Anda di halaman 1dari 3

http://www.analisadaily.com/news/read/2012/03/05/38773/kemajuan_china_dan_spirit_konfusius/#.

T1SXP9nZ2Sp
Opini - Hari ini Pkl. 00:01 WIB

Kemajuan China dan Spirit Konfusius

Oleh : M. Nafiul Haris.


Siapa yang tidak tahu China, raksasa Asia kini menjelma menjadi raksasa dunia dengan berbagai
kemajuan di setiap dimensi kehidupan, dari ekonomi, budaya, peradaban, olah raga sampai
kepada ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, apa sebenarnya yang menjadi rahasia dibalik
kesuksesan China tersebut?. Bagaimanakah cara menciptakan peradaban yang begitu agung,
megah dan maju pesat dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi.


Dalam buku karya A. Zainurrofiq "China Negara Raksasa Asia, Rahasia Sukses China Menguasai
Dunia "dijelaskan, kemajuan China dalam berbagai bidang, khususnya ekonomi yang mampu
mencuri perhatian dunia. Bagaimanapun juga, dunia tercengang dengan perekonomian China
yang melesat begitu cepat, jauh melebihi perkembangan perekonomian dunia pada umumnya.
Tidak heran bila dari Presiden Hu Jintao dalam forum tahunan konferensi Boao di Hainan pada
tahun 2004 pernah mengatakan bahwa perekonomian China tumbuh sangat pesat. Pertumbuhan
ekonomi China ini lanjut Hu Jintao adalah karena investasi China yang datang dari dalam dan luar
negeri dalam jumlah yang luar biasa.


Sebagai contoh, Jika pada 1985 investasi China hanya mencapai $ 1 miliar, maka pada 2002
investasi ini mampu menembus angka $ 50 miliar lebih. Lewat investasi ini China membangun
perekonomiannya lewat sektor industri, infrastruktur, dan properti. Dari sektor inilah perekonomian
China mampu tumbuh pesat hingga mencapai sekitar 7-8 persen setiap tahun. Wajar bila Ekonom
CSIS (Center For Strategic And International Studies) Marie Eka Pangestu dalam acara seminar di
kantor CSIS mengatakan bahwa China adalah naga raksasa China yang akan segera menggeser
Amerika.


Akar Sejarah


Bagi penulis, kemajuan yang dicapai China sekarang ini tidak bisa lepas dari akar sejarah
peradaban China yang telah dibangun selama ribuan tahun. Peradaban China lahir dari zaman
Dinasti Sang (1766-1122 SM), Dinasti Zou (1122-256 SM), Dinasti Qin(221-206 SM), Dinasti Han
(206 SM-221 M), Dinasti Sui (581-618 M), Dinasti Tang (618-906 M), Dinasti Song (960-1268),
Dinasti Yuan (1279-1368 M), Dinasti Ming (1368-1644 M), Dinasti Qing (1644-1912 M) hingga
zaman modern ini.


Selama kurun waktu tersebut China telah membangun peradabannya secara eksis, meski
mengalami pasang naik dan pasang surut. Tidak salah bila Pearl S Buck, dalam "The Good Earth"
melukiskan tentang peradaban China yang dinilai menyimpan sejuta khasanah peradaban.
"Mengapa China mampu bertahan adalah karena penduduknya mampu membangun suatu





peradaban yang praktis sehingga tidak mudah hancur. Peradaban ini tidaklah selalu memiliki
struktur yang ketat. Orang China, disamping bukan termasuk orang yang mudah berubah,
merupakan orang yang mampu menyesuaikan ketika tiba saatnya berubah. Pada dasarnya, orang
China adalah orang yang praktis. Mereka tak terlalu terikat pada adat istiadat, atau tradisi, atau
bahkan agama, hanya karena memang demikian. Tatkala mereka melihat bahwa ada sesuatu
yang tak beres, mereka segera mengubahnya". Tulisnya.


Spirit Konfusius


Namun, peradaban China bisa bertahan sedemikian kuat bukan tanpa sebab. Bagi penulis,
peradaban China banyak dipengaruhi oleh pemikiran konfusius yang diajarkan oleh guru bangsa
China, Kong Fuzi yang lahir pada tahun 551-472 SM di zaman Dinasti Zou(1122-256 SM). Kong
Fuzi adalah ahli filsafat yang mengajarkan tentang prinsip kehidupan berdasarkan moral kebajikan
(Ren). Ajaran kebajikan ini mendasari lahirnya filsafat konfusius yang menjadi landasan
masyarakat China dalam ber-adat istiadat dan tatakerama (li) dan gaya hidup (Dao) untuk berkarya
tanpa pamrih dan rela berkorban untuk orang lain.


Dengan spirit ajaran konfusius, masyarakat China mencapai puncak kejayaan. Sepeninggalnya
konfusius, beragam berbagai cabang ilmu pengetahuan ditemukan. Salah satunya adalah di
bidang teknologi, seperti ditemukannya kertas semasa Dinasti Han, alat gerobak di era Dinasti Wu,
peta semasa Dinasti Jin, kompas semasa Dinasti Song, dan sederet penemuan lainnya.


Meski demikian, Ajaran konfusius tidak mendapat dukungan terus menerus dari para pemimpin
China. Sewaktu China memasuki masa penyatuan dengan berdirinya Republik Rakyat China
(RRC) di bawah kepemimpinan Mao Ze Dong, pada tanggal 1 Oktober 1949, ajaran konfusius
pernah ditentang habis-habisan. Bagi Mao Ze Dong, konfusius adalah sebuah ajaran yang
menghambat kemajuan China. Ia menilai konfusius adalah bentuk warisan feodal dan sarat kapital.


Itulah sebabnya, Mao melakukan gerakan revolusi dengan melibatkan kaum buruh tani sebagai
kekuatan revolusioner dalam membangun kekuatan komunis China. Revolusi ini kemudian dikenal
dengan istilah revolusi kebudayaan proletar. Untuk mewujudkan revolusi ini, maka berbagai proyek
industri dibangun. Seperti pabrik peleburan baja di Wuhan dan Baodou (Mongolia Dalam), Pabrik
Baja di Anshan, Pabrik mobil di Zhangzhun, pabrik traktor di Louyang dan Harbin serta pabrik
pengilangan minyak di Lanzhou. Namun, yang menjadi ironis, revolusi ini telah menelan korban
250.000 hingga 500.000 jiwa akibat penderitaan fisik dan jiwa dari kamp-kamp kerja paksa.


Tahun 1976 Mao wafat. Kepemimpinan China kemudian dipegang Deng Xiaoping. Deng
melakukan kebijakan reformasi melalui sistem tanggung jawab (Zerenzhi). Dalam sistem ini setiap
pekerja tani tidak lagi bekerja bersama dalam sebuah komune, melainkan melakukan perjanjian
dengan pemerintah administratif setempat untuk mengerjakan sebidang tanah dan mendapatkan
keuntungan langsung. Perlahan, tapi pasti, perekonomian China mengalami peningkatan. Tahun
1982 saja, Pendapatan petani mengalami kenaikan sebesar 6,6 persen setahun. Kebijakan





reformasi Deng menimbulkan perekonomian China akhirnya berkembang pesat dari tahun ke
tahun. tahun 1978-1995, misalnya GDP China tumbuh 8 persen. Begitu pula dengan tahun
berikutnya yang berkembang begitu pesat Bagi Ainurrofiq, keberhasilan kepemimpinan Deng ini
tidak lepas dari ajaran konfusius yang menjadi prinsip gerakan Deng dalam setiap pengambilan
kebijakan. ***


Penulis adalah Mahasiswa FISIP, aktif di Central Of ASEAN Society Studies (CASS) Universitas
Wahid Hasyim Semarang.

Anda mungkin juga menyukai