesehatan yang telah diidentifikasi dan
dibuat sesuai diagnosa keperawatan prioritas yang telah dirumuskan. Rencana
tindakan keperawatan keluarga dapat bersifat dependent, independent dan
interdependent antara keluarga dan pemberi asuhan keperawatan.
Perencanaan keluarga terdiri dari penerapan tujuan, yang mencakup tujuan
umum dan khusus dengan kriteria SMART (Specific, Meassure, Acceptable,
Responsible, Time). Dan tujuan khusus terkait dengan lima tugas keluarga, serta
dilengkapi dengan kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan
spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan
tujuan khusus yang diterapkan.
Tujuan merupakan pernyataan yang bersifat realities sebagai indikator
keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan bila dilihat dari jangka waktu, maka
tujuan perawat dibagi menjadi :
1). Tujuan umum, ditekankan pada teratasi masalah keperawatan dengan kriteria
SMART.
2). Tujuan khusus, ditekankan pada keadaan-keadaan yang mengancam kehidupan
dan terkai dengan lima tugas keluarga dibidang kesehatan.
4. Pelaksanaan keperawatan.
Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan kepada rencana
asuhan yang disusun. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan tindakan
keperawatan keluarga adalah sumber daya keluarga dan keterlibatan keluarga adalah
sumber daya keluarga dan keterlibatan keluarga secara aktif, tingkat pendidikan
keluarga adat istiadat, respon keluarga serta sarana dan prasarana yang ada pada
keluarga.
5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang telah diberikan
berdasarkan dua subjektif dan objektif yang ditemukan pada keluarga untuk dilakukan
penilaian guna melihat keberhasilan asuhan keperawatan keluarga yang telah
diberikan.
Bila tidak atau belum berhasil perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua
tindakan keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan
keluarga. Untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan
kesediaanya.
Evaluasi disusun dengan menggunakan kriteria SOAP (subjektif, objektif,
analisa dan planning) secara operasional adalah :
Subyek (S) :
Adalah hal-hal yang ditemukan oleh keluarga secara subjektif setelah
dilakukan intervensi keperawatan. Keluarga mengatakan bahwa pengertian
asma adalah sesak nafas yang terjadi karena penyempitan saluran pernafasan.
Obyek (O) :
Adalah hal-hal yang ditemukan oleh perawat secara objektif setelah dilakukan
intervensi keperawatan, misalnya keluarga telah mampu menangani
pencegahan terhadap asma
Analisa (A) :
Adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang
terkait dengan diagnosis.
Planing (P) :
Adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga
pada tahap evaluasi

Anda mungkin juga menyukai