Anda di halaman 1dari 37

BAB II

KAJIAN TEORI


2.1 Pengertian Profil
Profil menurut kamus bahasa Indonesia (2011:428) adalah pandangan,
gambaran, sketsa biografi, grafik atau ikthisar yang memberikan fakta tentang hal
khusus. Sifat-sifat yang tersedia dalam jenis profil tertentu. Setiap profil dikaitkan
dengan definisi profil. Sebagai contoh, definisi profil bisa berisi sifat-sifat berikut:
nama, usia, jenis kelamin, alamat, dan sebagainya. Menurut peneliti bahwa profil
adalah pandangan atau sosok, maka pada penelitian ini di fokuskan pada gambaran
tentang taman penitipan anak (TPA) yang ada di Al-Wathaniyah Kelurahan Ipilo
Kecamatan Kota Timur Kota Gorontalo yang meliputi layanan pendidikan, layanan
pengasuhan, layanan kesehatan dan gizi, sarana dan prasarana serta administrasi.
2.2 Konsep Taman Penitipan Anak (TPA)
2.2.1 Pengertian Taman Penitipan Anak (TPA)
Taman Pentitipan Anak (TPA) menurut Miftakhul Jannah Gayamsari
(2000: 22) adalah wahana belajar yang menggunakan sistem Beyond Center and
Circle Time (BCCT) dan pembinaan kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai
pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu selama orangtuanya berhalangan
atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam memberikan pendidikan dan
mengasuh anaknya karena bekerja atau sebab lainnya.

Menurut Daycare (1990 : 77-78) adalah sarana pengasuhan anak dalam
kelompok, biasanya dilaksanakan pada saat jam kerja. daycare merupakan upaya
yang terorganisasi untuk mengasuh anak-anak di luar rumah mereka selama
beberapa jam dalam satu hari bilamana asuhan orang tua kurang dapat dilaksanakan
secara lengkap. Dalam hal ini, pengertian daycare hanya sebagai pelengkap
terhadap asuhan orang tua dan bukan sebagai pengganti asuhan orangtua.
Taman Penitipan Anak (TPA) yang dikenal dengan nama Day Care Center,
pada perkembangannya menggunakan berbagai macam istilah yaitu Tempat
Penitipan Anak, Sarana Penitipan Anak, Sarana Bina Balita, dan Panti Penitipan
Anak. Di Indonesia keberadaan Taman Penitipan Anak sebetulnya bukan baru
sekarang ini melainkan sudah ada sejak jaman Belanda, meskipun pada saat itu
khusus untuk buruh-buruh perkebunan. Itu sebabnya hingga saat ini penitipan anak
banyak berada di perkebunan. Sedangkan pemerintah baru mulai merintis Taman
Penitipan Anak pada tahun 1964 dengan nama Taman Penitipan Anak Kampung
Melayu Jakarta Timur, selanjutnya menyusul pendirian Taman Penitipan Anak
Pertiwi yang juga berlokasi di Jakarta. (Depsos, 2002:20)
Taman Penitipan Anak sekarang ini dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe.
Pertama, tipe pengasuhan penuh (Full Day Care) yaitu penitipan anak yang
dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan berupa penyuluhan, pelayanan, dan
pendidikan dengan stimulasi psikomotorik dan psikososial secara penuh. Kedua,
tipe setengah pengasuhan (Semi Day Care) yaitu penitipan anak yang dilaksanakan
dengan kegiatan-kegiatan berupa hanya penyuluhan atau pelayanan saja ataupun
pendidikan dengan stimulasi psikomotorik dan psikososial saja.
Ketiga, tipe pengasuhan sewaktu-waktu (Insidental Day Care) yaitu penitipan anak
yang dilaksanakan dengan kegiatan-kegiatan berupa penyuluhan, pelayanan, dan
pendidikan dengan stimulasi psikomotorik dan psikososial sewaktu-waktu bila
diperlukan sesuai dengan kebutuhan orangtua. (Wahyuti, 2003:30-32).
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian TPA, maka penulis
dapat menyimpulkan bahwa pengertian TPA adalah sarana yang dapat membantu
para orang tua yang memiliki kesibukan diluar rumah, sehingga anak-anak mereka
dititipkan di tempat penitipan anak, dengan tujuan mendapatkan pengasuhan yang
lebih baik lagi karena TPA memiliki beberapa tipe pengasuhan yang baik.
Sarana penitipan anak ini biasanya dirancang secara khusus baik program,
staf, maupun pengadaan alat-alatnya. Tujuan sarana ini untuk membantu dalam hal
pengasuhan anak-anak yang ibunya bekerja. Semula sarana penitipan anak
diperuntukkan bagi ibu dari kalangan keluarga kurang beruntung, sedangkan
sekarang sarana ini lebih banyak diminati oleh keluarga tingkat menengah dan atas
yang umumnya disebabkan kedua orangtuanya bekerja. Menurut Daycare (1990 :
80).
Dari hasil rapat koordinasi "usaha kesejahteraan anak" departemen sosial
Republik Indonesia, dikemukakan pengertian Tempat Penitipan Anak (TPA)
sebagai berikut: Lembaga sosial yang memberikan pelayanan kepada anak-anak
balita yang dikuatirkan akan mengalami hambatan dalam pertumbuhannya, karena
ditinggalkan orang tua atau ibunya bekerja. Pelayanan ini diberikan dalam bentuk
peningkatan gizi, pengembangan intelektual, emosional dan sosial. Menurut
Daycare (1990 : 80).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Taman Penitipan
Anak adalah wahana pelayanan pendidikan dan pembinaan kesejahteraan anak atau
lembaga yang melengkapi peranan keluarga dalam merawat dan mengasuh anak
selama orangtua tidak di tempat atau berhalangan.
Menurut Papousek (dalam Newman 1970:101) Keuntungan TPA,
adalah; (1) Lingkungan lebih memberikan rangsangan terhadap panca
indera, (2) Anak-anak akan memiliki ruang bermain (baik di dalam maupun
diluar ruang) yang relatif lebih luas bila dibandingkan ruang mereka
sendiri,(3) Anak-anak lebih memiliki kesempatan berinteraksi atau
berhubungan dengan teman sebaya yang akan membantu perkembangan
kerja sama dan ketrampilan berbahasa, (4) Para orang tua dari anak-anak
mempunyai kesempatan saling berinteraksi dengan staf TPA yang
memungkinkan terjadi peningkatan ketrampilan dan pengetahuan dan tata
cara pengasuhan anak, (5) Anak akan mendapat pengawasan dari pengasuh
yang bertugas, (6) Pengasuh adalah orang dewasa yang sudah terlatih, (7)
Tersedianya beragam peralatan rumah tangga, alat permainan, program
pendidikan dan pengasuh serta kegiatan yang terencana, (8) Tersedianya
komponen pendidikan seperti anak belajar mandiri, berteman dan mendapat
kesempatan mempelajari berbagai ketrampilan.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1990 tentang Pendidikan
Prasekolah ditegaskan bahwa penitipan anak adalah sarana pengembangan anak
dini usia yang menyelenggarakan pendidikan dan layanan kesejahteraan anak. Dari
sisi pendidikan, penitipan anak menjadi tanggungjawab Menteri Pendidikan
Nasional, sedangkan dari sisi kesejahteraan anak menjadi tanggung jawab Menteri
Sosial. Dalam hubungan itu, Depsos (2002:55) menegaskan bahwa yang dimaksud
Taman Penitipan Anak (TPA) adalah lembaga pelayanan pengganti sementara yang
mengambil tanggung jawab secara luas ketika orangtua bekerja, yang meliputi
pelayanan sosialisasi anak, pengembangan perilaku anak, pendidikan anak,
kesehatan anak, kegiatan bermain, kegiatan pengisian waktu luang dan pelayanan
sosial kepada orangtua/keluarga seperti pelayanan konsultasi anak dan keluarga
ketika anak membutuhkan pelayanan tambahan.
Depdiknas (2003:81) mengartikan Taman Penitipan Anak sebagai salah
satu bentuk pendidikan anak dini usia pada jalur pendidikan non formal yang
menyelenggarakan program pendidikan bagi anak dini usia sejak usia 3 bulan
sampai dengan 6 tahun dan anak yang memerlukan pengasuhan dan perlindungan
ketika orangtuanya berhalangan.
Tempat penitipan anak adalah fasilitas yang sangat berguna, terutama bagi
para orangtua yang harus sering meninggalkan anak mereka yang masih kecil
karena bekerja, namun tidak memiliki alternatif yang bagus untuk menitipkan anak
(misalnya karena tidak ada anggota keluarga lain, tetangga yang bisa dipercaya atau
tidak memiliki pengasuh), mungkin ada juga di antara anda yang berpikir untuk
apa bayar mahal buat menitipkan anak di TPA? Bukankah itu pemborosan? Jika
anda hanya membayangkan bahwa tempat penitipan anak adalah hanya sekedar
tempat untuk menitipkan anak selama anda bekerja tanpa ada manfaat apa-apa,
tentu anggapan itu keliru. Depdiknas (2003:81)
Adapun Papousek (dalam Newman 1970:99) mengemukakan bahwa
kelemahan TPA adalah sebagai berikut ; (a) Pengasuhan yang rutin di TPA kurang
bervariasi dan sifatnya kurang memperhatikan pemenuhan kebutuhan masing-
masing anak secara pribadi karena pengasuh kurang memiliki waktu yang cukup,
(b) Anak-anak ternyata seringkali kurang memperoleh kesempatan untuk mandiri
atau berpisah dari kelompok, (c) Sosialisasi lebih mengarah pada kepatuhan
daripada otonomi, d) Para orang tua cenderung melepaskan tanggung jawab mereka
sebagai pengasuh kepada TPA, (e) Kurang diperhatikan kebutuhan anak secara
individual, berganti-gantinya pengasuh yang seringkali menimbulkan kesulitan
pada anak untuk menyesuaikan diri dengan pengasuh, (f) Anak mudah tertular
penyakit dari orang lain.
Menurut Jalal, F. (2002:4-8) bahwa perempuan terlahir dalam tiga
kesempatan. Kesempatan pertama terlahir sebagai dirinya sendiri (bayi
perempuan). Kesempatan kedua terlahir sebagai seorang istri. Ketiga terlahir
sebagai seorang ibu. Bagi yang telah terlahir dikesempatan ketiga ini, tentunya bisa
merasakan bagaimana suka dan dukanya menjadi Ibu. Seorang Ibu memiliki peran
ganda, harus menjadi Ibu yang sesungguhnya sekaligus berkarir. Beragam alasan
yang dikemukakan, mengapa mereka harus menjalani dua hal tersebut. Salah
satunya adalah demi mempersiapkan masa depan terbaik si kecil, para Ibu itu rela
membagi waktu mereka. Antara keluarga dan karir. Solusi lain ialah
mempercayakan anak mereka kepada lembaga penitipan anak. Lebih dikenal
dengan sebutan TPA.
2.2.2 Dasar Hukum dan tujuan Taman Penitipan Anak (TPA)
2.2.2.1 Dasar Hukum Taman Penitipan Anak (TPA)
Penyelenggaraan program TPA di Indonesia mengacu pada aturan dan
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sebagai berikut; (a) UUD 1945, (b) UU.
No. 4 Tahun 1974 mengenai Kesejahteraan Anak, (c) UU. No. 23 Tahun 2002
mengenai Perlindungan Anak, (d) UU. No. 20 Tahun 2003 mengenai Sistem
Pendidikan Nasional, (e) PP. No. 19 Tahun 2005 mengenai Standar Pendidikan
Nasional, (f) Peraturan menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58
Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, (g) Rencana strategis
Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009. M. Hariwijaya dan Bertiani
(2007:20-21).
Sesuai Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 58
tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang menetapkan
beberapa standar Penyelenggaran Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD),
sebagaimana tertuang dalam pasal 1 ayat (1) Permendiknas tersebut, yaitu: (a)
Standar tingkat pencapaian perkembangan, (b) Standar pendidik dan tenaga
kependidikan, (c) Standar isi, proses, dan penilaian; dan (d) Standar sarana dan
prasarana, pengelolaan dan pembiayaan.
a. Standar tingkat pencapaian perkembangan Menggambarkan pertumbuhan dan
perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada rentang usia tertentu.
Perkembangan anak yang dicapai : aspek pemahaman nilai-nilai agama dan
moral, fisik, kognitif, bahasa dan sosial emosional Pertumbuhan : pemantauan
kesehatan dan gizi.
b. Standar pendidik dan tenaga kependidikan, pendidik PAUD pada jalur
pendidikan formal (TK/RA), terdiri atas guru dan guru pendamping, sedangkan
pendidik PAUD pada jalur nonformal (KB/TPA), terdiri atas guru, guru
pendamping, dan pengasuh. Tenaga kependidikan pada pendidikan formal
terdiri atas : Pengawas, Pengelola, Tenaga Administrasi, dan Petugas
Kebersihan.
c. Standar isi, proses, dan penilaian : Standar Isi antara lain; 1. Struktur Program :
Lingkup Pengembangan Meliputi : a. Nilai-nilai agama dan moral b. Fisik c.
Kognitif d. Bahasa e. Sosial Emosional Dilakukan secara terpadu dengan
pendekatan tematik, Standar Proses antara lain ; Perencanaan 1. Pengembangan
Rencana Pembelajaran Perencanaan Semester, Rencana Kegiatan Mingguan
(RKM) dan Rencana Kegiatan Harian (RKH), dan Standar Penilaian antara lain
; teknik penilaian : pengamatan, penugasan unjuk kerja,pencatatan
anekdot,dialog, laporan orang tua, dokumentasi hasil karya anak, deskripsi profil
anak Proses penilaian dilakukan secara berkala, intensif, bermakna, menyeluruh
dan berkelanjutan.
d. Standar sarana dan prasarana, pengelolaan dan pembiayaan ; Standar sarana dan
prasarana haruslah aman, nyaman, terang, memenuhi kriteria kesehatan bagi
anak dan sesuai tingkat perkembangan anak.
Menurut Setiawan (2002:77) bahwa untuk mendukung
mewujudkan anak usia dini yang berkualitas, maju, mandiri,
demokrasi, dan berprestasi, maka filsafat pendidikan di TPA dapat dirumuskan
menjadi: Tempa, Asah, Asih, Asuh.
1. Tempa
Tempa adalah untuk mewujudkan kualitas fisik anak
usia dini melalui upaya pemeliharaan kesehatan, peningkatan mutu gizi,
olahraga yang teratur dan terukur, serta aktivitas jasmani sehingga anak
memiliki fisik kuat, lincah, daya tahan dan disiplin tinggi.

2. Asah
Asah berarti memberi dukungan kepada anak untuk dapat belajar melalui
bermain agar memiliki pengalaman yang berguna dalam mengembangkan
seluruh potensinya. Kegiatan bermain yang bermakna, menarik, dan
merangsang imajinasi, kreativitas anak untuk melakukan, mengekplorasi,
memanipulasi, dan menemukan inovasi sesuai dengan minat dan gaya belajar
anak.
3. Asih
Asih pada dasarnya merupakan penjaminan pemenuhan kebutuhan anak
untuk mendapatkan perlindungan dari pengaruh yang dapat merugikan
pertumbuhan dan perkembangan, misalnya perlakuan kasar, penganiayaan fisik
dan mental dan ekploitasi.
4. Asuh
Melalui pembiasaan yang dilakukan secara konsisten untuk membentuk
perilaku dan kualitas kepribadian dan jati diri anak dalam hal; a). Integritas, iman,
dan taqwa; b). Patriotisme, nasionalisme dan kepeloporan; c). Rasa tanggung
jawab, jiwa kesatria, dan sportivitas; d). Jiwa kebersamaan, demokratis, dan tahan
uji; e). Jiwa tanggap (penguasaan ilmu pengetahuan, dan teknologi), daya kritis
dan idealisme; f). Optimis dan keberanian mengambil resiko; g). Jiwa
kewirausahaan, kreatif dan profesional.



2.2.2.2 Tujuan Taman Penitipan Anak (TPA)
Menurut Setiawan (2002:42-45) bahwa tujuan layanan program di TPA itu
antara lain:
a. Memberikan layanan kepada anak usia 0 6 tahun yang terpaksa ditinggal
orang tua karena pekerjaan atau halangan lainnya.
b. Memberikan layanan yang terkait dengan pemenuhan hak-hak anak
untuk tumbuh dan berkembang, mendapatkan perlindungan dan kasih
sayang, serta hak untuk berpartisipasi dalam lingkungan sosialnya.
Tujuan Taman Penitipan Anak seperti ditegaskan Depsos (2002:17) adalah
untuk:
1) Terjaminnya tumbuh kembang anak berupa pengasuhan, rawatan,
dan pembinaan melalui proses sosialisasi dan pendidikan anak
sebaik mungkin;
2) Tersedianya kesempatan bagi anak untuk memperoleh kelengkapan
asuhan, rawatan, pembinaan dan pendidikan yang baik sehingga
dapat terjamin kelangsungan hidup, tumbuh kembang, perlindungan
dan partisipasi bagi anak;
3) Terhindarnya anak dari kemungkinan memperoleh tindakan
kekerasan atau tindakan lain yang akan mengganggu atau
mempengaruhi kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak serta
pembentukan kepribadian anak;
4) Terbantunya orangtua/keluarga dalam memantapkan fungsi
keluarga, khususnya dalam melaksanakan pembinaan kesejahteraan
anak di dalam dan di luar keluarga.

Dengan demikian, lembaga pelayanan ini merupakan upaya preventif dalam
menghadapi kekhawatiran keterlantaran melalui asuhan, perawatan, pendidikan,
dan bimbingan bagi anak balita. Mengacu pada penegasan di atas, dapat dikatakan
bahwa Taman Penitipan Anak bertujuan untuk memberikan pelayanan pendidikan
dan pembinaan kesejahteraan bagi anak dini usia untuk mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal.

2.2.3 Prinsip dan manfaat Taman Penitipan Anak (TPA)
2.2.3.1 Prinsip Taman Penitipan Anak (TPA)
Menurut Patmonodewo (2002: 36-39) yaitu Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) yang diterapkan dalam program TPA didasarkan atas prinsip-prinsip
berikut; (1) Berorientasi pada kebutuhan anak, (2) Sesuai dengan perkembangan
anak, (3)Sesuai dengan keunikan setiap individu, (4) Kegiatan belajar dilakukan
melalui bermain, (5) Anak belajar dari yang konkrit ke abstrak, dari yang sederhana
ke yang kompleks, dari gerakan ke verbal, dan dari diri sendiri ke social, (6) Anak
sebagai pembelajar aktif, (7) Anak belajar melalui interaksi social, (8)
Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar, (9) Merangsang
munculnya kreativitas dan inovatif, (10) Mengembangkan kecakapan hidup anak,
(11) Menggunakan berbagai sumber dan media belajar yang ada di lingkungan
sekitar, (12) Anak belajar sesuai dengan kondisi sosial budayanya, (13)
Melibatkan peran serta orangtua yang bekerja sama dengan para pendidik di
lembaga PAUD, (14)
stimulasi pendidikan bersifat menyeluruh yang mencakup semua aspek
perkembangan.
2.2.3.2 Manfaat Taman Penitipan Anak (TPA)
Keberadaan Tempat Pendidikan Anak (TPA) sangat dirasakan manfaatnya
bagi orang tua. Apalagi bagi orang tua yang keduanya sama-sama bekerja. TPA
berfungsi sebagai tempat penitipan anak, bisa memberikan rasa ketenangan dalam
melaksanakan tugas seseorang juga punya andil cukup besar, dalam meningkatkan
kualitas tumbuh kembang anak. Alasannya, selama 6-7 jam, setiap harinya diasuh
di TPA, bisa tercipta sumber daya manusia berkualitas. Anak dapat bersosialisasi
dengan baik. Banyak teman dan lebih mandiri. Depdiknas. (2003:41).
Bagi setiap orang tua yang masing-masing bekerja, sangat memerlukan
sebuah Tempat Penitipan Anak (TPA). Selama bekerja, sedangkan di rumah tidak
punya pengasuh. Di TPA bisa mendapatkan pengasuhan dan pengawasan
kesehatan. Orang tua lebih tenang dalam melaksanakan dan meningkatkan efesiensi
kerja di tempat tugas masing-masing. Adanya program Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) TPA, merupakan tepat yang cocok untuk meningkatkan pola asuh.
Depdiknas. (2003:43).
Sebuah tempat penitipan anak yang dikelola dengan baik akan menjadi
sarana yang sangat bermanfaat tidak hanya bagi keamanan dan keadaan anak
selama anda tinggal, namun juga bagi perkembangannya. Berikut beberapa manfaat
positif dari TPA yang bagus (selain menjaga dan merawat anak anda):
1) Anak belajar untuk berdisiplin. Hal ini karena staf TPA biasanya
menerapkan program dengan susunan jadwal agar semua anak bisa
beraktifitas bersama, misalnya jadwal untuk bermain di luar, makan
makanan ringan dan makan siang, sholat bagi yang Muslim dan
sebagainya.
2) Anak menjadi lebih pandai dalam bersosialisasi. Hal ini karena
mereka bertemu dengan anak-anak lain sebayanya di TPA dan harus
berinteraksi dalam berbagai hal, misalnya saat ikut bermain dalam
program permainan, saling meminjamkan mainan dan buku dan
sebagainya. Hal ini belum tentu terjadi di rumah, terutama jika si
anak tidak banyak bertemu dengan anak seumurnya di lingkungan
rumah.
3) Anak menjadi lebih mandiri. Walaupun anak diasuh oleh staf TPA,
tetapi mereka juga diajar untuk lebih mandiri, misalnya dalam hal
makan sendiri, membuka dan memakai sepatu, meminjamkan
mainan atau buku kepada teman lain dan sebagainya.
4) Anak tanpa sadar bisa mengembangkan kemampuan bahasa, karena
didorong oleh interaksi bersama staf TPA dan anak-anak lain. Staf
TPA juga bisa melatih anak dalam hal berkomunikasi, misalnya
dengan meminta mereka mengucapkan kata-kata sopan seperti
terima kasih dan meminta maaf jika berbuat salah.

Peran sebagai keluarga pengganti mengandung makna bukan mengambil
alih atau menghilangkan tanggungjawab dan fungsi keluarga sepenuhnya,
melainkan hanya mengganti untuk sementara waktu selama orangtua berhalangan
dalam memberikan asuhan, rawatan, perlindungan, dan pendidikan sehingga anak
terhindar dari stagnasi proses tumbuh kembang yang pada gilirannya dapat
mempengaruhi perkembangan kepribadian anak secara keseluruhan.
Secara umum, bentuk lembaga yang berperan sebagai keluarga pengganti dapat
dibedakan menjadi dua yakni Taman Penitipan Anak dan lembaga bukan Taman
Penitipan Anak yang sebagian dari kegiatannya adalah layanan pengasuhan anak.
Banyak contoh lembaga yang bukan Taman Penitipan Anak tetapi sekarang tumbuh
subur adalah full day school, sebuah lembaga pendidikan sekolah dan prasekolah
yang diselenggarakan hampir satu hari penuh.
Lembaga ini tetap memberlakukan jam sekolah, seperti lembaga pendidikan
lainnya, hanya saja setelah selesai jam sekolah anak-anak diberikan kegiatan
ekstrakurikuler termasuk istirahat dan makan siang. Contoh lainnya adalah
penitipan anak di pusat-pusat perbelanjaan yang memberikan layanan pengasuhan
dalam hitungan jam selama orangtua anak berbelanja. Depdiknas. 2003:46-47).
Taman Penitipan Anak sebagai keluarga pengganti diharapkan
memberikan pembinaan kesejahteraan dan pelayanan pendidikan bagi anak usia
dini untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. (Depdiknas,
2003:50). Karena itu, Taman Penitipan Anak dalam penyelenggaraannya selain
melaksanakan kegiatan pengasuhan selama waktu tertentu juga perlu melaksanakan
kegiatan pendidikan yang mengacu pada acuan menu pembelajaran PADU.
(Wahyuti, 2003:28-37).
Ini menunjukkan bahwa Taman Penitipan Anak bukan hanya untuk
peningkatan kesejahteraan anak tetapi juga untuk mengembangkan berbagai
potensi anak sejak dini dalam waktu tertentu sebagai persiapan untuk hidup dan
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dalam pelaksanaanya, Taman
Penitipan Anak menyelenggarakan layanan berupa pemberian makan/minum,
pemeliharaan kesehatan, pemeriksaan dokter secara berkala, penimbangan berat
badan, pemberian vitamin, bimbingan rohani, bimbingan prilaku dan budi pekerti
anak, pengembangan kognitif anak, serta pengembangan sosialisasi anak.
Penegasan ini menunjukkan bahwa Taman Penitipan Anak memberikan layanan
holistik berupa layanan kesehatan, gizi, dan pendidikan secara terpadu, sehingga
kebutuhan dasar anak balita dalam proses tumbuhkembangnya dapat terpenuhi.
(Depsos, 2002:17)
Pengelompokan lainnya adalah pengelompokan berdasarkan lingkungan
atau berlokasi yaitu penitipan anak yang berlokasi di lingkungan perkantoran dan
perumahan serta di lingkungan perkebunan. Pengelompokan lainnya berdasarkan
penyelenggara atau pengelola lembaganya antara lain oleh lembaga pemerintah,
organisasi masyarakat, yayasan, lembaga swadaya masyarakat, dan perorangan.
(Setiawan, 2002:35).

Fungsi Taman Penitipan Anak seperti ditegaskan Depsos (2002:22) adalah
sebagai:
1) Pengganti fungsi orangtua sementara waktu. Kehadiran TPA adalah
untuk menjawab ketidakmampuan keluarga (karena kesibukannya)
dalam menjalankan beberapa fungsi yang seharusnya dilakukan.
Fungsi tersebut antara lain sosialisasi, pendidikan prasekolah
(pembelajaran prasekolah), asuhan, perawatan, dan pemeliharaan
sosial anak;
2) Informasi, komunikasi, dan konsultasi di bidang kesejahteraan
anak usia prasekolah. Dalam hal demikian, kehadiran TPA adalah
sebagai sumber informasi, komunikasi, dan konsultasi tentang
anak usia prasekolah beserta keluarganya kepada mereka yang
membutuhkan;
3) Rujukan, yaitu TPA dapat digunakan sebagai penerima rujukan
dari lembaga lain (pihak lain) dalam perolehan pelayanan bagi anak
usia prasekolah dan sekaligus melaksanakan rujukan ke lembaga
lain;
4) Pendidikan dan penelitian, yaitu TPA dapat digunakan sebagai
tempat pendidikan dan penelitian serta sarana untuk magang bagi
mereka yang berminat tentang anak balita.

Tempat penitipan anak (TPA) atau daycare kini keberadaannya kian
marak. Biasanya TPA ini dimanfaatkan oleh banyak orang tua yang tidak bisa
memiliki waktu banyak untuk merawat dan mengurus anak di rumah karena
keduanya bekerja. Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh orang tua dengan
menitipkan anaknya di tempat penitipan anak. Karena biasanya tempat penitipan
anak mempunyai program yang mengajarkan banyak pengetahuan, wawasan serta
keterampilan yang bisa meningkatkan kemampuan anak, jadi bukan hanya bermain.
Disamping itu, anak akan belajar bersosialisasi dengan adanya teman teman
sebaya di tempat itu. Depsos (2002:23).



2.3 Kegiatan Layanan
Sebagaimana yang diuraikan bahwa TPA merupakan salah satu bentuk
PAUD nonformal dengan fungsi ganda, yaitu layanan pengasuhan dan layanan
pendidikan, layanan kesehatan gizi, layanan sarana prasarana dan administrasi.
Pengertian PAUD nonformal adalah kelembagaan PAUD yang tidak diformalkan.
Organisasi maupun kurikulumnya lebih bersifat fleksibel sesuai dengan kebutuhan
masyarakat itu sendiri. Hal itu, menurut M. Solehhudin (1997:56) bahwa
pendidikan prasekolah (sekarang dikenal dengan PAUD) memiliki karakteristik
dan cara belajar tersendiri, program pendidikannya tampak tidak terstruktur,
bersifat informal, dan bahkan kelihatan solah-olah tidak terencana.
Karakteristik di atas hanya salah satu wujud dari pendekatan pendidikan
anak usia dini yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Sekarang ini,
seiring perkembangan, jalur PAUD nonformal pun dewasa ini telah memiliki
organisasi dan kurikulum yang lebih baik, sehingga mampu mencapai tujuan-
tujuannya, baik tujuan kelembagaannya maupun tujuan pendidikan nasional itu
sendiri, M. Solehhudin (1997:56). Di taman penitipan anak, sebelum mengadakan
proses pembelajaran pada anak sebaiknya memiliki perencanaan kegiatan
pembelajaran yang mengarah keproses pembelajaran sehingga anak maupun
pendidik tidak merasa jenuh, dan dengan adanya perencanaan kegiatan
pembelajaran maka seluruh tujuan yang diarahkan pada anak akan tercapai sesuai
dengan kemampuan anak itu sendiri.


2.3.1 Layanan Pendidikan
Berikut ini ada beberapa perencanaan kegiatan pembelajaran terkait dengan
pendidikan anak didik, antara lain sebagai berikut :
1. Persiapan Pembelajaran
Pada awal perencanaan kegiatan pembelajaran seharusnya diadakan
persiapan terlebih dahulu baik dari pendidik maupun pada anak didik agar lebih
terprogram dengan baik semua proses pembelajaran sebelum memasuki
perencanaan berikutnya. Pada persiapan pembelajaran terdapat beberapa bagian
antara lain sebagai berikut: a). Perencanaan pembelajaran dilaksanakan bedasarkan
atas tema-tema yang dekat dengan kehidupan anak. Dikembangkan dalam silabi
atau satuan kegiatan (mingguan atau harian) dengan menggunakan pendekatan
menyeluruh dan terpadu, b). Satuan kegiatan mingguan dan harian disusun oleh
Pendidik yang mengacu pada Acuan Menu Pembelajaran yang berdasarkan aspek-
aspek perkembangan anak sesuai dengan usia dan kemampuan anak,
c). Pembelajaran menggunakan pendekatan metode PAUD (Sentra dan lingkaran),
dengan menyusun rencana kegiatan yang dimaksudkan untuk memberi arah dalam
menentukan; 1) Kemampuan anak yang ingin dikembangkan, 2) Topik dan
kegiatan main yang akan dilakukan, 3) Alat dan bahan main yang perlu disiapkan,
4) Waktu yang dibutuhkan dalam kegiatan, d). Kegiatan Main, yakni ; 1) Kegiatan
main untuk anak usia 2-3 tahun mencakup main sensorimotor dan main peran, 2)
Kegiatan main untuk anak usia 4-6 tahun mencakup main sensorimotor, main peran
dan main pembangunan.

2. Pelaksanaan Pembelajaran
Setelah melalui tahap persiapan pembelajaran, maka dilanjutkan dengan
pelaksanaan pembelajaran, berikut ini adalah penjabaran pada saat memasuki
pelaksanaan pembelajaran :
Anak yang bergabung dalam TPA dapat digambarkan sebagai berikut:
a. Waktu
1) Full Day Care (anak dititipkan sehari penuh) dari jam 07.30 s.d 16.00
2) Half Day Care (anak dititipkan hanya setengah hari) dari jam 07.30 s.d.
14.00
3) Insidental Day Care (anak dititipkan sewaktu-waktu) sesuai dengan
kebutuhan dari orangtua.
b. Kegiatan dalam satu hari
Kegiatan anak di TPA dapat diatur sebagai berikut:
1) Kegiatan Penyambutan
Kegiatan ini merupakan transisi anak dari rumah untuk melakukan kegiatan
pembelajaran di TPA.
2) Kegiatan anak bermain bebas
3) Kegiatan anak di Sentra Bermain
Kegiatan ini dilakukan anak bersama Pendidik yang mencakup :
a) Penataan lingkungan bermain
b) Pijakan sebelum bermain
c) Pijakan selama bermain
d) Pijakan sesudah bermain atau mengulang kembali setelah bermain (recalling
) dan
e) Membereskan/merapikan kembali
4) Makan Bersama
5) Tidur Siang/Istirahat
6) Mandi sebelum pulang ke rumah.
7) Kegiatan untuk menyerahkan anak kepada orangtua.
3. Proses Pembelajaran
Pada proses pembelajaran pendidik maupun anak didik, ada beberapa anak
dibagi sesuai sentra yang di laksanakan oleh pendidik pada anak, Bermain
merupakan kegiatan utama yang dilakukan anak dalam melakukan interaksi dengan
lingkungannya untuk membangun pengetahuan anak, adapun metode pembelajaran
di Taman Penitipan Anak (TPA) melalui bermain, bermain dapat diterapkan dalam
3 jenis yaitu; (1) main sensorimotor, (2) main peran, (3) main pembangunan.
Kegiatan anak di TPA dapat diatur sebagai berikut: (1) Kegiatan penyambutan, (2)
Kegiatan ini merupakan transisi anak dari rumah untuk melakukan kegiatan
pembelajaran di TPA, (3) Kegiatan anak bermain bebas, (4) Kegiatan anak di sentra
bermain.
Kegiatan ini dilakukan bersama pendidik yang mencakup ; (1) Penataan
lingkungan bermain, (2) Pijakan sebelum bermain, (3) Pijakan selama bermain, (4)
Pijakan seusai bermain atau mengingat kembali setelah bermain (recalling) dan, (5)
Mebereskan/merapikan kembali, (6) Makan bersama, (5) Tidur siang/istirahat, (6)
Mandi sebelum pulang ke rumah, (7) Kegiatan untuk menyerahkan anak kepada
orang tua. Hariwijaya dan Bertiani (2007:41-42).
Pada saat pelaksanaan kegiatan pembelajaran maka, anak harus melalui
beberapa kegiatan antara lain dari kegiatan awal, kegiatan inti, istirahat dan
kegiatan akhir, pada pelaksanaan pembelajaran anak didik dapat juga diajarkan
tentang lingkungan bermain bagi anak, berikut ini ada beberapa kegiatan yang pada
anak di taman penitipan anak :
a. Penataan Lingkungan Bermain
Pada sentra bermain anak lebih memilih lingkungan sekolahnya
dan sebelum anak dan orang tua datang, siapkan tempat yang memungkinkan
anak dapat bermain dan bergerak dengan nyaman. Perhatikan kebersihan ruangan.
Tempatkan mainan di tempat yang akan digunakan bermain anak.
b. Saat anak datang
Satu orang Pendidik menyambut anak-anak datang di depan rumah atau taman
penitipan anak (TPA), Pendidik yang lain di dalam ruangan untuk menyiapkan
sarana belajar yang akan digunakan dan memimpin kegaiatan pembukaan.
c. Anak main di luar
Setelah waktu yang ditentukan tiba, anak diajak dalam lingkaran, untuk
menyanyikan lagu anak-anak dan berdoa pembukaan lalu menyebutkan kegiatan
pembuka yang akan dilakukan. Satu Pendidik yang memimpin dan Pendidik
satunya memberi contoh. Kegiatan main ini dilakukan paling lama 30 menit.


d. Transisi
Setelah anak main, anak-anak dikumpulkan kembali dalam lingkaran. Pendidik
menanyakan pendapat anak tentang permainan atu kegiatan yang dilakukannya.
Setelah semua anak mengemukakan pendapatnya, anak secara bergiliran
dipersilakan untuk minum dan ke kamar kecil. Sambil menunggu anak-anak selesai
seluruhnya, satu Pendidik mengajak menyanyi, satu Pendidik lainnya mengecek
tempat main (Pijakan lingkungan bermain). Setelah semua anak berkumpul,
Pendidik duduk diantara anak-anak. Salah satu Pendidik bersiap-siap untuk
membacakan cerita dari buku cerita sesuai dengan tema yang diajarkan pada
pertemuan hari itu.
e. Kegiatan di Sentra
Pijakan pengalaman sebelum bermain (lebih kurang 5 menit), Pendidik
memberi salam kepada anak-anak, mengaitkan tema hari ini dengan kehidupan
anak sehari-hari.
1. Pendidik bercerita (lebih kurang 15 menit)
Pendidik mulai membacakan tema dari buku cerita yang ditentukan hari ini dan
bercerita yang dikaitkan dalam kehidupan sehari-hari. Setelah bercerita Pendidik
meminta anak untuk merefleksikan kejadian-kejadian yang dialami dalam tiga hari
belakangan ini. Bila anak banyak tidak perlu semua diberi giliran untuk
mengemukakan pendapatnya cukup 4-5 anak saja. Setelah itu Pendidik
memperkenal-kan tempat main, dan menyampaikan aturan-aturan bermain,
termasuk cara menggunakan alat-alat, waktu memulai dan waktu selesai (start dan
finish). Jika dirasa anak telah siap untuk main, Pendidik menggunakan transisi
berdasarkan warna baju, usia anak, huruf depan nama anak dan lain-lain.
2. Pijakan pengalaman selama bermain (minimal 60 menit)
Pendidik berkeliling diantara anak, memberi contoh cara main pada anak yang
belum bisa menggunakan bahan/ alat, memberi dukungan berupa pernyataan positif
tentang pekerjaan yang dilakukan anak, memancing dengan pertanyaan terbuka
untuk memperluas cara main anak, memberikan bantuan pada anak yang
membutuhkan. Pendidik mendorong anak untuk mencoba di tempat lainnya.
Sehingga anak memiliki pengalaman main yang kaya (densitas). Pendidik juga
mencatat apa yang dilakukan oleh anak meliputi jenis main, tahap perkembangan,
tahap sosial pada lembar penilaian Pendidik dan jangan lupa menuliskan nama dan
tanggal pada lembar kerja anak. Bila waktu tinggal 5 menit, Pendidik
memberitahukan pada anak-anak untuk bersiap-siap menyudahi kegiatan mainnya.
3. Pijakan pengalaman setelah bermain (minimal 15 menit)
Bila waktu main habis, Pendidik memberitahukan saatnya membereskan.
Membereskan dengan melibatkan anak-anak. Bila 75% bahan main sudah
dirapihkan kembali, sa-tu orang Pendidik membantu membereskan baju anak yang
basah, sedang Pendidik lainnya membereskan se-mua mainan hingga kembali pada
tempatnya. Bila anak sudah rapi, satu orang Pendidik duduk membuat lingkaran
sambil bernyanyi. Sedang Pendidik yang satu setelah membereskan, menyiapkan
makanan untuk anak. Setelah semua anak duduk dalam lingkaran, Pendidik
menanyakan pada setiap anak tentang kegiatan main yang dilaku-kannya. Setelah
semua anak berbicara, Pendidik mena-nyakan kembali pengalaman main yang
dilakukan tadi.
f). Makan Bersama (lebih kurang 30 menit)
Sebelum makan, Pendidik mengajak berdoa sebelum makan, dan menghitung
jumlah anak dan makanan yang tersedia. Lalu menyebutkan satu nama masing-
masing anak. Pendidik menyebutkan bentuk, warna, bahan yang dipakai, cara
pembuatan makanan. Gizi yang dikandung, dan siapa yang membuat dan kaitkan
dengan pelajaran yang telah diperoleh dan tema hari ini, jangan lupa anak-anak juga
diberitahukan cara-cara makan yang baik dikaitkan dengan budi pekerti dan atau
adat ketimuran.
Anak-anak dipersilakan makan bersama dengan tertib tidak saling mengganggu
dan ajarkan menghargai Tuhan dan sesama. Jika masih ada kelebihan makanan
tawarkan kepada anak lain yang ingin tambah tetapi bila banyak anak yang ingin
tambah tetapi makanan terbatas berikan kesempatan kepada anak untuk mengatasi
bersama.
Selesai makan ajak anak berdoa setelah makan dan ajak anak untuk mengemasi
tempat makan dan alat-alat makan yang kotor untuk memasukkan ke tempat cuci
piring. Pendidik yang satu mengemasi tempat dan yang satunya mengajak anak
dalam lingkaran.
g. Transisi/penutupan (minimal 10 menit)
Setelah anak berkumpul Pendidik mengajak anak-anak berdoa dan mendoakan
anak yang tidak masuk karena sakit atau alasan lain agar dapat bergabung bersama
lagi serta menyanyikan lagu untuk mengakhiri
pembelajaran. Pendidik menyampaikan rencana belajar dan menye-butkan tema
untuk pertemuan berikutnya serta meng-anjurkan untuk bermain bersama adik atau
kakak atau orangtua di rumah masing-masing.
h. Persiapan Tidur Siang
Pendidik bersama Pengasuh mengajak anak untuk bergan-ti pakaian serta cuci
tangan dan kaki, agar dapat nyaman dalam tidur.
i. Tidur Siang
Untuk menghindari berebut saat mau tidur, anak-anak diberi pengertian agar
anak yang sudah besar dapat tidur sendiri tidak harus ditunggu Pengasuh. Gunakan
cara dengan memutarkan kaset dongeng atau lagu pengantar tidur.
Tata Tertib TPA, antara lain ; (1) Ananda hadir di sekolah pukul 07.20 kegiatan di
mulai pukul 07.30, (2) Ananda dibawakan snack yang mengenyangkan (tidak boleh
mie instant, dan sejenis chiki), (3) Ananda dibawakan minimal 1 stel pakaian untuk
ditinggal di sekolah, (4) Ananda dibawakan sandal, sikat gigi, pasta gigi, sabun
mandi cair, dan shampo anak, (5) Ananda dibawakan bekal makan, susu, dan dot,
(6) Ananda tidak diperkenankan membawa uang dan perhiasan yang berlebihan, (7)
Ananda sebaiknya tidak membawa mainan dari rumah, (8) Selama pembelajaran
pengantar tidak diperbolehkan menunggu di dalam maupun di luar ruangan, kecuali
selama proses penyesuaian.(9) Jika tidak masuk sekolah, memberitahu sekolah
lewat telepon, (10) Pembayaran infak bulanan selambat-lambatnya tanggal 10 tiap
bulannya.
Menurut Hariwijaya dan Bertiani (2007:41-42), maka dalam mengelola
pembelajaran, di Taman Penitipan Anak (TPA) harus memperhatikan aspek-aspek
sebagai berikut:
1) Keterlibatan anak, dalam hal ini prinsip pembelajaran harus berpusat kepada
aktivitas belajar anak.
2) Layanan program, yang disesuaikan dengan satuan pendidikan masing-masing,
yakni; (a) Taman Penitipan Anak, dilaksanakan 3-5 hari dengan layanan
minimal 6 jam atau dalam satu tahun 144-160 hari atau 32-34 minggu,
(b) Kelompok Bermain (KB) dilaksanakan setiap hari atau minimal 3 kali
seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam atau dalam satu tahun 144 hari
atau 32-34 minggu, (c) Satuan PAUD sejenis (SPS) minimal satu minggu
sekali dengan jam layanan 2 jam. Kekuaran jam layanan pada SPS dilengkapi
dengan program pengasuhan yang dilakukan orang tua sehingga jumlah
layanan keseluruhan setara dengan 144 hari dalam satu tahun, (d) Taman
Kanak-Kanak (TK) dilaksanakan minimal 5 hari seminggu dengan jumlah
layanan minimal 2,5 jam. Dalam satu tahuan 160 hari layanan atau 34 minggu.
3) Kegiatan insidental/semester/Tahunan Antara lain meliputi; a) Kunjungan
luar, seperti kunjungan ke museum, mesjid, kantor pos, kantor polisi, dan
lainnya, b) Pengenalan pekerjaan, yakni mengenalkan profesi dengan
mendatangkan atau mengunjungi narasumber yang relevan, seperti dokter,
tukang pos, kepala desa, dan sebagainya, c) Peringatan Hari Besar (PHB),
Dalam memperingati hari besar dapat dilakukan dengan mengadakan
perlombaan, panggung seni, parade, dan lainnya, d) Bakti Sosial Seperti
melaksanakan kegiatan bersih-bersih lingkungan, mengunjungi panti asuhan,
rumah jompo, dan lainnya.
e) Kegiatan bersama orang tua, Orang tua dapat juga menjadi narasumber, guru
pendamping atau guru bantu, f) Kesehatan Misalnya dengan pemeriksaan
kesehatan gigi dan pemeriksaan kesehatan umum, g) Media Audio Visual
Dengan menggunakan media audio visiual dalam mengetengahkan tema atau
materi pembelajaran, dan pembelajaran di laksanakan berdasarkan kurikulum
yang ada.
4. Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi
dan bahan belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Taman Pengasuhan Anak (TPA) dalam model ini merupakan salah satu bentuk
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) pada jalur nonformal yang menyelenggarakan
program pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan sosial terhadap anak
sejak usia 1 tahun sampai usia 6 tahun. TPA Holistik berarti seluruh kebutuhan anak
(kesehatan, gizi, pendidikan, perlindungan, berkembang dan mempertahankan
kelangsungan hidup) dilayani di dalam penyelenggaraan TPA. Budaya lokal adalah
akal, budi dan daya yang hidup dan berkembang pada suku bangsa disuatu daerah
baik dalam wujud abstrak (tidak nyata) maupun kongkrit (nyata). M. Hariwijaya
dan Bertiani (2007:35-36).
Menurut M. Hariwijaya dan Bertiani (2007:33-34), ada beberapa prinsip-
prinsip dasar pengembangan kurikulum Taman Penitipan Anak (TPA), antara lain;
1. Prinsip-prinsip Dasar pengembangan kurikulum TPA
Dalam hal prinsip-prinsip pengembangan kurikulum TPA mengacu pada
kurikulum PAUD secara umum. Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini,
menetapkan beberapa prinsip pengembangan kurikulum TPA meliputi; a) Bersifat
komprehensif, artinya kurikulum harus menyediakan pengalaman belajar yang
meningkatkan perkembangan anak secara menyeluruh dalam berbagai aspek
perkembangan, b) Didasarkan pada perkembangan secara bertahap, sehingga
proses pembelajaran harus dilakukan secara bertahap sesuai dengan usia anak dan
tahapan perkembangan anak, c) Melibatkan orang tua sebagai pendidik utama,
sehingga peran orang tua dalam menyusun rancangan kegiatan pembelajaran harus
ditingkatkan agar tujuan PAUD lebih terarah dan tepat sasaran, d) Melayani
kebutuhan anak, yakni mampu mengembangkan kemampuan, kebutuhan, minat,
potensi setiap anak, e) Merefleksikan kebutuhan dan nilai-nilai yang dalam
masyarakat, f) Mengembangkan standar kompetensi anak sebagai upaya
menyiapkan lingkungan belajar anak, g) Mewadahi layanan anak berkebutuhan
khusus, sehingga semboyan pendidikan untuk semua dapat dilaksanakan, h)
Menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat, i) Memperhatikan kesehatan
dan keselamatan anak, khususnya di lingkungan sekolah, j) Menjabarkan prosedur
pengelolaan lembaga yang diungkapkan kepada masyarakat sebagai bentuk
akuntabilitas, k) Manajemen sumber daya manusia yang terlibat dalam lembaga
pendidikan anak usia dini, l) Penyediaan sarana dan prasarana yang optimal dan
mampu menunjang proses pembelajaran.
Pada pengelolaan kegiatan layanan di taman penitipan anak (TPA) terdapat
ruang lingkup kurikulum di taman penitipan anak (TPA), berikut ini menurut M.
Hariwijaya dan Bertiani (2007:40-42), Kurikulum taman penitipan anak (TPA)
mencakup seluruh aspek perkembangan anak, yakni: (1) Nilai agama dan moral, (2)
Fisik, motorik kasar, motorik halus dan kesehatan fisik, (3) Kognitif: pengetahuan
umum dan sains, konsep bentuk, warna, ukuran dan pola, konsep bilangan, lambang
bilangan dan huruf, (4) Bahasa: bahasa yang diterima dan didengar, bahasa untuk
mengungkapkan hasil fikiran/perasaan, dan keaksaraan, (5) Sosial emosional.
Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum menu generik atau acuan lainnya
yang sesuai.
2.3.2 Layanan Pengasuhan
Program pendidikan pada taman penitipan anak (TPA), merupakan wahana
pendidikan anak usia dini untuk membantu meletakkan dasar kearah perkembangan
sikap, pengetahuan, ketrampilan, daya cipta yang diperlukan anak, dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungannya serta pertumbuhan dan perkembangan
selanjutnya sekaligus untuk mempersiapkan anak memasuki pendidikan
selanjutnya. Adapun pengelompokkan usia pada kegiatan pengasuhan dan bermain
di TPA dilakukan dengan cara dikelompokkan berdasarkan usia, dengan
pengelompokkan sbagai berikut ; a) kelompok usia 3 bulan - < 2 tahun, b) kelompok
usia 2 tahun - < 4 tahun, c) kelompok usia 4 tahun - < 6 tahun. Apabila jumlah anak
dalam kelompok usia tersebut banyak, maka dapat dibuat kelompok kecil sebagai
berikut; a) 3 bulan - < 12 bulan, b) 12 bulan, , c) 18 bulan - < 24 bulan, d) 2 tahun
3 tahun, e) 3 tahun - < 4 tahun, f) 4 tahun - < 5 tahun, g) 5 tahun - < 6 tahun,
jumlah anak dalam kelompok di sebuah lembaga TPA disesuaikan dengan
kemampuan lembaga dengan memperhatikan jumlah guru/guru
pendamping/pengasuh yang tersedia dan luas ruangan yang dimiliki, alokasi
sebagai berikut; 1) TPA Full day (6 8 jam per hari, minimal 3 kali dalam
seminggu), 2) TPA setengah hari (4-5 jam perhari, minimal 3 kali dalam seminggu),
3) TPA non reguler; 1-3 jam perhari.
Pada ratio guru/guru pendamping dengan anak disesuaikan dengan
kelompok usia yang dilayani; a) kelompok usia 0 - < 1 tahun 1 guru : 4 anak, b)
kelompok usia 1 - < 2 tahun 1 guru : 6 anak, c) kelompok usia 2 - < tahun 1 guru :
8 anak, d) kelompok usia 3 - < 4 tahun 1 guru : 10 anak, e) kelompok usia 4 - < 5
tahun 1 guru : 12 anak, f) kelompok usia 5 - < 6 tahun 1 guru : 15 anak.
Apabila dalam kelompok usia tertentu jumlah anak melebihi ratio tersebut,
maka jumlah anak melebihi ratio tersebut, maka jumlah guru dilipatkan. Contoh
jumlah anak usia 1 < 2 tahun berjumlah 9 anak, maka jumlah guru yang
membimbing sebanyak 2 orang. Berarti ratio guru dan anak. Hariwijaya dan
Bertiani (2007:40-42).




Komponen Kurikulum TPA menurut M. Hariwijaya dan Bertiani (2007:33-
34), antara lain sebagai berikut ;
a. Peserta didik
Sasaran pendidikan anak usia dini khususnya TPA adalah anak yang berada
di sekurang-kurangnya berusia 3 bulan sampai 6 tahun, dengan prioritas anak yang
kedua orang tuanya bekerja.
b. Pendidik
Pendidik di taman penitipan anak (TPA) ada yang sebagai guru pendidik, guru
pendamping, dan pengasuh, adapun kewajiban sebagai guru pendidik, guru
pendamping dan pengasuh antara lain menjadi teladan bagi pembentukan karakter
anak, mengembangkan rencana pembelajaran sesuai dengan tahap perkembangan
anak.
c. Pengelola
Pengelola TPA minimal mempunyai kualifikasi lulusan SMA dan mempunyai
sertifikat pelatihan PAUD, serta telah berpengalaman menjadi guru PAUD minimal
selama 2 tahun. Kompetensi yang harus dimiliki sama dengan kompetensi
pendidikan TPA, serta kewajibannya adalah: (1) Mengelola Rencana Anggaran
Belanja Lembaga, (2) Mengelola dan mengembangkan lembaga dalam pelayanan
pendidikan, pengasuhan dan perlindungan, (3) Mengkoordinasikan pendidik dalam
melaksanakan tugas di lembaganya, (4) Mengelola sarana dan prasarana yang
dimiliki lembaga, (5) Menjalin kerjasama dengan lembaga lainnya. DiTaman
Penitipan Anak (TPA) Holistik Berbasis Budaya Lokal adalah suatu upaya layanan
TPA yang diselenggarakan dengan upaya memenuhi seluruh kebutuhan anak
(kesehatan, gizi, pendidikan, pengasuhan, perlindungan, berkembang dan
mempertahankan hidup) dengan menekankan nilai-nilai budaya lokal dalam setiap
langkah-langkah pembelajarannya. M. Hariwijaya dan Bertiani (2007:35-36).
2.3.3 Layanan Kesehatan Gizi
Di Taman Penitipan Anak (TPA), sangat mengutamakan layanan-layanan
yang dapat memberikan yang terbaik bagi anak didiknya, contohnya seperti adanya
layanan kesehatan dan gizi bagi anak, berikut ini ada penjelasan tentang layanan
kesehatan dan gizi di Taman Penitipan Anak (TPA) ;
Menurut M. Hariwijaya dan Bertiani (2007:45-46), bahwa layanan
kesehatan dan gizi di taman penitipan anak adalah sebagai berikut;
1. Layanan Kesehatan
Pada layanan kesehatan terdapat beberapa penjelasan sebagai berikut ;
a).Layanan kesehatan di TPA dilakukan secara langsung dan tidak langsung,
b).Layanan kesehatan langsung berupa pemeriksaan kesehatan anak yang dilakukan
oleh tenaga medis secara berkala misalnya pemeriksaan gigi, pemberian vitamin A,
penimbangan, imunisasi dan penanganan darurat. Untuk kegiatan ini lembaga TPA
dapat bekerja sama dengan Posyandu atau Puskesmas terdekat.c). Layanan
kesehatan tidak langsung berupa pemeliharaan kebersihan lingkungan dan alat
main, pengatuan cahaya dan ventilasi, ketersediaan air bersih untuk kegiatan
bermain ataupun untuk toileting, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,
penyehatan lingkungan, dsb.

2. Layanan Gizi
Pada layanan gizi di taman penitipan anak terdapat beberapa uraian seperti
berikut ini; a). Layanan gizi dilakukan dalam rangka pemenuhan kebutuhan gizi
yang seimbang bagi anak di TPA, b). Layanan gizi dilakukan melalui pemberian
makanan yang sehat dan bergizi tinggi, dengan memperhatikan variasi makanan,
catatan kebutuhan dan sensitivitas jenis makanan untuk setiap anak, c). Sangat
dianjurkan bagi para pengelola TPA untuk mengkonsulasikan menu gizi seimbang
dengan petugas kesehatan gizi terdekat.
2.3.4 Indikator Keberhasilan Taman Penitipan Anak (TPA)
Menurut M. Hariwijaya dan Bertiani (2007:40-41), bahwa indikator
keberhasilan sebuah TPA antara lain; (1) Tingkat kehadiran anak mencapai 80%,
(2) Tingkat kehadiran pendidik/pengasuh mencapai 90%, (3) Program berjalan
sesuai dengan visi, misi dan tujuan lembaga, (4) Memiliki ratio pendidik sesuai
dengan yang ditetapkan, (4) Kualiifikasi pendidik/pengasuh minimal mencapai
60%, (5) Memiliki kurikulum, perencanaan program, hasil perkembangan anak
yang diadministrasikan dengan baik, (6) Tersedia sarana 3 (tiga) jenis main
(sensorimotorik, peran dan pembangunan) sesuai dengan tahapan perkembangan
anak, (7) Data pribadi (tumbuh kembang) anak terekam dengan baik. Pada
keberhasilan ditaman penitipan anak (TPA) ada kaitannya dengan sarana dan
prasarana di TPA tersebut karena tanpa sarana dan prasarana yang memadai maka
indikator keberhasilan taman penitipan anak (TPA) tidak akan berhasil.


2.3.5 Layanan Sarana dan Prasarana
Salahsatu aspek yang harus mendapat perhatian utama dari setiap
administrasi pendidikan adalah mengenai sarana dan prasarana pendidikan seperti
tempat belajar dan prasarana belajar. Adapun pada prasarana belajar terdapat
gedung, ruangan, sarana belajar, dan alat permainan begitupun pada alat permainan
terbagi menjadi alat permainan yang diluar ruangan dan alat permainan yang
didalam ruangan. Depdiknas (2008:12-13).
2.3.6 Administrasi
Adapun prosedur perizinan suatu kelembagaan TPA, antara lain; (1) Setiap
lembaga TPA berkewajiban untuk mendaftarkan lembaganya ke Dinas Pendidikan
c.q Bidang Pendidikan Non-Formal di wilayahnya. TPA yang sudah terdaftar dpat
memberikan layanan kepada anak-anak sesuai ketentuan, (2) Lembaga TPA yang
telah memenuhi persyaratan sebagaimana yang ditentukan dalam buku pedoman ini
dapat mengajukan diri untuk memperoleh izin operasional. Izin operasional diatur
oleh daerah setempat, (3) Lembaga TPA yang telah memiliki program yang
permanen dan pendidikan yang sesuai dengan ketentuan dalam Standar PAUD,
berhak mengajukan akreditasi lembaga PAUD Non-Formal.
Menurut M. Solehhudin (1997:60), bahwa administrasi yang harus
dilengkapi pada saat pendirian TPA, adalah mencakup: Administrasi kelembagaan;
(1) Visi, misi, dan tujuan lembaga yang disusun oleh Pengelola dan Pemilik
Yayasan; (2) Struktur Kepengurusan;(3) Surat-surat berharga: Izin Pendirian dari
Pejabat yang Berwenang, Akta Kepemilikian/Akta Kerjasama/Izin Penggunaan
Bangunan, Izin Oparsional, dsb Administrasi ketenagaan, mencakup ; (1) Data
tenaga pendidik: nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, pendidikan, mulai
bertugas, bertugas di kelompok apa, dan pelatihan yang diterima; (2) Data
pengelola: Nama, tempat/tanggal lahir, jenis kelamin, pendidikan,mulai bertugas,
dan pelatihan yang diterima; (3) Data tenaga administratif: nama, tempat/tanggal
lahir, jenis kelamin, pendidikan, mulai bertugas, dan pelatihan yang diterima;(4)
Data petugas lainnya bila ada. Administrasi Anak, meliputi; (1) Buku induk:nama
anak, tempat dan tanggal lahir, anak ke berapa, nama orang tua, pekerjaan orang
tua, tanggal masuk; (2) Buku catatan perkembangan anak/buku raport. Administrasi
Keuangan, mencakup; (1) Buku kas/bank; (2) Buku Pengeluaran dan Penerimaan;
(3) Kartu Pembayaran/iuaran dari peserta didik; (4) Buku inventaris barang; (5)
Buku untuk kearsipan lainnya. Administrasi Program, meliputi; (1) Rencana
kegiatan semester, bulanan, harian; (2) Formulir pendaftaran calon peserta didik;
(3) Buku komunikasi/penghubung antara pendidik dan orangtua; (4) Jadwal
kegiatan bermain; (5) Pernyataan orangtua; (6) Buku daftar hadir untuk anak; (7)
Buku daftar hadir untuk pendidik dan pengasuh; (8) Buku tamu; dan (9) Buku
agenda kegiatan.
2.4 Dampak Taman Penitipan Anak (TPA)
Seorang anak di masa modern sekarang ini sangat membutuhkan arahan,
perhatian dari orang tua sangat diperlukan. Karena semakin bertambahnya umur
seorang anak akan membuat dia ingin tahu lebih jauh tentang apa yang mereka ingin
ketahui.

Dengan berkembangnya teknologi sekarang dibutuhkanlah orang tua yang
dapat mengawasi, mendidik serta memberikan arahan yang baik terhadap anaknya
agar anak tersebut tidak mengarah ke hal-hal yang negatif. Karena orang tua yang
sudah tidak memperhatikan anaknya mungkin moral anak tersebut bisa rusak
karena pengaruh-pengaruh dari luar yang menjerumuskannya. Tidak mungkin ada
orang tua yang ingin anaknya menjadi tidak benar/hancur karena kesalahan yang
seharusnya tidak dilakukan, maka peranan orang tua sangat lah penting dimana
seorang anak harus mendapatkan perhatian yang cukup dan tidak memberikan
perhatiannya terlalu berlebihan,karena apabila seorang anak mendapat perhatiaan
yang berlebihan akan membuat mereka susah untuk bersosialisasi dan selalu
bergantung kepada orang tua. Hariwijaya dan Bertiani (2007:41-42)
Sebagai orang tua latihlah seorang anak agar selalu bisa bertanggung jawab
dengan hal-hal yang mereka dapatkan, dengan begitu anak akan terbiasa untuk
selalu bertanggung jawab dengan apa yang mereka lakukan. Dan Sebagai orang tua
yang baik, jangan melihat keburukan atau kebaikan. Namun lihatlah dari tata cara
bergaul sang anak, dengan siapa bergaul, bagaimana luas pergaulannya. Bukan
sekedar untuk membatasi sang anak dalam bergaul namun diharapkan impian
melihat anak sukses mengarungi kehidupan tanpa mengalami kesalahan dalam
pergaulan baik dilingkungan keluarga, atau lingkungan luar menjadi sebuah
kenyataan.
Manfaatnya kembali ke orang tua, sebab sang anak lalu menjadi orang yang
menghargai kedua orang tua. perlu diingat oleh kedua orang tua adalah jika seorang
anak atau remaja kurang mendapatkan perhatian dari orang tua, besar kemungkinan
dia akan menjadi seorang anak dan remaja yang temperamental. Sang anak menjadi
bebas dalam melakukan segala hal, baik itu dalam hal kebaikan maupun keburukan.
Sebagai orangtua seharusnya memiliki kemampuan untuk memusatkan perhatian
pada perilaku positif serta tak lupa pada perilaku buruk sang anak. Hariwijaya dan
Bertiani (2007:44-45).
Menurut Hariwijaya (2007:33) bahwa dampak di taman penitipan anak akan
membawa pengaruh pada masa depan si kecil dengan berbagai cara. Sebenarnya di
balik dampak tersebut terdapat banyak manfaat yang akan didapat si kecil di tempat
penitipan yang mungkin tidak terpikirkan, antara lain; anak dapat bersosialisasi
dengan yang lain, anak tidak merasa gelisah jika berjauhan dengan orang
tuanya, anak sudah siap memasuki dunia sekolah tanpa ada rasa malu, anak
sudah dapat mentaati peraturan sekolah.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi
penelitian ini adalah mengenai profil atau gambaran sebuah lembaga terutama di
TPA Al-Wathaniyah, dan yang menjadi penelitian utama adalah tentang
pengelolaan kegiatan layanan di TPA Al-Wathaniyah, layanan pendidikan layanan
pengasuhan, layanan sarana dan prasarana dan administrasi.
2.5 Kajian yang relevan
Judul : Profil PAUD Al-Madina
Oleh : Yahya Ahmad
Tahun : 2011
Hasil Penelitiannya : bahwa Paud Al Madina merupakan tempat lahirnya berbagai
inovasi pembelajaran Al Quran, Paud Al madina salah satu PAUD yang ada di
Wonosobo yang integral dengan pembelajaran membaca al quran yaitu dengan
metode Qiroati dan Yanbua, Menjadi tempat studi banding berbagai lembaga
pendidikan, Menjadi trend setter pengelolaan PAUD, memiliki 119 anak didik, dan
memiliki tenaga pendidik sebanyak 9 orang yang sudah menyandang gelar sarjana
PAUD.
Tempat Kegiatan dan Waktu Kegiatan ; a. Sebagai rintisan pendidikan anak
pra sekolah PAUD AL MADINA yang baru saja dibentuk maka untuk mengadakan
aktifitas bermain sambil belajar, PAUD AL MADINA mulai Tahun ajaran 2010 /
2011 satu lokasi dengan SD Al Madina yaitu di Jl. Raya Kalibeber KM.01 Perum
Argopeni Indah Wonosobo. b. Kegiatan rintisan pendidikan anak pra sekolah
PAUD AL MADINA yaitu sudah dimulai sejak Tahun 2007 tepatnya mulai Tahun
ajaran baru yaitu pada bulan Juli 2008. c. Proses kegiatan belajar mengajar (PBM)
dilaksanakan empat kali untuk kelompok bermain ( Kelas Aisyah ) dan satu Minggu
untuk kelas setara TK ( Untuk Kelas Khotijah, RA dan Kelas Fatimah,RA ),
sedangkan waktu kegiatan dimulai jam 07.15 s/d 11.00 WIB. Dan memiliki sumber
Pendanaan yaitu PAUD AL MADINA Wonosobo membutuhkan dana sebagai dan
investasi dalam rangka perkembangannya PAUD tersebut membutuhkan dana
sekitar Rp 33.500.000,- ( Terbilang : Tiga puluh tiga juta lima ratus ribu rupiah )
Proyeksi penerimaan dan pengeluaran pada PAUD AL MADINA Wonosobo
selama satu tahun anggaran. Pada tahun pertama penyelenggara PAUD AL
MADINA sumber penerimaan diperkirakan berasal dari siswa siswi dan para
donator.

Anda mungkin juga menyukai