Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Keadaan yang sering tidak kondusif di Jayapura dan juga jarangnya pertemuan antara dosen
dan mahasiswa
Padahal pengetahuan geologi dasar sangat penting bagi seorang Engineer Pertambangan, dan
mahasiswa Teknik Pertambangan di harapkan dapat memahami dasar tersebut sehingga di
kemudian hari dapat menjadi seorang Engineer Pertambangan yang mampu bersaing di dunia
kerja.
Kristal Mineral adalah salah satu Mata kuliah yang menjadi dasar geologi yang harus di pahami
mahasiswa, sehingga mahasiswa dapat mampu membedakan perbedaan antara satu mineral dengan
mineral lainnya. Membedakan sistem kristal setiap mineral dan penyebaran mineral dalam batuan.

1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan secara umum dari praktek hingga penyusunan laporan ini adalah agar
mahasiswa dapat memahami Kristal dan Mineral. Secara khusus adalah agar mahasiswa dapat
mengerti mengenai mineral, persebaran mineral pada batuan di wilayah Jayapura serta bagaimana
cara pendeskripsian mineral tersebut berdasar pada sistem kristalnya.
1.3 Waktu dan Lokasi
Kegiatan praktikum ini berlangsung selama sehari, dengan 4 Stasiun yang menjadi pusat
Praktek Kelompok II. Praktek ini berlangsung pada :
Waktu : Sabtu,23 Juni 2012
Jam : 09.00 16.00 WIT
Lokasi :
Koordinat :
- 54 M 0464820
UTM 9712717 [Stasiun A]
Elevasi 19 M
- 54 M 0465629 [Stasiun B]
UTM 9714556
Elevasi 141 M
- 54 M 0464713
UTM 9715404 [Stasiun C]
Elevasi 31
- 54 M 0466180
UTM 9716426 [Stasiun D]


2

Elevasi 26

1.4 Alat dan Bahan Praktek
Alat
GPS
Kompas
Palu geologi
Rol meter
Papan data
Kaca pembesar (loupe)
Ransel
Spidol
Busur Derajat 360
Alat Tulis

Bahan
Plastik sampel
Larutan HCl
Kertas A4
Tabel deskripsi
Peta Topografi












3

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Geologi Regional Jayapura
Secara fisiografi daerah Jayapura dan sekitarnya dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat)
satuan morfologi yaitu satuan pegunungan, satuan perbukitan karts, satuan perbukitan
bergelombang dan satuan dataran rendah. (N. Suwarna Y. Noya, 1995).
Satuan pegunungan secara umum dicirikan dengan ketinggian lebih dari 1.800 meter diatas
muka air laut, berelief kasar dan berlereng terjal. Satuan perbukitan karts dicirikan dengan relief
menengah hingga kasar, sebagian berlereng terjal, dengan memperlihatkan adanya lapis dolina
atau nuala serta batuan penyusun berupa batugamping koral ganggang. Satuan perbukitan
bergelombang dicirikan dengan kemiringan lereng bervariasi antara 30
0
40
0
, ketinggian bukit
berkisar antara 100300 meter di atas muka air laut. Satuan dataran rendah, terletak sepanjang
garis pantai maupun lembah antara perbukitan. Satuan ini berupa endapan sungai, endapan rawa
dan endapan pantai.
2.1.1 Geomorfologi
Secara fisiografi daerah Jayapura dan sekitarnya dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat)
satuan morfologi yaitu satuan pegunungan, satuan perbukitan karts, satuan perbukitan
bergelombang dan satuan dataran rendah. (N. Suwarna Y. Noya, 1995).
Satuan pegunungan secara umum dicirikan dengan ketinggian lebih dari 1.800 meter diatas
muka air laut, berelief kasar dan berlereng terjal. Satuan perbukitan karts dicirikan dengan relief
menengah hingga kasar, sebagian berlereng terjal, dengan memperlihatkan adanya lapis dolina
atau nuala serta batuan penyusun berupa batu gamping koral ganggang. Satuan perbukitan
bergelombang dicirikan dengan kemiringan lereng bervariasi antara 30
0
40
0
, ketinggian bukit
berkisar antara 100 300 meter di atas muka air laut. Satuan dataran rendah, terletak sepanjang
garis pantai maupun lembah antara perbukitan. Satuan ini berupa endapan sungai, endapan rawa
dan endapan pantai.






4

Kelas Lereng Sifat-sifat Proses, Kondisi Alamiah dan Satuan Relief Warna
0
0
-2
0

(0-2 %)
Datar hingga hampir datar, tidak ada proses denudasi yang
berarti
Hijau
2
0
4
0

(2- 7 %)
Agak miring; gerakan tanah cepat rendah, erosi lembar dan
erosi alur, Rawan erosi, (Bergelombang/ miringlandai)
Hijau muda
4
0
- 8
0

(7 15 %)
Miring sama dengan di ata, tetapi dengan besaran yang lebih
tinggi. Sangat rawan erosi tanah (bergelombang/ miring)
Kuning
8
0
16
0

(15 30 %)
Agak curam; banyak terjadi gerakan tanah dan erosi,
terutama lonsoran yang bersifat mendatar (berbukit
bergelombang/ miring)
Jingga
16
0
35
0

(30 70 %)
Curam; proses denudasional itensif, erosi dan gerakan tanah
sering terjadi (berbukit tersayat tajam)
Merah muda
35
0
55
0

(70 140 %)
Sangat curam; batuan umumnya mulai tersingkap, proses
denudasional sangat intensif, sudah menghasilkan hasil
reombakan (kuluvial). (pegunugan tersayat tajam)
Merah
>55
0

>
140 %)
Sangat curam; batuan tersingkap; proses denudasional
sangat kuat, rawan jatuhan batu, tanaman jarang tumbuh
(terbatas). (pegunugan sangat/ curam)
Ungu
Tabel 1 : Kelas lereng dengan sifat-sifat proses, kondisi alamiah yang mungkin kemudian terjadi dan usulan
warna untuk peta serta klasifikasi untuk relief secara umum (di ringkas dari Van Zuidam, 1985 dan 1986).

2.1.2 Stratigrafi
Stratigrafi daerah Jayapura menurut N. Suwarna Y. Noya, (1995) terdiri dari beberapa satuan
batuan yang berumur pra-Tersier hingga kwarter. Urutan lapisan batuan dari unsur yang paling tua
hingga termuda adalah sebagai berikut :
Kelompok Malihan Cycloops (pTmc)
Kelompok ini terdiri dari batuan metamorfik seperti sekis, gneiss (setempat), filit, amfibolit,
marmer, aktinolit dan hornfels. Pada sekis bersusunan karbonat-klorit, klorit-muskovit,
muskovit-epidot, glaukofan, aktinolit-epidot klorit, dijumpai urat kuarsa setebal 50 cm ;


5

setempat terjadi mineralisasi sulfide akibat terobosan granit sebelum sekis mengalami alih
tempat ; fasies sekis hijau terbentuk pada tekanan tinggi dan suhu rendah, mungkin
berhubungan dengan sesar naik. Gneis, bersusunan mika, karbonat, hornblende, klorit-
muskovit, klorit-epidot ; dijumpai sisa batuan diorite pada daerah Daromena. Filit, terdapat
pada sisipan sekis. Amfibolit, berupa bongkah besar. Marmer berwarna putih susu, bersusunan
kalsit, sedikit kuarsa dan pirit. Hornfels aktinolit bersusun kuarsa bertekstur mozaik, aktinolit,
klorit, muskovit, magnetit. Satuan ini bersentuhan tektonik dengan batuan Ultramafik (um). Di
duga berumur Pra Tersier, serta disusun oleh batuan skiss, batugamping dan batu beku ultra
basa.
Ultramafik (um)
Terdiri dari harsburgit, serpentinit, piroksenit dan dunit. Harsburgit, berbutir menengah
hingga kasar, mineral utama olivine yang sebagian berubah menjadi antigorit dan serpopit, serta
ortopiroksen yang terserpentinkan, sedikit ditemukan mineral bijih. Serpentinit, mineral
antigorit dan sedikit piroksen. Piroksenit, mineral piroksen jenis hipersten dan enstatit, klorit,
aktinolit, tremolit, flogofit bertekstur mata burung, kuarsa dan sedikit oksida besi. Dunit,
terserpentinkan ; mineral piroksen, klorit hasil ubahan piroksen dan aktinolit. Satuan batuan ini
terbreksikan, terkekarkan dan terserpentinkan. Setempat rekahan diisi oleh asbes, talk dan
kromit. Dijumpai pula urat kuarsa tebal hingga 2 meter. Satuan batuan ini bersentuhan tektonik
dengan Kelompok Malihan Cycloops dan Batuan Mafik. Diduga berumur Pra-Tersier.
Formasi Nubay (Tomm)
Tersusun oleh batugamping bersisipan biomikrit, napal, batupasir halus, greiwek gamping
tufan, tuf ; setempat bersisipan dengan kalkarenit dan kalsiterit. Batugamping dan biomikrit,
berlapis baik ; dijumpai fosil jejak, dan fosil Lepidocyclina sp, Spiroclypeus sp, Amphistegina
sp, Elphidium sp, Globorotalia sp, Globigerina sp, ganggang, moluska dan koral, berumur
Oligosen Miosen Awal (Te bawah atas). Batupasir, halus, sisipan tebal 15 cm. Greiwek,
gampingan tufan, sisipan lava andesit. Tuf halus, sisipan tebal 0,5 cm. Kalkarenit dan kasiterit,
berlapis jelek, terdapat fosil Globoquadrina sp, Heterostegina sp dan Sphaerodinellopsi sp,
ganggang, dan moluska, berumur Miosen Awal Miosen Tengah. Batugamping pelagos tufan
mengandung radiolarian, berumur Eosen Miosen Akhir. Lingkungan pengendapan di duga
laut dangkal laut dalam, dekat daerah gunung api yang aktif atau giat. Menjemari dengan
Formasi Auwewa, bagian atas menjemari dengan Formasi Makats, bersentuhan tektonik
dgSatuan Ultramafik dan memiliki ketebal hingga 350 m.



6

Formasi Makats (Tmm)
Terdiri dari greiwek, berselingan dengan batulanau dan batulempung ; sisipan napal dan
konglomerat ; lensa dan puncak batugamping ; bagian bawah bersisipan dengan tuf dan breksi
gunung api. Greiwek dijumpai setempat gampingan, urat kalsit mengisi rekahan lebar sampai
0,5 cm ; struktur lapisan, lengseran, lapisan sejajar, silang-siur, dan lapisan perulangan.
Konglomerat, bercampur aneka batuan, permineralan ; fragmen andesit, batugamping, rijang,
lempung terkersikan, sediment malih, berukuran 2 15 cm, dominan 4 5 cm. Batugamping,
sebagian terkristal, setempat kalkarenit. Tuf, bersusunan andesit basalt, berlapis baik, tebal
tiap lapisan 1 2 cm. Breksi gunung api berkomponen andesit basalt. Kumpulan fosil :
Globorotalia sp, Globigerina sp, Miogypsina sp, Lepidocylina sp, Cycloclypeus dan
Operculina sp, menunjukkan umur Miosen Tengah hingga Miosen Akhir (Te atas Te bawah).
Lingkungan pengendapan litoral. Formasi ini berlapis baik dan terlipat kuat, setempat lapisan
membalik. Tebal formasi sekitar 1.500 m menjemari dengan bagian atas Formasi Auwewa.
Formasi Jayapura (Qpj)
Tersusun oleh batugamping koral ganggang, kalsirudit, kalkarenit ; setempat batugamping
kapuran, batugamping napalan dan napal, berlapis jelek, setempat berselingan dengan
batugamping pelagos. Fosil foraminifera kecil bentos dan pelagos, koral moluska dan
ganggang. Umur formasi ini adalah Plistosen. Lingkungan pengendapan laut terbuka yang tak
ada lagi bahan rombakan daratan ; menindih tak selaras di atas Formasi Unk. Kemiringan
landai ke arah selatan barat daya dengan undak nyata. Terangkat kepermukaan lebih kurang
700 m di atas muka laut. Tebal formasi 400 meter.
Batuan Campur Aduk (Qc)
Tersusun oleh lempung, lumpur bongkah dan hancuran batuan satuan yang lebih tua tak
terinci. Lempung dan lumpur berasal dari batuan tergerus dan juga lelahan dari poton serta
aliran lumpur ; mengungkung bongkah batuan tua, termasuk bongkah-bongkah besar yang bisa
dipetakan ; mengeluarkan gas metan dimana bersentuhan dengan satuan batuan lain umur
Plistosen hingga Holosen, satuan lumpur diaper yang terbentuk oleh kompresi dan gravitasi
yang ditunjang oleh sifat fisik batuan pembentuk kelompok Mamberamo yang setengah
mampat.
Aluvium dan Endapan Pantai (Qa)
Terdiri dari kerakal, kerikil, pasir, lanau dan lumpur di lingkungan rawa dan pantai.
Endapan pantai mengandung pecahan batugamping koral Resen. Berumur Kuarter.


7

2.1.3 Struktur Geologi
Struktur geologi regional berdasarkan Y. Noya dan N. Suwarna (1995) dalam Geologi
Regional Lembar Jayapura berupa; antiklin, sinklin, sesar normal, sesar naik dan sesar mendatar.
Arah umum struktur regional pada batuan sedimen berarah Baratlaut-Tenggara, beberapa hampir
mendekati Barat Beratlaut-Timur Tenggara dan Utara Baratlaut- Selatan tenggara terutama pada
batuan Tersier. Struktur Timurlaut-Barat Baratdaya terdapat pada batuan Malihan dan Ultrabasa,
sedangkan yang hampir Utara-Selatan pada batugamping Kuarter dan juga batuan malihan.
Arah umum sumbu lipatan Barat Baratlaut Timur Tenggara. Beberapa sumbu antiklin
tergeserkan oleh sesar mendatar maupun sesar turun. Sesar turun berarah Barat baratlaut - Timur
Tenggara, Timurlaut-Baratdaya serta hampir Utara - Selatan; menyesarkan batuan berumur Tersier
dan Kuarter. Sesar naik berarah jurus Baratlaut - Tenggara dan melengkung ke arah Barat - Timur
memisahkan malihan Cycloops dengan satuan batuan Ultramafik dan Mafik, diduga pula satuan
batuan Mafik dari formasi Auwewa. Sesar mendatar berarah Timurlaut-Baratdaya yang
menyesarkan sesar turun dan sesar naik, umumnya merupakan batas satuan batuan ultrabasa dan
batuan sedimen. Kekar lebih berkembang pada batuan malihan, beku dan sedimen klastik kasar.
Kelurusan berarah umum hampir searah struktur regional, yakni Baratlaut - Tenggara. Beberapa
berarah Utara, Selatan dan Timurlaut - Baratdaya.
Sejak Kala Kapur sampai Miosen Awal, diperkirakan telah terjadi kegiatan gunungapi
bawahlaut yang membentuk Formasi Auwewa. Kegiatan tektonik Oligosen Tengah menyebabkan
susut laut dan pada saat tersebut batuan Ultramafik, Mafik dan Malihan muncul ke permukaan,
sementara kegiatan gunung api berlangsung terus. Oligosen Akhior hingga Miosen tengah terjadi
sedimentasi batugamping gangang-koral dan batugamping pelagos tufaan dalam lingkungan laut
dangkal - agak dalam, membentuk Formasi Nubai. Miosen Awal terjadi pengendapan sedimen
turbidit Formasi Makats, Aurimi dan klastika dan batugamping Formasi Benai. Kejadian ini
disusul oleh sudut laut pada pliosen Akhir-Plistosen, menghasilkan klastika halus Formasi untuk
Mulai Pliosen Awal sekeliling tinggian Cycloop terjadi sedimentasi batugamping terumbu koral
dalam lingkungan laut dangkal-laut terbuka agak dalam. Pengangkatan kuat pada akhir Plistosen
diikuti oleh suatu perlipatan dan penyesaran yang kuat pada Formasi Unk dan Formasi Jayapura
serta mempertajam perlipatan pada Formasi Makats dan Formasi Aurimi. Kegiatan pengangkatan
pada akhir pembentukan Formasi Jayapura ditandai oleh adanya julang setinggi 750 meter.
Tektonika saat tersebut berpengaruh pada pembentukan batuan campuraduk dan satuan endapan
lumpur. Gejala poton yang masih giat dan kelurusan yang diduga sesar pada sedimen klastika
kasar dan batugamping koral, serta adanya terumbu terangkat berupa undak, menjadi bukit
tektonik masih giat.



8

2.2 Genesa Endapan Mineral
Mineral adalah bahan anorganik, terbentuk secara alamiah, dengan komposisi kimia yang tetap,
dan berbentuk hablur (system kristal) yang beraturan, umumnya seragam pada batas volumenya.
Satu campuran dari kumpulan satu atau lebih mineral disebut batuan. Untuk memahami
keragaman batuan dalam komposisi dan sifat-sifatnya, adalah penting untuk mengetahui macam-
macam mineral yang umum terdapat di dalamnya.
Mineral penyusun kerak bumi disebut mineral pembentuk batuan, terutama mineral golongan
silikat,
Dewasa ini telah dikenal lebih dari 2000 mineral. Sebagian merupakan mineral-mineral utama
yang membentukbentukbatuan, diantaranya mineral yang mengandung unsur-unsur yang
menempel menempati bagian terbesar di bumi. Antara lain unsure Oksigen (O), Silikan (Si),
Aluminium (Al), Besi (fe), Kalsium (Ca), Sodium (Na), Potasium (K) dan Magnesium (Mg)
Ada 2 cara yang dapat dikerjakan untuk menentukan macam-macam mineral :
Mempelajari dalam bentuk potongan (Hand specimen) dari mineral, atau batuan dimana dia
terdapat, dengan menggunakan lensa pembesar (hand lens atau loupe). 8X-10X dan
mengamati kenampakannya.
Mengujinya dalam bentuk sayatan tipis (Thin slice preparant), ketebalan 0,003 mm, dibawah
microscop (polarisasi).













9

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Lokasi Praktek
Terdapat 4 lokasi (stasiun) yang di gunakan untuk pengambilan sampling
Stasiun A : Belakang Otonom
Stasiun B : Area Skyland (Tikungan Mata Kucing)
Stasiun C : Kolam Buaya Entrop
Stasiun D : Walikota Entrop

3.2 Deskripsi Mineral
3.2.1 Mineral Stasiun A
1. Kalsit ( CaCO
3
)
Genesa : Kalsit merupakan hasil restrukturisasi batu gamping yang mengkristal setelah
mengalami proses pelarutan.
Warna : Putih
Cerat : Putih
Kilap : Lilin
Opaksitas : Opak hingga Translusen
Kekerasan : 3
Sistem Kristal : Heksagonal
Habit kristal : Masive
Bentuk kristal : Prismatik
Belahan : Tak-ada Gambar 1. Batu Gamping
Pecahan : Even
Kegunaan : Cat,bahan campuran pupuk,konstruksi,kosmetik,makanan,baja

2. Dolomit (CaMg(CaCO
3
)
2
)
Genesa : Dolomit merupakan variasi dari batu gamping yang mengandung >50%
karbonat.
Warna : putih abu-abu
Cerat : Putih
Kilap : kadang lilin, atau buram/pudar


10

Kekerasan : 3
Sistem kristal : Heksagonal
Habit kristal : Masive
Bentuk kristal : Prismatic
Belahan : Tak-ada
Pecahan : Uneven Gambar 2. Batu Gamping
Kegunaan : Bahan Campuran pupuk, Industri Gelas, peleburan dan pemurnian logam.

3.2.2 Mineral Stasiun B
1. Kalsit ( CaCO
3
)
Genesis : Kalsit merupakan hasil restrukturisasi batu gamping yang
mengkristal setelah mengalami proses pelarutan.
Warna : Putih
Cerat : Putih
Kilap : Lilin
Opaksitas : Opak hingga Translusen
Kekerasan : 3
Sistem Kristal : Heksagonal
Habit kristal : Masive
Bentuk kristal : Prismatik Gambar 3. Batu Gamping
Belahan : Tak-ada
Pecahan : Even
Kegunaan : Cat,bahan campuran pupuk,konstruksi,kosmetik,dll

2. Dolomit (CaMg(CaCO
3
)
2
)
Genesa : Dolomit merupakan variasi dari batu gamping yang mengandung >50%
karbonat.
Warna : putih abu-abu
Cerat : Putih
Kilap : kadang lilin, atau buram/pudar
Kekerasan : 3
Sistem kristal : Heksagonal
Habit kristal : Masive Gambar 4. Batu Gamping
Bentuk kristal : Prismatic
Belahan : Tak-ada
Pecahan : Uneven


11

Kegunaan : Bahan Campuran pupuk, , Industri Gelas, peleburan dan pemurnian
logam

3.2.3 Mineral Stasiun C
1. Kuarsa (SiO
2
)
Genesis : Dapat terbentuk pada lingkungan batuan beku, pegmatite, hidrotermal,
metamorfik dan sedimen.
Warna : Putih
Cerat : Putih
Kilap : Kaca
Kekerasan : 7
Sistem kristal : Heksagonal
Habit kristal : Masive
Bentuk kristal : Prismatik Gambar 5. Batu Konglomerat
Belahan : Tidak jelas
Pecahan : Concoidal
Kegunaan : Kaca lembaran, cat, keramik, dll

3.2.4 Mineral Stasiun D
1. Olivin (Mg,Fe)
2
SiO
4
Genesis :

Terbentuk pada lingkungan batuan beku, khususnya dalam lingkungan batuan
beku basa dan ultrabasa. Dapat menjadi penyusun utama dalam batuan beku
ultrabasa, yaitu dunit.

Warna : Biasanya hijau-pudar (olive-green), dapat juga putih dan coklat sampai hitam

Cerat : Putih, atau abu-abu
Kilap : Kaca

Opaksitas : Transparan sampai translusen

Kekerasan : 6,5 7

Sistem kristal : Ortorombik

Habit kristal : Jarang

Bentuk kristal : Granular
Belahan : Tak-jelas

Pecahan : Concoidal Gambar 6. Batu Konglomerat
Kegunaan : Dibuat batu permata, khususnya varitas hijau cerah- disebut juga peridot
dan dibuat pasir refraktori yang dipakai dalam industri pengecoran.


12

2. Plagioklas, (Ca,Na)Al,Si)AlSi
2
O
8

Genesis : Terbentuk pada lingkungan batuan beku (bytownit dan labradorit pada batuan
beku berkomposisi gabroik dan anortosit; andesine pada andesit dan diorit;
oligoklas pada monzonit dan granodiorit; dan albit pada granit, sienit, riolit, dan
trahit), lingkungan pegmatit (albit) dan lingkungan metamorfik (anortit, albit,
oligoklas, dan andesin).
Warna : Putih, atau abu-abu, dapat juga kemerahan, atau coklat kemerahan
Cerat : Putih
Kilap : Kaca, terkadang mutiara pada permukaan belahan
Opaksitas : Transparan sampai translusen
Kekerasan : 6
Sistem kristal : Triklin
Habit kristal : Tabular paralel
Bentuk kristal : Terbelah-belah
Belahan : Even
Pecahan : Sempurna dan baik Gambar 7. Batu Peridotit
Kegunaan : Sebagai bahan keramik, pupuk dan bahan bangunan

3. Biotit, K( Mg Fe )
Genesis :Biotit merupakan anggota dari mika yang berwarna gelap karena kaya akan besi.
Seperti mineral mika lainnya, biotit disusun oleh struktur lembaran yang
memberikan belahan satuan.
Warna : Hitam
Cerat : Hitam
Kilap : Mutiara
Opaksitas : Opak
Kekerasan : 2-3 skala mohs
Sistem kristal : Monoklin
Habit kristal : Hexagonal
Bentuk kristal : Prismatik
Belahan : 1 arah Gambar 8. Batu Peridotit
Pecahan : Uneven
Kegunaan : Mineral biotit dapat digunakan untuk penentuan umur dengan
menggunakan metode potassium argon




13

4. Piroksen, NaAlSi
2
O
8
Genesis :Piroksen adalah mineral yang terbentuk pada bantuan beku ultra
basa dan bisa terbentuk pada lingkungan metamorfik.
Warna : Biasanya hijau (hijau apel sampai hijau jamrud), terkadang putih,
violet, atau coklat
Cerat : Putih
Kilap : Kaca, mutiara pada bidang belah
Opaksitas : Transparan
Kekerasan : 6,5 7
Sistem Kristal : Monoklin
Habit Kristal : Kristalnya jarang
Bentuk Kristal : Granular
Belahan : Sempurna Gambar 9. Batu Peridotit
Pecahan : Baik
Kegunaan : Pembuatan kaca ,bahan bangunan,



















14

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Akhirnya setelah melakukan praktek di 4 stasiun yang berbeda kami mengambil kesimpulan bahwa :
1. Daerah penyebaran batuan sedimen mulai dari belakang otonom hingga kolam buaya
entrop,dengan banyak kandungan mineral kasit dan dolomit.
2. Daerah walikota lebih cenderung terdapat batuan beku dengan mineral yang lebih dominan
adalah olivin dan piroksin.
3. Kebanyakan mineralnya dengan sistem kristal heksagonal terutama pada mineral yang
berada di batuan sedimen.
4. Banyak batuan yang telah mengaami proses pelapukan sehingga banyak terkontaminasi
dengan zat pengotor.


4.2 Saran
Selam proses praktikum hingga pada penyusunan laporan, kami menemui banyak kendala mulai
dari ketidak lengkapan alat yang dimiliki, jarak lokasi yang cukup jauh karena di tempuh dengan
berjalan kaki.
Oleh karena itu saran kami untuk mempercepat proses praktikum , lokasinya di perdekat,
mengingat situasi dan kondisi Kota Jayapura yang belum kondusif dan juga agar waktu tidak di
habiskan pada perjalanannya dan lebih pada praktik mineralnya.















15

DAFTAR PUSTAKA

Suhala,Supriatna & Arifin,M.1997.Bahan Galian Industri.Pusat Penelitian dan Pengembangan.
Bandung.
Baldini,James U.L.2010. Geochemistry of Cave Calcite Deposits As a Record of Past
Climate;Department of Earth Sciences Durham University. United Kingdom.

Anda mungkin juga menyukai