Anda di halaman 1dari 8

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

ANALISIS KASUS
DISKRIMINASI
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA

VIVI AGUSTINI SAMPELAN
F0213104




[Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary of the contents
of the document. Type the abstract of the document here. The abstract is typically a short summary
of the contents of the document.]
PELECEHAN SEKSUAL SOLO
Dituduh Cium Paksa Pegawai, Eks Kepala
Kantor Pajak Jateng II di Solo Diadukan ke
Polisi

Solopos.com, SOLODugaan kasus pelecehan seksual terjadi di Solo. Mantan Kepala
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) Jawa Tengah II, Bambang Is
Sutopo, diadukan pegawai kantor setempat ke Polresta Solo, Senin (1/9/2014).
Bambang dituduh telah melecehkan bawahannya, WR, 38, secara seksual ketika dia
berada di ruang kerja Bambang, 22 November 2012 silam.
WR melalui suaminya, By, 43, saat menemui wartawan di kawasan Stadion Manahan,
Solo, seusai melapor mengatakan istrinya terpaksa mengadukan Bambang ke polisi
karena sudah tidak mendapat solusi dari DJP pusat.
Sebelumnya, dia sudah melapor ke DJP pusat atas perbuatan Bambang. Namun, kata By,
hingga kini tidak ada kepastian penyelesaian masalah. Pengaduan tercatat dengan
register No. STBP/115/IX/2014/Reskrim. Bambang diadukan karena dinilai telah melanggar
Pasal 294 ayat (2) KUHP tentang Kejahatan terhadap Kesusilaan.
By yang juga pegawai Kanwil DJP itu menginformasikan, pelecehan terjadi ketika
Bambang masih menjabat sebagai Kepala Kanwil DJP Jateng II yang berkedudukan di
Manahan, Solo.
Kala itu istrinya menjabat sebagai Penelaah Keberatan Kanwil DJP Jateng II. By
menceritakan, menurut keterangan WR peristiwa bermula ketika Bambang melalui
sekretarisnya meminta WR ke ruang kerja Bambang. Bambang beralasan ingin
menunjukkan foto suaminya, By, masa lalu. Bambang kenal baik dengan By karena
pernah menjadi atasan By.
Tapi, setelah istri saya sudah di ruang kerja, Pak Bambang malah bilang suka sama istri
saya. Tapi istri saya waktu itu tidak merespons dan dia memilih segera meninggalkan
ruangan. Sekitar dua meter sebelum istri saya mencapai pintu keluar, Pak Bambang
mengatakan akan mengantar istri saya keluar sambil menyusul. Sesampainya di dekat
istri saya Pak Bambang tiba-tiba memeluk istri saya dari belakang, urai By didampingi
pengacaranya dari Solidaritas Perempuan untuk Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia
(Spekham), Ahmad Bachrudin Bakri.
Dipeluk dan Dicium
Perbuatan Bambang, lanjut dia, tak sekadar itu. Menurut By, setelah memeluk, Bambang
membalikkan tubuh WR. Bambang lalu mencium bibir WR. WR pun berupaya melepaskan
ciuman tersebut.
Setelah terlepas WR meminta Bambang agar melepaskan pelukannya sambil terus
meronta. Namun, WR tak berdaya karena pelukan Bambang sangat erat. Bambang justru
semakin nekat merayu WR.
Saat diminta melepaskan pelukan, Pak Bambang malah bilang kepada istri saya, peluk
aku satu menit saja, begitu katanya. Setelah itu Pak Bambang melepas pelukannya dan
istri saya segera keluar dari ruangan, imbuh By.
Sementara itu, dua nomor ponsel Bambang yang diperoleh Solopos.com tidak dapat
dihubungi. Anak Bambang, Linet, melalui telepon rumah menginformasikan Bambang
sedang keluar rumah.
Biasanya, ayahnya itu pulang larut malam. Dia membenarkan Bambang adalah mantan
Kepala Kanwil DJP Jateng II. Saat ini dia tinggal di Bali.











Latar Belakang
Setiap kali mengiklankan sebuah lowongan pekerjaan, merekrut, mewawancara,
menguji, atau memilih seorang kandidat atau menilai seorang karyawan, perlu untuk
mempertimbangkan undang-undang yang ada. Pada p[raktiknya, tidak ada manajer yang
dapat menangani tugas-tugas seperti demikian tanpa menghadapi masalah diskriminasi.
Masalah yang akan saya angkat dalam tugas materi diskriminasi ini adalah mengenai
pelecehan seksual di dunia kerja. Apa itu pelecehan seksual?. Pelecehan seksual adalah
pelecehan atas dasar seks yang memiliki tujuan atau efek yang sangat mengganggu prestasi
kerja seseorang atau menciptakan lingkungan kerja yang mengintimidasi bermusuhan, atau
tidak sopan.
Saat ini tindak pidana kekerasan seksual merupakan kejahatan yang cukup
mendapat perhatian di kalangan masyarakat. Banyak sekali pemberitahuan di media massa
baik cetak maupun elektronik memberitahukan berita mengenai pelecehan seksual terhadap
anak dan wanita. Tindak pidana ini tidak hanya terjadi dikota besar yang relatif maju
kebudayaannya dan kesadaran atau pengetahuan hukumnya. Tapi juga terjadi di daerah lain
yang masih memegang nilai tradisi adat istiadat.
Berikut ini merupakan rangkaian analisis kasus diskriminasi yang akan saya analisis.
Kali ini saya mengangkat kasus pelecehan seksual di dunia kerja, karena banyak pelecehan
seksual kurang diperhatikan dan dianggap sebagai suatu hal yang lumrah. Seperti contohnya
ada hal kecil yang kita anggap biasa padahal itu merupakan suatu pelecehan seksual yang
dapat dikasuskan dimeja hijau. Dengan mengangkat kasus ini diharapkan pekerja saat ini
dapat lebih menyadari bahwa pelecehan seksual merupakan suatu permasalah besar yang
harus kita hadapi bersama. Dalam tugas ini saya mengambil kasus yang berada di Solo, Jawa
Tengah mengenai pelecehan seksual di Kantor jateng II Solo.

Identifikasi Masalah
Dituduh cium paksa pegawai, Eks Kepala Kantor Jateng II di Solo diadukan polisi,
begitu judul dalam kasus yang akan saya analisis berbunyi. Saat ini kasus pelecehan seksual
sangat ramai dibicarakan. Seperti kasus yang akan saya bahas ini, kasus ini sudah terjadi
sekitar dua tahun silam, pelaku pun sudah pensiun dari jabatannya sekarang. Namun
permasalah ini sudah dilaporkan sebelumnya ke kantor dia bekerja tapi tidak mendapat
tanggapan serius. Sehingga korban langsung melaporkan kejadian tersebut ke kepolisian
setempat.
Kejadian tersebut berlangsung saat pelaku masih aktif bekerja menjadi Kepala
Kanwil DJP Jateng II. Kejadian bermula saat si korban dipanggil oleh pelaku diruangannya,
didalam pelaku secara jujur menyatakan perasaannya kepada korban. Korban yang merasa
tidak nyaman keluar ruangan sebelum mencapai pintu keluar pelaku memeluk korban
dengan kencang dan mencium korban dengan paksa.

Landasan Teori
Dari pemaparan kasus diatas, kasus tersebut sangat nyata mengandung diskriminasi
yang merujuk pada pelecehan seksual. Namun kita tidak bisa langsung menyalahkan pelaku,
karena dari pemaparan kasus diatas tidak disebutkan bukti yang mendukung perbuatan
tersebut. Dan lagi kasus tersebut sudah terjadi dua tahun silam, sehingga untuk
mendapatkan bukti akan sulit.
Di indonesia ada UU yang membahas mengenai poerlindungan ketenagakerjaan
yaitu UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan lebih jelasnya dalam Pasal 86 ayat (1)
UUK yang menyebutkan bahwa setiap buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas (a) keselamatan dan kesehatan; (b) moral dan kesusilaan; dan (c)
perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.
Unsur penting dalam pelecehan seksual adalah adanya ketidakinginan atau
penolakan pada apapun bentuk-bentuk perhatian yang bersifat seksual. Seperti misalnya
siulan, kata-kata, komentar dan lain sebagainya. Kasus diatas memang sangat
memungkinkan masuk dalam pelecehan seksual tapi kita harus memunculkan bukti yang
kuat. Seperti saksi-saksi atau bukti visum yang dapat mendukung laporan korban untuk
kemudian ditindaklanjuti oleh penyidik Polri. Dalam pelajaran SDM yang saya pelajari
beberapa ini merupakan cara untuk membuktikkan pelecehan seksual yaitu,
Quid Pro Quo (sesuatu untuk sesuatu), cara paling langsung yang dapat diambil seorang
karyawan untuk membuktikan pelecehan seksual adalah membuktikan bahwa menolak
rayuan seorang penyelia berakibat merugikan keuntungan yang nyata seperti kenaikan
gaji dan promosi.
Lingkungan bermusushan yang diciptakan oleh penyelia, menunjukan bahwa
pelecehan seksual memperlihatkan konsekuensi nyata seperti penurunan jabatan atau
peecatan tidaklah selalu perlu
Lingkungan bermusuhan yang diciptakan oleh rekan kerja atau non karyawan, rayuan
yang dapat dikualifikasikan sebagai pelecehan seksual tidak harus datang hanya dari
penyelia. Seorang rekan kerja bahkan dapat menyebabkan pengusaha/majikan
bertanggung jawab untuk pelecehan seksual.
Mengenai perbuatan cabul di tempat kerja, terutama bila dilakukan oleh atasan
(bos) dapat kita temui ketentuannya dalam Pasal 294 ayat (2) angka 1 KUHP yaitu diancam
dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun pejabat yang melakukan perbuatan cabul
dengan orang yang karena jabatan adalah bawahannya, atau dengan orang yang
penjagaannya dipercayakan atau diserahkan kepadanya. Lebih lengkapnya pasal ini berisi
pengurus, tabib, guru, pegawai, mandor atau bujang dalam penjara, rumah tempat
melakukan pekerjaan untuk negeri, rumah pendidikan, rumah piatu, rumah sakit,
rumah sakit ingatan atau balai derma, yang melakukan pencabulan dengan orang
yang ditempatkan disitu dapat dihukum.
Analisis dan Pembahasan
Dalam kasus ini menurut saya kita harus meneliti kembali apakah kasus itu benar
terjadi atau tidak, hal ini dikarenakan jangka waktu terjadinya pelecahan tersebut sudah
sangat lama. Dan dari ceritanya pun sepertinya tidak ada saksi dan bukti visum yang dapat
menguatkan alibi korban tersebut. Sehingga kepolisian sebaiknya harus selektif menanggapi
kasus mengenai pelecehan seksual yang banyak terjadi belakangan ini.
Apabila nanti korban dapat membuktikan kebenaran kasusnya maka pelaku dapat
dijerat pasal 294 ayat 2 angka 1 KUHP dengan kurungan paling lama tujuh (7) tahun penjara.
Menurut saya hukuman itu sangat setimpal untuk pelaku pelecehan, dengan lama kurungan
7 tahun akan membuat jera pelaku pelecehan seksual tersebut. Dengan begitu pelaku
pelecehan akan mendapatkan efek jera.
Dalam hal ini kita harus mengetahui apa saja yang harus kita lakukan bila
menemukan kasus seperti ini, sebagai tambahan untuk mencegah kasus sepertitidak terjadi.
Yang harus dilakukan majikan,
Harus mengambil langkah untuk memastikan pelecehan itu tidak terjadi
Harus segera mengambil tindakan korektif, bahkan bila pihak yang bersalh itu bukan
karyawannya
Yang dapat dilakukan karyawan,
Mengajukan keluhan verbal pada saat yang bersamaan atau protes kepada pelaku
pelecehan dan atasan pelaku pelecehan itu harus menyatakan bahwa pendekatan
yang tidak diinginkan tersebut harus dihentikan
Tulislah surat keluhan
Bila tindakan tersebut tidak dihentikan, ajukan laporan mengenai tingkah laku tidak
dekehendaki itu dan usaha yang gagal untuk menghentikannyakepada manajer
pelaku atau menajer sumber daya dalam kantor tersebut.
Bila kasus mulai masuk tahap serius korban dapat memanggil pengacara dan
mengkasuskannya di meja hijau.

Simpulan
Kasus diatas membuktikan bahwa di Indonesia memang terjadi kasus pelecehan
seksual didunia kerja. Walaupun beberapa kasus tidak diekspose dan dikasus kan dimeja
hijau. Namun ini tidak berarti bahwa kasus pelecehan seksual di Indonesia hanya sedikit
ketimbang di luar negri. Permasalalahannya saat ini pekerja tidak sadar dengan perilaku
pelecehan seksual tersebut. Mereka merasa hal tersebut merupakan hal yang wajar
sehingga pekerja merasa tidak harus melaporkan kejadian tersebut.
Selain itu, pekerja merasa enggan melaporkan kasus pelecehan seksual karena
merasa malu dengan lingkungan sekitar apabila mengetahui kejadian tersebut. Sehingga
mereka memilih untuk diam dan tidak melaporkan kasus tersebut. Selain itu untuk kasus
pelecehan seksual tidak disebutkan secara rinci Selama ini pelaku hanya bisa dijerat dengan
beberapa pasal dalam KHUP: 1) pencabulan (pasal 289-296); 2) penghubungan pencabulan
(pasal 295-298 dan pasal 506); persetubuhan dengan wanita di bawah umur (pasal 286-
288). Padahal dalam kenyataan, apa yang dimaksud dengan pelecehan seksual mungkin
belum masuk dalam kategori yang dimaksud dalam pasaal-pasal tersebut. Jika kita
memperbandingkan dengan aturan hukum tentang pelecehan seksual di USA yang tertuang
dalam Title VII of the Federal Civil Rights Act tahun 1964 yang telah diamandemen oleh
kongres pada tahun 1991, maka kita dapat melihat betapa hukum disana telah mengatur
secara rinci tentang apa yang dimaksud dengan pelecehan seksual berikut sanksi hukum
yang berlaku bagi para pelakunya.
Sehingga dalam hal ini kita harus terus menggencarkan arti mengenai diskriminasi
secra rinci khususnya masalah yang saya angkat ini yaitu mengenai pelecehan seksual di
kantor. Apalagi di Indonesia sendiri telah dilengkapi perangkat mengenai Hak Asasi Manusia
yaitu KOMNAS HAM dan KOMNAS Perlindungan Anak dan Wanita.

Anda mungkin juga menyukai