Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seluruh ilmu hakikatnya berasal dari filsafat. Darinyalah seluruh ilmu berasal, darinya
pula seluruh ilmu dan pengetahuan manusia dilahirkan. Sikap dasar selalu bertanya menjadi ciri
filsafat, menurun pada berbagai cabang ilmu yang semula berinduk padanya. Karenanya, dalam
semua ilmu terdapat kecenderungan dasar itu. Manakala ilmu mengalami masalah yang sulit
dipecahkan, ia akan kembali pada filsafat dan memulainya dengan sikap dasar untuk bertanya.
Dalam filsafat, manusia mempertanyakan apa saja dari berbagai sudut, secara totalitas
menyeluruh, menyangkut hakikat inti, sebab dari segala sebab, mancari jauh ke akar, hingga ke
dasar.
Dalam memahami ilmu fisafat maka sebaiknya memahami cabang-cabang dari ilmu
filsafat itu sendiri yakni ontology, epistimologi dan akseologi. Ketiga cabang tersebut sangatlah
perlu untuk difahami sebagai tolak ukur / landasan dalam berfikir.
B. Rumusan Masalah
1. Memahami bagaimana sebenarnya Filsafat Ilmu
2. Memahami Konsep Ontologi, Epistimologi dan Akseologi dalam Filsafat Ilmu
3. Memahami hubungan filsafat ilmu dengan ilmu keperawatan
C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas MK Filsafat Ilmu dari Pak Drs. H. Muhammad Adhib MA
2. Sebagai refrensi pembelajaran MK Filsafat Ilmu
3. Mampu Menghubungkan antara Filsafat Ilmu dengan Ilmu Keperawatan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Ilmu
Para Cendikiawan berbeda - beda dalam memberikan pengertian seputar filsafat ilmu.
berikut ini disajikan beberapa defnisi filsafat ilmu agar bisa dipahami secara utuh dan
menyeluruh, pengertian tersebut antara lain :
1. Lewis White Beck mencoba mendefinisikan filsafat ilmu sebagai ilmu yang membahas dan
mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan dan pentingnya
upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan
2. A. Cornelius Benjamin berpendapat bahwa filsafat ilmu adalah Cabang pengetahuan filsafat
yang merupakan telaah sistematis mengenai ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-
konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang
pengetahuan intelektual.
3. Michael V. Berry berpendapat bahwa filsafat ilmu adalah Penelaahan tentang logika interen
dari teori-teori ilmiah dan hubungan-hubungan antara percobaan dan teori, yakni tentang metode
ilmiah.
4. May Brodbeck mengatakan bahwa yang dimaksud dengan filsafat ilmu adalah Analisis yang
netral secara etis dan filsafati, pelukisan dan penjelasan mengenai landasan landasan ilmu.
Jadi antara filsafat dan filsafat ilmu ada keterkaitan yang tidak bisa dilepas. untuk
memahami filsafat ilmu harus terlebih dahulu paham filsafat. peter caws berpendapat bahwa
Filsafat melakukan dua macam hal : di satu pihak, ini membangun teori-teori tentang manusia
dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan bagi keyakinan dan tindakan;
di lain pihak, filsafat memeriksa secara kritis segala hal yang dapat disajikan sebagai suatu
landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk teori-teorinya sendiri, dengan harapan pada
penghapusan ketakajegan dan kesalahan.


B. Ontologi
Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani, yaitu : Ontos : being, dan Logos Logic Jadi
ontology adalah the theory of being qua being ( teori tentang keberadaan sebagai keberadaan ).
Atau bisa juga ilmu tentang yang ada. Secara istilah ontologi adalah ilmu yang membahas
tentang hakikat yang ada yang merupakan realiti baik berbentuk jasmani atau kongkrit maupun
rohani atau abstrak.
Istilah ontologi pertama kali diperkenalkan oleh rudolf Goclenius pada tahun 1936 M,
untuk menamai hakekat yang ada bersifat metafisis. Dalam perkembangannya Christian Wolf
(1679-1754) membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan khusus.
Metafisika umum adalah istilah lain dari ontologi. Dengan demikian, metafiska atau
otologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling
dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika khusus masih terbagi menjadi
Kosmologi, Psikologi dan Teologi.
Didalam pemahaman Ontologi terdapat beberapa pandangan-pandangan pokok pemikiran,
diantaranya :
1. Monoisme, : Paham ini menganggap bahwa hakikat yang berasal dari kenyataan adalah satu saja,
tidak mungkin dua. Haruslah satu hakikat saja sebagai sumber yang asal, baik berupa materi
maupun rohani. Paham ini terbagi menjadi dua aliran :
a) Materialisme, Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohani.
Aliran ini sering disebut naturalisme. Menurutnya bahwa zat mati merupakan kenyataan dan
satu-satunya fakta yang hanyalah materi, sedangkan jiwa atau ruh tidaklah merupakan suatu
kenyataan yang berdiri sendiri
b) Idealisme, Sebagai lawan dari materialisme yang dinamakan spriritualismee. Dealisme berasal
dari kata Ideal yaitu suatu yang hadir dalam jiwa. Aliran ini beranggapan bahwa hakikat
kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atu sejenis dengannya, yaitu
sesuatu yang tidak terbentuk dan menempati ruang. Materi atau zat ini hanyalah suatu jenis dari
penjelamaan ruhani
2. Dualisme, Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal
sumbernya, yaitu hakikat materi dan ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Materi bukan
muncul dari benda, sama-sama hakikat, kedua macam hakikat tersebut masing-masing bebas dan
berdiri sendiri, sama-sama azali dan abadi, hubungan keduanya menciptakan kehidupan di alam
ini. Tokoh paham ini adalah Descater (1596-1650 SM) yang dianggap sebagai bapak Filosofi
modern)
3. Pluralisme, paham ini beranggapan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan.
Pluralisme tertolak dari keseluruhan dan mengakui bahwa segenap macam bentuk itu semuanya
nyata, tokoh aliran ini pada masa Yunani kuno adalah Anaxagoras dan Empedcoles, yang
menyatakan bahwa substansi yang ada itu terbentuk dan terdiri dari empat unsur, yaitu tanah, air,
api dan udara
4. Nihilisme, berasal dari bahasa Yunani yang berati nothing atau tidak ada. Istilah Nihilisme
dikenal oleh Ivan Turgeniev dalam novelnya Fadhers an Children yang ditulisnya pada tahun
1862 di Rusia. Doktrin tentang Nihilisme sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani kuno, yaitu
pada pandangan Grogias (483-360 SM) yang memberikan tiga proporsi tentang realitas Pertama,
tidak ada sesuatupun yang eksis. Realitas itu sebenarnya tidak ada
Kedua, bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui, ini disebabkan oleh penginderaan itu tidak
dapat dipercaya, penginderaan itu sumber ilusi
Ketiga, sekalipun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada
orang lain
5. Agnotitisme, Paham ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda,
baik hakikat materi maupun hakikat ruhani, kata agnosticisme barasal dari bahasa Grick. Ignotos
yang berarti Unknow artinya not, Gno artinya Know. Timbulnya aliran ini dikarenakan belum
dapatnya orang mengenal dan mampu menerangkan secara kongkret akan adanya kenyataan
yang berdiri sendiri dan dapat dikenal.
Akal merupakan salah satu anugrah dari Allah SWT yang paling istimewa bagi manusia.
Sifat akal adalah selalu ingin tahu terhadap segala sesuatu, termasuk dirinya sendiri. Pengetahuan
yang dimiliki manusia bukan di bawa sejak lahir, tapi lewat sebuah proses berpikir dan
mendapatkan pengalaman.
C. Epistimologi
Secara historis, istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh J.F. Ferrier, untuk
membedakan dua cabang filsafat, epistemologi dan ontologi. Sebagai sub sistem filsafat,
epistemologi ternyata menyimpan misteri pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah
dipahami. Pengertian epistemologi ini cukup menjadi perhatian para ahli, tetapi mereka memiliki
sudut pandang yang berbeda ketika mengungkapkannya, sehingga didapatkan pengertian yang
berbeda-beda, buka saja pada redaksinya, melainkan juga pada substansi persoalannya.
Substansi persoalan menjadi titik sentral dalam upaya memahami pengertian suatu
konsep, meskipun ciri-ciri yang melekat padanya juga tidak bisa diabaikan. Lazimnya,
pembahasan konsep apa pun, selalu diawali dengan memperkenalkan pengertian (definisi) secara
teknis, guna mengungkap substansi persoalan yang terkandung dalam konsep tersebut. Hal iini
berfungsi mempermudah dan memperjelas pembahasan konsep selanjutnya. Misalnya, seseorang
tidak akan mampu menjelaskan persoalan-persoalan belajar secara mendetail jika dia belum bisa
memahami substansi belajar itu sendiri. Setelah memahami substansi belajar tersebut, dia baru
bisa menjelaskan proses belajar, gaya belajar, teori belajar, prinsip-prinsip belajar, hambatan-
hambatan belajar, cara mengetasi hambatan belajar dan sebagainya. Jadi, pemahaman terhadap
substansi suatu konsep merupakan jalan pembuka bagi pembahasan-pembahsan selanjutnya
yang sedang dibahas dan substansi konsep itu biasanya terkandung dalam definisi (pengertian).
Demikian pula, pengertian epistemologi diharapkan memberikan kepastian pemahaman
terhadap substansinya, sehingga memperlancar pembahasan seluk-beluk yang terkait dengan
epistemologi itu. Ada beberapa pengertian epistemologi yang diungkapkan para ahli yang dapat
dijadikan pijakan untuk memahami apa sebenarnya epistemologi itu.
epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Secara etimologi,
istilah epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti
teori. Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau
sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan. Dalam Epistemologi,
pertanyaan pokoknya adalah apa yang dapat saya ketahui? Persoalan-persoalan dalam
epistemologi adalah: 1.Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu?; 2). Dari mana
pengetahuan itu dapat diperoleh?; 3). Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan
pra pengalaman) dengan pengetahuan a posteriori (pengetahuan purna pengalaman) (Tim Dosen
Filsafat Ilmu UGM, 2003, hal.32).
Pengertian lain, menyatakan bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai
bagaimana kita mendapatkan pengetahuan: apakah sumber-sumber pengetahuan ? apakah
hakikat, jangkauan dan ruang lingkup pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan yang
mungkin untuk ditangkap manuasia (William S.Sahakian dan Mabel Lewis Sahakian, 1965,
dalam Jujun S.Suriasumantri, 2005).
Menurut Musa Asyarie, epistemologi adalah cabang filsafat yang membicarakan
mengenai hakikat ilmu, dan ilmu sebagai proses adalah usaha yang sistematik dan metodik untuk
menemukan prinsip kebenaran yang terdapat pada suatu obyek kajian ilmu. Sedangkan,
P.Hardono Hadi menyatakan, bahwa epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari dan
mencoba menentukan kodrat dan skope pengetahuan, pengandaian-pengendaian dan dasarnya,
serta pertanggungjawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Sedangkan
D.W Hamlyn mendefinisikan epistemologi sebagai cabang filsafat yang berurusan dengan
hakikat dan lingkup pengetahuan, dasar dan pengendaian-pengendaiannya serta secara umum hal
itu dapat diandalkannya sebagai penegasan bahwa orang memiliki pengetahuan.
Inti pemahaman dari kedua pengertian tersebut hampir sama. Sedangkan hal yang cukup
membedakan adalah bahwa pengertian yang pertama menyinggung persoalan kodrat
pengetahuan, sedangkan pengertian kedua tentang hakikat pengetahuan. Kodrat pengetahuan
berbeda dengan hakikat pengetahuan. Kodrat berkaitan dengan sifat yang asli dari pengetahuan,
sedang hakikat pengetahuan berkaitan dengan ciri-ciri pengetahuan, sehingga menghasilkan
pengertian yang sebenarnya. Pembahasan hakikat pengetahuan ini akhirnya melahirkan dua
aliran yang saling berlawanan, yaitu realisme dan idealisme.
Selanjutnya, pengertian epistemologi yang lebih jelas daripada kedua pengertian tersebut,
diungkapkan oleh Dagobert D.Runes. Dia menyatakan, bahwa epistemologi adalah cabang
filsafat yang membahas sumber, struktur, metode-metode dan validitas pengetahuan. Sementara
itu, Azyumardi Azra menambahkan, bahwa epistemologi sebagai ilmu yang membahas tentang
keasliam, pengertian, struktur, metode dan validitas ilmu pengetahuan. Kendati ada sedikit
perbedaan dari kedua pengertian tersebut, tetapi kedua pengertian ini sedikit perbedaan dari
kedua pengertian tersebut, tetapi kedua pengertian ini telah menyajikan pemaparan yang relatif
lebih mudah dipahami.
Ruang Lingkup Epsitimologi
Bertolak dari pengertian-pengertian epistemologi tersebut, kiranya kita perlu memerinci
aspek-aspek yang menjadi cakupannya atau ruang lingkupnya. Sebenarnya masing-masing
definisi diatas telah memberi pemahaman tentang ruang lingkup epistemologi sekaligus, karena
definisi-definisi itu tampaknya didasarkan pada rincian aspek-aspek yang tercakup dalam
lingkup epistemologi daripada aspek-aspek lainnya, seperti proses maupun tujuan. Akan tetapi,
ada baiknya dikemukakan pernyataan-pernyataan lain yang mencoba menguraikan ruang lingkup
epistemologi, sebab pernyataan-pernyataan ini akan membantu pemahaman secara makin
komprehensif dan utuh (holistik) mengenai ruang lingkup pemabahasan epistemologi.
M.Arifin merinci ruang lingkup epistemologi, meliputi hakekat, sumber dan validitas
pengetahuan. Mudlor Achmad merinci menjadi enam aspek, yaitu hakikat, unsur, macam,
tumpuan, batas, dan sasaran pengetahuan. Bahkan, A.M Saefuddin menyebutkan, bahwa
epistemologi mencakup pertanyaan yang harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana asalnya, apa
sumbernya, apa hakikatnya, bagaimana membangun ilmu yang tepat dan benar, apa kebenaran
itu, mungkinkah kita mencapai ilmu yang benar, apa yang dapat kita ketahui, dan sampai
dimanakah batasannya. Semua pertanyaan itu dapat diringkat menjadi dua masalah pokok;
masalah sumber ilmu dan masalah benarnya ilmu.
Jadi meskipun epistemologi itu merupakan sub sistem filsafat, tetapi cakupannya luas
sekali. Jika kita memaduakan rincian aspek-aspek epistemologi, sebagaimana diuraikan tersebut,
maka teori pengetahuan itu bisa meliputi, hakikat, keaslian, sumber, struktur, metode, validias,
unsur, macam, tumpuan, batas, sasaran, dasar, pengandaian, kodrat, pertanggungjawaban dan
skope pengetahuan. Bahkan menurut, Sidi Gazalba, taklid kepada pengetahuan atas kewibaan
orang yang memberikannya termasuk epistemologi, sekalipun ia sebenarnya merupakan doktrin
tentang psikologi kepercayaan. Jelasnya, seluruh permasalahan yang berkaitan dengan
pengetahuan adalah menjadi cakupan epistemologi.

D. Aksiologi
1. Pengertian Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang filsafat ilmu yang mempertanyakan bagaimana manusia
menggunakan ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang
berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori
nilai. Jujun S.Suriasumantri mengartika aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat
nilai merujuk pada pemikiran atau suatu sistem seperti politik, sosial dan agama. sedangkan nilai
itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang diidamkan oleh setiap insan.
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari
pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa
memanfaatkannya dan tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik
pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu
dimanfaatkan di jalan yang tidak benar.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai.
Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan
moral suatu masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat
dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan
bencana.
2. Penilaian dalam Aksiologi
Dalam aksiologi, ada dua penilain yang umum digunakan, yaitu etika dan estetika. Etika
adalah cabang filsafat yang membahas secara kritis dan sistematis masalah-masalah moral.
Kajian etika lebih fokus pada prilaku, norma dan adat istiadat manusia. Etika merupakan salah-
satu cabang filsafat tertua. Setidaknya ia telah menjadi pembahasan menarik sejak masa Sokrates
dan para kaum shopis. Di situ dipersoalkan mengenai masalah kebaikan, keutamaan, keadilan
dan sebagianya. Etika sendiri dalam buku Etika Dasar yang ditulis oleh Franz Magnis Suseno
diartikan sebagai pemikiran kritis, sistematis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-
pandangan moral. Isi dari pandangan-pandangan moral ini sebagaimana telah dijelaskan di atas
adalah norma-norma, adat, wejangan dan adat istiadat manusia. Berbeda dengan norma itu
sendiri, etika tidak menghasilkan suatu kebaikan atau perintah dan larangan, melainkan sebuah
pemikiran yang kritis dan mendasar. Tujuan dari etika adalah agar manusia mengetahi dan
mampu mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan.
Didalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan.
Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab, baik tanggung jawab
terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap tuhan sebagai sang pencipta.
Dalam perkembangan sejarah etika ada empat teori etika sebagai sistem filsafat moral
yaitu, hedonisme, eudemonisme, utiliterisme dan deontologi. Hedoisme adalah padangan moral
yang menyamakan baik menurut pandangan moral dengan kesenangan. Eudemonisme
menegaskan setiap kegiatan manusia mengejar tujuan. Dan adapun tujuan dari manusia itu
sendiri adalah kebahagiaan.
Selanjutnya utilitarisme, yang berpendapat bahwa tujuan hukum adalah memajukan
kepentingan para warga negara dan bukan memaksakan perintah-perintah ilahi atau melindungi
apa yang disebut hak-hak kodrati. Selanjutnya deontologi, adala h pemikiran tentang moral yang
diciptakan oleh Immanuel Kant. Menurut Kant, yang bisa disebut baik dalam arti sesungguhnya
hanyalah kehendak baik. Semua hal lain disebut baik secara terbatas atau dengan syarat.
Misalnya kekayaan manusia apabila digunakan dengan baik oleh kehendak manusia.
Sementara itu, cabang lain dari aksiologi, yakni estetika. Estetika merupakan bidang studi
manusia yang mempersoalkan tentang nilai keindahan. Keindahan mengandung arti bahwa
didalam diri segala sesuatu terdapat unsur-unsur yang tertata secara tertib dan harmonis dalam
satu kesatuan hubungan yang utuh menyeluruh. Maksudnya adalah suatu objek yang indah
bukan semata-mata bersifat selaras serta berpola baik melainkan harus juga mempunyai
kepribadian.
Sebenarnya keindahan bukanlah merupakan suatu kualitas objek, melainkan sesuatu yang
senantiasa bersangkutan dengan perasaan. Misalnya kita bengun pagi, matahari memancarkan
sinarnya kita merasa sehat dan secara umum kita merasaakan kenikmatan. Meskipun
sesungguhnya pagi itu sendiri tidak indah tetapi kita mengalaminya dengan perasaan nikmat.
Dalam hal ini orang cenderung mengalihkan perasaan tadi menjadi sifat objek itu, artinya
memandang keindahan sebagai sifat objek yang kita serap. Padahal sebenarnya tetap merupakan
perasaan.
E. Hubungan Filsafat Ilmu dengan Ilmu Keperawatan
Ilmu keperawatan merupakan ilmu yang tidak akan ada habisnya dalam perjalanan
kehidupan, banyaknya berbagai problema dalam masalah kesehatan semakin memaksa ilmu
keperawtan untuk terus selalu update dalam setiap perputaran waktu. Sebagai ilmu pengetahun,
keperawatan juga lahir dari Filsafat Ilmu.
Sebagai induk dari segala ilmu, Filsafat tentunya selalu berkaitan dengan semua ilmu,
baik kitannya yang bersifat umum atau khusus. Hubungan antara filsafat ilmu dengan ilmu
keperawatan sangat terlihat jelas saat kita melihat bagaimana perawat itu dalam bertindak
haruslah segara melakukan tindakan yang tepat, dan itu tidak akan bisa diwujudkan oleh seorang
perawat bila seandainya perawat tidak faham dan tidak mengerti apa sebenarnya Filsafat Ilmu



BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Melihat pada aspek pemikiran yang cepat dan tepat, filsafat ilmu sangatlah perlu dikuasai
oleh seorang perawat. Karena sangat tidak menutup kemungkinan seorang perawat dalam
menjalankan tugasnya menghadapi persolan-persoalan bagai dilema yang sangat sulit di
pecahkan. Oleh karena itu perawat haruslah mampu menguasai filsafat ilmu itu sendiri untuk
menunjang dalam kecepatan dan ketepatan berfikir dan bertindak.
Filsafat ilmu memiliki cabng-cabang tersendiri yakni :
Metafisika umum adalah istilah lain dari ontologi. Dengan demikian, metafiska atau
otologi adalah cabang filsafat yang membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling
dalam dari segala sesuatu yang ada. Sedangkan metafisika khusus masih terbagi menjadi
Kosmologi, Psikologi dan Teologi.
Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau
sumber, struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan. Pengertian lain, menyatakan
bahwa epistemologi merupakan pembahasan mengenai bagaimana kita mendapatkan
pengetahuan: apakah sumber-sumber pengetahuan ? apakah hakikat, jangkauan dan ruang
lingkup pengetahuan? Sampai tahap mana pengetahuan yang mungkin untuk ditangkap manuasia
(William S.Sahakian dan Mabel Lewis Sahakian, 1965, dalam Jujun S.Suriasumantri, 2005).
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari
pengetahuan.
B. Saran
Sebagai seorang perawat kita hasulah memiliki dan memhami serta menerpkan prinsip
daripada Filsafat Ilmu, dengan menerapakannya maka kita mampu menyelesaikan masalah
dengan pemikiran-pemikiran yang tepat, baik dan cermat, inilah yang disebut The Smart
Beautiful Of Mind.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir Filsafat Umum, (Bandung, 1990).
Al-Ghazali, Setitik Cahaya Dalam Kegelapan,
Jujun S. Suriasuantrim Filsafah Ilmu, Sebuah Pengembangan Populasi. Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta 1998
Tim Dosen Filsafah Ilmu, Filsafat Ilmu (Yogyakarta, 1996)
Jujun S. Suriasuantrim Filsafah Ilmu, Sebuah Pengembangan Populasi. Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta 1998
Azra Azyumardi, Integrasi Keilmuan, (Jakarta: PPJM dan UIN Jakarta Press)
Bidin Masri Elmasyar, MA, dkk, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Hukum, (Jakarta: UIN Jakarta
Press)
Salam Burhanuddin, Logika Materil, Filsapat Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Reneka Cipta, 1997),
cet. Ke-1
Sumatriasumatri Jujun S., Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Sinar Harapan,
1988)
Keraf. S. & Mikhael Dua. (2001). Ilmu Pengetahuan Sebuah Tinjauan Filosofis. Jakarta:
Kanisius.

Mc. Carthy. T. (2006). Teori Kritis Jrgen Habermas (Alih Bahasa oleh Nurhadi).
Noeng Muhadjir, 2001, Filsafat Ilmu, Penerbit Rake Sarasin, Yogjakarta,.
Noerhadi. T. H. (1998). Filsafat Ilmu Pengetahuan. (Diktat Kuliah). Pascasarjana Universitas
Indonesia.

Qadir. C. A. (1995). Ilmu Pengetahuan dan Metodenya. Jakarta: Yayasan Obor.
Sumaryono. E. (1993). Hermeneutik: Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Sudarsono. 2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Wiramihardja, Sutardjo. 2007. Pengantar Filsafat. Bandung: PT Refika
Aditama.

Zar, Sirajuddin, 2004 Filsafat Islam, Jakarta : Raja Grafindo
http://staf_unud.com/artikel/filsafat_ilmu.htm.
diakses pada 3 Desember 2011

http://filsafatindonesia1001.wordpress.com/2009/07/22/perbedaan-antara-ilmu-dan-
pengetahuan/ Sabtu, 03 Desember 2011
http://id.wikipedia.org/wiki/Ontologi, Sabtu, 3 Desember 2011
Terima kasih atas kunjungan anda, semoga postingan saya bermanfaat. Tolong berikan pendapat
anda tentang postingan saya.




Leave a Reply
Subscribe to Posts | Subscribe to Comments




BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Filsafat saat ini telah berkembang lebih maju dalam berbagai bidang dan mempunyai peranan
penting dalam kehidupan. Cabang filsafat sendiri saat ini telah berkembang dalam berbagai bidang yaitu
filsafat pengetahuan, filsafat moral, filsafat seni, metafisika, politik, filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat
pendidikan, filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat matematika dan lain sebagainya. Filsafat juga sangat
berperan dalam bidang kesehatan khususnya keperawatan. Filsafat dalam bidang keperawatan ini dapat
dipandang atau dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi filsafat pendidikannya dan filsafat ilmu
keperawatannya serta pelayanannya. Oleh karena itu dalam kurikulum pendidikan saat ini di perguruan
tinggi terutama dalam program pendidikan pasca sarjana magister keperawatan, filsafat telah banyak
dimasukkan sebagai salah satu mata ajar yang harus ditempuh peserta didik.
Filsafat dalam bidang pendidikan keperawatan mampu memberikan pedoman kepada para
pendidik (dosen/guru) sehingga akan dapat mewarnai sikap perilakunya dalam mengelola proses belajar
mengajar (PBM). Selain itu dengan adanya filsafat akan didapatkan pengetahuan yang murni atau
kemajuan pengetahuan di bidang pelayanan keperawatan untuk dapat diaplikasikan demi kesembuhan
pasien dengan didasarkan pada premis-premis pendukung hal tersebut.

B. TUJUAN
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami tetang apa itu filsafat, peranannya dalam
kehidupan, peranannya dalam pendidikan serta peranannya dalam ilmu keperawatan

BAB II
PEMBAHASAN

A. FILSAFAT ILMU
1. Pengertian
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga disebut epistimologi.
Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc yang berarti knowledge, pengetahuan dan logos
yang berarti teori. Istilah ini pertama kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat dua
cabang filsafat yakni epistemology dan ontology (on=being, wujud, apa+logos = teori ), ontology ( teori
tentang apa ).
Untuk memahami arti dan makna filsafat ilmu, di bawah ini dikemukakan pengertian filsafat ilmu
dari beberapa ahli yang terangkum dalam Filsafat ilmu.
a. Robert Ackermann: Filsafat ilmu adalah suatu tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa
ini yang dibandingkan dengan pendapat-pendapat terdahulu yang telah dibuktikan.
b. Lewis White Beck: Filsafat ilmu itu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta
mencoba menetapkan nilai dan pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
c. Cornelius Benjamin: filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat ilmui yang menelaah
sistematis mengenai sifat dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-
praanggapan, serta letaknya dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual.
d. May Brodbeck: filsafat ilmu itu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafat ilmui, pelukisan dan
penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
Berdasarkan pendapat di atas kita memperoleh gambaran bahwa filsafat ilmu merupakan telaah
kefilsafat ilmuan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai dinamika proses kegiatan memperoleh
pengetahuan secara ilmiah. Ini berarti bahwa terdapat pengetahuan yang ilmiah dan tak-ilmiah. Adapun
yang tergolong ilmiah ialah yang disebut ilmu pengetahuan atau singkatnya ilmu saja, yaitu akumulasi
pengetahuan yang telah disistematisasi dan diorganisasi sedemikian rupa, sehingga memenuhi asas
pengaturan secara prosedural, metologis, teknis, dan normatif akademis. Dengan demikian teruji
kebenaran ilmiahnya sehingga memenuhi kesahihan atau validitas ilmu, atau secara ilmiah dapat
dipertanggungjawabkan. Sedang pengetahuan tak-ilmiah adalah yang masih tergolong prailmiah. Dalam
hal ini berupa pengetahuan hasil serapan indrawi yang secara sadar diperoleh, baik yang telah lama
maupun baru didapat. Disamping itu termasuk yang diperoleh secara pasif atau di luar kesadaran seperti
ilham, intuisi, wangsit, atau wahyu (oleh nabi).
Inti sari dari filsafat ilmu terdiri dari kebenaran, fakta, logika, dan konfirmasi. Adapun ciri-ciri dan
cara kerja filsafat ilmu antara lain sebagai berikut:
a. Mengkaji dan menganalisis konsep-konsep, asumsi dan metode ilmiah
b. Mengkaji keterkaitan ilmu yang satu dengan ilmu yang lainnya
c. Menyelidiki berbagai dampak pengetahuan ilmiah terhadap : cara pandang manusia, hakikat manusia,
nilai-nilai yang dianut manusia, tempat tinggal manusia, sumber-sumber pengetahuan dan hakekatnya,
logika dengan matematika, logika dan matematika dengan realitas yang ada
Sedangkan fungsi dari filsafat ilmu itu sendiri antara lain :
a. Alat-alat untuk menulusuri kebenaran segala hal-hal yang dapat disaksikan dengan panca indra dan
dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah
b. Memberikan pengertian tentang cara hidup dan pandangan hidup
c. Panduan tentang ajaran moral dan etika
d. Sumber ilham dan panduan untuk menjalani berbagai aspek kehidupan
Sehingga dengan demikian filsafat ilmu sangatlah penting peranannya bagi pengembangan ilmu
pengetahuan. Tentu juga filsafat ilmu sangat bermanfaat bagi manusia untuk menjalani berbagai aspek
kehidupan.

2. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu
Bidang garapan Filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi tiang
penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
Ontologi ilmu meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren
dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat ilmu tentang apa dan bagaimana
(yang) Ada itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau
spiritualisme, Paham dualisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik
yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan keyakinan kita masing-masing mengenai apa dan
bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
Epistemologi ilmu meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk
mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan
sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal
(Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi,
merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya model-model
epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, feno-
menologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagaimana kelebihan dan kelemahan sesuatu
model epistemologik beserta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu seped teori koherensi,
korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif.
Akslologi llmu meliputi nilal-nilai (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap
kebenaran atau kenyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai
kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan simbolik atau pun fisik-material. Lebih dari itu nilai-nilai juga
ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan
kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.
Dalam perkembangannya Filsafat ilmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi
Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampal pada dimensi kebudayaan
untuk menangkap tidak saja kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi
kehidupan.

3. Objek Filsafat Ilmu
Objek Material filsafat ilmu Yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu disiplin ilmu yang
mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.
Menurut Dardiri (2000) bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang ada dalam
pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di bagi dua,
yaitu :
Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada
umumnya.Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan tidak
mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).Objek Formal filsafat ilmu
yaitu sudut pandangan yang ditujukan pada bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan itu,
atau sudut dari mana objek material itu di sorot. Contoh : Objek materialnya adalah manusia dan
manusia ini di tinjau dari sudut pandangan yang berbeda-beda sehingga ada beberapa ilmu yang
mempelajari manusia di antaranya psikologi, antropologi, sosiologi dan lain sebagainya.

B. FILSAFAT DALAM KEPERAWATAN
Keperawatan saat ini tengah mengalami masa transisi panjang yang tampaknya belum akan segera
berakhir. Keperawatan yang awalnya merupakan vokasi dan sangat didasari oleh mother instinct naluri
keibuan, mengalami perubahan atau pergeseran yang sangat mendasar atas konsep dan proses, menuju
keperawatan sebagai profesi. Perubahan ini terjadi karena tuntutan dan perkembangan kebutuhan
masyarakat akan pelayanan kesehatan secara umum, perkembangan IPTEK dan perkembangan profesi
keperawatan sendiri.
Keperawatan sebagai profesi harus didasari konsep keilmuan yang jelas, yang menuntun untuk
berpikir kritis-logis-analitis, bertindak secara rasionaletis, serta kematangan untuk bersikap tanggap
terhadap kebutuhan dan perkembangan kebutuhan masyarakat akan pelayanan keperawatan.
Keperawatan sebagai direct human care harus dapat menjawab mengapa seseorang membutuhkan
keperawatan, domain keperawatan dan keterbatasan lingkup pengetahuan serta lingkup garapan
praktek keperawatan, basis konsep dari teori dan struktur substantif setiap konsep menyiapkan
substansi dari ilmu keperawatan sehingga dapat menjadi acuan untuk melihat wujud konkrit
permasalahan pada situasi kehidupan manusia dimana perawat atau keperawatan diperlukan
keberadaannya. Secara mendasar, keperawatan sebagai profesi dapat terwujud bila para profesionalnya
dalam lingkup karyanya senantiasa berpikir analitis, kritis dan logis terhadap fenomena yang
dihadapinya, bertindak secara rasional-etis, serta bersikap tanggap atau peka terhadap kebutuhan klien
sebagai pengguna jasanya. Sehingga perlu dikaitkan atau dipahami dengan filsafat untuk mencari
kebenaran tentang ilmu keperawatan guna memajukan ilmu keperawatan.
Filsafat keperawatan merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan esensi
keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan. Pendapat lain tentang
filsafat keperawatan adalah suatu ilmu yg mempalajari tentang cara berfikir seorang perawat dalam
menghadapi pasiennya tentang kebenaran dan kebijaksanaan sehingga tingkat kesejahteraan dan
kesehatan pasien dapat meningkat. Ilmu keperawatan jika dilihat dari sudut pandang filsafat akan dapat
muncul pertanyaan-pertanyaan antara lain pertanyaan ontologi ( apa ilmu keperawatan ), pertanyaan
epistemologi ( bagaimana lahirnya ilmu keperawatan ) dan pertanyaan aksiologi ( untuk apa ilmu
keperawatan itu digunakan).
Jawaban pertanyaan ontologi tentang apa itu ilmu keperawatan dapat didefinisikan dalam
beberapa pendapat. Calilista Roy (1976) mendefinisikan bahwa keperawatan merupakan definisi ilmiah
yang berorientasi kepada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan untuk
memberikan pelayanan kepada klien. Sedangkan Florence Nightingale (1895) mendefinisikan
keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah menempatkan pasien dalam kondisi paling baik bagi
alam dan isinya untuk bertindak. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keperawatan
adalah upaya pemberian pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan expert, holistic berdasarkan
ilmu dan kiat, serta standart pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi
perawat expert secara mandiri atau melalui upaya kolaborasi.
Jawaban pertanyaan epistemologi tentang bagaimana lahirnya ilmu keperawatan berkaitan dengan
kehidupan dahulu. Secara naluriah keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan manusia. Orang-
orang pada zaman dahulu hidup dalam keadaan original. Namun demikian mereka sudah mampu
memiliki sedikit pengetahuan dan kecakapan dalam merawat atau mengobati. Perkembangan
keperawatan dipengaruhi oleh semakin majunya peradaban manusia maka semakin berkembang
keperawatan. Pekerjaan merawat dikerjakan berdasarkan naluri (instink) mother instinct (naluri
keibuan) yang merupakan suatu naluri yang bersendi pada pemeliharaan jenis (melindungi anak, dan
merawat orang lemah). Diawali ole seorang Florence Nightingale yang mengamati fenomena bahwa
pasien yang dirawat dengan keadaan lingkungan yang bersih ternyata lebih cepat sembuh dibanding
pasien yang dirawat dalam kondisi lingkungan yang kotor. Hal ini membuahkan kesimpulan bahwa
perawatan lingkungan berperan dalam keberhasilan perawatan pasien yang kemudian menjadi
paradigma keperawatan berdasarkan lingkungan. Sehingga semenjak itu banyak pemikiran baru yang
didasari dengan berbagai tehnik untuk mendapatan kebenaran baik dengan cara Revelasi (pengalaman
pribadi), otoritas dari seorang yang ahli, intuisi (diluar kesadaran), dump common sense (pengalaman
tidak sengaja), dan penggunaan metode ilmiah dengan penelitian-peneltian dalam bidang keperawatan.
Misalnya Peplau (1952) menemukan teori interpersonal sebagai dasar perawatan. Orlando (1961)
menemukan teori komunikasi sebagai dasar perawatan. Roy (1970) menemukan teori adaptasi sebagai
dasar perawatan. Johnson (1961) menemukan stabilitas sebagai tujuan perawatan dan Rogers (1970)
menemukan konsep manusia yang unik.
Jawaban pertanyaan aksiologis diatas dapat dijelaskan bahwa ilmu keperawatan digunakan sebagai
ilmu, pedoman, dan dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan berbagai
tingkatan dari individu, keluarga, kelompok bahkan sampai masyarakat luas guna meningkatkan derajat
kesehatan pasien tersebut. Sehingga bisa merubah kondisi seseorang atau sekelompok orang dari
kondisi sakit menjadi sembuh dan yang sudah sehat dapat mempertahankan atau mengoptimalkan
derajat kesehatannya.
Hakekat manusia sebagai makhluk biopsikososio dan spritual, pada hakekatnya keperawatan
merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang berorientasi pada pelayanan, memiliki tingkat klien
(individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) serta pelayanan yang mencakup seluruh rentang
pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Adapun hakekat keperawatan adalah sebagai berikut:
a. Sebagai ilmu dan seni, merupakan suatu ilmu yang didalam aplikasinya lebih kearah ilmu terapan.
b. Sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan umtuk membantu manusia mengatasi masalah
sehat dan sakit dalam kehidupannya untuk mencapai kesejahteraan.
c. Sebagai pelayanan kesehatan yang memiliki tiga sasaran, diantaranya individu, keluarga dan masyarakat
sebagai klien.
d. Sebagai kolaborator dengan tim kesehatan lainnya dalam pembinaan kesehatan, pencegahan penyakit,
penentuan diagnosis dini, penyembuhan serta rehabilitasi dan pembatasan penyakit.
Sedangkan esensinya yang meliputi:
a. Memandang pasien sebagai makhluk yang utuh (holistik) yang harus dipenuhi segala kebutuhannya baik
biospikososio dan spritual yang diberikan secara komprehensif dan tidak bisa dilakukan secara sepihak
atau sebagian dari kebutuhannya.
b. Bentuk pelayanan keperawatan harus diberikan secara langsung dengan memperhatikan aspek
kemanusiaan.
c. Setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaaan suku, kepercayaan, status
sosial, agama dan ekonomi.
d. Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan
mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan bukan sendiri-sendiri.
e. Pasien adalah mitra aktif dalam pelayanan kesehatan bukan sebagai penerima jasa yang pasif.
Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkan pada asumsi bahwa human science and
human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human science
keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan estetia, humanities dan kiat/art
(Watson,1985). Sebagai pengetahuan tentang human care fokusnya untuk mengembangkan
pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti dinyatakan oleh Watson (1985) human care is the
heart of nursing atau Leininger (1984) yang menekankan caring is the central and unifying domain for
the body of knowledge and practices of nursing.
Dalam eksplikasi sains tentang human care, pencarian harus termasuk pada beragam metoda untuk
memperoleh pemahaman utuh dari human phenomena. Pencarian ini harus memfasilitasi integrasi
pengetahuan dari biomedical, perilaku, sosiokultural, seni dan humaniora untuk menemukan
pengetahuan keperawatan baru. Melalui strategi integrasi dan analisis, dunia objektifitas dapat
dihubungkan dengan dunia subjektif dari pengalaman manusia untuk mencapai linkage ini. Perspektif
tentang human science memberi kesempatan bagi pemikir atau peneliti keperawatan untuk melakukan
telaah terhadap keilmuan keperawatan dan arahnya, guna meletakkan dasar-dasar subject matter serta
tanggung jawab ilmiah dan sosialnya. Melalui perspektif ini, kajian terhadap makna, nilai etika tentang
manusia, kesehatan dan keperawatan dapat dilakukan.
Dalam konteks ini, pemahaman tentang human science berbasis pada filosofi tentang kebebasan,
pilihan dan tanggung jawab manusia biologi dan psikologi tentang keutuhan manusiawi (holism).
Epistemologi bukan hanya secara empiris tetapi juga pengembangan estetis, nilai-nilai etis, intuisi dan
proses eksplorasi dan penemuan konteks hubungan, dan proses interaksi antar manusia.

Relevansi Antara Filsafat Ilmu Dengan Keperawatan
Filsafat keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas, serta
keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasakan pada alasan logis daripada metoda
empiris. Filsafat keilmuan harus menunjukkan bagaimana pengetahuan ilmiah sebenarnya dapat
diaplikasikan yang kemudian menghasilkan pengetahuan alam semesta, dalam hal ini pengetahuan
keperawatan, sehingga filsafat keperawatan adalah keyakinan dasar tentang pengetahuan keperawatan
yang mengandung pokok pemahaman biologis manusia dan perilakunya dalam keadaan sehat dan sakit
terutama berfokus kepada respons mereka terhadap situasi.

Manfaat/peranan Filsafat Dalam Ilmu Keperawatan
Dalam pengembangan ilmu keperawatan tidak bisa terlepas dari peranan filsafat didalamnya.
Adapun manfaat atau peranan filsafat dalam keperawatan antara lain adalah:
a. Memudahkan proses keperawatan karena tanpa mempelajari filsafat ilmu keperawatan maka akan
semakin sulit melaksanakan proses keperawatan
b. Dengan mengetahui dan melaksanakan perilaku yang mengandung makna, rasa cinta terhadap
kebijaksanaan, terhadap pengetahuan, terhadap hikmah dan ucapannya yang baik dan sopan seseorang
dapat mengetahui bagaimana landasan dasar dari ilmu keperawatan tersebut
c. Dapat memecahkan suatu permasalahan meliputi dampak teknologi, sosial budaya, ekonomi,
pengobatan alternatif, kepercayaan spritual dan masih banyak yang lainnya mengenai seluk beluk
lingkup profesi keperawatan yang semuanya digunakan dalam hal pencapaian profesionalisme seorang
perawat
d. Menghindari dan meminimalisasi kesalahpahaman dan konflik dalam pencarian kebenaran tentang ilmu
keperawatan
e. Sebagai dasar dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan untuk bertindak melalui
pengalaman-pengalaman yang sudah ada
f. Mendapatkan kebenaran tentang hal-hal yang dianggap belum pasti apakah tindakan yang kita lakukan
dan pendapat yang kita keluarkan itu adalah benar atau salah, misalnya jika kita melakukan tindakan
seperti injeksi terhadap klien kita harus tahu terlebih dahulu prosedur-prosedur apa saja yang dilakukan,
jadi setelah kita mengetahuinya maka kita akan melakukan tindakan itu secara benar
g. Dengan filsafat seorang perawat dapat menggunakan kebijaksanaan yang dia peroleh dari filsafat
sehingga perawat tersebut dapat lebih berfikir positif (positif thinking) dan dengan positif thinking
tersebut seorang perawat dapat menjalankan tugasnya dengan baik sehingga pasien yang tadinya susah
berkomunikasi dapat menjadi lebih dapat berkomunikasi dengan baik dan akhirnya dapat mempercepat
proses penyembuhan pasien tersebut

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Filsafat ilmu adalah tinjauan kritis tentang pendapat ilmiah dengan menilai metode-metode
pemikirannya secara netral dalam kerangka umum cabang pengetahuan intelektuaL.
Ruang lingkup filsafat ilmu melingkupi ontologi ilmu yang mengupas hakikat dari ilmu itu sendiri,
epistemologi ilmu yang membahas tatacara dan landasan untuk mencapai pengetahuan ilmiah tersebut
dan terakhir aksiologi ilmu yang meliputi nilai-nilai normatif dalam pemberian makna terhadap
kebenaran atau kenyataan.
Objek dari filsafat ilmu dapat bersifat umum dan bersifat khusus yang terbagi menjadi dua yaitu
secara mutlak dan tidak mutlak sejarah perkembangan filsafat sudah dimulai sejak zaman yunani kuno
dengan tokoh-tokoh terkenal seperti aristoteles, plato, thales dan sebagainya, kemudian dilanjutkan
pada zaman abad pertengahan yang digawangi oleh para pemuka agama dengan terpengaruh pada
pemikiran tokoh yunani kuno. perkembangan filsafat selanjutnya adalah zaman renaissance atau
kebangkitan kembali yang berpendapat pada kebebasan manusia dan tidak didasarkan pada campur
tangan tuhan. perkembangan terakhir yaitu pada zaman modern yang ditandai dengan beruntunnya
penemuan-penemuan ilmiah dan mutakhir yang dirintis pada zaman renaissaince.

Kamis, 29 Agustus 2013
FILSAFAT KEPERAWATAN

A. Latar Belakang
Filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berfikir radikal dalam arti mulai dari radix suatu gejala dari
akar suatu hal yang hendak dimasalahkan, dan dengan jalan penjajagan yang radikal filsafat berusaha
untuk sampai kepada kesimpulanyang universal.
Filsafat saat ini telah berkembang lebih maju dalam berbagai bidang dan mempunyai peranan
penting dalam kehidupan. Cabang filsafat sendiri saat ini telah berkembang dalam berbagai bidang yaitu
filsafat pengetahuan, filsafat moral, filsafat seni, metafisika, politik, filsafat agama, filsafat ilmu, filsafat
pendidikan, filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat matematika dan lain sebagainya. Filsafat juga sangat
berperan dalam bidang kesehatan khususnya keperawatan. Filsafat dalam bidang keperawatan ini dapat
dipandang atau dilihat dari dua sisi yaitu dari sisi filsafat pendidikannya dan filsafat ilmu
keperawatannya serta pelayanannya. Sehingga perlu dikaitkan atau dipahami dengan filsafat untuk
mencari kebenaran tentang ilmu keperawatan guna memajukan ilmu keperawatan.
Filsafat dalam bidang pendidikan keperawatan mampu memberikan pedoman kepada para
pendidik (dosen/guru) sehingga akan dapat mewarnai sikap perilakunya dalam mengelola proses belajar
mengajar (PBM). Selain itu dengan adanya filsafat akan didapatkan pengetahuan yang murni atau
kemajuan pengetahuan di bidang pelayanan keperawatan untuk dapat diaplikasikan demi kesembuhan
pasien dengan didasarkan pada premis-premis pendukung hal tersebut.
Oleh karena itu, inilah alasan mengapa ilmu filsafat itu sangat penting untuk dipelajari terutama
filsafat keperawatan, sebagai tuntunan atau dasar untuk melakukan penalaran yang tepat dan berpikir
secara mandiri, logika, kritis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan filsafat keperawatan?
2. Apa yang menjadi wawasan ilmu keperawatan?
3. Bagaimana teori dan konsep keperawatan?
4. Bagaimana keperawatan sebagai ilmu dilihat dari objek formal dan material?
5. Apa apa itu ilmu keperawatan (ontology)?
6. Bagaimana lahirnya ilmu keperawatan (epistimologi)?
7. Untuk apa ilmu keperawatan itu digunakan (Aksiologi)?
8. Bagaimana hakekat keperawatan?
9. Bagaimana peranan filsafat dalam ilmu keperawatan?
10. Bagaimana relevansi antara filsafat ilmu dengan keperawatan?

C. Tujuan
a. Tujuan umum
Adapun tujuan umum penyusunan resume ini adalah mendukung kegiatan pembelajaran
keparawatan, khususnya mata kuliah filsafat ilmu serta melatih mahasiswa untuk berpikir kritis.
b. Tujuan khusus
Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian filsafat dan filsafat keperawatan, ontology,
epistimologi dan Aksiologi ilmu keperawatan, hakekat keperawatan, peranan filsafat dalam ilmu
keperawatan serta relevansi antara filsafat ilmu dengan keperawatan.

D. Manfaat
Mendapatkan pengetahuan tentang filsafat keperawatan dan mahasiswa akan dapat
menggunakan logika dalam berfikir dam memiliki kemampuan merumuskan pemikiran dengan
menggunakan bahasa yang baik dan benar

BAB II
PEMBAHSAN
A. Pengertian
Filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia dan philoshophos. Menurut bentuk kata,
philosophia diambil dari kata philos dan shopia atau philos dan sophos. Philos berarti cinta dan shopia
atau shopos berarti kebijaksanaan, pengetahuan, dan hikmah. Dalam pengertian ini seseorang dapat
disebut telah berfilsafat apabila seluruh ucapannya dan perilakunya mengandung makna dan ciri sebagai
orang yang cinta terhadap kebijaksanaan, terhadap pengetahuan dan terhadap hikmah.
filsafat ilmu merupakan cabang pengetahuan filsafat yang menelaah sistematis mengenai sifat
dasar ilmu, metode-metodenya, konsep-konsepnya dan praanggapan-praanggapan, serta letaknya
dalam kerangka umum cabang-cabang pengetahuan intelektual (Cornelius Benjamin).
Filsafat keperawatan merupakan pandangan dasar tentang hakekat manusia dan esensi
keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktek keperawatan.
Pendapat lain tentang filsafat keperawatan adalah suatu ilmu yg mempalajari tentang cara
berfikir seorang perawat dalam menghadapi pasiennya tentang kebenaran dan kebijaksanaan sehingga
tingkat kesejahteraan dan kesehatan pasien dapat meningkat.
Ilmu keperawatan jika dilihat dari sudut pandang filsafat akan dapat muncul pertanyaan-
pertanyaan antara lain pertanyaan ontologi ( apa ilmu keperawatan ), pertanyaan epistemologi (
bagaimana lahirnya ilmu keperawatan ) dan pertanyaan aksiologi ( untuk apa ilmu keperawatan itu
digunakan).

B. Ilmu Keperawatan
Mencakup ilmu-ilmu dasar (alam, sosial, perilaku), ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat,
ilmu dasar keperawatan, ilmu keperawatan komunitas, dan ilmu keperawatan klinik yang aplikasinya
menggunakan pendekatan dan metode pemecahan masalah secara saitifik atau ilmiah, ditujukan untuk
mempertahankan, menopang, memelihara dan meningkatkan integritas kebutuhan dasar manusia.

C. Wawasan Ilmu Keperawatan
Mencakup ilmu yang mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia, melalui pengkajian mendasar tentang hal yang melatarbelakangi serta mempelajari barbagai
upaya untuk mencapai kebutuhan dasar tersebut melalui pemanfaatan semua sumber yang ada dan
potensial.
Bidang garapan dan fenomena yang menjadi obyek studi ilmu keperawatan Ada penyimpangan
atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) mulai dari tingkat
individu utuh, mencakup seluruh siklus kehidupan sampai pada tingkat masyarakat, yang juga
tercerminkan pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat sistem organ fungsional sampai
molekuler.

D. Teori Dan Konsep Keperawatan
Teoria (Yunani): berfikir abstrak
- Melibatkan fungsi inteletual terdiri atas prinsip, konsep, dan hubungannya
- Di implementasikan secara terpadu dalam tahapan yang terorganisasikan dalam bentuk proses
penyelesaian masalah secara ilmiah meliputi pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan,
perencanaan, tindakan keperawatan dan evaluasi hasil tindakan keperawatan
- Karakteristik Dasar teori:
Interelasi konsep dalam teori yang menghasilkan cara melihat fenomena, Ada rencana prinsip dan
proposisi logis, Teori harus mampu untuk riset agar valid dan realible, Berkontribusi melakukan ekspansi
ilmu keperawatan (teori harus dapat meningkatkan praktik)
Teori dibutuhkan dalam disiplin ilmu untuk (Chinn da Jacob, 1986):
- Menghindari terjadinya praktik keperawatan yang tidak bertanggung jawab
- Melaksanakan praktek keperawatan secara professional
- Mengarahkan profesi dalam mencapai otonomi (mampu menunjukkan kemandirian)

E. Keperawatan Sebagai Ilmu
1. Objek formal:
- Respon manusia terhadap masalah kesehatan terkait pemenuhan kebutuhan dasar
- Bantuan diberikan karena ada masalah
2. Objek material
- Adanya landasan ilmu keperawatan
- Pendekatan secara sistematis dan ilmiah

F. Ontologi, Epistimologi dan Aksiologi Ilmu Keperawatan

Ontologi: tentang apa itu ilmu keperawatan?
Jawaban tentang tentang apa itu ilmu keperawatan dapat didefinisikan dalam beberapa
pendapat. Calilista Roy (1976) mendefinisikan bahwa keperawatan merupakan definisi ilmiah yang
berorientasi kepada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan
pelayanan kepada klien. Sedangkan Florence Nightingale (1895) mendefinisikan keperawatan sebagai
berikut, keperawatan adalah menempatkan pasien dalam kondisi paling baik bagi alam dan isinya untuk
bertindak. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya
pemberian pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan expert, holistic berdasarkan ilmu dan kiat,
serta standart pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat expert
secara mandiri atau melalui upaya kolaborasi.
Epistemologi: tentang bagaimana lahirnya ilmu keperawatan berkaitan dengan kehidupan dahulu?.
Secara naluriah keperawatan lahir bersamaan dengan penciptaan manusia. Orang-orang pada
zaman dahulu hidup dalam keadaan original. Namun demikian mereka sudah mampu memiliki sedikit
pengetahuan dan kecakapan dalam merawat atau mengobati. Perkembangan keperawatan dipengaruhi
oleh semakin majunya peradaban manusia maka semakin berkembang keperawatan. Pekerjaan
merawat dikerjakan berdasarkan naluri (instink) mother instinct (naluri keibuan) yang merupakan
suatu naluri yang bersendi pada pemeliharaan jenis (melindungi anak, dan merawat orang lemah).
Diawali oleh seorang Florence Nightingale yang mengamati fenomena bahwa pasien yang
dirawat dengan keadaan lingkungan yang bersih ternyata lebih cepat sembuh dibanding pasien yang
dirawat dalam kondisi lingkungan yang kotor. Hal ini membuahkan kesimpulan bahwa perawatan
lingkungan berperan dalam keberhasilan perawatan pasien yang kemudian menjadi paradigma
keperawatan berdasarkan lingkungan. Sehingga semenjak itu banyak pemikiran baru yang didasari
dengan berbagai tehnik untuk mendapatan kebenaran baik dengan cara Revelasi (pengalaman pribadi),
otoritas dari seorang yang ahli, intuisi (diluar kesadaran), dump common sense (pengalaman tidak
sengaja), dan penggunaan metode ilmiah dengan penelitian-peneltian dalam bidang keperawatan.
Misalnya Peplau (1952) menemukan teori interpersonal sebagai dasar perawatan. Orlando (1961)
menemukan teori komunikasi sebagai dasar perawatan. Roy (1970) menemukan teori adaptasi sebagai
dasar perawatan. Johnson (1961) menemukan stabilitas sebagai tujuan perawatan dan Rogers (1970)
menemukan konsep manusia yang unik.
Aksiologi: untuk apa ilmu keperawatan itu digunakan?
Jawaban pertanyaan aksiologis diatas dapat dijelaskan bahwa ilmu keperawatan digunakan
sebagai ilmu, pedoman, dan dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien dengan
berbagai tingkatan dari individu, keluarga, kelompok bahkan sampai masyarakat luas guna
meningkatkan derajat kesehatan pasien tersebut. Sehingga bisa merubah kondisi seseorang atau
sekelompok orang dari kondisi sakit menjadi sembuh dan yang sudah sehat dapat mempertahankan
atau mengoptimalkan derajat kesehatannya

G. Hakekat Keperawatan
Pada hakekatnya keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang berorientasi pada
pelayanan, memiliki tingkat klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) serta pelayanan yang
mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Adapun hakekat keperawatan
adalah sebagai berikut:
1. Sebagai ilmu dan seni, merupakan suatu ilmu yang didalam aplikasinya lebih kearah ilmu terapan.
2. Sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan umtuk membantu manusia mengatasi masalah
sehat dan sakit dalam kehidupannya untuk mencapai kesejahteraan.
3. Sebagai pelayanan kesehatan yang memiliki tiga sasaran, diantaranya individu, keluarga dan masyarakat
sebagai klien.
4. Sebagai kolaborator dengan tim kesehatan lainnya dalam pembinaan kesehatan, pencegahan penyakit,
penentuan diagnosis dini, penyembuhan serta rehabilitasi dan pembatasan penyakit.
Sedangkan esensinya yang meliputi:
1. Memandang pasien sebagai makhluk yang utuh (holistik) yang harus dipenuhi segala kebutuhannya baik
biospikososio dan spritual yang diberikan secara komprehensif dan tidak bisa dilakukan secara sepihak
atau sebagian dari kebutuhannya.
2. Bentuk pelayanan keperawatan harus diberikan secara langsung dengan memperhatikan aspek
kemanusiaan.
3. Setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaaan suku, kepercayaan, status
sosial, agama dan ekonomi.
4. Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan
mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan bukan sendiri-sendiri. Pasien adalah mitra aktif
dalam pelayanan kesehatan bukan sebagai penerima jasa yang pasif.

H. Manfaat/peranan Filsafat Dalam Ilmu Keperawatan
Dalam pengembangan ilmu keperawatan tidak bisa terlepas dari peranan filsafat didalamnya.
Adapun manfaat atau peranan filsafat dalam keperawatan antara lain adalah:
1. Memudahkan proses keperawatan karena tanpa mempelajari filsafat ilmu keperawatan maka akan
semakin sulit melaksanakan proses keperawatan
2. Dengan mengetahui dan melaksanakan perilaku yang mengandung makna, rasa cinta terhadap
kebijaksanaan, terhadap pengetahuan, terhadap hikmah dan ucapannya yang baik dan sopan seseorang
dapat mengetahui bagaimana landasan dasar dari ilmu keperawatan tersebut
3. Dapat memecahkan suatu permasalahan meliputi dampak teknologi, sosial budaya, ekonomi,
pengobatan alternatif, kepercayaan spritual dan masih banyak yang lainnya mengenai seluk beluk
lingkup profesi keperawatan yang semuanya digunakan dalam hal pencapaian profesionalisme seorang
perawat
4. Menghindari dan meminimalisasi kesalahpahaman dan konflik dalam pencarian kebenaran tentang ilmu
keperawatan
5. Sebagai dasar dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan untuk bertindak melalui
pengalaman-pengalaman yang sudah ada
6. Mendapatkan kebenaran tentang hal-hal yang dianggap belum pasti apakah tindakan yang kita lakukan
dan pendapat yang kita keluarkan itu adalah benar atau salah, misalnya jika kita melakukan tindakan
seperti injeksi terhadap klien kita harus tahu terlebih dahulu prosedur-prosedur apa saja yang dilakukan,
jadi setelah kita mengetahuinya maka kita akan melakukan tindakan itu secara benar
7. Dengan filsafat seorang perawat dapat menggunakan kebijaksanaan yang dia peroleh dari filsafat
sehingga perawat tersebut dapat lebih berfikir positif (positif thinking) dan dengan positif thinking
tersebut seorang perawat dapat menjalankan tugasnya dengan baik sehingga pasien yang tadinya susah
berkomunikasi dapat menjadi lebih dapat berkomunikasi dengan baik dan akhirnya dapat mempercepat
proses penyembuhan pasien tersebut.

I. Relevansi Filsafat Ilmu Dengan Keperawatan
Filsafat keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas, serta
keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasakan pada alasan logis daripada metoda
empiris. Filsafat keilmuan harus menunjukkan bagaimana pengetahuan ilmiah sebenarnya dapat
diaplikasikan yang kemudian menghasilkan pengetahuan alam semesta, dalam hal ini pengetahuan
keperawatan, sehingga filsafat keperawatan adalah keyakinan dasar tentang pengetahuan keperawatan
yang mengandung pokok pemahaman biologis manusia dan perilakunya dalam keadaan sehat dan sakit
terutama berfokus kepada respons mereka terhadap situasi


Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani, yaitu : Ontos : being, dan Logos Logic Jadi ontology
adalah the theory of being qua being ( teori tentang keberadaan sebagai keberadaan ). Atau bisa juga
ilmu tentang yang ada. Secara istilah ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang ada
yang merupakan realiti baik berbentuk jasmani atau kongkrit maupun rohani atau abstrak
Istilah ontologi pertama kali diperkenalkan oleh rudolf Goclenius pada tahun 1936 M, untuk
menamai hakekat yang ada bersifat metafisis. Dalam perkembangannya Christian Wolf (1679-1754)
membagi metafisika menjadi dua, yaitu metafisika umum dan khusus.

Metafisika umum adalah istilah lain dari ontologi. Dengan demikian, metafiska atau otologi adalah
cabang filsafat yang membahas tentang prinsip yang paling dasar atau paling dalam dari segala sesuatu
yang ada. Sedangkan metafisika khusus masih terbagi 3 menjadi Kosmologi, Psikologi dan Teologi.
Didalam pemahaman Ontologi terdapat beberapa pandangan-pandangan pokok pemikiran,
diantaranya :
a) Materialisme, Aliran ini menganggap bahwa sumber yang asal itu adalah materi, bukan rohania)
b) Dualisme, Aliran ini berpendapat bahwa benda terdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya,
yaitu hakikat materi dan ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit .
c) Pluralisme, paham ini beranggapan bahwa segenap macam bentuk merupakan kenyataan.
2. Epistemologi
Secara historis, istilah epistemologi digunakan pertama kali oleh J.F. Ferrier, untuk membedakan
dua cabang filsafat, epistemologi dan ontologi. Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi ternyata
menyimpan misteri pemaknaan atau pengertian yang tidak mudah dipahami. Pengertian epistemologi
ini cukup menjadi perhatian para ahli, tetapi mereka memiliki sudut pandang yang berbeda ketika
mengungkapkannya, sehingga didapatkan pengertian yang berbeda-beda, buka saja pada redaksinya,
melainkan juga pada substansi persoalannya.

epistemologi juga disebut teori pengetahuan (theory of knowledge). Secara etimologi, istilah
epistemologi berasal dari kata Yunani episteme berarti pengetahuan, dan logos berarti teori.
Epistemologi dapat didefinisikan sebagai cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber,
struktur, metode dan sahnya (validitasnya) pengetahuan. Dalam Epistemologi, pertanyaan pokoknya
adalah apa yang dapat saya ketahui? Persoalan-persoalan dalam epistemologi adalah:
1.Bagaimanakah manusia dapat mengetahui sesuatu?
2). Dari mana pengetahuan itu dapat diperoleh?
3). Bagaimanakah validitas pengetahuan a priori (pengetahuan pra pengalaman) dengan pengetahuan a
posteriori (pengetahuan purna pengalaman)?
3.Aksiologi
Aksiologi merupakan cabang ilmu filsafat yang mempertanyakan bagaimana manusia menggunakan
ilmunya. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu; axios yang berarti sesuai atau wajar.
Sedangkan logos yang berarti ilmu. Aksiologi dipahami sebagai teori nilai. Jujun S.Suriasumantri
mengartika aksiologi sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang
diperoleh. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat nilai merujuk pada pemikiran atau suatu
sistem seperti politik, sosial dan agama. sedangkan nilai itu sendiri adalah sesuatu yang berharga, yang
diidamkan oleh setiap insan.


Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi
Aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat dan manfaat yang sebenarnya dari pengetahuan,
dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang sia-sia kalau kita bisa memanfaatkannya dan
tentunya dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dan di jalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak
sekali yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan di jalan yang tidak benar.
Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak bebas nilai. Artinya
pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan dengan nilai-nilai budaya dan moral suatu
masyarakat; sehingga nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya
meningkatkan kesejahteraan bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.
Didalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral persoalan.
Qqq66-Maksudnya adalah tingkah laku yang penuh dengan tanggung jawab, baik tanggung jawab
terhadap diri sendiri, masyarakat, alam maupun terhadap tuhan sebagai sang pencipta.
E. Fungsi Filsafat Dalam Keperawatan
Menjadikan tenaga keperawatan memiliki nilai etika, estetika,serta nilai moral yang baik dalam
memberikan asuhan keperawatan.Atau dari segi filsafat terdapat dalam aspek aksiologi
Menjadikan tenaga keperawatan memiliki pemikiran kritis dalam mempertanyakan apakah arah
pengembangan keilmuan dan profesi keperawatan dengan pendekatan medical sains tepat. Terdapat
dalam aspek epistemology.
Menjadikan tenaga keperawatan dapat mengintegrasikan keilmuan dengan ilmu keindahan,aspek, etis,
dan estetis dari proses caring antar manusia
Menjadikan tenaga keperawatan sebagai profesi yang dapat menyelesaikan masalah yang dialami oleh
pasien



BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Filsafat merupakan penelusuran manusia untuk mendapatkan pemahaman tentang segala sesuatu
yang terjadi dijagad raya ini untuk mendapatkan kebenaran atau hakikat, dengan cara berpikir kritis,
universal, dan sistematis.
Adapun beberapa fungsi filsafat dalam ilmu keperawatan ialah menjadikan tanaga keperawatan
sebagai profesi yang bisa berpikir kritis dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang dialami oleh
pasien serta memberikan pelayanan yang sesuai dengan prosedur yang ada seperti mengutamakan
nilai etika , estetika, etis dan sebagainya.

B. SARAN

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan olehnya itu saran dan kritikan sangat diharapkan demi
perbaikan makalah ini selanjutnya.Mudah-mudahan dengan adanya makalah inidapat memberikan
manfaat yang sebesar-sebesarnya bagi para pembaca khususnya mahasiswa dalam ruangan ini dan
semoga bapak dapat memakluminya Karena kami masih dalam proses belajar.

DAFTAR PUSTAKA
Soemowinoto sarwoko , 2008 Filsafat Ilmu Keperawatan. Jakarta: penerbit Salemba Medika
Tamu Epidemiologi Universitas Malaya. EM omarkasule@yahoo.com WEB:
http://omarkasule.tripod.comhttp://books.google.co.id/books, diakses pada tanggal 27 september
2012 pada pukul 20.24 WITA.


Jawaban pertanyaan ontologi tentang apa itu ilmu keperawatan dapat didefinisikan dalam
beberapa pendapat. Calilista Roy (1976) mendefinisikan bahwa keperawatan merupakan definisi
ilmiah yang berorientasi kepada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan
untuk memberikan pelayanan kepada klien. Sedangkan Florence Nightingale (1895)
mendefinisikan keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah menempatkan pasien dalam
kondisi paling baik bagi alam dan isinya untuk bertindak. Dari beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pemberian pelayanan/asuhan yang
bersifat humanistic dan expert, holistic berdasarkan ilmu dan kiat, serta standart pelayanan
dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat expert secara mandiri atau
melalui upaya kolaborasi.
Jawaban pertanyaan epistemologi tentang bagaimana lahirnya ilmu keperawatan
berkaitan dengan kehidupan dahulu. Secara naluriah keperawatan lahir bersamaan dengan
penciptaan manusia. Orang-orang pada zaman dahulu hidup dalam keadaan original. Namun
demikian mereka sudah mampu memiliki sedikit pengetahuan dan kecakapan dalam merawat
atau mengobati. Perkembangan keperawatan dipengaruhi oleh semakin majunya peradaban
manusia maka semakin berkembang keperawatan. Pekerjaan merawat dikerjakan berdasarkan
naluri (instink) mother instinct (naluri keibuan) yang merupakan suatu naluri yang bersendi
pada pemeliharaan jenis (melindungi anak, dan merawat orang lemah). Diawali ole seorang
Florence Nightingale yang mengamati fenomena bahwa pasien yang dirawat dengan keadaan
lingkungan yang bersih ternyata lebih cepat sembuh dibanding pasien yang dirawat dalam
kondisi lingkungan yang kotor. Hal ini membuahkan kesimpulan bahwa perawatan lingkungan
berperan dalam keberhasilan perawatan pasien yang kemudian menjadi paradigma keperawatan
berdasarkan lingkungan. Sehingga semenjak itu banyak pemikiran baru yang didasari dengan
berbagai tehnik untuk mendapatan kebenaran baik dengan cara Revelasi (pengalaman pribadi),
otoritas dari seorang yang ahli, intuisi (diluar kesadaran), dump common sense (pengalaman
tidak sengaja), dan penggunaan metode ilmiah dengan penelitian-peneltian dalam bidang
keperawatan. Misalnya Peplau (1952) menemukan teori interpersonal sebagai dasar perawatan.
Orlando (1961) menemukan teori komunikasi sebagai dasar perawatan. Roy (1970) menemukan
teori adaptasi sebagai dasar perawatan. Johnson (1961) menemukan stabilitas sebagai tujuan
perawatan dan Rogers (1970) menemukan konsep manusia yang unik.
Jawaban pertanyaan aksiologis diatas dapat dijelaskan bahwa ilmu keperawatan
digunakan sebagai ilmu, pedoman, dan dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
pasien dengan berbagai tingkatan dari individu, keluarga, kelompok bahkan sampai masyarakat
luas guna meningkatkan derajat kesehatan pasien tersebut. Sehingga bisa merubah kondisi
seseorang atau sekelompok orang dari kondisi sakit menjadi sembuh dan yang sudah sehat dapat
mempertahankan atau mengoptimalkan derajat kesehatannya.
Hakekat manusia sebagai makhluk biopsikososio dan spritual, pada hakekatnya
keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang berorientasi pada pelayanan, memiliki
tingkat klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) serta pelayanan yang mencakup
seluruh rentang pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Adapun hakekat keperawatan adalah
sebagai berikut:
a) Sebagai ilmu dan seni, merupakan suatu ilmu yang didalam aplikasinya lebih kearah ilmu
terapan.
b) Sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan umtuk membantu manusia mengatasi
masalah sehat dan sakit dalam kehidupannya untuk mencapai kesejahteraan.
c) Sebagai pelayanan kesehatan yang memiliki tiga sasaran, diantaranya individu, keluarga dan
masyarakat sebagai klien.
d) Sebagai kolaborator dengan tim kesehatan lainnya dalam pembinaan kesehatan, pencegahan
penyakit, penentuan diagnosis dini, penyembuhan serta rehabilitasi dan pembatasan penyakit.
Sedangkan esensinya yang meliputi:
a) Memandang pasien sebagai makhluk yang utuh (holistik) yang harus dipenuhi segala
kebutuhannya baik biospikososio dan spritual yang diberikan secara komprehensif dan tidak bisa
dilakukan secara sepihak atau sebagian dari kebutuhannya.
b) Bentuk pelayanan keperawatan harus diberikan secara langsung dengan memperhatikan aspek
kemanusiaan.
c) Setiap orang berhak mendapatkan perawatan tanpa memandang perbedaaan suku, kepercayaan,
status sosial, agama dan ekonomi.
d) Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan
mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan bukan sendiri-sendiri.
e) Pasien adalah mitra aktif dalam pelayanan kesehatan bukan sebagai penerima jasa yang pasif.
Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkan pada asumsi bahwa human
science and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan keperawatan.
Sebagai human science keperawatan berupaya mengintegrasikan pengetahuan empiris dengan
estetia, humanities dan kiat/art (Watson,1985). Sebagai pengetahuan tentang human care
fokusnya untuk mengembangkan pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti dinyatakan
oleh Watson (1985) human care is the heart of nursing atau Leininger (1984) yang
menekankan caring is the central and unifying domain for the body of knowledge and practices
of nursing.
Dalam eksplikasi sains tentang human care, pencarian harus termasuk pada beragam
metoda untuk memperoleh pemahaman utuh dari human phenomena. Pencarian ini harus
memfasilitasi integrasi pengetahuan dari biomedical, perilaku, sosiokultural, seni dan humaniora
untuk menemukan pengetahuan keperawatan baru. Melalui strategi integrasi dan analisis, dunia
objektifitas dapat dihubungkan dengan dunia subjektif dari pengalaman manusia untuk
mencapai linkage ini. Perspektif tentang human science memberi kesempatan bagi pemikir atau
peneliti keperawatan untuk melakukan telaah terhadap keilmuan keperawatan dan arahnya, guna
meletakkan dasar-dasarsubject matter serta tanggung jawab ilmiah dan sosialnya. Melalui
perspektif ini, kajian terhadap makna, nilai etika tentang manusia, kesehatan dan keperawatan
dapat dilakukan.
Dalam konteks ini, pemahaman tentang human science berbasis pada filosofi tentang
kebebasan, pilihan dan tanggung jawab manusia biologi dan psikologi tentang keutuhan
manusiawi (holism). Epistemologi bukan hanya secara empiris tetapi juga pengembangan estetis,
nilai-nilai etis, intuisi dan proses eksplorasi dan penemuan konteks hubungan, dan proses
interaksi antar manusia.
Relevansi antara filsafat ilmu dengan keperawatan dapat dijelaskan sebagai berikut :
Filsafat keperawatan mengkaji penyebab dan hukum-hukum yang mendasari realitas,
serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasakan pada alasan logis daripada
metoda empiris. Filsafat keilmuan harus menunjukkan bagaimana pengetahuan ilmiah
sebenarnya dapat diaplikasikan yang kemudian menghasilkan pengetahuan alam semesta, dalam
hal ini pengetahuan keperawatan, sehingga filsafat keperawatan adalah keyakinan dasar tentang
pengetahuan keperawatan yang mengandung pokok pemahaman biologis manusia dan
perilakunya dalam keadaan sehat dan sakit terutama berfokus kepada respons mereka terhadap
situasi.
G. Manfaat dan Peranannya Dalam Keperawatan
Manfaat/peranan Filsafat dalam Ilmu Keperawatan Dalam pengembangan ilmu keperawatan
tidak bisa terlepas dari peranan filsafat didalamnya. Adapun manfaat atau peranan filsafat dalam
keperawatan antara lain adalah :
a) Memudahkan proses keperawatan karena tanpa mempelajari filsafat ilmu keperawatan maka
akan semakin sulit melaksanakan proses keperawatan
b) Dengan mengetahui dan melaksanakan perilaku yang mengandung makna, rasa cinta terhadap
kebijaksanaan, terhadap pengetahuan, terhadap hikmah dan ucapannya yang baik dan sopan
seseorang dapat mengetahui bagaimana landasan dasar dari ilmu keperawatan tersebut
c) Dapat memecahkan suatu permasalahan meliputi dampak teknologi, sosial budaya, ekonomi,
pengobatan alternatif, kepercayaan spritual dan masih banyak yang lainnya mengenai seluk
beluk lingkup profesi keperawatan yang semuanya digunakan dalam hal pencapaian
profesionalisme seorang perawat
d) Menghindari dan meminimalisasi kesalahpahaman dan konflik dalam pencarian kebenaran
tentang ilmu keperawatan
e) Sebagai dasar dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan untuk bertindak melalui
pengalaman-pengalaman yang sudah ada
f) Mendapatkan kebenaran tentang hal-hal yang dianggap belum pasti apakah tindakan yang kita
lakukan dan pendapat yang kita keluarkan itu adalah benar atau salah, misalnya jika kita
melakukan tindakan seperti injeksi terhadap klien kita harus tahu terlebih dahulu prosedur-
prosedur apa saja yang dilakukan, jadi setelah kita mengetahuinya maka kita akan melakukan
tindakan itu secara benar
g) Dengan filsafat seorang perawat dapat menggunakan kebijaksanaan yang dia peroleh dari
filsafat sehingga perawat tersebut dapat lebih berfikir positif (positif thinking) dan dengan positif
thinking tersebut seorang perawat dapat menjalankan tugasnya dengan baik sehingga pasien
yang tadinya susah berkomunikasi dapat menjadi lebih dapat berkomunikasi dengan baik dan
akhirnya dapat mempercepat proses penyembuhan pasien tersebut

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat ilmu adalah tinjauan kritis tentang pendapat ilmiah dengan menilai metode-
metode pemikirannya secara netral dalam kerangka umum cabang pengetahuan intelektual
Ruang lingkup filsafat ilmu melingkupi ontologi ilmu yang mengupas hakikat dari ilmu itu
sendiri, epistemologi ilmu yang membahas tatacara dan landasan untuk mencapai pengetahuan
ilmiah tersebut dan terakhir aksiologi ilmu yang meliputi nilai-nilai normatif dalam pemberian
makna terhadap kebenaran atau kenyataan.
Objek dari filsafat ilmu dapat bersifat umum dan bersifat khusus yang terbagi menjadi dua yaitu
secara mutlak dan tidak mutlak
sejarah perkembangan filsafat sudah dimulai sejak zaman yunani kuno dengan tokoh-tokoh
terkenal seperti aristoteles, plato, thales dan sebagainya, kemudian dilanjutkan pada zaman abad
pertengahan yang digawangi oleh para pemuka agama dengan terpengaruh pada pemikiran tokoh
yunani kuno. perkembangan filsafat selanjutnya adalah zaman renaissance atau kebangkitan
kembali yang berpendapat pada kebebasan manusia dan tidak didasarkan pada campur tangan
tuhan. perkembangan terakhir yaitu pada zaman modern yang ditandai dengan beruntunnya
penemuan-penemuan ilmiah dan mutakhir yang dirintis pada zaman renaissaince

Anda mungkin juga menyukai