Anda di halaman 1dari 8

ANATOMI PAYUDARA

Kalang Payudara (Areola Mammae) Letaknya mengelilingi putting susu dan berwarna kegelapan yang
disebabkan oleh penipisan pigmen pada kulitnya. Perubahan warna ini tergantung dari corak kulit dan
adanya kehamilan. Pada wanita yang corak kulitnya kuning langsat akan berwarna jingga kemerahan,
bila kulitnya kehitaman maka warnanya lebih gelap. Selama kehamilan warna akan menjadi lebih gelap
dan warna ini akan menetap untuk selanjutnya, jadi tidak kembali lagi seperti warna asli semula. Pada
daerah ini akan didapatkan kelenjar keringat, kelenjar lemak dari Montgomery yang membentuk
tuberkel dan akan membesar selama kehamilan. Kelenjar lemak ini akan menghasilkan suatu bahan dan
dapat melicinkan kalang payudara selama menyusui. Di kalang payudara terdapat duktus laktiferus yang
merupakan tempat penampungan air susu.
Putting Susu Terletak setinggi interkosta IV tetapi berhibung adanya variasi bentuk dan ukuran payudara
maka letaknya akan bervariasi. Pada tempat ini terdapat lubnag-lubang kecil yang merupakan muara
dari duktus laktiferus, ujung-ujung serat saraf, pembuluh darah, pembuluh getah bening, serat-serat
otot polos yang tersusun secara sirkuler sehingga bila ada kontraksi maka duktus laktiferus akan
memadat, dan menyebabkan putting susu ereksi, sedangkan serat-serat otot yang longitudinal akan
menarik kembali putting susu tersebut.
Payudara terdiri dari 15-25 lobus. Masing-masing lobus terdiri dari 20-40 lobulus. Selanjutnya masing-
masing lobulus terdiri dari 10-100 alveoli dan masing-masing dihubungkan dengan saluran air susu
(system duktus) sehingga merupakan suatu pohon.
FISIOLOGI LAKTASI
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara rangsangan mekanik, saraf, dan
bermacam-macam hormone. Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI, dapat dibedakan menjadi
tiga bagian, yaitu :
Pembentukan Kelenjar Payudara
Sebelum Pubertas Duktus primer dan duktus sekunder sudah terbentuk pada masa fetus. Mendekati
Pubertas terjadi pertumbuhan yang cepat dari system duktus terutama di bawah pengaruh hormon
estrogen sedang pertumbuhan alveoli oleh hormone progesterone. Hormon yang juga ikut berperan
adalah prolaktin yang dikeluarkan oleh kelenjar anterior adrenalin, tiroid, paratiroid dan hormone
pertumbuhan.
Masa Pubertas Pada masa system duktus proliferasi dan kanalisasi dari unit-unit lobulo alveolar yang
terletak pada ujungujung distal duktulus. Jaringan penyangga stoma mengalami organisasi dan
membentuk septum interlobalir.
Masa siklus menstruasi Perubahan kelenjar peyudara wanita dewasa berhubungan siklus mentruasi dan
pengaruh pengaruh hormone yang mengatur siklus tersebut seperti estrogen dan progrsteron yang
dihasilkan oleh korpus luteum. Bila kadar hormone tersebut meningkat maka akan terjadi edema
lobulus, secara klinik payudara dirasakan berat mentruasi kadar estrogen dan progesterone, berkurang.
Yang bekerja hanya prolaktin saja. Oedem berkurang berkurang juga. Hal ini menyebabkan payudara
besar sampai umur 30 tahun.
Masa Kehamilan Pada awal kehamilan terjadi perningkatan yang jelas dari duktus yang baru,
percabangan-percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon-hormon plasenta dan korpus
luteum. Hormon yang kurang berperan adenohipofise adalah hormone ini terjadi pertumbuhan
percabangan-percabangan dan penuh. Sehingga besar payudara selalu tambah pada tiap siklus ovulasi
mulai dari permulaan mentruasi plasenta dan korpus luteum. Hormon yang membantu mempercepat
pertumbuhan plasenta, korionik gonadotropin,insulin ,kortisol hormone tiroid, parathyroid, dan hormon
pertumbuhan.
Pada 3 bulan Kehamilan Prolaktin dari adenohipofise/hipofise anterior mulai merangsang kelenjar air
susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini kolostrum masih di hambat
oleh estrogen dan progesteron. tetapi jumlah prolaktim meningkat hanya aktifitas dalam pembuatan
kolostrum yang ditekan.
Pada Trimester kedua Kehamilan Laktogen plasenta mulai merangsang pembentukan kolostrum.
Keaktifan dari rangsangan hormone-hormon terhadap pengeluaran air susu telah didemontrasikan
kebenararannya bahwa seorang ibu yang melahirkan bayi berumur 4 bulan dimana bayinya meninggal ,
tetap keluar kolostrum.
Pembentukan Air Susu
Pembentukan air susu sangat dipengaruhi oleh hormon prolaktin dan kontrol laktasi serta penekanan
fungsi laktasi. Pada seorang ibu yang menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing berperan sebagai
pembentukan dan pengeluaran air susu refleks prolaktin dan refleks Letdown
Refleks prolaktin.
Seperti telah dijelaskan bahwa menjelang akhir kehamilan terutama hormon prolaktin memagang
peranan untuk membuat kolostrum, namun jumlah kolostrum terbatas, karena aktifitas prolaktin
dihambat oleh estrogen dan progesteron yang kadarnya memang tinggi. Setelah partus berhubung
lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum maka estrogen dan progesteron sangat
berkurang, ditambah lagi dengan adanya isapan bayi yang merangsang puting susu dan kalang payudara,
akan merangsang ujung-ujung saraf sensoris yang befungsi sebagai reseptor mekaink. Rangsangan ini
dilanjutkan ke hipotalamus melalui medula spinalis dan mesensephalon. Hipotalamus akan menekan
prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-
faktor yang memacu sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise (hipofise anterior) sehingga
keluar prolaktin. Hormon ini merangsan sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu. Kadar
prolaktin pada ibu yang menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan
anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walaupun ada isapan bayi, namun
pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu yang melahirkan anak tetapi tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada
minggu ke 2-3. Pada ibu yang menyusui, prolaktin akan meningkat dalam keadaan-keadaan seperti,
pengeluaran faktor-faktor yang menghambat :
stres atau pengaruh psikis
anastesi
operasi
rangsangan puting susu
hubungan kelamin
obat-obatan tranqulizer hipotalamus seperti reserpin, klorpromazin,fenotiazid.
Sedangkan keadaan-keadaan yang menghambat pengeluaran prolaktin adalah :
gizi ibu yang jelek
obat-obatan
Refleks letdown (milk ejection reflex).
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise, rangsangan yang berasal dari isapan
bayi ada yang dilanjutkan ke neurohipofise (hipofise posterior) yang kemudian dikeluarkan oksitosin.
Melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada
uterus sehingga terjadi involusi dari organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan
mempengaruhi sel mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah terbuat dari
alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus masuk
kemulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan refleks letdown adalah:
melihat bayi
mendengarkan suara bayi
mencium bayi
memikirkan untuk menyusui bayi
Faktor-faktor yang menghambat refleks let down adalah :
Feedback Inhibitor Suatu factor local, bila saluran ASI penuh mengirim impuls untuk mengurangi
prosuksi. Cara mengatasi: saluran dikosongkan secara teratur (ASI ekslusif dan tanpa jadwal).
Stres seperti : keadaan bingung/pikiran kacau, takut, Cemas, Penyapihan
Bila ada stres dari ibu yang menyusui maka akan terjadi suatu blokade dari refleks letdown. Ini
disebabkan oleh karena adanya pelepasa ndari adrenalin (epinefrin) yang menyebabkan vasokontraksi
dari pembuluh darah alveoli, sehingga oksitoein sedikit harapannya untuk dapat mencapai target organ
mioepitelium. Akibat dari tidak sempurnanya refleks letdown maka akan terjadi penumpukan air susu di
dalam alveoli yang secara klinis tampak payudara membesar. Payudara yang besar dapat berakibat
abses, gagal untuk menyusui dan rasa sakit. Rasa sakit ini akan merupakan stres lagi bagi seorang ibu
sehingga stres akan bertambah. Karena refleks letdown tidak sempurna maka bayi yang haus jadi tidak
puas. Ketidak puasan ini akan merupakan tambahan stres bagi ibunya. Bayi yang haus dan tidak puas ini
akan berusaha untuk dapat air susu yang cukup dengan cara menambah kuat isapannya sehingga tidak
jarang dapat menimbulkan luka-luka pada puting susu dan sudah barang tentu luka-luka ini akan
dirasakan sakit oleh ibunya yang juga akan menambah stres-nya tadi. Dengan demikian akan terbentuk
satu lingkaran setan yang tertutup (circulus vitiosus) dengan akibat kegagalan dalam menyusui.
Pemeiharaan Pengeluaran Air Susu
Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur kadar prolaktin dan oksitosin
dalam darah. Hormon-hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran permulaan dan pemeliharaan
penyediaan air susu selama menyusui. Proses menyusui memerlukan pembuatan dan pengeluaran air
susu dari alveoli ke sistem duktus.
Bila susu tidak dikeluarkan akan mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan
terlambatnya proses menyusui. Berkurangnya rangsangan menyusui oleh bayi misalnya bila kekuatan
isapan yang kurang, frekuensi isapan yang kurang da singkatnya waktu menyusui ini berarti pelepasan
prolaktin dari hipofise berkurang, sehingga pembuatan air susu berkurang, karena diperlukan kadar
prolaktin yang cukup untuk mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak minggu pertama
kelahiran.
MEKANISME MENYUSUI
Bayi yang sehat mempunyai 3 refleksi intrinsik, yang diperlukan untuk berhasilnya menyusui seperti:
Refleksi mencari (Rooting reflekx). Payudara ibu yang menempel pada pipi atau derah sekeliling mulut
merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi
berputar menuju puting susu yang menempel tadi diikuti dengan membuka mulut dan kemudian puting
susu ditarik masuk ke dalam mulut.
Refleks mengisap (Sucking reflex) Tehnik menyusui yang baik adalah apabila kalang payudara sedapat
mungkin semuanya masuk ke dalam mulut bayi, tetapi hal ini tidak mungkin dilakukan pada ibu yang
kalang payudaranya besar. Untuk itu maka sudah cukup bila rahang bayi supaya menekan sinus
laktiferus yang terletak di puncak kalang payudara di belakang puting susu. Adalah tidak dibenarkan bila
rahang bayi hanya menekan puting susu saja, karena bayi hanya dapat mengisap susu sedikit dan pihak
ibu akan timbul lecet-lecet pada puting susunya. Puting susu yang sudah masuk ke dalam mulut dengan
bantuan lidah, di mana lidah dijulurkan di atas gusi bawah puting susu ditarik lebih jauh sampai pada
orofaring dan rahang menekan kalang payudara di belakang puting susu yang pada saat itu sudah
terletak pada langit-langit keras (palatum durum). Dengan tekanan bibir dan gerakan rahang secara
berirama, maka gusi akan menjepit kalang payudara dan sinus laktiferus, sehingga air susu akan
mengalir ke puting susu, selanjutnya bagian belakang lidah menekan puting susu pada langit-langit yang
mengakibatkan air susu keluar dari puting susu. Cara yang dilakukan oleh bayi ini tidak akan
menimbulkan cedera pada puting susu.
Refleks menelan (Swallowing reflex). Pada saat air susu keluar dari puting susu, akan disusul dengan
gerakan mengisap (tekanan negatif) yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi, sehingga pengeluaran air susu
akan bertambah dan diteruskan dengan mekanisme menelan masuk ke lambung. Keadaan akan terjadi
berbeda bila bayi diberisusu botol di mana rahang mempunyai peranan sedikit di dalam menelan dot
botol, sebab susu dengan mudah mengalir dari lubang dot. Dengan adanya gaya berat, yang disebabkan
oleh posisi botol yang dipegang ke arah bawah dan selanjutnya dengan adanya isapan pipi (tekanan
negatif) kesemuanya ini akan membantu aliran susu, sehingga tenaga yang diperlukan oleh bayi untuk
mengisap susu menjadi minimal. Kebanyakan bayi-bayi yang masih baru belajar menyusui pada ibunya,
kemudain dicoba dengan susu botol secara bergantian, maka bayi tersebutkan menjadi bingung puting
(nipple confusion). Sehingga sering bayi menyusu pada ibunya, caranya menyusui seperti mengisap dot
botol, keadaan ini berakibat kurang baik dalam pengeluaran air susu ibu. Oleh karena itu kalau terpaksa
bayi tidak bisa langsung disusui oleh ibunya pada awal-awal kehidupan, sebaiknya bayi diberi minum
melalui sendok, cangkir atau pipet, sehingga bayi tidak mengalami bingung puting
PEMELIHARAAN LAKTASI
Hingga saat ini, ASI merupakan makanan bayi paling balk hingga bayi berusia 6 bulan. Kandungan
kompleks pada ASI relatif mudah dicerna, tangos dibutuhkan bayi, dan tak tergantikan oleh susu formula
mana pun.
Kualitas ASI bisa menurun bila status gizi ibu memburuk. Jika terus menerus berlanjut, kebutuhan gizi
buah hati bisa tidak terpenuhi secara maksimal. Untuk meningkatkan kualitas dari produksi ASI, berikut
tips yang bisa diterapkan:
Minum jus buah segar setiap hari. Jangan banyak makan camilan yang tidak sehat dan tidak memberi
asupan gizi. Lebih baik makan sereal, susu, dan buah.
Perbanyak konsumsi sayur dan buah. Sayuran hijau akan meningkatkan asupan zat besi untuk
menangkal anemia pada ibu dan bayi. Buah sebagai anti oksidan agar ibu tidak mudah sakit.
Makan saja jika merasa lapar. Biarpun jika dihitung-hitung dalam sehari kita bisa makan lebih dari lima
kali.Tapi, konsumsilah makanan yang mengandung kalsium dan zat besi, seperti ikan dan minum susu
khusus ibu menyusui yang mengandung DHA, asam folat, kalsium, vitamin, zat besi, dan prebiotik FOS.
Bila perlu, konsumsi pula suplemen yang mengandung kalsium. Pilih makanan yang mengandung lemak
esensial (karena ini penting untuk otak dan imunitas bayi) seperti minyak ikan, telur, biji bunga
matahari,dll. Pastikan banyak minum air putih. Relaks dan percaya diri produksi ASI kita berlimpah.
Upayakan istirahat cukup untuk menekan stres yang akan menghambat produksi ASI. Pada 4-8 minggu
pertama, biasanya ibu perlu begadang untuk menyusui. Jadi, sesuaikan waktu ibu dengan waktu tidur
buah hati dan istirahat 7-8 jam sehari.
Lakukan olahraga secara rutin. Ini bertujuan agar suasana hati jadi bahagia dan selanjutnya akan
meningkatkan hormone untuk menunjang produksi ASI. Olahraga yang bisa dilakukan seperti jalan sehat
atau aerobik. Lakukan olahraga ringan ini secara berkala dengan durasi waktu secukupnya.
Produksi ASI (Prolaktin)
Pembentukan payudara dimulai sejak embrio berusia 18-19 minggu, dan berakhir ketika mulai
menstruasi. Hormon yang berperan adalah hormon esterogen dan progesteron yang membantu
maturasi alveoli. Sedangkan hormon prolaktin berfungsi untuk produksi ASI.
Selama kehamilan hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI belum keluar karena pengaruh
hormon estrogen yang masih tinggi. Kadar estrogen dan progesteron akan menurun pada saat hari
kedua atau ketiga pasca persalinan, sehingga terjadi sekresi ASI. Pada proses laktasi terdapat dua reflek
yang berperan, yaitu refleks prolaktin dan refleks aliran yang timbul akibat perangsangan puting susu
dikarenakan isapan bayi.
Refleks Prolaktin
Akhir kehamilan hormon prolaktin memegang peranan untuk membuat kolostrum, tetapi jumlah
kolostrum terbatas dikarenakan aktivitas prolaktin dihambat oleh estrogen dan progesteron yang masih
tinggi. Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi korpus luteum maka
estrogen dan progesteron juga berkurang. Hisapan bayi akan merangsang puting susu dan kalang
payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris yang berfungsi sebagai reseptor mekanik.
Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan
pengeluaran faktor penghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang pengeluaran faktor
pemacu sekresi prolaktin.
Faktor pemacu sekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar prolaktin. Hormon
ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu.
Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah melahirkan sampai penyapihan
anak dan pada saat tersebut tidak akan ada peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun
pengeluaran air susu tetap berlangsung.
Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal pada minggu ke 2 3.
Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat dalam keadaan seperti: stress atau pengaruh
psikis, anastesi, operasi dan rangsangan puting susu


Refleks Aliran (Let Down Reflek)
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior, rangsangan yang berasal dari isapan
bayi dilanjutkan ke hipofise posterior (neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin. Melalui
aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan kontraksi. Kontraksi dari sel akan
memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari alveoli dan masuk ke sistem duktus dan selanjutnya
mengalir melalui duktus lactiferus masuk ke mulut bayi.
Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah: melihat bayi, mendengarkan suara bayi, mencium
bayi, memikirkan untuk menyusui bayi.
Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti: keadaan bingung/ pikiran kacau,
takut dan cemas.
Refleks Menangkap (Rooting Refleks)
Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh ke arah sentuhan. Bibir bayi
dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan membuka mulut dan berusaha menangkap puting
susu.
Refleks Menghisap (Sucking Refleks)
Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting. Agar puting mencapai palatum,
maka sebagian besar areola masuk ke dalam mulut bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada
di bawah areola, tertekan antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar.
Refleks Menelan (Swallowing Refleks)
Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan menelannya.
Pengeluaran ASI (Oksitosin)
Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan menghasilkan rangsangan saraf yang
terdapat pada glandula pituitaria posterior, sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-
sel miopitel di sekitar alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula.
Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor yang terletak pada duktus.
Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin dikeluarkan oleh hipofisis.
TAMBAHAN
Laktasi adalah keseluruhan proses menyusui mulai dai ASI diproduksi sampai proses bayi menghisap dan
menelan ASI. Masa laktasi mempunyai tujuan meningkatkan pemberian ASI eksklusif dan meneruskan
pemberian ASI sampai anak umur 2 tahun secara baik dan benar serta anak mendapatkan kekebalan
tubuh secara alami .
Setelah persalinan, plasenta terlepas. Dengan terlepasnya plasenta, maka produksi hormon esterogen
dan progesteron ber-kurang. Pada hari kedua atau ketiga setelah persalinan, kadar esterogen dan
progesteron turun drastis sedangkan kadar prolaktin tetap tinggi sehingga mulai terjadi sekresi ASI. Saat
bayi mulai menyusu, rangsangan isapan bayi pada puting susu menyebabkan prolaktin dikeluarkan dari
hipofise sehingga sekresi ASI semakin lancar.
Pada masa laktasi terdapat refleks pada ibu dan refleks pada bayi. Refleks yang terjadi pada ibu adalah:
a) Refleks prolaktin
Rangsangan dan isapan bayi melalui serabut syaraf memicu kelenjar hipofise bagian depan untuk
mengeluarkan hormon proaktin ke dalam peredaran darah yang menye-babkan sel kelenjar
mengeluarkan ASI. Semakin sering bayi menghisap semakin banyak hormon prolaktin dikeluarkan oleh
kelenjar hipofise. Akibatnya makin banyak ASI dipro-duksi oleh sel kelenjar. Sebaliknya berkurangnya
isapan bayi menyebabkan produksi ASI berkurang, mekanisme ini disebut supply and demand.
b) Refleks oksitosin (let down reflex)
Rangsangan isapan bayi melalui serabut saraf, memacu hipofise bagian belakang untuk mensekresi
hormon oksitosin ke dalam darah. Oksitosin ini menyebabkan sel sel myopytel yang mengelilingi
alveoli dan duktuli berkon-traksi, sehingga ASI mengalir dari alveoli ke duktuli menuju sinus dan puting.
Dengan demikian sering menyusu baik dan penting untuk pengosongan payudara agar tidak terjadi
engorgement (pembengkakan payudara), tetapi sebaliknya memperlancar pengeluaran ASI.
Oksitosin juga merangsang otot rahim berkontraksi sehingga mempercepat terlepasnya plasenta dari
dinding rahim dan mengurangi perdarahan setelah persalinan. Let down reflex dipengaruhi oleh emosi
ibu, rasa khawatir, rasa sakit dan kurang percaya diri.
Sedangkan untuk refleks pada bayi adalah:
a) Refleks mencari puting (rooting reflex)
Bila pipi atau bibir bayi disentuh, maka bayi akan menoleh ke arah sentuhan, membuka mulutnya dan
beru-saha untuk mencari puting untuk menyusu. Lidah keluar dan melengkung mengangkap puting dan
areola.
b) Refleks menghisap (sucking reflex)
Refleks terjadi karena rangsangan puting susu pada palatum durum bayi bila areola masuk ke dalam
mulut bayi. Gusi bayi menekan areola, lidah dan langit langit sehingga menekan sinus laktiferus yang
berada di bawah areola. Kemudian terjadi gerakan peristaltik yang mengeluarkan ASI dari payudara
masuk ke dalam mulut bayi.
c) Refleks menelan (swallowing reflex)
ASI dalam mulut bayi menyebabkan gerakan otot menelan.

Anda mungkin juga menyukai