Anda di halaman 1dari 24

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akhir-akhir ini, Indonesia sering sekali dikejutkan dengan langkanya
ketersediaan bahan bakar, diantaranya beberapa kota besar di Indonesia yang
persediaan stok bahan bakarnya semakin menipis saja, dan juga produksi peningkatan
kendaraan bermotor atau mobil murah juga telah mulai banyak kita lihat, contohnya
seperti di Ibukota sendiri.
Jumlah kendaraan bermotor khususnya untuk daerah Jabodetabek mengalami
peningkatan sebesar 9,8% dari tahun 2012 ke 2013. Berdasarkan data kendaraan yang
tercatat di Subdit Regident Ditlantas Polda Metro Jaya, jumlah kendaraan di tahun
2013 dari Januari hingga 21 Desember, jumlah kendaraan di Jakarta dan sekitarnya
mencapai 16.043.689 unit. Dengan perincian 11.929.103 unit motor, 3.003.499
mobil, 360.022 bus, 617.635 mobil barang dan 133.430 kendaraan khusus.
Oleh karena itu pemerintah telah mencanangkan undang-undang yang
mengatur penggunaan energi alternatif, salah satunya green energy seperti biofuel
dan biodiesel. Tertera pada PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Nomor 5
yang berisi; Energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dan
sumberdaya energi yang secara alamiah tidak akan habis dan dapat berkelanjutan jika
dikelola dengan baik, antara lain: panas bumi, bahan bakar nabati (biofuel), aliran air
sungai, panas surya, angin, biomassa, biogas, ombak laut, dan suhu kedalaman laut.
Penjelasan selanjutnya tertera pada TUJUAN DAN SASARAN KEBIJAKAN
ENERGI NASIONAL, Poin b Terwujudnya energi (primer) mix yang optimal pada
2

tahun 2025, yaitu peranan masing-masing jenis energi terhadap:Nomor 4. Bahan
bakar nabati (biofuel) menjadi lebih dari 5% (lima persen).
Dengan langkah pemerintah ini, penanaman tanaman penghasil biodiesel
mulai dilakukan di daerah-daerah. Salah satu penghasil minyak castor, sebagai bahan
baku biodiesel yang sering digunakan adalah Jarak Kepyar (Riccinus communis).
Tanaman Jarak kepyar dianggap baik sebagai penghasil minyak castor karena
mengandung kurang lebih 50% Minyak ester yang terkandung dalam bijinya.
Sementara bagian lainnya dapat dimanfaatkan sebagai obat, bahan baku kosmetik dan
lain-lain.

1.1 Tujuan
Tujuan yang hendak dicapai adalah meningkatkan potensi bahan bakar
alternatif yaitu biodiesel dari tanaman Jarak Kepyar (Ricinus communis) dengan
memberikan informasi terkait prospek industry Jarak Kepyar (Ricinus communis)
baik di Indonesia maupun di luar negeri.









3

BAB II
PEMANFAATAN JARAK KEPYAR (Ricinus communis) SEBAGAI
BAHAN BIODIESEL

2.1 Informasi Biologis Komunitas
Klasifikasi
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Ricinus
Spesies : Ricinus communis L

Hampir semua bagian tanaman jarak kepyar dapat dimanfaatkan. Bijinya
sebagai bahan utama pengekstrakan minyak ester yang terkandung menjadi minyak
kastor. Minyak kastor inilah sebagai bahan baku pembuatan biodiesel, pelumas
bahkan kosmetik. Berikut kandungan biji jarak kepyar:

4

No. Bahan Kadar (%)
1. Air 5,1 - 5,5
2. Protein 12,0 16,0
3. Minyak 45,0 50,6
4. Abu 2,0 2,2

Sementara bagian daun, batang dan akar Jarak Kepyar dapat dimanfaatkan
sebagai obat tradisional.
Jarak kepyar memiliki keunggulan dibanding jarak pagar yang biasa pula
dijadika bahan baku biodiesel, yaitu memiliki beragam varietas yang memiliki
keunggulan tersendiri terhadap kondisi iklim, serangan hama penyakit dan
karakteristik dari varietas itu sendiri yang disesuaikan dengan kondisi daerah
pengembangan. Artinya varietas jarak kepyar yang telah ada dan dikembangkan oleh
petani adalah ditentukan oleh kondisi lahan, pengetahuan petani tentang jarak kepyar
dan tingkat kecocokan tanaman jarak kepyar ditumpangsarikan dengan jenis tanaman
lainnya. Selain itu Jarak kepyar merupakan tanaman musiman dengan kisaran waktu
panen 3 bulan, sementara jarak pagar merupakan tanaman tahunan yang panen
dengan kisaran waktu 1 tahun. Sehingga ketersediaan bahan baku biji jarak yang akan
dijadikan biodiesel relative stabil dengan ketahanannya terhadap medan, cuaca, dan
hama serta waktu panen yang relative cepat.



5

2.2 Potensi Industri
Tanaman jarak kepyar memiliki prospek yang sangat bagus di masa depan,
terkait dengan semakin menipisnya bahan energi yang tidak dapat diperbaharui.
Kebutuhan bahan baku jarak kepyar dalam negeri untuk industri sebesar 3.600
ton/tahun, baru dapat terpenuhi 1000 ton biji/tahun atau 27%, kekurangannya dipenuhi
dari impor dalam bentuk minyak (PT. Kimia Farma. 2002). Perkembangan industri
minyak jarak di Indonesia terkendala oleh keterbatasan bahan baku.
Di Indonesia tanaman jarak kepyar sangat cocok dibudidayakan di lahan kering
beriklim kering pada tipe iklim D dan E (sistem Oldeman) dengan jumlah bulan basah
hanya 3 bulan (Machfud, 2002). Lahan kering iklim kering banyak terdapat di
Kawasan Timur Indonesia seperti Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
Sulawesi Selatan, dan beberapa di Kawasan Barat seperti Jawa Tengah, Daerah
Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur. Hamparan lahan kering di Kawasan Timur
Indonesia cukup luas diperkirakan 8,5 juta hektar atau sekitar 90% dari total luas
wilayah (Machfud, 2002), akan tetapi sejauh ini hamparan tersebut belum dapat
dimanfaatkan untuk jarak kepyar secara maksimal.
Dalam rangka memacu memenuhi kebutuhan jarak dalam negeri, sudah dilepas
tiga varietas jarak kepyar unggul baru salah satunya diberi nama Asb.81 dengan
produktivitas 876 2.294 kg/ha (rata-rata 1.625 kg/ha). Varietas tersebut sangat sesuai
dikembangkan di daerah beriklim kering terutama di Kawasan Indonesia Timur. Jarak
kepyar memiliki keistimewaan yaitu mampu bertahan hidup dan tetap produktif selama
musim kemarau asalkan pada 3 bulan pertama terpelihara dengan baik dan cukup air.
Produktititas jarak kepyar hasil penelitian saat ini mencapai di atas 2 ton/ha
akan tetapi produktivitas di tingkat petani masih rendah yaitu baru 500 kg/ha. Penyebab
rendahnya produktivitas di tingkat petani antara lain belum menggunakan varietas
unggul, penggunaan benih tidak bermutu, serta teknik budidaya yang tidak tepat.
Tanaman jarak kepyar tidak hanya dikembangkan dengan sistem pertanaman
monokultur, melainkan juga dapat dikembangkan dengan sistem tumpangsari.
6

Penggunaan sistem tumpangsari dengan tanaman palawija dapat memberikan
tambahan pendapatan per ha sebesar Rp 957.000,- sampai Rp 1.544.000,- (Soenardi et
al., 2000).

2.3 Teknologi
TEKNOLOGI PENANAMAN
Pemilihan Lokasi
Pertimbangan untuk pemilihan lokasi adalah jenis tanah, utamanya jenis dan
struktur tanah. Diusahakan untuk memilih lokasi yang jenis tanahnya berstruktur
lempung berpasir dan mempunyai drainase yang baik, karena tanaman jarak kepyar
tidak tahan genangan air. Tanah yang ditanami jarak kepyar bebas naungan sehingga
mendapat penyinaran matahari penuh. Disamping itu, iklim kering terutama bulan
kering lebih 3 (tiga) bulan untuk mendapatkan produksi tinggi. Tidak terlalu
dibutuhkan tanah subur yang terpenting struktur tanahnya ringan. Untuk
menghasilkan produksi jarak kepyar yang maksimal memerlukan struktur tanah
lempung berpasir dan mempunyai pH 5 - 6,5. Tanaman jarak kepyar sangat peka
terhadap genangan air sehingga membutuhkan drainase yang baik.

Pengolahan Tanah
Jarak kepyar memiliki sistem perakaran yang banyak sehingga diperlukan
pengolahan tanah yang dalam supaya perakarannya dapat mencapai persediaan air di
dalam tanah pada waktu musim kering. Kegiatan pembajakan sebagai salah satu
bentuk pengolahan tanah dilakukan guna membasmi gulma dan memutuskan akar-
akar, agar volume perakaran lebih sempurna sehingga mampu bertahan di musim
kemarau. Selain itu, pembajakan dimaksudkan untuk memecah bongkah-bongkah
7

serta meratakan tanah. Untuk menghindari genangan air yang dapat mengganggu
perakaran perlu dibuatkan saluran air/drainase.
Menurut informasi yang didapatkan dari petani, penggunaan herbisida jenis
Round Up ini lebih efektif dan mampu menekan biaya pengolahan lahan; disamping
itu jenis gulma yang di lahan yang lebih didominasi oleh rumput teki, alang-alang dan
jenis semak yang dirasakan petani butuh waktu lama untuk membersihkan lahan.
Alternatif yang diterapkan petani adalah penggunaan herbisida untuk membersihkan
lahan sebelum dilakukan pengolahan tanah dengan cara dicangkul ataupun dibajak.

Persiapan Benih
Salah satu faktor yang menentukan dalam keberhasilan usahatani adalah mutu
benih dan varietas benih yang digunakan, ada beberapa karakteristik benih yang baik
untuk digunakan adalah sebagai berikut:
Untuk keperluan benih, sebaiknya diambil dari produksi tanaman
jarak kepyar yang sehat dan tidak terserang penyakit.
Pilih buah matang yang sudah kering
Jangan menggunakan biji yang sudah retak, tergores atau terinfeksi
jamur.
Penggunaan benih dari varietas unggul memberikan banyak keuntungan bagi
petani, disamping daya tahan tanaman dari serangan hama dan penyakit lebih tahan
serta produktivitas tanaman jarak kepyar lebih tinggi. Penanaman dengan sistem
monokutur membutuhkan benih jarak kepyar sebanyak 2 Kg/ha, sedangkan sistem
tumpangsari hanya membutuhkan benih sebanyak 1 Kg/Ha.


8

Penanaman
Tanah yang sudah diolah baik dengan dicangkul ataupun dibajak, dilakukan
penanaman dengan ditugal kedalaman sekitar 2-3 cm, biji jarak kepyar ditanam dan
ditutup dengan tanah. Penanaman jarak kepyar dengan biji yang dilakukan dibeberapa
lokasi lahan kering dilakukan pada akhir musim kemarau, ditanam dengan alat tugal.
Ketika musim penghujan tiba maka biji-biji jarak kepyar yang ditanam sudah mulai
berkecambah. Biji yang tidak tumbuh dilakukan penyulaman dan umumnya
dilakukan oleh petani sampai tanaman jarak kepyar berumur 30 hari setelah tanam.
Kendala dan tantangan yang sering dihadapi petani adalah serangan hewan atau
serangga penggerek batang dan serangan ulat yang memakan daun tanaman
Masalah waktu tanam disesuaikan dengan iklim di daerah tersebut, hal-hal
yang perlu diperhatikan adalah sumber irigasi dan sistem irigasi. Di samping itu,
apabila pada saat tanaman mulai berbunga jangan sampai terkena air hujan karena
akan mengganggu persarian sehingga produksi biji tandan menjadi rendah, dan pada
saat panen masih ada hujan akan menyulitkan pemanenan dan proses pembijian, serta
biji akan mudah terserang jamur
Penanaman dengan sistem monokultur menggunakan jarak tanam 2 m x 3 m
dengan total populasi yang diperoleh per hektar adalah sebanyak 1.600 batang
tanaman jarak kepyar, sedangkan sistem tumpangsari menggunakan jarak tanam 3 m
x 4 m dengan total tanaman jarak kepyar yang diperoleh per hektar sebanyak 800
tanaman.
Cara menanam biji jarak sama dengan palawija lainnya yaitu menggunakan
tugal. Benih sebelum ditanam dicelupkan pada insektisida guna menghindari
serangan hama pada masa awal pertumbuhan. Selanjutnya, tanah dilubangi sedalam
3 cm kemudian masukkan benih sebanyak 1 - 2 butir setelah itu ditutup tanah
kembali. Saat yang paling tepat untuk kegiatan penanaman jarak kepyar adalah di
9

akhir musim penghujan, diharapkan saat pertumbuhan nanti cukup mendapat siraman
hujan. Adapun waktu pembungaan bisaanya jatuh pada musim kemarau.

Penyulaman dan Penjarangan Tanaman
Dalam prakteknya di areal penanaman jarak kepyar, petani menanam biji
jarak kepyar lebih dari 1 biji atau benih. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi
pertumbuhan biji yang mati atau terhambat sehingga dilakukan seleksi tanaman.
Penyulaman dilakukan pada benih yang tidak tumbuh di areal pertanaman.
Penyulaman dilakukan petani sampai tanaman berumur 30 hari setelah tanam (HST)
agar tanaman mampu seragam pertumbuhannya.
Penjarangan dilakukan petani bertujuan untuk memilih tanaman yang baik
dan sehat pertumbuhannya, hal ini juga dilakukan untuk mengurangi persaingan
tanaman pada jarak tanam yang sangat berdekatan. Petani dapat juga melakukan
penjarangan dengan menanam kembali tanaman yang dicabut untuk mengganti atau
menyulam tanaman yang mati atau tanaman yang kurang baik pertumbuhannya.

Penyiangan Dan Pembunbunan
Kegiatan penyiangan dilakukan pada saat umur tanaman menginjak 1 bulan
dan diulangi sesuai dengan kondisi lapangan. Pembunbunan bisaanya dilakukan
bersamaan pada saat melakukan penyiangan. Tujuan dilakukan penyiangan adalah
untuk mengurangi persaingan penyerapan unsur hara oleh tanaman utama dengan
tanaman gulma, semak dan tanaman pengganggu lainnya. Sementara pembumbunan
dilakukan sebagai upaya untuk memperbaiki aerasi tanah dan memperbaiki pH tanah.


10

Pengairan
Masyarakat umumnya masih mengandalkan air hujan untuk sumber
pengairan, namun dibeberapa kelompok sudah mampu disiasati dengan pembuatan
waduk (embung) penampung air yang bisa dimanfaatkan pada musim kemarau.
Beberapa strategi yang telah dikembangkan juga oleh petani lahan kering adalah
pemulsaan dengan sisa-sisa tanaman, limbah pertanian dan juga untuk menciptakan
iklim mikro dengan melakukan penanaman jenis-jenis tanaman kayu atau tanaman
buah-buahan.

Pemupukan
Kebutuhan pupuk untuk tanaman jarak kepyar berbeda-beda sesuai dengan
varietasnya. Untuk menghasilkan produksi biji jarak kepyar yang tinggi diperlukan
jumlah nutrient yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang lebih besar.
Namun ketersediaan nutrient yang dibutuhkan tanaman belum tentu tersedia dalam
tanah, perlu penambahan nutrient dari luar dalam bentuk pupuk.
Kegiatan pemupukan dapat diberikan sebanyak 2 (dua) kali, yaitu: pada saat
benih ditanam dan setelah tanaman mencapai umur 3-4 minggu. Proporsi pupuk
yang digunakan memperhatikan sistem hara berimbang berupa NPK dengan dosis
pemakaian per ha; 200 kg Urea, 100 kg TSP, 50 kg KCL.
Selain itu juga penggunaan pupuk cair atau sering disebut istilah pupuk daun
oleh petani, diberikan pada tanaman dengan cara melakukan penyemprotan daun atau
batang tanaman jarak kepyar. Hal ini dapat memacu pertumbuhan dan perkembangan
tanaman untuk meningkatkan produktivitas.
Pemanfaatan sumber-sumber pupuk organik dari limbah pertanian harus
diupayakan untuk menjaga kondisi lahan dan kandungan unsur hara dalam tanah.
Salah satu praktek pemanfaatan limbah pertanian sebagai pupuk organic yang
11

dilakukan oleh petani lahan kering di Desa Pringgabaya, Desa Pemongkong, Desa
Ekas Buana dan sekitarnya di Kabupaten Lombok Timur adalah dengan
memanfaatkan kotoran

Pemangkasan
Pemangkasan yang dilakukan oleh petani dengan cara memotong pucuk
tanaman ketika berumur 1-2 bulan setelah tanam, hal ini dilakukan untuk
mendapatkan cabang produktif. Di samping untuk membuat tanaman menjadi lebih
pendek sehingga lebih mudah dalam pemeliharaannya. Untuk areal pertanaman yang
menerapkan sistem tumpang sari (multiple cropping), pemangkasan penting
dilakukan untuk mengatur sirkulasi udara dan kelembaban, serta member ruang
tumbuh pada jenis tanaman lainnya.
Pemangkasan bisaa dilakukan pada saat ketinggian tanaman mencapai 30
cm atau 1-2 bulan sesudah benih ditanam. Tanaman yang dipangkas akan membentuk
tunas baru yang selanjutnya akan membentuk cabang-cabang produktif. Pada cabang
produktif tersebut akan muncul tandan-tandan bunga sehingga hasil per tanaman akan
lebih banyak. Praktek pemangkasan yang dilakukan oleh petani di Lahan Kering
Pemongkong Kabupaten Lombok Timur juga dilakukan pemangkasan pada tanaman
jarak kepyar dan dilakukan secara berkala dikondisikan dengan pertumbuhan
tanaman. Hal ini dilakukan sebagai upaya usahatani jarak kepyar untuk mendapatkan
hasil produksi yang baik dengan tetap menjaga kualitas biji yang akan dihasilkan.

Pemanenan
Jarak kepyar jenis genjah mulai berbunga umur 2 - 2,5 bulan adapun untuk
masa panen bisaanya pada saat tanaman umur 3 - 3,5 bulan. Untuk jenis Tengahan
berbunga umur 2-3 bulan, panen pada umur 3,5 - 4 bulan. Sedangkan jenis
12

Dalam berbunga lebih dari 4 bulan. Setiap tandannya mengahasilkan buah masak
yang tidak serentak. Sebagai patokan, buah jarak kepyar bisa dipanen apabila kondisi
buah sudah kering sebanyak 60 - 70% dari jumlah buah yang dihasilkan atau
sederhananya jumlah buah kering lebih banyak dari buah yang kondisinya masih
hijau. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong tandan menggunakan pisau atau
gunting yang tajam guna menghindari terjadinya kerusakan pada pohon/cabang
lainnya.
Pemanenan hasil jarak kepyar tidak dapat dilakukan secara serentak,
melainkan secara bertahap. Hal ini karena buah jarak kepyar tidak masak secara
serempak, tetapi bergantian sesuai dengan waktu munculnya bunga. Bunga yang
munculnya lebih dahulu akan menghasilkan buah yang masak lebih awal, dan bunga
yang muncul belakangan akan masak lebih belakangan. Dalam satu tandan (malai),
buah juga tidak terbentuk bersamaan sehingga saat masaknya juga tidak bersamaan.
Pemanenan bisaanya dilakukan oleh kaum perempuan dengan tenaga kerja
dari dalam keluarga tau tenaga dari luar keluarga. Pemanenan sendiri dengan
menggunakan alat secara manual menggunakan pisau atau gunting yang tajam.

TEKNOLOGI PENGOLAHAN
Teknologi pengolahan menjadi minyak kastor dapat diperoleh dari proses
proses berikut;
TRANSESETERIFIKASI
Proses transesterifikasi meliputi dua tahap. Transesterifikasi I yaitu
pencampuran antara kalium hidroksida (KOH) dan metanol (CH30H) dengan minyak
biji jarak. Reaksi transesterifikasi I berlangsung sekitar 2 jam pada suhu 58-65C.
Bahan yang pertama kali dimasukkan ke dalam reaktor adalah asam lemak yang
selanjutnya dipanaskan hingga suhu yang telah ditentukan. Reaktor transesterifikasi
13

dilengkapi dengan pemanas dan pengaduk. Selama proses pemanasan, pengaduk
dijalankan. Tepat pada suhu reactor 63C, campuran metanol dan KOH dimasukkan
ke dalam reactor dan waktu reaksi mulai dihitung pada saat itu.
Pada akhir reaksi akan terbentuk metil ester dengan konversi sekitar 94%.
Selanjutnya produk ini diendapkan selama waktu tertentu untuk memisahkan gliserol
dan metil ester. Gliserol yang terbentuk berada di lapisan bawah karena berat jenisnya
lebih besar daripada metil ester. Gliserol kemudian dikeluarkan dari reaktor agar
tidak mengganggu proses transesterifikasi II. Selanjutnya dilakukan transesterifikasi
II pada metil ester. Setelah proses transesterifikasi II selesai, dilakukan pengendapan
selama waktu tertentu agar gliserol terpisah dari metil ester. Pengendapan II
memerlukan waktu lebih pendek daripada pengendapan I karena gliserol yang
terbentuk relatif sedikit dan akan larut melalui proses pencucian.

Pencucian
Pencucian hasil pengendapan pada transesterifikasi II bertujuan untuk
menghilangkan senyawa yang tidak diperlukan seperti sisa gliserol dan metanol.
Pencucian dilakukan pada suhu sekitar 55C. Pencucian dilakukan tiga kali sampai
pH campuran menjadi normal (pH 6,8-7,2).

Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam metil
ester. Pengeringan dilakukan sekitar 10 menit pada suhu 130C. Pengeringan
dilakukan dengan cara memberikan panas pada produk dengan suhu sekitar 95C
secara sirkulasi. Ujung pipa sirkulasi ditempatkan di tengah permukaan cairan pada
alat pengering.
14

Filtrasi
Tahap akhir dari proses pembuatan biodiesel adalah filtrasi. Filtrasi bertujuan
untuk menghilangkan partikel-partikel pengotor biodiesel yang terbentuk selama
proses berlangsung, seperti karat (kerak besi) yang berasal dari dinding reactor atau
dinding pipa atau kotoran dari bahan baku. Filter yang dianjurkan berukuran sama
atau lebih kecil dari 10 mikron.

2.4 Industri yang Ada
APJARINDO (Asosiasi Petani Jarak Indonesia) Provinsi NTB,
PT. BEGE,
UD. Willy Wijaya,
CV. Multi Agro Lestari.
PT. Kimia Farma (persero) Tbk Plant Semarang
PT Bio Greenland (Pengolah)
PT Bio Greenland merupakan salah satu perusahaan di Jakarta, yang menjadi
mitra investor dari Provinsi Akika, Jepang, dalam mengembangkan tanaman
jarak Kepyar di Pulau Sumbawa dan Lombok, NTB, guna menghasilkan
minyak castrol dan biomassa. Perusahaan itu telah membangun pabrik
pengolahan biji jarak kepyar di Desa Samapuin, Kecamatan Sumbawa,
Kabupaten Sumbawa, sejak 2009. Kapasitas mesinnya mencapai 1.000 ton per
hari tapi karena bahan baku yang minim, pabrik hanya mampu beroperasi dua
kali seminggu. PT Bio Greenland membeli biji jarak kepyar dengan harga
15

yang semakin meningkat yakni Rp1.500/kilogram di 2010 menjadi
Rp2.500/kilogram di 2011 dan diupayakan mencapai Rp3.000/kilogram di
2012.

2.5 Manajemen
Tanaman jarak kepyar memiliki prospek yang sangat bagus di masa depan,
terkait dengan semakin menipisnya bahan energi yang tidak dapat diperbaharui.
Kebutuhan bahan baku jarak kepyar dalam negeri untuk industri sebesar 3.600
ton/tahun, baru dapat terpenuhi 1000 ton biji/tahun atau 27%, kekurangannya dipenuhi
dari impor dalam bentuk minyak (PT. Kimia Farma. 2002). Perkembangan industri
minyak jarak di Indonesia terkendala oleh keterbatasan bahan baku.
Pengelolaan bahan baku inilah yang belum dilakukan secara optimal sehingga
produksi bahan mentah jarak kepyar belum maksimal.
Berikut data contoh produksi bahan mentah jarak kepyar di daerah Lombok
No. Desa Kecamatan Kabupaten
Luas Areal
(Ha)
1. Peramongkong Jerowaru Lombok Timur 211
2. Sekaroh Jerowaru Lombok Timur 2000
3. Pringgabaya Pringgabaya Lombok Timur 226,6
4. Amor-Amor Bayan Lombok Utara 200
5. Bayan Bayan Lombok Utara 600
6. Pelambek Praya Barat Daya Lombok Tengah 225
7. Batu Lante Utan Re Sumbawa 800
Total 4.262,6
Dengan rata-rata potensi produksi 2.500 kg/Ha dan dipanen setiap 3 bulan,
rupanya masih kurang mencukupi permintaan pabrik pengolah jarak. Kurangnya
16

produksi bahan mentah jarak kepyar disebabkan oleh belum meratanya lahan
produksi tanaman jarak kepyar di Indonesia sehingga bahan baku jarak kepyar hanya
bergantung pada beberapa daerah saja sehingga kebutuhan bahan baku tidak dapat
selalu terpenuhi. Selain itu banyaknya hama penyakit dapat menurunkan potensi
produksinya, sehinggan tidak dapat memenuhi permintaan pengolah jarak kepyar.

2.6 Pasar
Tanaman jarak kepyar memiliki prospek yang sangat bagus di masa depan,
terkait dengan semakin menipisnya bahan energi yang tidak dapat diperbaharui.
Kebutuhan bahan baku jarak kepyar dalam negeri untuk industri sebesar 3.600
ton/tahun, baru dapat terpenuhi 1000 ton biji/tahun atau 27%, kekurangannya
dipenuhi dari impor dalam bentuk minyak (PT. Kimia Farma. 2002). Perkembangan
industri minyak jarak di Indonesia terkendala oleh keterbatasan bahan baku.
Di Indonesia tanaman jarak kepyar sangat cocok dibudidayakan di lahan
kering beriklim kering pada tipe iklim D dan E (sistem Oldeman) dengan jumlah
bulan basah hanya 3 bulan (Machfud, 2002). Lahan kering iklim kering banyak
terdapat di Kawasan Timur Indonesia seperti Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, Sulawesi Selatan, dan beberapa di Kawasan Barat seperti Jawa Tengah,
Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur. Hamparan lahan kering di Kawasan
Timur Indonesia cukup luas diperkirakan 8,5 juta hektar atau sekitar 90% dari total
luas wilayah (Machfud, 2002), akan tetapi sejauh ini hamparan tersebut belum dapat
dimanfaatkan untuk jarak kepyar secara maksimal.
17

Dalam rangka memacu memenuhi kebutuhan jarak dalam negeri, sudah
dilepas tiga varietas jarak kepyar unggul baru salah satunya diberi nama Asb.81
dengan produktivitas 876 2.294 kg/ha (rata-rata 1.625 kg/ha). Varietas tersebut
sangat sesuai dikembangkan di daerah beriklim kering terutama di Kawasan
Indonesia Timur. Jarak kepyar memiliki keistimewaan yaitu mampu bertahan hidup
dan tetap produktif selama musim kemarau asalkan pada 3 bulan pertama terpelihara
dengan baik dan cukup air.
Produktititas jarak kepyar hasil penelitian saat ini mencapai di atas 2 ton/ha
akan tetapi produktivitas di tingkat petani masih rendah yaitu baru 500 kg/ha.
Penyebab rendahnya produktivitas di tingkat petani antara lain belum menggunakan
varietas unggul, penggunaan benih tidak bermutu, serta teknik budidaya yang tidak
tepat.
Tanaman jarak kepyar tidak hanya dikembangkan dengan sistem pertanaman
monokultur, melainkan juga dapat dikembangkan dengan sistem tumpangsari.
Penggunaan sistem tumpangsari dengan tanaman palawija dapat memberikan
tambahan pendapatan per ha sebesar Rp 957.000,- sampai Rp
1.544.000,- (Soenardi et al., 2000).
Hasil panen jarak kepyar di pasarkan ke seluruh Indonesia dengan harga rata-
rata Rp 3000 sampai Rp 6000 tergantung kualitasnya. Hasil panen petani biasanya
banyak dicari oleh perusahaan-perusahaan pengolah biji jarak kepyar menjadi minyak
kastor.
18

Potensi produksi hasil olahan jarak kepyar yang cukup baik memungkinkan
minyak jarak kepyar untuk dijual ke berbagai daerah di Indonesia bahkan mencukupi
untuk di ekspor ke berbagai Negara seperti PT Bio Greenland yang memiliki mesin
berkapasitas 1000 ton/hari.

2.7 Kebijakan
1. Peraturan Presiden no 5 th 2006 tentang kebijakan energi nasional
Bertujuan untuk mewujudkan keamanan pasokan energi dalam negeri.
Sasarannya adalah :
a. Tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1 (satu) pada tahun 2025.
b. Terwujudnya energi (primer) mix yang optimal pada tahun 2025, yaitu
peranan masing masing jenis energi terhadap konsumsi energi nasional,
dengan persentase :
Minyak bumi menjadi kurang dari 20% (dua puluh persen).
Gas bumi menjadi lebih dari 30% (tiga puluh persen).
Batubara menjadi lebih dari 33% (tiga puluh tiga persen).
Biofuel menjadi lebih dari 5% (lima persen).
Panas bumi menjadi lebih dari 5% (lima persen).
Energi baru dan terbarukan lainnya, khususnya, Biomasa, Nuklir,
Tenaga Air Skala Kecil, Tenaga Surya, dan Tenaga Angin menjadi lebih dari 5%
(lima persen).
Bahan Bakar Lain yang berasal dari pencairan batubara menjadi
lebih dari 2% (dua persen).


19

Langkah yang diambil diantaranya adalah:
a. Penyediaan energi melalui pengoptimalan produksi energi dan pelaksanaan
konservasi energi
b. Pemanfaatan energi
c. Pelestarian lingkungan

2. Peraturan Pemerintah RI no 70 th 2009 tentang konservasi energy
a. Konversi energy nasional menjadi tanggung jawab Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, Kota/ Kabupaten serta pengusaha dan masyarakat
b. Pengelolaan energi termasuk penyediaan, pengusahaan, pemanfaatan
dan konservasi energi


3. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI tentang
perubahan atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral RI
tentang penyediaan, pemanfaatan, dan tata niaga bahan bakar nabati
sebagai bahan bakar lain.
a. Bahan bakar nabati sebagai pengganti bahan bakar lain akan dilakukan
secara bertahap dan didistribusikan oleh Badan Pemegang Usaha Niaga Bahan Bakar
Minyak
b. Badan Pemegang Usaha Niaga Bahan Bakar Minyak menjamin
ketersediaan bahan bakar nabati, menjamin spesifikasinya, memanfaatkan dan
menggunakannya sebagai bahan bakar lain di Indonesia

4. Instruksi Presiden RI no. 1 th 2006 tentang penyediaan dan pemanfaatan
bahan bakar nabati
20

a. Presiden memberikan instruksi secara tertulis kepada para menteri
untuk melaksanakan percepatan penyediaan dan pemanfaatan bahan bakar nabati
sebagai bahan bakar lain

5. Undang Undang RI no 30 th 2007

2.8 Aspek Sosial dari Komunitas
Tanaman Jarak dapat diterima di kalangan masyarakat karena dapat
membantu para petani di daerah terpencil. Melihat potensi dan kelayakan jarak
kepyar sebagai salah satu komoditas perkebunan rakyat yang dapat meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan petani, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan
kemauan dan kemampuan petani dari aspek teknis budidaya yang baik dan benar.

DAMPAK POSITIF
Biaya produksi lebih murah, karena mendapatkan energi dari tanaman
prosesnya lebih mudah dan tidak memerlukan alat-alat yang mahal dan rumit. Hal ini
bertujuan agar biodiesel dapat dijangkau oleh semua kalangan baik yang kaya atau
miskin. Dengan demikian harga jual biodiesel dapat bersaing dengan harga solar yang
cenderung terus naik tergantung pasokan impor minyak dunia.
Adanya perkebunan besar membangun lapangan kerja baru dan peluang
penghasilan serta menawarkan petani kecil peluang untuk berpartisipasi dalam pasar
komoditas global melalui skema pertanian kontrak


21

DAMPAK NEGATIF
Karena dibuat dari tumbuhan, bisa mengganggu ketersediaan makanan bagi
manusia. Ada kekhawatiran bahwa pengembangan biofuel akan mengancam produksi
pangan. Beberapa indikasi terjadi pada saat ini ketika harga produk pangan dunia
melonjak secara drastis, dimana salah satu faktor penyebabnya diindikasi karena
penggunaan produk pertanian seperti jagung, kedelai dan minyak sawit untuk
dikonversi menjadi biofuel.
Mengancam kelestarian lingkungan hidup terutama degradasi hutan tropis.
Kalangan masyarakat sipil menilai bahwa pengembangan biofuel merupakan
ancaman besar bagi kelestarian hutan, karena lahan hutan digunakan menjadi lahan
perkebunan.
Perampasan tanah, pelanggaran HAM dan konflik di Indonesia.
Pengembangan biofuel semestinya tidak mengorbankan hak-hak dasar manusia
(termasuk akses terhadap pangan dan air yang memadai, hak atas kesehatan,
pekerjaan dan hak atas tanah).

2.9 Industri Prospektif
Jarak kepyar memiliki potensi untuk dijadikan bahan penghasil minyak castor
yang digunakan membuat biodiesel karena kandungan minyaknya yang cukup tinggi
yaitu sekitar 50%. Selain itu jarak kepyar memiliki banyak manfaat lainnya, jarak
kepyar dapat dikembangkan menjadi berbagai industri, seperti: industri cat, tekstil,
obat-obatan, bahan kosmetik, bahan bakar roket, industri polimer, dan industri
otomotif.
22

Tanaman jarak kepyar yang masih satu keluarga dengan jarak pagar (Jathropa
curcas) ini memiliki potensi yang sama untuk dikembangkan menjadi salah satu
bioresources (sebagai alternatif pengganti jarak pagar). Sebenarnya, tanaman jarak
keypar ini sudah cukup umum didengar pada zaman penjajahan Belanda maupun
Jepang. Bahkan tanaman ini menjadi salah satu sumber daya alam yang
dikembangkan pada waktu itu untuk dijual ke luar oleh Jepang dan Belanda.
Sayangnya, di masa sekarang, banyak orang yang tidak tahu tanaman jarak kepyar
dan manfaatnya bagi manusia. Minyak jarak kepyar (castor oil) sendiri dapat
dipergunakan untuk industri cat, tekstil, serat sintesis, obat-obatan, hingga bahan
kosmetik serta bahan bakar roket. Minyak jarak kepyar yang memiliki sifat tahan
panas ini , telah banyak disukai dan digunakan oleh industri pengolahan kosmetik,
farmasi dan lain-lain dari dalam maupun Luar Negeri. Selain itu, daunnya yang cukup
lebar dapatt dijadikan sebagai tanaman hias dan batangnya dapat dijadikan kayu
bakar.
Di Indonesia sendiri, penanaman dari Jarak Kepyar ini sendiri belum merata.
Padahal, jarak kepyar ini termasuk tanaman yang bisa tumbuh di tempat yang kurang
air, seperti di lahan-lahan kritis. Jika sosialisasi tentang tanaman jarak kepyar ini
dilakukan dengan baik dan ada campur tangan pemerintah, tanaman jarak kepyar dapat
menjadi salah satu industri yang maju di Indonesia, mengingat manfaat dari jarak
kepyar yang cukup banyak dan keberterimaan di luar negri.





23

BAB III
KESIMPULAN

Pengembangan energi alternatif untuk substitusi bahan bakar fosil terus
dilakukan, diantaranya mengembangkan biodiesel yang bersifat dapat diperbaharui,
efisiensi pembakaran yang lebih tinggi, dan mereduksi lebih banyak emisi zat
berbahaya.
Berdasarkan hasil analisis produktivitas dan kimia minyak, Ricinus communis
berpotensi untuk dikembangkan sebagai biodiesel.











24

DAFTAR PUSTAKA

Weiss, E.A. 1971. Castor, sesame, and safflower. Leonard Hill, London. 876 p
PT. Kimia Farma. 2002. Kebutuhan Jarak Domestik dan Impor untuk Berbagai
Industri. Prosiding Lokakarya Pengembangan Jarak dan Wijen Dalam rangka Otoda,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, P. 1-6
Machfud, M. 2002. Teknologi Budidaya Pengembangan Komoditas
Jarak, Prosiding Lokakarya Pengembangan Jarak dan Wijen Dalam rangka Otoda,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, P. 14-19
Soenardi. 2000. Budi daya tanaman jarak. Monograf Balittas No.6. Jarak. Balai
Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat. P.15-24
Heyne, K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia II. Diterjemahkan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan, Jakarta. 251p
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN
2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

Anda mungkin juga menyukai