Anda di halaman 1dari 29

RANGKUMAN UAS

METODE PENELITIAN


CHAPTER 8
DATA COLLECTION METHODS

Sumber Data
Sumber Data Primer
Adalah responden individu, kelompok fokus, dan panel yang secara khusus ditentukan oleh peneliti
dan di mana pendapat bisa dicarin terkait persoalan tertentu dari waktu ke waktu, atau sumber umum
seperti majalah atau buku tua. Internet juga dapat menjadi sumber data primer jika kuesioner
disebarka melalui internet. Empat sumber data primer :
1. Individu
2. Kelompok Fokus, terdiri dari peran moderator, sifat data yang diperoleh melalui kelompok fokus,
dan videokonferensi.
3. Panel, adalah sumber informasi yang langsung. Panel bisa statis atau dinamis, dan biasa digunakan
jika beberapa aspek dari suatu produk perlu dipelajari dari waktu ke waktu.
4. Ukuran Umum, atau juga dikenal ukuran jejak yang berasal dari sumber primer yang tidak
melibatkan orang.

Sumber Data Sekunder
Seperti catatan atau dokumentasi perusahaan, publikasi pemerintah, analisis industri oleh media,
situs web, internet, dan seterusnya. Dalam beberapa kasus, lingkungan atau situasi dan peristiwa
khusus dapat menjadi sumber data.
Sumber Data Sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan oleh seseorang, dan buka peneliti
yang melakukan studi mutakhir.
Keuntungan mencari sumber data sekunder adalah penghematan waktu dan biaya memperoleh
informasi. Tetatpi, data sekunder sebagai satusatunya sumber informasi yang mempunyai
kekurangan dalam hal menjadi usang, dan tidak memenuhi kebutuhan spesifik dari situasi atau
keadaan tertentu. Karena itu, adalah penting untuk mengacu pada sumber yang memberikan
informasi terkini dan terbaru.

Metode Pengumpulan Data
Berbagai metode pengumpulan data :
1. Bagian I : wawancara, terbagi atas wawancara tidak terstruktur dan terstruktur.
2. Bagian II : kuesioner, terdiri atas kuesioner yang diberikan secara pribadi dan kuesioner surat.
3. Bagian III : metode pengumpulan data lainnya, yang tervagi atas survei observasional, pengamat
nonpartisipan, dan pengamat partisipan.

Bagian I : Wawancara
Wawancara Tidak Terstruktur wawancara disebut tidak terstruktur karena pewawancara tidak
memasuki situasi wawancara dengan urutan pertanyaan yang terencana untuk ditanyakan kepada
responden. Tujuan wawancara tidak terstruktur adalah membawa beberapa isu pendahuluan ke
permukaan supaya peneliti dapat menentukan variabel yang memerlukan investigasi mendalam lebih
lanjut.
Wawancara Terstruktur adalah wawancara yang diadakan ketika diketahui pada permulaan informasi
apa yang diperlukan. Wawancara juga dapat melalui :
Wawancara tatap muka dan telepon
Wawancara dengan bantuan komputer

Bagian II : Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya yang akan responden
jawab, biasanya dalam alternatif yang didefinisikan dengan jelas. Kuesioner merupakan suatu mekanisme
pengumpulan data yang efisien jika peneliti mengetahui dengantepat apa yang diperlukan dan bagaimana
mengukur variabel penelitian. Kuesioner dapat diberikan melalui beberapa cara :
1. Kuesioner yang Diberikan secara Pribadi
2. Kuesioner Surat
3. Disebarkan Secara Elektronik



Pedoman Untuk Desain Kuesioner
a. Prinsip susunan kata, mengacu pada faktor seperti : ketepatan isi pertanyaan, bagaimana pertanyaan
disampaikan dan tingkat kefasihan bahasa yang digunakan, tipe dan bentuk pertanyaan yang
diajukan, urutan pertanyaan, dan data pribadi yang dicari dari responden.
b. Mengurutkan Pertanyaan, urutan pertanyaan dalam kuesioner sebaiknya membawa responden dari
pertanyaan yang bersifat lebih umum ke pertanyaan spesifik, dan dari pertanyaan yang relatif rendah
ke pertanyaan yang semakin sulit di jawab.
c. Data Klasifikasi atau Informasi Pribadi data klasifikasi juga disebut sebagai informasi pribadi atau
pertanyaan demografis , mengungkap informasi seperti usia, tingkat pendidikan, status pernikahan,
dan penghasilan.

Desain dan Survei Kuesioner Elektronik
Survei kuesioner online mudah didesain dan disebarkan jika komputer mikro dihubungkan ke jaringan
komputer. Disket data juga bisa disuratkan kepada responden yang akan menggunakan komputer pribadi
mereka untuk merespon pertanyaan. Tentu saja, hal tersebut hanya akan membantu jika responden
mengetahui cara menggunakan komputer dan merasa nyaman merespon dengan cara tersebut.

Bagian III : Metode Pengumpulan Data Lainnya
1. Survei Observasional
Memungkinkan untuk memperoleh data tanpa mengajukan pertanyaan kepada responden. Orang
dapat diamati dalam lingkungan kerjamereka sehari-hari. Dua tipe survei observasional, yaitu :
Pengamat Nonpartisipan, memungkinkan peneliti mengumpulkan data yang diperlukan dalam
kapasitas tersebut tanpa menjadi bagian intergral dari sistem organisasi.
Pengamat Partisipan, peneliti memasuki organisasi atau lingkungan penelitian, dan menjadi
bagian tim kerja.

Kelebihan Studi Observasional :
Data yang diperoleh melalui observasi peristiwa.
Lebih mudah untuk mencatat akibat dari pengaruh lingkungan pada hasil efek spesifik.
Lebih mudah untuk mengobservasi kelompok individu tertentu.


Kekurangan Studi Observasional :
Perlu bagi pengamat untuk hadir secara fisik.
Metode pengumpulan data ini tidak saja lambat, tetapi juga membosakan dan mahal.
Karena periode observasi yang lama, kelehan pengamat bisa dengan mudah terjadi.
Meskipun suasana hati, perasaan, dan sikap bisa ditebak dengan mengobservasi ekspresi wajah
dan perilaku nonverbal lain, proses pemikiran kognitif individu tidak dapat ditangkap.
Pengamat harus dilatih tentang apa yang harus diobservasi dan bagaimana caranya.

2. Metode Proyektif
Ide atau pemikiran tertentu yang tidak dapat dengan mudah diungkapkan dengan kata-kata atau yang
tetap berada pada tingkat bawah sadar dalam pikiran responden selalu dapat diangkat ke permukaan
melalui penelitian motivasional.

Multimetode Pengumpulan Data

Tinjauan kelebihan dan kekurangan berbagai metode pengumpulan data dan kapan masing-masing
digunakan :
1) Wawancara tatap muka, menyediakan data yang kaya, memberi kesempatan untuk membangun
hubungan dengan orang yang diwawancara, serta membantu mengeksplorasi dan memahami
persoalan yang rumit. Wawancara tatap muka paling tepat dilakukan ketika pewawancara mencoba
memahami konsep atau faktor situasional.
2) Wawancara telepon, membantu menghubungi subjek yang tersebar di berbagai daerah geografis dan
memperoleh respon segera dari mereka.
3) Kuesioner yang diberikan secara pribadi kepada kelompok orang, membantu untuk membangun
hubungan dengan responden ketika memperkenalkan survei, memberikan klarifikasi yang yang
diminta oleh responden langsung ditempat, dan mengumpulkan kuesioner segera setelah diisi. Paling
tepat jika data dikumpulkan dari organisasi yang lokasinya berdekatan satu sama lain dan
4) Kuesioner surat, menguntungkan jika respon terhadap banyak pertanyaan harus dikumpulkan dari
sampel yang tersebar secara geografis, sulit, atau mustahil untuk melakukan wawancara telepon
tanpa menelan biaya besar. Paling tepat digunakan ketika informasi harus diperoleh pada suatu skala
substansial melalui pertanyaan terstruktur, dengan biaya yang masuk akal, dari sampel yang tersebar
luas secara geografis.
5) Studi observasional, membantu memahami persoalan yang rumit melalui observasi langsung dan
kemudian bila mungkin, mengajukan pertanyaan untuk mengklarifikasi mengenai persoalan tertentu.
Studi observasional paling tepat untuk penelitian yang memrlukan data deskriptif nonlaporan sendiri,
yaitu ketika ingin memahami perilaku tanpa secara langsung menanyakannya kepada responden.

Keuntungan Manajerial
Sebagai manajer mungkin akan memerlukan konsultan untuk melakukan penelitian dan mungkin tidak
melakukan sendiri pengumpulan data melalui wawancara, kuesioner, atau observasi. Selama proses
tersebut, manajer terpakasa memperoleh informasi yang berkaitan dengan pekerjaan melalui wawancara
dengan klien, karyawan, atau pihak lainnya. Manajer sebagai sponsor penelitian, akan bisa memutuskan
tingkat kecanggihan data yang ingin diperoleh, berdasarkan kompleksitas dan kegawatan situasi. Manajer
sebagai pengamat partisipan dapat mengamati semua yang terjadi disekitar lingkungan kerja, mapu
memahami dinamika yang berlangsung dalam situasi.

Etika Dalam Pengumpulan Data
Etika dan Peneliti :

1. Memperlakukan informasi yang diberikan responden sebagai sangat rahasia dan menjaga privasi
responden merupakan salah satu tanggung jawab utama peneliti.
2. Peneliti tidak boleh mengemukakan hal yang tidak benar mengenai sifat penelitian kepada subjek.
3. Informasi pribadi atau yang tampaknya mencampuri sebaiknya tidak ditanyakan.
4. Apapun sifat metode pengumpulan data, harga diri dan kehormatansubjek tidak boleh dilanggar.
5. Tidak boleh ada paksaan kepada orang untuk merespon suvei.
6. Pengamat nonpartisipan harus sedapat mungkin tidak mencampuri.
7. Dalam studi lab, subjek harus diberitahu sepenuhnya mengenai alasan eksperimen setelah mereka
berpartisipasi dalam studi.
8. Subjek tidak boleh dihadapkan pada kondisi yang mengancam mereka secara fisik atau mental.
9. Tidak boleh ada penyampaian yang salah atau distorsi dalam melaporkan data yang dikumpulkan
selama studi.



Perilaku Etis Responden
1. Subjek , setelah menyetujui pilihan untuk berpartisipasi dalam sebuah studi, harus bekerja sama
sepenuhnya dalam tuganstugas yang diberikan.
2. Responden juga wajib menyampaikan respon secara benar dan jujur. Salam menyampaikan atau
memberikan informasi, meskipun mengetahui bahwa hal tersebut tidak benar, hendaknya dijauhi.



















CHAPTER 9
SAMPLING

POPULASI
Sekumpulan obyek, orang, atau keadaan yang paling tidak memiliki satu karakteristik umum yang
sama
Sekumpulan obyek, orang, atau keadaan yang menjadi perhatian peneliti dan akan digunakan oleh
peneliti untuk menggeneralisasikan hasil penelitiannya
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas; obyek/subyek mempunyai kuantitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya

SAMPEL
Sebagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan karakteristik
populasinya. Dalam analisis data, anggota sampel disebut juga unit analisis atau satuan analisis

SAMPLING (Teknik Pengambilan Sampel)
Menunjuk pada proses pemilihan individu-individu dari sebuah populasi yang akan dijadikan sebagai
sampel yang akan berpartisipasi di dalam penelitian tersebut (Fraenkel, 1990:84)
Suatu teknik atau cara dalam mengambil sampel yang representatif dari populasi.

Ukuran Populasi
Apabila populasi itu tak terhingga (tidak diketahui) maka peneliti tidak mungkin melakukan sensus
terhadapnya, karena itu harus dilakukan sampling.
Atau sekalipun ukuran populasi itu terhingga (dapat diketahui), namun apabila jumlahnya terlalu
banyak, maka tidak mungkin dilakukan sensus, sehingga untuk mengetahui karakteristik populasi
harus dilakukan sampling.

Prosedur Pengambilan Sampel
1. Menentukan tujuan penelitian
2. Menentukan populasi penelitian
3. Menentukan jenis data yang diperlukan
4. Menentukan teknik sampling
5. Menentukan besarnya sampel (sample size)
6. Menentukan unit sampel yang diperlukan
7. Memilih sampel

JENIS SAMPLING
Probability Sampling
Teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yg sama kepada seluruh anggota populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel
Ukuran populasi dimana sampel diambil hars diketahui
Setiap anggota populasi harus mempuyai kesempatan yang sama utk menjadi sampel.

1. Simple Random Sampling
Pengambilan sampel secara acak sederhana
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara
acak tanpa memmemperhatikan strata yang ada dalam populasi itu
Dilakukan jika populasinya homogen

Dengan cara undian :
a. Semua anggota populasi diberi nomor urut atau kode
b. Kode tersebut ditulis dalam kertas kecil, digulung, dan dimasukan ke dalam sebuah kotak/tempa
c. Keluarkan satu persatu sebanyak jumlah sampel yang dibutuhkan

Dengan menggunakan tabel bilangan random :
a. Semua anggota populasi diberi nomor urut
b. Tentukan jumlah sampel yang akan diambil
c. Pilih nomor-nomor yang sesuai dengan bilangan yang terdapat dalam daftar bilangan random
yang akan digunakan

Keuntungan menggunakan teknik ini peneliti tidak membutuhkan pengetahuan tentang populasi
sebelumnya, bebas dari kesalahan klasifikasi yang memungkinkan dapat terjadi; dan dengan mudah
data di analisis serta kesalahankesalahan dapat dihitung.
Kelemahan dalam teknik ini peneliti tidak dapat memanfaatkan pengetahuan yang dipunyainya
tentang populasi dan tingkat kesalahan dalam menentukan ukuran sampel lebih besar.

2. Sytematic Random Sampling
Jika jumlah populasi sangat banyak dan homogen dan jumlah sampel yang diambil juga banyak
Metode pengambilan sampel secara sistematis dengan interval (jarak) tertentu antar sampel yang
terpilih

3. Stratified Random Sampling
Jika kondisi populasi mengandung sejumlah katagori yang berbeda, maka kerangka sampel dapat
diorganisasikan dengan menggunakan katagori ini ke dalam strata yang terpisah.
Sampel kemudian dipilih masing-masing stratum secara terpisah untuk membuat stratum
berstrata.

Ada dua alasan dalam meggunakan metode ini ialah :
Untuk meyakinkan bahwa kelompok-kelompok khusus dalam suatu populasi secara memadai
diwakili dalam sampel dan
Untuk memperbaiki efisiensi dengan memperoleh kontrol yang lebih besar dalam komposisi
sampel.

a. Proportionate Stratified Random Sampling
Pengambilan sampel stratifikasi dengan mempertimbangkan proporsi atau persentase sampel
dari setiap stratum Agar perimbangan sampel dari masing-masing strata itu memadai, maka
dalam teknik ini sering pula dilakukan perimbangan antara jumlah anggota populasi berdasarkan
masing-masing strata. Pelaksanaan pengambilan sampel dengan teknik ini mulamula peneliti
menetapkan unit-unit anggota populasi dalam bentuk strata yang didasarkan pada karakteristik
umum dari anggota populasi yang berbeda-beda. Setiap unit yang mempunyai karakteristik
umum yang sama, dikelompokkan pada satu strata, kemudian dari masingmasing strata diambil
masing2 strata yang mewakilinya
b. Disproportionate Stratified Random Sampling
Dilakukan apabila proporsi atau persentase sampel pada setiap stratum tidak
mempertimbangkan perbandingan antara stratum yang satu dengan yang lainnya. Artinya dari
setiap stratum diambil jumlah sampel yang sama dengan formula n/k : di mana n (banyak sampel
yang dikehendaki), dan k (banyak stratum dalam komposisi populasi).

4. Cluster Sampling
Pengambilan Sampel Acak scra Kelompok atau gugus. Teknik sampling cluster digunakan untuk
menentukan sampel bila obyek yang akan ditehti atau sumber data sangat luas, misal penduduk dari
suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan
sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan.

5. Multistage Sampling
Pengambilan Sampel secara Gugus Bertahap
Pengambilan sampel dgn teknik ini dilakukan berdasarkan tingkat wilayah scr bertahap
Dilaksanakam bila populasi terdiri dr macam2 tingkat wilayah.

Proses pengambilan sampel secara multistage random sampling
Tentukan area populasi berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi, Kabupaten, Kecamatan atau
Kelurahan atau Karakter lainnya (pedesaan-perkotaan, pantai-pegunungan dsb)
Dari area populasi tsb diambil sampel gugus di bawahnya (misalnya apabila area populasinya provinsi
maka area gugus di bawahnya kabupaten)
Dari area gugus tsb diambil area gugus yg dibawahnya lagi (misalnya kalau area gugus diatasnya
kabupaten, maka area gugus dibawahnya adalah kecamatan) dan seterusnya.
Akhirnya semua anggota populasi dari gugus yg paling kecil (bawah) misalnya RT, diambil sbg sampel.

Non Probability/Non Random
Nonprobability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Pengambilan sampel yang
tidak didasarkan atas kemungkinan yang dpt diperhitungkan, tetapi sematamata, hanya berdasarkan pada
segi kepraktisan.

1. Systematic Sampling
Sampling Sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi
yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua
anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100. Pengambilan sampel dapat
dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya
kelipatan dari bilangan lima, untuk ini maka yang diambil sebagai sampel adalah nomor 1, 5, 10, 15,
20, dan seterusnya sampai 100.

2. Quota Sampling
Sampling Kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Teknik penarikan sampel kuota (quota sampling)
merupakan teknik penarikan sampel yang sejenis dengan menggunakan teknik penarikan sampel
stratifikasi. Perbedaanya adalah ketika menarik anggota sampel dari masing-massing lapisan, peneliti
tidak menggunakan secara acak tetapi menggunakan cara kemudahan (accidental) Contoh, akan
melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terrhadap pelayanan RS. Medika Utama , Jumlah
sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum didasarkan pada 500 orang
tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai, karena belurn memenuhi kouta yang ditentukan.

3. Insidental/ Aksidental Sampling
Teknik penarikan sampel aksidental ini didasarkan pada kemudahan (Convenience). Sampel dapat
terpilih karena berada pada waktu, situasi, dan tempat yang tepat. Teknik penentuan sampel
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti
dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai
sumber data. Sampel ini digunakan jika peneliti sulit untuk menemukan subyek yang akan diteliti

4. Purposive Sampling
Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Teknik
penarikan sampel purposive ini disebut juga judgmental sampling yang digunakan dengan
menentukan criteria khusus terhadap sampel, terutama orang-orang yang dianggap ahli. Sampel ini
lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian-penelitian yang tidak melakukan
generalisasi. Teknik ini digunakan terutama apabila hanya ada sedikit orang yang mempunyai keahlian
(expertise) di bidang yang sedang diteliti.
5. Sampling Jenuh
Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian
yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah
sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel

6. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian
membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding yang lama-lama menjadi besar. Teknik sampel bola
salju (Snowball Sampling) digunakan jika peneliti tidak memiliki informasi tentang anggota populasi.
Peneliti hanya memiliki satu nama populasi. Dari nama ini peneliti akan memperoleh nama-nama
lainnya. Teknik ini biasanya digunakan jika peneliti meneliti kasus yang sensitive atau rahasia.
Misalnya tentang jaringan peredaran narkoba. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu
atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang
diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data
yang diberikan oleh dua orang sebelumnya Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin
banyak. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampling purposif dan snowball sampling.















CHAPTER 11
QUANTITATIVE DATA ANALYSIS

Langkah dalam data analisis :
1. Mendapatkan data yang siap analyis
2. Mendapatkan merasakan data
3. Pengujian kebaikan data
4. Pengujian hipotesis

Mendapatkan Data Siap Untuk Analisis
Editing Data
Data yang harus diedit
Informasi yang mungkin telah ditentukan oleh para pewawancara , pengamat , atau peneliti terburu-
buru harus jelas diuraikan sehingga dapat dikodekan secara sistematis secara keseluruhan
Data kuesioner dikirimkan masuk harus diperiksa untuk ketidaklengkapan dan inkonsistensi

Penanganan Tanggapan Kosong
Tidak semua responden menjawab setiap item dalam kuesioner
Kosong karena responden tidak memahami pertanyaan itu , tidak tahu jawabannya , tidak bersedia
untuk menjawab , atau hanya acuh tak acuh terhadap kebutuhan untuk menanggapi seluruh
kuesioner
Cara untuk menangani respon kosong :
Tentukan titik tengah dalam skala sebagai respon terhadap item tertentu
Biarkan komputer untuk mengabaikan respon kosong saat analisis dilakukan
Tetapkan ke item nilai rata-rata dari tanggapan semua orang yang telah merespon bahwa barang
tertentu
Berikan item rata-rata dari tanggapan responden tertentu atas semua pertanyaan lain yang
mengukur variabel ini
Berikan respon yang hilang nomor acak dalam jangkauan untuk skala



Coding
Kode tanggapan
Coding Lembar pertama untuk menuliskan data dari kuesioner dan kemudian masukkan data

Kategorisasi
Mengatur skema untuk mengkategorikan variabel sedemikian rupa sehingga beberapa item
mengukur konsep semua dikelompokkan bersama
Tanggapan untuk beberapa pertanyaan bernada negatif juga harus dibalik sehingga semua jawaban
berada dalam arah yang sama

Memasukkan Data
Data Kuesioner dikumpulkan pada scanner lembar jawaban atau data mentah tha manual mengetik
ke dalam komputer

Analisis Data
Tujuan dalam analisis data :
1. Mendapatkan merasakan data
2. Pengujian kebaikan data
3. Pengujian hipotesis yang dikembangkan untuk penelitian

Feel For Data
Pemeriksaan ukuran tendensi sentral , dan bagaimana cluster atau tersebar variabel adalah ,
memberikan ide yang baik dari seberapa baik pertanyaan-pertanyaan yang dibingkai untuk tapping
konsep
Statistik memberikan merasakan data :
Distribusi frekuensi untuk variabel demografi
The mean, standar deviasi , range, dan varians pada variabel dependen dan independen lainnya
Sebuah matriks interkorelasi variabel , terlepas dari apakah atau tidak hipotesis secara langsung
berhubungan dengan analisis tersebut



Pengujian Kebaikan Data
Keandalan
Konsistensi dan stabilitas Pengujian
Konsistensi menunjukkan seberapa baik item mengukur konsep bersatu sebagai satu set
Alpha Cronbach adalah koefisien reliabilitas yang menunjukkan seberapa baik item dalam set tersebut
berkorelasi positif dengan satu sama lain
Alpha Semakin dekat Cronbach adalah untuk 1 , semakin tinggi reliabilitas konsistensi internal

Validitas
Validitas faktorial dapat dibentuk dengan mengirimkan data untuk analisis faktor
Hasil analisis faktor ( teknik multivariat ) akan mengkonfirmasi apakah atau tidak dimensi teori muncul

Hipotesis Pengujian
Uji hipotesis yang sudah dikembangkan untuk penelitian


















CHAPTER 12
QUANTITATIVE DATA ANALYSIS : HYPOTHESIS TESTING


Tipe Kesalahan dalam Pengujian Hipotesis
Type I error
Besarnya probabilitas menolak hipotesis yang benar. Besarnya kesalahan tipe I adalah
Type II error
Besarnya probabilitas menerima hipotesis yang salah. Besarnya kesalahan tipe II adalah 1- =

























CHAPTER 13
QUALITATIVE DATA ANALYSIS

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata atau yang berwujud pernyataan-pernyataan verbal,
bukan dalambentuk angka. Data kualitatif diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data
misalnya wawancara, analisis dokumen, diskusi terfokus,atau observasi yang telah dituangkan dalam
catatan lapangan (transkrip).

Data Reduction ( Reduksi Data )
Data yang diperoleh dari lapangan sangat banyak oleh karena itu perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk
itu perlu segera dilakukan analisis data melalui rediksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal- hal yang pokok, memfokuskan pada hal- hal yang penting, dicari tema dan polanya. Hal ini berarti
data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan .
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari
penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, jika peneliti dalam melakukan penelitian,
menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang
harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. Ibarat melakukan penelitian di laut,
maka ikan-ikan atau terumbu karang yang belum dikenal selama ini, justru dijadikan fokus untuk
pengamatan selanjutnya.

Data Display (Penyajian Data)
Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dan penyajian data yang sering digunakan dalam penelitian
kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.

Conclusion Drawing atau Verification
Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan
kesimpulan. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah apabila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung dengan bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data maka kesimpulan yang dikemukakan
merupakan kesimpulan yang kredibel.

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif kemungkinan dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal atau kemungkinan juga tidak karena seperti yang telah diketahui bahwasanya masalah dan
rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah
penelitian berada di lapangan. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru yang
sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa diskusi atau gambaran suatu objek yang
sebelumnya masih samar-samar sehingga setelah diteliti menjadi jelas. Kesimpulan dapat berupa
hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.




















JAWABAN KISI KISI METPEN
Metode Pengumpulan Data
1. Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada responden. Jawaban responden
atas semua pertanyaan dalam kuesioner kemudian dicatat/direkam
2. Observasi , pengamatan melibatkan semua indera (penglihatan, pendengaran, penciuman, pembau,
perasa). Pencatatan hasil dapat dilakukan dengan bantuan alat rekam elektronik
3. Wawancara, Pengambilan data melalui wawancara /secara lisan langsung dengan sumberdatanya,
baik melalui tatap muka atau lewat telephone, teleconference. Jawaban responden direkam dan
dirangkum sendiri oleh peneliti.
4. Dokumen, Pengambilan data melalui dokumen tertulis mamupun elektronik dari lembaga/institusi.
Dokumen diperlukan untuk mendukung kelengkapan data yang lain.
Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi :
1. Uji Kredibilitas (validitas internal)
Pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara :
Perpanjangan pengamatan artinya peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan,
melakukan wawancara dengan sumber data, baik yang pernah ditemui maupun yang baru
ditemui. Dengan perpanjangan pengamatan ini, hubungan peneliti dengan narasumber akan
semakin terbentuk dan semakin akrab, semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada
informasi yang disembunyikan lagi.
Pada tahap awal memasuki lapangan, peneliti masih dianggap orang asing, masih dicurigai
sehingga informasi yang diberikan belum lengkap, tidak mendalam, dan mungkin masih banyak
yang dirahasiakan. Dengan perpanjangan pengamatan ini, peneliti mengecek kembali apakah
data yang diberikan selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. Bila data yang telah
diperoleh selama ini setelah dicek kembali pada sumber data asli atau sumber data lain tidak
benar, peneliti melakukan pengamatan lagi secara lebih luas dan mendalam sehingga diperoleh
data yang pasti kebenarannya. Lamanya perpanjangan pengamatan ini dilakukan sangat
bergantung kepada kedalaman, keluasan, dan kepastian data.
Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan
berkesinambungan. Dengan cara tersebut, kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat
direkam secara pasti dan sistematis. Meningkatkan ketekunan ibarat mengecek soal-soal atau
makalah yang dikerjakan, ada yang salah atau tidak. Dengan meningkatkan ketekunan itu, peneliti
dapat melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah ditemukan itu salah atau tidak.
Selain itu, peneliti juga dapat mendeskripsi data secara akurat dan sistematis
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan demikian, triangulasi terdiri atas
triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu. Triangulasi sumber
dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Data yang
diperoleh dari beberapa sumber tersebut dideskripsikan, dikategorikan, dan akhirnya diminta
kesepakatan (member check) untuk mendapatkan kesimpulan. Triangulasi teknik dilakukan
dengan cara mengecek data pada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Triangulasi
waktu berkaitan dengan keefektifan waktu. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di
pagi hari pada saat narasumber masih segar dan belum banyak masalah akan memberikan data
yang valid sehingga lebih kredibel.
Analisis kasus negatif. Kasus negatif adalah kasus yang tidak sesuai atau berbeda dengan hasil
penelitian hingga pada saat tertentu. Peneliti berusaha mencari data yang berbeda atau bahkan
bertentangan dengan data yang telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau
bertentangan dengan temuan, berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.
Menggunakan bahan referensi. Yang dimaksud dengan bahan referensi adalah adanya
pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh peneliti. Bahan referensi ini
dapat berupa foto-foto, rekaman, dan dokumen autentik.
Member check adalah proses pengecekan data yang berasal dari pemberi data. Ia bertujuan untuk
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi
data. Apabila data yang ditemukan disepakati oleh pemberi data, berarti data tersebut valid
sehingga semakin kredibel. Namun, jika data yang diperoleh peneliti tidak disepakati oleh
pemberi data, peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data dan apabila terdapat
perbedaan tajam setelah dilakukan diskusi, peneliti harus mengubah temuannya dan
menyesuaikannya dengan data yang diberikan oleh peneliti. Pelaksanaan member check dapat
dilakukan setelah satu periode pengumpulan data selesai atau setelah mendapatkan suatu
temuan atau kesimpulan.

2. Pengujian Transferability (validitas ekseternal)
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal
menunjukkan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian kepada populasi tempat
sampel penelitian diperoleh. Nilai transfer ini berkenaan dengan pertanyaan sejauh mana hasil
penelitian dapat digunakan dalam situasi yang lain. Bagi peneliti naturalistik, nilai transfer bergantung
kepada pemakai. Agar orang lain dapat memahami hasil penelitian kualitatif sehingga ada
kemungkinan untuk menerapkan hasil penelitian tersebut, peneliti dalam membuat laporannya harus
memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan demikian, pembaca
menjadi jelas dalam memahami hasil penelitian tersebut sehingga ia dapat memutuskan dapat atau
tidaknya mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di tempat lain.

3. Pengujian Dependability (reliabilitas)
Dependability disebut juga dengan reliabilitas. Penelitian yang reliabel adalah apabila orang lain dapat
mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian kualitatif, uji dependability
ditempuh dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Audit dilakukan oleh
auditor yang independen atau pembimbing.

4. Pengujian Conformability (objektivitas)
Pengujian conformability dalam penelitian kualitatif disebut juga objektivitas penelitian. Penelitian
dikatakan objektif jika hasil penelitian telah disepakati banyak orang. Menguji conformability berarti
menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila hasil penelitian merupakan
fungsi dari proses penelitian yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa penelitian tersebut telah
memenuhi standar conformability. Dalam penelitian jangan sampai proses tidak ada, tetapi hasilnya
ada
Observasi Partisipatif
Peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang diucapkan dan berpartisipasi
dalam aktivitas yang diteliti (Susan Stainback:1998)
Klasifikasi (Sanafiah Faisal:1990)
Partisipasi Pasif : Peneliti mengamati tapi tidak terlibat dalam kegiatan tersebut.
Partisipasi Moderat peneliti ikut observasi partisipatif pada beberapa beberapa kegiatan saja, tidak
semua kegiatan.
Partisipasi Aktif : Peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan narasumber, tapi belum sepenuhnya
lengkap
Partisipasi Lengkap : Peneliti terlibat sepenuhnya dalam kegiatan narasumber
Observasi Terus Terang atau Tersamar
Peneliti berterus terang kepada narasumber bahwa ia sedang melakukan penelitian.
Suatu saat peneliti melakukan tidak berterus terang agar dapat mengetahui informasi yang
dirahasiakan narasumber.
Observasi tak Berstruktur
Dilakukan dengan tidak Berstruktur karena fokus penelitian belum jelas
Apabila masalah sudah jelas, maka dapat dilakukan secara berstruktur dengan menggunakan
pedoman observasi
Wawancara tak tersuktur: tidak ada pertanyaaan khusus atau urutan topik yang akan didiskusikan,
dimana masing wawancara disesuaikan dengan masing-masing peserta, biasanya dimulai dengan
narasi seorang peserta.
Wawancara semi terstruktur: biasanya dimulai dengan beberapa pertanyaan khusus dan selanjutnya
sudut pandang masing-masing individu sejalan dengan penggalian lebih lanjut oleh pewawancara.
Wawancara terstruktur: menggunakan petunjuk wawancara yang rinci, seperti kuesioner (pedoman
wawancara), untuk mengatur urutan pertanyaan serta cara-cara khusus pengajuan pertanyaan, namun
pertanyaannya biasanya tetap terbuka.
MODEL-MODEL ANALISIS DATA KUALITATIF
Model Miles dan HubermanMiles dan Huberman (1984), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
datanya jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu : data reduction, data display, dan conclusion
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan
rinci. Mereduksi data berarti : merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Data yang telah direduksi
akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Reduksi data bisa dibantu dengan alat elektronik seperti : komputer , dengan memberikan kode pada
aspek-aspek tertentu. Dengan reduksi , maka peneliti merangkum, mengambil data yang penting,
membuat kategorisasi, berdasarkan huruf besar, huruf kecil dan angka. Data yang tidak penting
dibuang.
2. Data Display (Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah berikutnya adalah mendisplaykan data.Display data dalam
penelitian kualitatif bisa dilakukan dalam bentuk : uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sebagainya. Miles dan Huberman (1984) menyatakan : the most frequent form of
display data for qualitative research data in the pas has been narative tex artinya : yang paling sering
digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat naratif. Selain
dalam bentuk naratif, display data dapat juga berupa grafik, matriks, network (jejaring kerja).
Fenomena sosial bersifat kompleks, dan dinamis sehingga apa yang ditemukan saat memasuki
lapangan dan setelah berlangsung agak lama di lapangan akan mengalami perkembangan data.
Peneliti harus selalu menguji apa yang telah ditemukan pada saat memasuki lapangan yang masih
bersifat hipotetik itu berkembang atau tidak. Bila setelah lama memasuki lapangan ternyata hipotesis
yang dirumuskan selalu didukung data pada saat dikumpulkan di lapangan, maka hipotesis tersebut
terbukti dan akan berkembang menjadi teori yang grounded. Teori grounded adalah teori yang
ditemukan secara induktif, berdasarkan data-data yang ditemukan di lapangan, dan selanjutnya diuji
melalui pengumpulan data yang terus menerus. Bila pola-pola yang ditemukan telah didukung oleh
data selama penelitian, maka pola tersebut menjadi pola yang baku yang tidak lagi berubah. Pola
tersebut selanjutnya didisplaykan pada laporan akhir penelitian.
3. Conclusion Drawing/verification
Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan
masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Namun bila kesimpulan memang telah
didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan
data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (dapat dipercaya).
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif
masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya
belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih
belum jelas, sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
Pengujian Validitas Dan Reliabilitas Penelitian Kualitatif dan Kuantitaif

Dalam penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid, reliabel dan obyektif, maka penelitian
digunakan dengan menggunakan instrumen yang valid dan releabel, dilakukan pada sampel yang
mendekati jumla populasi dan pengompulan serta analisis data dilakukan dengan cara yang benar. Dalam
penelitian kuantitatif, untuk mendapatkan data yang valid dan releabel yang diuji validitas dan
reliabilitasnya adalah instrumin penelitiannya, oleh karena itu susunan stainback (1988) menyatakan
bahwa penelitian kuantitatif lebih menekankan pada aspek reliabilitas, sedangkan penelitian kualitatif
lebih pada aspek validitas.

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tiadak ada perbedaan antara
yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang ditiju, tetepi perlu
diketahui bahwa kebenaran realita data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak
dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam dri sesorang vsebagai hasil proses mental tiap
individu dengan berbagai latar belakangnya. Oleh karena itu bila terdapat 10 peneliti dangan latar
belakang yang berbeda meneliti pada obyek yang sama akan mendapatkan 10 teman, dan semuanya
dinyatakan valid, kalau apa yang ditemukan itu tidak berbeda dengan kenyataan yang sesungguhnya yang
terjadi pada obyek yang diteliti dalam obyek yang sama peneliti yang berlatar belakang manajemen,
antropologi, sosiologi, kedokteran, tiknik dan sebainya

Pengertian reliabilitas dalam penelitian kuantitatif, sangat berbeda dengan reliabilitas dalam penelitian
kualitatif.hal ini terjadi karena terdapat perbedaan pradigma dalam melihat realitas, selain itu, cara
meleporkan penelitian bersifat ideosyneratic dan individualistik, selalu berbeda dari orang perorang. Tipe
peneliti memberi laporan menurut bahasa dan jalan pikiran sendiri.

Validitas Dan Reliabilitas Dalam Penelitian Kualitatif
Ada perbedaan yang mendasar mengenai validitas dan reliabilitas dalam penelitian kuantitatif dan
penelitian kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel yang
diuji validitas dan reliabilitasnya adalah instrumen penelitiannnya. Sedangkan dalam penelitian kualitatif
yang diuji adalah datanya. Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila
tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek
yang diteliti.
Validitas dalam penelitian kualitatif menunjukkan sejauhmana tingkat interpretasi dan konsep-konsep
yang diperoleh memiliki makna yang sesuai antara peneliti dan partisipan. Dengan kata lain, partisipan
dan peneliti memiliki kesesuaian dalam mendeskripsikan suatu peristiwa terutama dalam memaknai
peristiwa tersebut.
Pengertian reliabilitas dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif pun berbeda. Dalam penelitian kualitatif
sutau relaitas itu bersifat majemuk/ganda, dinamis/selalu berubah, sehingga tidak ada yang konsisten,
dan berulang seperti semula. Situasi senantiasa berubah demikian juga perilaku manusia yang terlibat
didalamnya.
Pelaporan penelitian kualitatif pun bersifat individu, atau berbeda antara peneliti satu dengan peneliti
lainnya. Bahkan untuk obyek yang sama, apabila ada 5 peneliti dengan latar belakang yang berbeda, akan
diperoleh 5 laporan penelitian yang berbeda pula. Peneliti yang berlatar belakang pendidikan tentu akan
menemukan dan melaporkan hasil penelitian yang berbeda dengan peneliti yang berlatarbelakang
sosiologi.
Oleh karena itu penelitian kualitatif sering dikatakan bersifat subyektif dan reflektif. Dalam penelitian
kualitatif tidak digunakan instrumen yang standar tetapi peneliti bertindak sebagai instrumen. Data
dikumpulkan secara verbal diperkaya dan diperdalam dengan hasil pengamatan, mendengar, persepsi,
pemaknaan/penghayatan peneliti. Namun demikian peneliti meskipun melibatkan segi subyektifitas , dia
harus disiplin dan jujur terhadap dirinya sebab penelitian kualitatif harus memiliki objektifitas pula.
Objektifitas disini berarti data yang ditemukan dianalisis secara cermat dan teliti, disusun, dikategorikan
secara sistematik, dan ditafsirkan berdasarkan pengalaman, kerangka berpikir, persepsi peneliti tanpa
prasangka dan kecenderungan-kecenderungan tertentu.

Validitas, reliabilitas, dan obyektivitas pada penelitian kuantitatif.
Validitas penelitian kuantitatif.
Validitas suatu data berkenaan dengan derajat ketepatan antara data lapangan dengan data yang
dilaporkan oleh peneliti. Menurut Sugitono (2007; 363) dikatakan, validitas dibedakan menjadi dua yaitu
validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal berkaitan dengan berkenaan dengan akurasi
desain penelitian dengan hasil yang dicapai, misalnya disain penelitianna tentang kandungan gizi dan
nutrisi biji durian petruk, maka data yang diperoleh tentang kandungan gizi dan nutrisi biji durian petruk,
bukannya dala lain.
Untuk mendapatkan data yang valid dalam metode kuantitatif diperlukan instrumen yang valid, oleh
karenanya diperlukan uji validitas instrument. Validitas instrument menggambarkan tingkat instrument
yang mampu mengukur apa yang akan diukur (Suharsimi Arikunto; 2003: 219). Di sini dijelaskan ada dua
jenis validitas instrument penelitian yaitu: validitas logis dan validitas empiris. Maksud dari validitas logis
apabila instrument tersebut secara analisis akal sudah sesuai dengan isi dan aspek yang diungkapkan.
Sedangkan validitas empiris apa bila suatu instrument dapat mengungkap semua data yang ditangkap
oleh panca indera yang ada pada obyek di lapangan.
Reliabilitas penelitian kuantitatif.
Reliabilitas berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan. Suatu data dikatakan
reliabel bila diteliti oleh peneliti yang berbeda diperoleh data yang sama, begitu juga bila dilakukan dalam
waktu yang tidak sama didapat data yang sama, tentunya berkenaan pada sampel yang sama. Contoh:
kadar alcohol pada minuman bermerk topi miring lebih dari 10%, dan sangat membahayakan
peminumnya. Minuman merk ini bila diteliti oleh peneliti yang berbeda tetap data yang dihasilkan sama,
begitu juga dilakukan berulang kali juga sama.
Obyektivitas penelitian kuantitatif
Obyektivitas berkenaan dengan derajat kesepakatan antar banyak orang terhadap data, sekarang timbul
pertanyaan apakah data yang disepakati antar oaring banyak itu valid dan reliabel? Data yang obyektif
memiliki kecenderungan valid dan reliabel tetapi belum tentu semua data yang obyektif valid dan reliabel.
Apa lagi kalau data pada penelitian kualitatif berkenaan dengan manusia tidak ada jaminan kesepakatan
orang banyak itu valid dan reliabel, karena manusia makhluk yang sangat komplek. Dahulu sebelum ada
teori matahari pusat tata surya, orang-orang mempercayai bumilah pusat tata surya dan itu berlaku
ratusan tahun, tetapi setelah ada pendapat seorang ilmuawan bahwa matahari sebagai pusat tata surya
hampir semua orang tidak percaya.
Dari penjelasan di atas jelas kiranya dalam penelitian kuantitatif data hendaknya memiliki tingkat validitas,
reliabilitas, dan obyektivitas. Untuk mendapatkan data tersebut perlu instrument yang valid, sehingga
dalam penelitian kuantitatif yang diuji bukan datanya tetapi instrumennya.

Probability sampling
biasa juga dikenal dengan random sampling. Pada saat memilih unit sampling, sangat diperhatikan bahwa
besarnya satuan sampling untuk terpilih ke dalam sampel tidak boleh sama dengan nol.

Yang termasuk probability sampling antara lain:
SIMPLE RANDOM SAMPLING
Dalam Simple Random Sampling, satuan sampling dipilih secara acak. Besar peluang untuk terpilih
harus diketahui dan bernilai sama. Namun, tidak setiap saat kita menggunakan random sampling.
Semua tergantung pada populasi. Jadi, semakin besar populasi, maka penggunaan Simple Random
Sampling ini akan semakin rumit dan memakan waktu.
Contoh: Misalnya ada sebuah penelitian mengenai Kualitas Dosen Universitas Bina Nusantara
dengan sampel adalah seluruh dosen yang ada di Universitas Bina Nusantara. Kemudian akan
dilakukan pengambilan sampel / pemilihan sampel secara acak tanpa melakukan pengelompokkan.
Dengan demikian, peluang masing-masing dosen untuk terpilih sebagai sampel adalah sama.

STRATIFIED RANDOM SAMPLING
Kali ini, populasi yang ada di bagi ke dalam strata yang merupakan sub populasi. Hal ini dilakukan
untuk membentuk strata yang di dalamnya terdapat satuan-satuan sampling yang mempunyai nilai
yang relatif sama atau homogen.
Contoh: Misalnya (masih menggunakan contoh di atas) semua dosen yang ada kita klasifikasikan
menjadi dosen untuk mahasiswa tingkat pertama, kedua, ketiga, dan keempat (yang selanjutnya akan
disebut sebagai strata). Kemudian dari masing-masing strata tersebut dilakukan teknik pengambilan
sampel dengan Simple Random Sampling seperti di atas.

CLUSTER RANDOM SAMPLING
Berbeda dengan Stratified Random Sampling, kali ini populasi harus dikelompokkan ke satuan-satuan
sampling yang lebih besar yang disebut cluster. Berbeda dengan pembentukan strata, pembentukkan
cluster harus berbeda atau heterogen. Cara pemilihannya dilakukan dalam beberapa tahap.
a) Memilih cluster dengan cara simple random sampling.
b) Memilih satuan sampling dalam cluster. Jika pemilihan dilakukan lebih dari dua kali disebut Multi
stage Cluster Sampling.
Contoh: Misalnya dalam penelitian yang sama seperti di atas, karena Universitas Bina Nusantara
memiliki beberapa cabang dengan banyak dosen, maka dipilihlah salah satunya seperti Kelapa Dua.
Kemudian dari Kelapa Dua itu, di pilih lagi kampus mana yang akan dicari misalnya E, G, atau H. Dan
terakhir, dipilihlah dosen dari salah satu kampus tersebut.

Non Probability Sampling
adalah metode yang tidak didasarkan pada mekanisme yang random dalam pemilihan sampel penelitian.
Pada Non Probability Sampling ini sampel dipilih karena pertimbangan-pertimbangan tidak acak, seperti
kesesuaian sampel dengan kriteria-kriteria yang dirumuskan peneliti.
Contoh, penelitian yang ditujukan untuk mengetahui kualitas dosen Universitas Bina Nusantara seperti di
atas. Peneliti dalam hal ini tidak memilih sampel secara random tetapi memilih bebrapa mahasiswa yang
diyakini peneliti mampu memberikan informasi yang dibutuhkan.
Non Probability Sampling terdiri atas tiga bagian:

HAPHAZARD SAMPLING
Haphazard sampling disebut juga accidental atau convenient sampling. Pada teknik sampling ini, kita
akan mengambil sampling tanpa memperhitungkan derajat kepresentatifannya tetapi lebih kepada
kenyamanan peneliti.
Contoh: adalah the person-on-the-street interview yang dilakukan dalam suatu program TV. Reporter
TV biasanya mewawancarai mereka yang dijumpai di jalan, tetapi umumnya menghindari mereka
yang kelihatan tidak menarik, miskin, sangat tua, dan tidak berpendidikan.
Pada contoh di atas, mereka yang diwawancarai oleh reporter TV pada dasarnya tidak mewakili
populasi manapun. Hasil dari penelitian yang demikian tidak dapat digeneralisasikan.



SNOWBALL SAMPLING/QUOTA SAMPLING
Satuan sampling dipilih atau ditentukan berdasarkan informasi dari responden sebelumnya.
Contoh: Misalnya ada penelitian yang bertujuan untuk mencari cara yang efektif dalam
mensosialisasikan program-program kemahasiswaan. Sampel pertama barangkali bisa dipilih Ketua
BEM, kepada dia kita bertanya, siapa lagi (sebagai sampel ke-2) yang kira-kira bisa diwawancara untuk
ditanya pendapatnya. Demikian seterusnya sehingga informasi dirasa sudah memadai.

PURPOSIVE SAMPLING
Disebut juga Judgment Sampling. Satuan sampling dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu dengan
tujuan untuk memperoleh satuan sampling yang memiliki karakteristik yang dikehendaki.
Contoh: Misalnya dalam sebuah penelitian pengelolaan pendidikan yang bertujuan untuk melihat
daya saing SMA dalam kerangka WTO, barangkali untuk tahap awal akan lebih baik sampel dipilih dari
SMA yang memiliki nilai UAN baik, populer di masyarakat, serta kelulusan siswa masuk PTN cukup
tinggi.

Anda mungkin juga menyukai