Anda di halaman 1dari 25

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Sistem WCDMA
Pada sistem generasi ketiga ini didesain untuk komunikasi multimedia untuk
komunikasi person-to-person dapat disajikan dengan tingkat kualitas gambar dan
video yang baik, dan akses terhadap informasi serta layanan-layanan pada public
dan private network akan disajikan dengan data rate dan kemampuan sistem
komunikasi pada generasi ketiga ini lebih fleksibel. Sistem ini merupakan evolusi
dari sistem CDMA. Infrastrukturnya mampu mendukung user dengan data rate
tinggi, mendukung operasi yang bersifat asinkron, bandwidthnya secara
keseluruhan 5 MHz dan didesain untuk dapat berdampingan dengan sistem GSM.
Sehingga sistem ini didesain dengan karakteristik tertentu dengan parameter-
parameter sebagai berikut[1]:
1 WCDMA merupakan suatu sistem wideband Direct-Sequence Code
Division Multiple Access (DS-CDMA), dalam penjelasannya bit-bit informasi
ditebar pada sebuah wide bandwidth dengan cara perkalian antara data user
dengan bit-bit quadsi-random (disebut chip-chip) yang berasal dari kode-kode
spreading CDMA.
2 Chip rate dengan nilai 3.84 Mcps memandu sinyal user pada sebuah
carrier bandwidth yaitu kira-kira 5 MHz. Sistem DS-CDMA biasanya yang
dipakai sebelumnya dengan bandwidth sekitar 1 MHz, seperti pada IS-95, secara


umum digunakan sebagai dasar narrowband pada system CDMA. Sudah menjadi
sifat dari wide carrier bandwidth dari WCDMA mendukung high user data rate.
3 Sistem WCDMA mendukung variabel data rates user yang cukup besar.
Data rate user dijaga konstan selama tiap 10, 20, 40 dan 80 ms frame tergantung
kebutuhan QoSnya. Namun, kapasitas data diantara user-user dapat berubah dari
frame to frame.
4 WCDMA mendukung operasi dua mode dasar: Frequency Division
Duplex (FDD) dan Time Division Duplex (TDD). Pada mode FDD, frekuensi-
frekuensi carrier dipisah 5 MHz untuk penggunaan uplink dan downlink masing-
masing, sedangkan pada mode TDD hanya satu frekuensi 5 MHz dengan waktu
yang dipakai bergantian (time-shared) antara uplink dan downlink. Dengan uplink
sebagai koneksi dari mobile user ke arah base station, dan downlink sebagai
koneksi dari base station ke arah mobile.

2.2 Arsitektur Jaringan WCDMA
Teknologi telekomunikasi wireless generasi ketiga (3G) yaitu Universal
Mobile Telecommunication System (UMTS). Universal Mobile
Telecommunication System merupakan suatu evolusi dari GSM, dimana interface
radionya adalah WCDMA, serta mampu melayani transmisi data dengan
kecepatan yang lebih tinggi, kecepatan data yang berbeda untuk aplikasi-aplikasi
dengan QoS yang berbeda. Arsitektur jaringan UMTS terlihat pada Gambar 2.1
berikut ini :




Gambar 2.1 : Arsitektur J aringan 3G WCDMA[2].
Dari gambar diatas terlihat bahwa arsitektur jaringan UMTS terdiri dari
perangkat-perangkat yang saling mendukung, yaitu User Equipment (UE), UMTS
Terresterial Radio Access Network (UTRAN) dan Core Network (CN).

2.2.1 UE (User Equipment)
User Equipment merupakan perangkat yang digunakan oleh pelanggan
untuk dapat memperoleh layanan komunikasi bergerak. UE dilengkapi dengan
smart card yang dikenal dengan nama USIM (UMTS Subscriber Identity Module)
yang berisi nomor identitas pelanggan dan juga algoritma security untuk
keamanan seperti authentication algorithm dan algoritma enkripsi. Selain terdapat
USIM, UE juga dilengkapi dengan ME (Mobile Equipment) yang berfungsi
sebagai terminal radio yang digunakan untuk komunikasi lewat radio[3].




2.2.2 UTRAN (UMTS Terresterial Radio Access Network)
J aringan akses radio menyediakan koneksi antara terminal mobile dan
Core Network. Dalam UMTS jaringan akses dinamakan UTRAN (Access
Universal Radio electric Terrestrial). UTRA mode UTRAN terdiri dari satu atau
lebih J aringan Sub-Sistem Radio (RNS). Sebuah RNS merupakan suatu sub-
jaringan dalam UTRAN dan terdiri dari Radio Network Controller (RNC) dan
satu atau lebih Node B. RNS dihubungkan antar RNC melalui suatu Iur Interface
dan Node B dihubungkan dengan satu Iub Interface[3].
Di dalam UTRAN terdapat beberapa elemen jaringan yang baru
dibandingkan dengan teknologi 2G yang ada saat ini, di antaranya adalah Node-B
dan RNC (Radio Network Controller)[3].
1. RNC (Radio Network Controller)
RNC bertanggung jawab mengontrol radio resources pada UTRAN yang
membawahi beberapa Node-B, menghubungkan CN (Core Network) dengan user,
dan merupakan tempat berakhirnya protokol RRC (Radio Resource Control) yang
mendefinisikan pesan dan prosedur antara mobile user dengan UTRAN.
2. Node-B
Node-B sama dengan Base Station di dalam jaringan GSM. Node-B merupakan
perangkat pemancar dan penerima yang memberikan pelayanan radio kepada UE.
Fungsi utama Node-B adalah melakukan proses pada layer 1 antara lain : channel
coding, interleaving, spreading, de-spreading, modulasi, demodulasi dan lain-
lain. Node-B juga melakukan beberapa operasi RRM (Radio Resouce
Management), seperti handover dan power control.



2.2.3 CN (Core Network)
J aringan Lokal (Core Network) menggabungkan fungsi kecerdasan dan
transport. Core Network ini mendukung pensinyalan dan transport informasi dari
trafik, termasuk peringanan beban trafik. Fungsi-fungsi kecerdasan yang terdapat
langsung seperti logika dan dengan adanya keuntungan fasilitas kendali dari
layanan melalui antarmuka yang terdefinisi jelas; yang juga pengaturan mobilitas.
Dengan melewati inti jaringan, UMTS juga dihubungkan dengan jaringan
telekomunikasi lain, jadi sangat memungkinkan tidak hanya antara pengguna
UMTS mobile, tetapi juga dengan jaringan yang lain[3].
1 MSC (Mobile Switching Center)
MSC didesain sebagai switching untuk layanan berbasis circuit switch seperti
video, video call.
2 VLR (Visitor Location Register)
VLR merupakan database yang berisi informasi sementara mengenai pelanggan
terutama mengenai lokasi dari pelanggan pada cakupan area jaringan.
3 HLR (Home Location Register)
HLR merupakan database yang berisi data-data pelanggan yang tetap. Data-data
tersebut antara lain berisi layanan pelanggan, service tambahan serta informasi
mengenai lokasi pelanggan yang paling akhir (Update Location).
4 SGSN ( Serving GPRS Support Node)
SGSN merupakan gerbang penghubung jaringan BSS/BTS ke jaringan GPRS.
Fungsi SGSN adalah sebagai berikut :


a. Mengantarkan paket data ke MS.
b. Update pelanggan ke HLR.
c. Registrasi pelanggan baru.
5 GGSN ( Gateway GPRS Support Node )
GGSN berfungsi sebagai gerbang penghubung dari jaringan GPRS ke jaringan
paket data standard (PDN). GGSN berfungsi dalam menyediakan fasilitas
internetworking dengan eksternal packet-switch network dan dihubungkan dengan
SGSN via Internet Protokol (IP). GGSN akan berperan antarmuka logik bagi
PDN, dimana GGSN akan memancarkan dan menerima paket data dari SGSN
atau PDN. Selain itu juga terdapat beberapa interface baru, seperti : Uu, Iu, Iub,
Iur. Antara UE dan UTRAN terdapat interface Uu. Di dalam UTRAN terdapat
interface Iub yang menghubungkan Node-B dan RNC, Interface Iur yang
menghubungkan antar RNC, sedangkan UTRAN dan CN dihubungkan oleh
interface Iu.
Protokol pada interface Uu dan Iu dibagi menjadi dua sesuai fungsinya,
yaitu bagian control plane dan user plane . Bagian user plane merupakan protokol
yang mengimplementasikan layanan Radio Access Bearer (RAB), misalnya
membawa data user melalui Access Stratum (AS). Sedangkan control plane
berfungsi mengontrol RAB dan koneksi antara mobile user dengan jaringan dari
aspek : jenis layanan yang diminta, pengontrolan sumber daya transmisi,
handover, mekanisme transfer Non Access Stratum (NAS) seperti Mobility
Management (MM), Connection Management (CM), Session Management (SM)
dan lain-lain.



2.2.4 Jaringan komunikasi
J aringan-jaringan transmisi digunakan untuk mengoneksikan elemen-
elemen yang berbeda yang terintegrasi dalam semua jaringan[4].
1. Uu Interface terletak diantara User terminal dan jaringan UTRAN. Interface-
nya menggunakan teknologi WCDMA.
2. Interface Um
Interface ini menghubungkan antara BTS dengan MS.
3. Interface Iu
Iu merupakan Interface yang menghubungkan core network dengan Access
Network UTRAN.
4. Interface Iu-CS
Interface ini, Iu-Cs digunakan ketika jaringan berbasis pada komutasi paket dan
menghubungkan jaringan UTRAN dengan MSC.
5. Interface lu-PS
Interface ini menghubungkan jaringan akses dengan SGSN dari core network.
6. Interface Iu-Bis
Interface ini menghubungkan RNC dengan Node B.
7. Interface A bis
Interface ini menghubungkan BTS dengan BSC.
8. Interface Gb
Interface ini menghubungkan BSC dengan SGSN.
9. Interface Gs
Interface ini menghubungkan SGSN dengan MSC/VLR.



10. Interface Gp
Interface ini menghubungkan SGSN dengan GGSN.
11. Interface Hgrb
Interface ini menghubungkan Auc dengan HLR.

2.3 Karakteristik Sistem WCDMA
Salah satu karakteristik yang terpenting dari WCDMA adalah kenyataan
bahwa power merupakan resource yang dishare secara bersama-sama. Hal ini
menjadikan sistem WCDMA sangat fleksibel dalam menyediakan paduan layanan
dan layanan yang membutuhkan variable bit rate. Radio Resource Management
dilakukan dengan mengalokasikan power untuk setiap user (call), dan untuk
menjamin bahwa kualitas sinyal tidak melampaui batas maksimum interference
yang telah ditentukan. Tidak ada alokasi kode maupun time slot yang dibutuhkan
ketika terjadi perubahan bit rate. Hal ini berarti bahwa alokasi physical channel
tidak terpengaruh pada saat terjadi perubahan bit rate. Sistem WCDMA tidak
membutuhkan perencanaan frekuensi, dikarenakan setiap cell menggunakan
frekuensi yang sama.
Fleksibilitas dimiliki oleh system WCDMA, dikarenakan sistem ini
menggunakan kode OVSF (Orthogonal Variable Spreading Codes) untuk
channelization dari user yang berbeda. Kode ini memiliki karakteristik dalam hal
orthogonalitas antara users (layanan yang berbeda dialokasikan untuk satu user)
meskipun user tersebut menggunakan bit rate yang berbeda. Sebuah physical
resource dapat membawa beberapa layanan dengan bit rate yang berbeda. Dengan
berubahnya bit rate, maka alokasi power untuk physical resource tersebut juga


akan berubah sehingga QoS dijamin pada setiap komunikasi. Setiap radio frame
memiliki periode sebesar 10 ms yang dibagi ke dalam 15 slot, yang
menggambarkan satu periode power control. Power control yang digunakan
didasarkan pada SIR (Signal to Interference Ratio), dimana fast closed loop
disesuaikan dengan SIR dan perubahan SIR target dilakukan oleh outer loop[3].

2.4 Metode Akses
Dalam sistem telekomunikasi WCDMA, teknik multiple access yang
digunakan adalah Code Divison Multiple Access. Pada teknik multiple access ini,
setiap user menggunakan resource frekuensi dan waktu yang sama namun
dibedakan oleh kode masing masing yang unik. Hal ini lah yang memungkinkan
WCDMA memiliki kecepatan transmisi data yang jauh lebih tinggi dari pada
GSM. Di samping itu, kelebihan dari WCDMA adalah kapasitas pengguna yang
dapat dilayani pada suatu cell sifatnya lebih fleksible dan dapat diatur. Hal ini
dapat dilakukan juga karena sistem multiple akses CDMA. Antara pengguna satu
dengan pengguna lain akan berperan sebagai noise bagi sesamanya. Kapasitas
dapat diatur berdasarkan level kualitas yang dimungkinkan atau yang dikehendaki
dalam suatu cell. Semakin tinggi kualitas layanan yang ditetapkan pada suatu cell
maka kapasitas pengguna pun berkurang, begitu juga sebaliknya jika kualitas
layanan dikurangi, maka kapasitas pengguna pada suatu cell akan meningkat[2].

2.5 Kanal pada UMTS
Kanal - kanal pada UMTS terbagi atas tiga bagian yaitu seperti terlihat pada
Gambar 2.2 berikut ini :





Gambar 2.2 : Kanal pada UMTS

1. Kanal Logic : digunakan sebagai interface antara RLC dan layer MAC
yang berisi tipe-tipe informasi yang akan di kirimkan.
2. Kanal Transport : digunakan sebagai interface antara MAC dan layer
Physical yang berisikan bagaimana data dikirimkan melalui radio
interface WCDMA.
3. Kanal Fisik: sinyal yang di transmisikan melalui kanal radio untuk arah
uplink dan downlink.
Pembagian kanal pada UMTS dapat dilihat pada gambar 2.3 sebagai
berikut.






Gambar 2.3 : Pembagian Kanal pada UMTS[5]

2.6 Handover
Handover merupakan sekumpulan algoritma dan prosedur yang menjamin
kelangsungan dari sebuah komunikasi antara UE dan jaringan pada kondisi
bergerak dan kondisi overload. Pada kondisi bergerak, prosedur tersebut
dibutuhkan untuk mempertahankan connection baik dalam sesama sistem
WCDMA pada frekuensi yang sama melalui intra frequency handover, atau
dengan frekuensi yang lain melalui inter frequency handover, atau dengan sistem
yang lain melalui Inter Radio Akses Teknologi (IRATHO). Dengan adanya rake
receiver pada kedua UE dan RBS mengijinkan UE di sambungkan dengan lebih
dari satu sektor pada dedicated channel. Kondisi ini disebut Soft Handover atau
Softer Handover jika UE dihubungkan dengan sektor yang berbeda pada site yang


sama. Untuk kondisi handover dalam WCDMA dengan frekuensi yang lain atau
dengan sistem yang lain (GSM) maka prosedur Hard Handover dilakukan[3].

2.6.1 Jenis Handover Pada Sistem WCDMA
Ada beberapa jenis handover dalam jaringan WCDMA. Untuk skenario
dari tipe-tipe handover dapat dijelaskan sebagai berikut[3]:
1. Intra - system Handover
Intra - sytem handover terjadi dalam satu sistem. Yang selanjutnya dapat dibagi
menjadi intra - frequency HO dan inter - frequency HO. Intra - frequency terjadi
di antara sel - sel yang memiliki carrier WCDMA yang sama, sementara inter -
frequency terjadi di antara sel-sel yang menggunakan carrier WCDMA yang
berbeda.
2. Inter - system Handover (ISHO)
Inter - system HO terjadi di antara sel - sel yang memiliki dua teknologi akses
radio, Radio Access Technology (RAT) yang berbeda atau mode akses radio
Radio Access Mode (RAM) yang berbeda. Kasus yang paling sering untuk
handover jenis ini diperkirakan terjadi antara sistem WCDMA dan GSM / EDGE.
3. Hard Handover (HHO)
Hard Handover adalah kelompok dari prosedur HO dimana semua hubungan
yang lama dilepaskan sebelum hubungan radio yang baru dibentuk. Bagi
pembawa (bearer) real - time hal ini berarti pemutusan hubungan yang singkat
dari bearer; bagi bearer non real - time HHO berarti lossless. Hard handover
dapat menjadi intra atau inter - frequency handover.


4. Soft Handover (SHO)
Selama proses soft handover, MS terus menerus berkomunikasi dengan dua sel
atau lebih secara bersamaan yang memiliki BS yang berbeda dari RNC yang sama
(intra - RNC) atau RNC yang berbeda (inter - RNC). Semua hubungan yang lama
tidak akan dilepaskan sebelum hubungan radio yang baru terbentuk (make before
break).
5. Softer Handover
Pada kejadian softer handover, MS dikendalikan oleh paling tidak dua sektor pada
satu BS, SHO dan softer HO hanya mungkin terjadi dalam satu frekuensi carrier
dan oleh karena itu, termasuk proses handover intra - frequency.
J enis-jenis dari handover tersebut juga dapat diilustrasikan pada gambar 2.4
sebagai berikut :


Gambar 2.4 : Tipe-Tipe Handover[1]



2.6.2 Penyebab Terjadinya Handover
Handover dapat disebabkan berdasarkan hal-hal sebagai berikut[6] :
1. Penurunan kualitas kanal radio (quality of service).
2. Meminimalisir interferensi radio.
3. Beban traffic (traffic overload).
4. Level penerimaan yang semakin lemah.
5. J arak antara MS dan Node-B.
6. Power Budget (better cell).

2.6.3 Penentuan Handover
Penentuan Handover dapat dilakukan melalui tiga cara yang berbeda yaitu
melalui MS (mobile initiated), melalui jaringan (network initiated), dan MS
sekaligus jaringan (mobile assisted)[1].
1. Mobile Initiated :
MS melakukan pengukuran kualitas, memilih BS yang terbaik, dan tersambung ke
BS tersebut, dibantu oleh jaringan. Handover jenis ini biasanya dipicu oleh
kualitas hubungan yang buruk berdasarkan pengukuran MS.
2. Network Initiated :
BS melakukan pengukuran dan melaporkan hasil pengukuran tersebut kepada
RNC dan akan diputuskan apakah akan dilakukan handover atau tidak.



3. Mobile Assisted :
Dalam hal ini jaringan dan MS sama-sama melakukan pengukuran. MS
melaporkan hasil pengukuran dari BS yang terdekat dan jaringan melakukan
keputusan apakah akan melakukan handover atau tidak.

2.6.4 Tahap Prosedur Handover
Tahap-tahap dari proses handover dapat dibagi menjadi 3 yaitu[1] :
1. Tahap Pengukuran (Measurement); dilakukan pengukuran informasi
penting yang dibutuhkan untuk tahap decision. Pengukuran arah DL yang
lakukan oleh MS adalah sebesar Ec/Io dari CPICH sel yang sedang
melayani dan sel - sel tetangga.
2. Tahap Keputusan (Decision); hasil pengukuran di bandingkan dengan
threshold yang telah di tetapkan sebelumnya. Kemudian akan diputuskan
apakah akan dilakukan handover atau tidak. Algoritma handover yang
berbeda akan memiliki kondisi trigger yang berbeda pula.
3. Tahap Eksekusi (Execution); proses handover selesai dan parameter
relative diubah berdasarkan jenis handover-nya. Sebagai contoh hubungan
dengan Node-B apakah ditambah atau diputuskan








Tahap-tahap tersebut dapat dijelasakan dalam gambar 2.5 sebagai berikut :


Gambar 2.5 : Tahap Handover

2.6.5 Penyebab Kegagalan Handover
Beberapa penyebab dari kegagalan handover dapat dijelaskan sebagai berikut[6]:
1. Tidak tercantumnya BTS tujuan pada neighbour list BTS semula, maka kedua
BTS tidak saling mengenal, akibatnya handover tidak dapat dilaksanakan dan
terjadi kegagalan handover.
2. Pada saat akan dilaksanakan handover, sel tujuan sudah penuh
kapasitas kanalnya (trafik overload). Sehingga panggilan dipertahankan oleh base
service sampai kuat sinyal mencapai level minimum dan terjadi pemutusan
panggilan.
3. Adanya efek pingpong. MS tidak bisa melaksanakan proses handover karena
level daya terima MS dari base service maupun sel tujuan saling tarik menarik.


4. Adanya interferensi BCCH. MS menerima frekuensi BCCH yang sama dari dua
BTS. Hal ini disebabkan luas coverage kedua BTS yang terlalu lebar. Interferensi
BCCH menyebabkan kualitas sinyal yang diterima MS mengalami penurunan,
baik pada parameter level sinyal penerimaan, Bit Error Rate(BER) maupun
Eb/No.

2.7 Kendali Daya Operasi (Power Control)
Satu hal yang menjadi ciri khas dari teknik multiple akses yang digunakan
WCDMA yaitu CDMA adalah Interference Limited, atau sangat memandang
faktor interferensi yang terjadi sebagai acuan kualitas layanan yang nantinya
menjadi salah satu ukuran untuk melakukan handover. Seperti telah dijelaskan
sebelumnya, pada sistem multiple akses CDMA seluruh user dalam cell yang
sama berbagi frekuensi dan pewaktuan yang sama. Hal ini pada akhirnya
menentukan kualitas panggilan (Call quality) dan kapasitas dari suatu cell.
Power control ini bertujuan mengontrol power yang dipancarkan tetap pada
tingkat yang sama dengan power yang diterima. J uga berperan memperkecil
interferensi dan pemakaian power. Power dikontrol oleh beberapa parameter dan
perlu ditetapkan selama optimisasi jaringan. Daya kirim dari setiap user diperiksa
setiap 1500 kali dalam satu detik nya (frekuensi power control =1500 Hz), dan
disesuaikan dengan Eb/no yang telah ditetapkan sesuai dengan kualitas layanan
yang dikehendaki pada suatu cell. Daya kirim dari tiap tiap pengguna diatur agar
tidak berada dibawah level yang ditentukan sebagai daya terima pada suatu Node-
B (BTS) untuk mempertahankan kualitas layanan. Namun level ini dapat diset
seminimum mungkin sehingga diperoleh kapasitas yang lebih besar.


Tujuan utama penggunaan power control pada WCDMA adalah untuk
mendapatkan kualitas komunikasi yang baik, mengurangi interferensi dan
memaksimalkan kapasitas. Sistem komunikasi seluler CDMA menggunakan tipe
power control di bawah ini :
1. Reverse open-loop power control.
2. Reverse close-loop power control.
3. Reverse outerloop power control.
4. Forward close-loop power control.
Power control dalam sistem CDMA dibedakan atas reverse power control
dan forward power control. Power control reverse ditujukan untuk mengontrol
level daya pancar UE, sedangkan power control forward digunakan untuk
mengontrol level daya pancar Node B. Pada WCDMA menggunakan metode fast
power control khususnya pada arah reverse. Periode peng-update-an power
control user adalah 1500 kali setiap menit (1500KHz) yang lebih cepat daripada
perubahan pathloss user dan juga bahkan lebih cepat dari perubahan kanal fast
reyleigh fading. WCDMA menggunakan open loop power control untuk inisial
daya pertama kali yang harus dipancarkan oleh UE. Sedangkan selanjutnya, untuk
arah reverse menggunakan fast close loop power control.
Pada metode ini Node B membandingkan SIR user yang diterima dan
dibandingkan dengan SIR target. J ika lebih besar maka akan dikirim command
untuk menurunkan daya transmit user dan sebaliknya. Metode closed loop power
control ini akan mampu mengontrol ketidakseimbangan daya reverse yang
diterima oleh Node B, Sedangkan pada arah forward menggunakan close loop
power control. Alasannya bagaimana agar user yang berada di sisi border sel juga


bisa mendapatkan sinyal dengan kualitas yang bagus, artinya memperkecil efek
other cell interference. Fungsi closed loop power control pada arah forward juga
memberi tambahan daya untuk menjaga QoS sinyal jika error correcting code
tidak bekerja dengan baik[3].

2.8 Cell Reselection
UE akan memilih cell yang cocok dan mode radio akses berdasarkan
pengukuran idle mode dan kriteria cell selection. Pada saat UE berada pada mode
UMTS atau GSM, UE melakukan pengukuran pada radio akses teknologi yang
lain tergantung pada parameter yang diset oleh operator. Parameter tersebut
mendkefinisikan[3] :
1. Nilai threshold pada serving cell jika UE harus melakukan pengukuran
pada cell inter radio akses teknologi.
2. Kualitas minimum yang dibutuhkan untuk pemilihan sebuah cell pada
radio akses teknologi yang lain.

2.9 WCDMA Codes
Dalam sistem WCDMA digunakan dua macam operasi pada physical
channel, yaitu; channelization dimana mentransformasikan setiap bit ke dalam
jumlah chip SF (Spreading Factor), sedangkan Scrambling Code digunakan untuk
menebar sinyal informasi. Pada operasi channelization, kode OVSF (Orthogonal
Variabel Spreading Factor) digunakan untuk menjaga keorthogonalan antara
physical channel dari sebuah hubungan, walaupun dengan menggunakan laju
yang berbeda. Pada arah uplink setiap user memiliki Scrambling Code yang unik


dan dapat menggunakan semua kode yang terdapat pada code tree OVSF.
Scrambling Code sering juga dikaitkan dengan user dan kode channelization
dikaitkan dengan tipe dari layanan sesuai dengan bit rate yang diberikan.
Sedangkan pada arah downlink, Scrambling Code digunakan untuk membedakan
sektor yang berbeda dan kode channelization dikaitkan dengan tipe layanan yang
berbeda dan user[3].

2.10 Scrambling Code
Pada arah uplink terdapat dua macam Scrambling Code yaitu long (gold
code) dan short scrambling codes, yang masing-masing berjumlah 224 buah.
Scrambling Code ditentukan oleh layer atas. Pada proses scrambling, urutan kode
dari user yang telah di-spreading dikalikan dengan kode pseudorandom. Pada
arah downlink, jumlah maksimum dari Scrambling Code (Gold code dengan deret
sepanjang 38400 chips) adalah 218 1, namun tidak semua kode digunakan.
Scrambling Code dibagi menjadi 512 set Primary Scrambling Code dan 15
Secondary Scrambling Code, sehingga total kode yang digunakan adalah 8192.
Setiap sektor dialokasikan hanya satu primary SC. Sebagai konsekuensinya
jumlah maksimum reuse Scrambling Code adalah 1 : 512. Kode dibagi ke dalam
64 group yang berbeda dan jika neighbour dari sektor lain dialokasikan kode dari
group kode yang berbeda maka konsumsi power dari UE akan berkurang,
sehingga pada kenyataannya reuse kode akan lebih kecil dari 1 : 64. Primary
CCPCH selalu dikirimkan menggunakan Primary Scrambling Code sementara
physical channel yang lain dapat dikirimkan dengan salah satu primary ataupun
secondary SC digabungkan dengan primary SC dari sebuah sector[3].



2.11 Teknik Spread Spectrum
Spread Sprectrum adalah suatu teknik modulasi digital dimana sinyal yang
sudah termodulasi dimodulasikan kembali. Spread spectrum dapat dikatakan
sebagai teknologi spektral tersebar yang dirancang untuk melawan jamming
dengan memperbesar lebar pita frekuensi. Teknik spread spectrum sendiri terdiri
dari 2 jenis yaitu Direct Sequence dan Time Division. Sistem telekomunikasi
WCDMA sendiri menggunakan tipe spread spectrum direct sequence yang
memiliki ciri khas penebaran spektral sinyal yang kemudian ditransmisikan secara
langsung.
Hal lain yang menjadi ciri khas dari Spread spectrum yang digunakan pada
sistem WCDMA adalah kode spreading sequence yang diterapkan. Kode yang
diterapkan baik pada sisi transmit maupun receive sistem WCDMA adalah
Orthogonal Variable Spreading Function (OVSF) yang memiliki factor spreading
256 untuk uplink dan 512 untuk downlink. Kecepatan dari kode spreading pada
WCDMA (begitu pula pada CDMA) disebut Chip Rate. Besarnya chip rate pada
WCDMA adalah 3,84 Mcps Factor spreading pada sistem WCDMA bervariasi
dari 4 sampai dengan 512. Faktor spreading diasumsikan sebagai perbandingan
antara Chip rate dengan Data rate[2].

2.12 Channelization Code
Spreading Code biasa juga disebut kode kanalisasi pada WCDMA. Sesuai
standar 3GPP untuk UMTS digunakan kode Orthogonal Variable Spreading


Factor (OVSF). Kode OVSF mengijinkan SF yang berbeda untuk kode kanalisasi
yang berbeda. Spreading Factor adalah perbandingan antara bandwidth sinyal
setelah dan sebelum spreading.Kode OVSF mempunyai karakteristik unik yaitu
adanya orthogonalitas di antara kode, artinya suatu kode tidak akan
menginterferensi kode lainnya selama keduanya tersinkronisasi . Oleh karena itu,
kode OVSF biasanya digunakan untuk sistem yang transmisinya sinkron
(downlink). Spreading Factor mulai dari 1 sampai 256 untuk chip rate 3.840
Mcps. Pada arah downlink jumlah maksimum dari OVSF kode penebar adalah
512.
Semua user pada sebuah sektor harus berbagi kode channelization yang
tersedia pada code tree OVSF, yang merupakan resource yang sangat terbatas.
Batasan dari jumlah kode downlink ditunjukkan dengan layanan bit rate yang
tinggi akan dialokasikan SF yang rendah. Sebagaimana utilisasi dari sebuah kode
menyebabkan tidak tersedianya sub tree dari SF yang tinggi. Selain itu juga, user
pada kondisi soft handover menggunakan kode lebih banyak (satu kode untuk
setiap layanan). Terkadang penggunaan dari satu kode channelization per user
berdampak terhadap orthogonalitas dari penyediaan layanan yang berbeda pada
sebuah sektor.
Pada kenyataannya, lingkungan yang berbeda dapat mengganggu
orthogonalitas, hal ini yang menyebabkan bahwa sistem lebih tergantung terhadap
interferensi yang terjadi. Kode OVSF yang sangat terbatas digunakan kembali
pada sel lain tetapi dengan Scrambling Code yang berbeda. Tiap stage dari
struktur kode OVSF mempunyai SF yang berbeda. Hal ini tidak dapat menaikkan


kapasitas hingga 100% untuk setiap kode yang digunakan karena Scrambling
Code memiliki sifat tidak orthogonal[3].

2.13 Pilot Pollution
Pilot Pollution merupakan kondisi dimana jumlah dari active set yang
menangani suatu UE lebih dari 3 dan keseluruhan active set tersebut berada pada
range 5dB atau sekitar 3dB dari active set yang terbesar. Active set yang melebihi
batasan Max Active Set (3 active set) dapat mengganggu kualitas dari suatu sinyal
dan bertindak sebagai penginterferen. Dalam hal ini, penginterferen dapat
menurunkan performansi dari suatu system[3].

2.14 Pilot Set
Kanal pilot menjadi acuan dalam penentuan hand-off. Pilot diidentifikasi oleh
MS dan dikategorikan menjadi[3]:
1. Active Set, adalah pilot yang dikirimkan oleh BS dimana MS tersebut
aktif. Banyaknya pilot yang termasuk pada kategori ini tergantung pada
banyaknya komponen rake receiver.
2. Candidate Set, terdiri dari pilot yang tidak termasuk dalam active set. Pilot
ini harus diterima dengan baik untuk mengidentifikasi bahwa kanal traffik
forward link dapat didemodulasi dengan baik.
3. Neighbour Set, terdiri dari pilot yang tidak termasuk pada dua kelompok
sebelumnya, dan dipergunakan untuk proses handover.
4. Remaining Set, terdiri dari keseluruhan pilot dalam sistem kecuali yang
terdapat pada active set, candidate set, dan neighbour set.



2.15 Radio Access Bearer (RAB)
Suatu konsep baru yang diperkenalkan oleh UMTS adalah RAB, yang
mana merupakan gambaran dari kanal pengiriman antara jaringan dan user. RAB
dibagi menjadi radio bearer pada air interface dan Iu bearer di radio network
(UTRAN). Tujuan RAB yaitu untuk menyediakan sebuah hubungan melalui
UTRAN yang mendukung layanan UMTS bearer. UTRAN dapat menyediakan
RAB connection dengan karakteristik yang berbeda agar sesuai dengan kebutuhan
untuk layanan UMTS bearer yang berbeda. Berikut ini adalah gambaran RAB
dalam end to end service, yaitu dapat dilihat pada Gambar 2.6.



Gambar 2.6 Gambaran RAB dalamend to end service





Pengklasifikasian Radio Access Bearer adalah sebagai berikut[3]:
1. Conversational
Hal ini dikarakteristikkan dengan rendahnya delay, jitter (variasi delay),
dan error. Kebutuhan akan laju data dapat bervariasi, tetapi secara umum bersifat
simetris. Artinya, laju data dalam satu arah akan sama dengan laju data pada arah
yang lain. Suara dan data termasuk dalam kategori ini. Voice yang sensitive
terhadap delay yang tinggi tidak terlalu memerlukan laju bit yang tinggi,
sedangkan video conferencing yang memiliki toleransi terhadap error yang
rendah, memerlukan laju bit yang tinggi. Contohnya : Voice, Video Telephony,
Video Gaming dan Video Conferencing.
2. Interactive
Interaktif trafik dikarakteristikkan dengan toleransi yang rendah terhadap
error, tetapi memiliki toleransi terhadap delay yang lebih tinggi daripada layanan
conversational. Contohnya : Multimedia, Video on Demand, Webcast dan Real
Time video.
3. Streaming
Layanan streaming mempunyai toleransi error yang rendah, tetapi pada
umumnya mempunyai toleransi yang tinggi terhadap delay dan jitter. Hal ini
dikarenakan adanya buffer data pada penerima. Streaming audio, web browsing
dan video termasuk aplikasi streaming.
4. Background
Hal ini dikarakteristikkan dengan sangat kecilnya delay. Contohnya adalah
pengiriman SMS dan email dari server ke server. Aplikasi background
memerlukan pengiriman yang bebas error.

Anda mungkin juga menyukai