KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN PSIKIATRI FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA RUMAH SAKIT UMUM PERSAHABATAN JAKARTA 2014 I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. S H Usia : 56 tahun Jenis Kelamin : Wanita Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Jatiwaringin
II. RIWAYAT PSIKIATRI Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 18 September 2014 pukul 10.15 WIB di Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan.
A. Keluhan Utama Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan diantar oleh suaminya untuk kontrol rutin karena obatnya sudah habis.
B. Riwayat Gangguan Sekarang Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan diantar oleh suaminya untuk kontrol rutin karena obatnya sudah habis. Pasien saat ini sudah merasa lebih baik dan merasa cocok dengan obatnya. Pasien mengaku bisa tidur nyenyak setelah meminum obat. Keluhan keluhan seperti cemas, rasa dada berdebar, tubuh berkeringat dingin, susah tidur dan keadaan gelisah sudah tidak lagi dirasakan. Keluhan timbul hanya jika pasien sedang dalam keadaan emosi seperti sedang kesal dengan suami atau anaknya, pasien merasa mulai berkeringat dingin, dada terasa berdebar dan mulai gelisah. Namun keluhan yang dirasakan sangat minimal dan hanya terkadang saja timbulnya. Pasien juga sudah bisa mengatasi keluhannya jika sudah muncul. Pada awalnya sekitar tahun 1990, pasien mengatakan sering sekali secara tiba tiba merasakan panik yang tidak diketahui penyebabnya. Saat pasien merasa panik, pasien tidak sedang dalam kondisi tertentu yang berbahaya. Tidak ada masalah dalam keluarga, pekerjaan, lingkungan, ekonomi dan lainnya, tetapi secara tiba tiba pasien merasakan cemas. Ketika muncul serangan pasien merasakan dadanya seperti berdebar, keluar keringat dingin yang banyak dan perasaan gelisah serta cemas. Keadaan ini dapat pasien rasakan sepanjang hari selama beberapa minggu. Awalnya pasien dibawa berobat ke Poliklinik Jantung karena keluhan berdebar, kemudian pasien di konsulkan ke Poliklinik Psikiatri, diberi obat dan pasien merasa keadaanya lebih nyaman sampai dengan saat ini. Pasien mengatakan sejak pertama kali serangan tidak pernah ada pengalaman pasien mendengar suatu bisikkan yang hanya bisa didengar oleh pasien, tidak pernah ada pengalaman melihat bayangan yang hanya dapat dilihat pasien, tidak pernah ada pengalaman merasakan suatu rasa di lidah ketika tidak sedang makan, tidak pernah merasakan tubuhnya seperti disentuh, disenggol atau ditarik dan pasien juga tidak pernah merasakan adanya wewangian tertentu yang hanya dapat tercium oleh pasien. Pasien tidak pernah ada pengalaman mencurigai orang lain yang sedang berbicara, tidak pernah merasakan pikirannya seperti diambil oleh orang lain, tidak pernah merasakan apa yang akan dilakukannya telah diketahui orang lain lebih dulu. Pasien tidak pernah merasakan seperti ada yang ingin menjahati, mencelakai atau membunuh pasien. Sejak terjadi seranganpun pasien tidak pernah merasa dirinya seperti bukan yang seharusnya serta tidak pernah pula merasa bahwa tiba tiba lingkungan pasien terasa asing atau berubah bagi pasien. Selama hidupnya pasien tidak pernah merokok, minum alkohol dan konsumsi obat obatan psikoaktif (NAPZA). Pasien telah di diagnosis dengan hipertensi dan diabetes melitus. Pasien sedikit khawatir juga dengan penyakitnya karena ayah pasien meninggal akibat stroke sehingga pasien terkadang takut jika akan seperti ayahnya. Namun keadaan itu muncul baru baru ini dan tidak terlalu menjadi beban bagi pasien. Pasien merupakan anak ke 4 dari 10 bersaudara. Menurut pasien berdasarkan cerita ibunya saat dilahirkan dengan cara normal tanpa operasi. Pasien menempuh pendidikan hingga SMA. Sejak SD sampai dengan SMA tidak pernah tinggal kelas dan prestasi biasa biasa saja. Hubungan pasien dengan saudara saudara kandungnya baik, masih sering bertemu dan berkomunikasi. Pasien mengatakan bahwa ayah pasien memiliki keluhan serupa dengan pasien. Ayahnya sering marah marah dan cemas tanpa sebab yang jelas namun pasien tidak mengetahui lebih lanjut perjalanan penyakitnya. Saat ini pasien sudah tidak bekerja. Sebelumnya pasien bekerja di kantor notaris hingga kelahiran anak terakhirnya yang kembar. Selama bekerja di kantor notaris pasien tidak pernah mendapat pengalaman tidak menyenangkan, hubungan dengan teman kantor baik baik saja. Tidak ada tekanan tertentu yang dirasa berat oleh pasien. Kegiatan pasien saat ini adalah mengurus/momong cucu dari anak ke - 2 pasien dengan alasan anak dan menantunya sibuk untuk bekerja kurang ada waktu untuk mengawasi anaknya, karena dirumahnya sedang tidak ada asisten rumah tangga sehingga semua dilakukan sendiri oleh pasien, terkadang jika ada pekerjaan yang ringan dibantu oleh suami pasien tetapi terbatas karena usia suami yang lebih tua 15 tahun darinya. Dengan adanya kegiatan ini pasien merasa senang, namun juga sekaligus merasa capek secara fisik karena harus mengurus cucunya dari pukul 8 hingga pukul 17.30 sore. Terkadang pasien juga kesal dengan cucunya yang sedang nakal seperti memasukkan ponsel ke dalam ember air, dan bermain tinju, namun semua dapat pasien atasi sendiri sehingga tidak menimbulkan keluhan. Pasien tinggal di rumah sendiri bersama dengan suaminya, satu anak kembar terakhirnya dan jika pagi hingga sore hari ditambah dengan satu orang cucu anak ke-duanya berumur 3 tahun. Pasien memiliki 4 anak. Anak pertama sudah menikah dan bekerja lulusan S2, anak kedua sudah menikah dan bekerja lulusan S2, anak ke tiga dan empat merupakan anak kembar sudah lulus S1. Situasi sosial keluarga tidak ada masalah yang berarti. Hubungan dengan suami dan anak anaknya baik. Suami yang pasien berusia 15 tahun lebih tua dari pasien adalah seorang yang pengertian dan lembut namun terkadang dapat berbeda persepsi tetapi dianggap wajar oleh pasien. Namun terkadang pasien juga kesal dengan anak ke-dua dan menantunya karena menurut pasien mereka kurang menghormati orang tuanya sehingga suka membuat pasien kesal. Pasien dapat bersosialisasi dengan baik di lingkungannya pasien sering mengikuti pengajian rutin dan arisan bulanan di lingkungannya sejak sebelum sakit hingga saat sakit. Pasien tidak pernah ada masalah berarti dengan tetangga sekitar rumahnya. Keadaan ekonomi pasien baik. pasien dapat memenuhi kebutuhan sehari harinya dari pensiunan suami, dan gaji anak anaknya. Biaya berobat pasien ditanggung oleh sendiri. Akhir akhir ini perasaan pasien biasa biasa saja, tidak sedang merasa sedih ataupun senang hanya saja pasien merasa kelelahan fisik karena mengurus cucu. Keinginan dan harapan pasien adalah ingin keluarganya sehat, segala urusan anak anaknya lancar serta menginginkan anak kembarnya dapat mengambil S2 seperti kakak kakaknya.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya a. Riwayat Gangguan Psikiatri Pasien telah memiliki keluhan sejak tahun 1990 dan sedang dalam pengobatan sampai dengan sekarang. b. Riwayat Gangguan Medik Terdapat Hipertensi dan Diabetes Melitus. c. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif/Alkohol Riwayat pengunaan Zat Psikoaktif, merokok dan Alkohol disangkal.
D. Riwayat Kehidupan Pribadi a. Riwayat Pranatal: Pasien dilahirkan dalam proses persalinan normal. b. Riwayat masa kecill dan remaja: Pasien tumbuh dan berkembang seperti anak-anak dan remaja seusianya, tidak terdapat gangguan pada tumbuh kembangnya. Pasien memiliki teman dan sahabat. c. Riwayat Pendidikan: Riwayat pendidikan baik. SD, SMP dan SMA. Selama pendidikan pasien tidak pernah tidak naik kelas. Pasien memiliki teman di sekolah. d. Riwayat pekerjaan: Pasien sudah berhenti bekerja sejak setelah hamil anak kembar. e. Riwayat pernikahan: pasien sudah menikah dan memiliki empat orang anak. f. Riwayat Agama: Pasien beragama Islam, sholat 5 waktu rajin, sering pengajian rutin dengan warga. g. Aktivitas sosial: Aktivitas sehari-hari pasien sebagai ibu rumah tangga kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah baik.
E. Hubungan Dengan Keluarga Hubungan pasien dengan keluarga baik. Hubungan dengan suami dan keempat anaknya baik. hanya saja kadang kadang anak kedua dan menantunya membuat pasien kesal. Keluarga mendukung untuk berobat dan penyembuhan.
F. Riwayat Keluarga Pasien mengatakan bahwa dalam keluarga ayahnya memiliki riwayat keluhan serupa dengan pasien namun perjalanan penyakitnya tidak diketahui. G. Riwayat Situasi Sosial Sekarang Pasien merupakan perempuan ibu rumah tangga berumur 56 tahun, sudah menikah memiliki empat orang anak. Pasien saat ini tinggal bersama suami dan satu orang anaknya. Menurut pasien hubungan dengan keluarga baik. Dukungan untuk penyembuhan pasie dari keluarga sangat baik. Biaya hidup pasien sehari hari cukup dari penghasilan pensiunan suami dan gaji anak pasien. Biaya berobat pasien ditanggung sendiri.
H. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya Saat ini ada tiga keinginan pasien yang ingin dicapai, yaitu: Pasien inign keluarganya sehat. Pasien ingin urusan anak anaknya lancar. Pasien ingin anak kembarnya dapat mengambil S2.
III. STATUS MENTAL A. Deskripsi Umum a. Penampilan: Pasien perempuan usia 56 tahun, tampak sesuai usianya, berpakaian rapi, perawatan diri baik, kulit warna sawo matang. b. Kesadaran: i. Kesadaran Umum: Compos Mentis ii. Kontak psikis: dapat dilakukan dengan baik. c. Perilaku dan aktivitas psikomotor i. Cara berjalan: baik ii. Aktivitas psikomotor: kooperatif, kontak mata baik, tidak ada gerakan involunter, menjawab pertanyaan cukup lancar. d. Pembicaraan i. Kuantitas: Baik. Pasien bisa menjawab pertanyaan dokter dengan lancar. ii. Kualitas: Bicara spontan, volume bicara cukup dan dapat terdengar, artikulasi jelas dan pembicaraan terarah. e. Sikap terhadap pemeriksa: Kooperatif.
B. Keadaan Afektif a. Mood: Biasa saja. b. Afek: Luas. c. Keserasian: Serasi. d. Empati: Pemeriksa tidak dapat merasakan perasaan pasien saat ini.
C. Fungsi Intelektual/Kognitif a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan i. Taraf pendidikan: Riwayat pendidikan pasien adalah SD, SMP dan SMA. Prestasi baik dan tidak pernah tinggal kelas. ii. Pengetahuan umum: Baik. ketika ditanya presiden terpilih saat ini pasien dapat menjawab dengan benar. b. Daya konsentrasi dan Imajinasi: Baik. Pasien dapat mengikuti tanya jawab dengan baik sampai dengan selesai. Ketika diberikan pertanyaan hitungan angka dari 100 dikurangi 7 dapat menjawab cepat, 93 dikurangi 7 dapat dijawab cepat begitu pula dengan 86 kurangi 7 dan 79 kurangi 7 walau butuh waktu untuk menjawab. c. Orientasi: i. Waktu: Baik. Pasien tahu saat wawancara adalah pagi hari ii. Tempat: Baik. Pasien tahu saat wawancara di Poliklinik Rumah sakit. iii. Orang: Baik. Pasien mampu mengenali dan menyebutkan pemeriksa adalah dokter. iv. Situasi: Baik. Pasien menyebutkan bahwa sedang kontrol. d. Daya Ingat: i. Daya ingat jangka panjang: Baik. Pasien masih ingat tempat sekolah ketika SD, SMP dan SMA. ii. Daya ingat jangka pendek: Baik. Pasien dapat mengingat ia pergi ke RS Persahabatan diantar oleh suami. iii. Daya ingat segera: Baik. Pasien mampu menyebutkan kembali 5 kota yang disebutkan pemeriksa. e. Pikiran Abstrak: Baik. Pasien mampu mengartikan satu buah peribahasa yang diberikan pemeriksa. f. Bakat Kreatif: Pasien memiliki hobi berenang. g. Kemampuan menolong diri sendiri: Baik. mampu untuk melakukan pekerjaan rumah, mengurus suami dan mengurus anak dan cucu.
D. Gangguan Persepsi a. Halusinasi dan Ilusi: Tidak terdapat halusinasi dan ilusi. b. Depersonalisasi dan Derealisasi: Tidak terdapat Depersonalisasi dan Derealisasi tidak ada.
E. Proses Pikir a. Arus Pikir i. Produktivias : Cukup baik. Pasien cukup lancar dalam menjawab pertanyaan. ii. Kontinuitas : Baik, Koheren iii. Hendaya : Tidak terdapat hendaya pada pasien.
b. Isi Pikiran i. Preokupasi : Tidak ada ii. Gangguan Pikiran : Tidak terdapat waham dan delusi.
F. Pengendalian Impuls Secara keseluruhan baik. pasien dapat mengontrol dirinya dan melakukan wawancara dengan baik.
G. Daya Nilai a. Norma Sosial: Baik. pasien dapat bersosialisasi dengan tetangga dengan baik. b. Daya Nilai: Baik. ketika diberikan perumpamaan kondisi dimana pasien bertemu dengan seorang anak kecil ingin menyebrang, pasien akan membantu anak untuk menyebrang. c. Penilaian Realitas: Tidak terdapat gangguan menilai realitas.
H. Persepsi Pasien Terhadap Diri dan Kehidupannya Penilaian pemeriksa sebagai dokter adalah pasien memiliki kecemasan, namun tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Pasien sadar bahwa sedang sakit dan tahu penyebab sakitnya adalah kecemasan, pasien ingin minum obat dan ingin sembuh.
I. Tilikan/Insight Tilikan pasien adalah derajat 6 yang artinya pasien tahu bahwa ia sakit, dan tahu penyebab sakitnya.
J. Taraf Dapat Dipercaya Kesan secara menyeluruh adalah pasien dalam keadaan yang dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN FISIK A. Status Generalis a. Keadaan Umum : Baik b. Tanda Vital i. TD : 130/80 mmHg ii. Nadi : 96 kali per-menit, reguler, kuat angkat iii. Pernapasan : 20 kali per-menit, reguler, kedalaman cukup iv. Suhu : Afebris c. Bentuk Badan : Kesan dalam batas normal d. Sistem Kardiovaskuler : Tak ada kelainan e. Sistem Muskuloskeletal : Tak ada kelainan f. Sistem Gastrointestinal : Tak ada kelainan g. Sistem Urogenital : Tak ada kelainan h. Gangguan khusus : Tak ada kelainan
B. Status Neurologis a. Saraf Kranial : Kesan dalam batas normal b. Saraf Motorik : Kesan dalam batas normal c. Sensibilitas : Kesan dalam batas normal d. Susunan Saraf Vegetatif : Tidak ada Kelainan e. Fungsi Luhur : Tidak ada Kelainan f. Gangguan khusus : Tidak ada Kelainan
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA Pasien perempuan berumur 56 tahun datang untuk kontrol. Pasien tidak ada riwayat pemakaian obat psikoaktif (NAPZA), tidak meorkok dan tidak mengonsumsi alkohol. Pasien saat ini lebih merasa cocok dan lebih nyaman dengan meminum obat. Sebelumnya pasien mengeluhkan sering cemas secara tiba tiba disertai dengan rasa gelisah, dada berdebar dan berkeringat dingin yang terjadi sepanjang hari hingga dulu pasien susah tidur hingga sering marah marah ketika serangan terjadi. Pasien tidak pernah mendengar bisikan, melihat bayangan, mencium wewangian, mengecap rasa ketika tidak makan, dan tersentuh badannya oleh sesuatu yang tidak terlihat mata. Keluhan muncul sejek tahun 1990. Selama wawancara, kontak mata pasien dengan pemeriksa cukup baik, ekspresi wajah pasien biasa saja. Keluhan yang dialami membuat pasien tidak bisa tidur dan sering mudah marah ketika serangan. Pasien dilahirkan secara normal tanpa penyulit. Keadaan umum baik dengan kesadaran Compos Mentis. Pemeriksaan fisik didapatkan Tekanan darah 130/80 mmHg, Pernapasan 20 x/menit teratur, Nadi 96 x/menit reguler kuat angkat. Pasien memiliki penyakit hipertensi dan diabetes melitus. Pasien menempuh pendidikan sampai tamat SMA. Selama sekolah, pasien tidak pernah tinggal kelas dan pasien juga memiliki teman sebaya. Pasien saat ini sudah menikah memiliki 4 orang anak, saat ini pasien tinggal bersama suami dan anak terakhirnya. Hubungan pasien dengan keluarganya cukup harmonis. Namun pasien merasa kelelahan fisik karena mengurus cucu dari anak ke-2 nya yang sibuk sehingga pasien terkadang menganggap anaknya tidak menghormati dan merasa kesal dengan anaknya. Hubungan pasien dengan saudara saudaranya baik. masih sering bertemu dan berkomunikasi. Pasien saat ini sudah tidak bekerja. Pasien hanya mengasuh cucu di rumah. Biaya hidup pasien cukup dari pendapatan pensiun suami dan gaji anak. Biaya berobat pasien ditanggung oleh sendiri. Pasien beragama islam dan rajin beribadah. Pasien dapat bersosialisasi dengan lingkungan, ikut pengajian rutin dan arisan rutin. Pada pasien saat ini didapatkan gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa.
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan pada pasien, didapatkan adanya sekumpulan gejala atau perilaku yang secara klinis bermakna sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi. Oleh karena itu, pasien dapat dikatakan mengalami Gangguan Jiwa. Diagnosis AKSIS I Pada pasien tidak ditemukan kelainan fisik yang menyebabkan terjadinya disfungsi otak, sehingga pada pasien ini bukan Gangguan Mental Organik (F.0) Berdasarkan anamnesis tidak didapatkan riwayat penggunaan zat psikoaktif selama hidupnya maupun 1 tahun terakhir, maka pasien ini bukan Gangguan Mental dan Prilaku Akibat Zat Psikoaktif atau Alkohol (F.1) Pada Pasien tidak ditemukan adanya gangguan dalam menilai realitas yaitu Waham, Halusinasi, dan Delusi sehingga pasien ini tidak mengalami Gangguan Psikotik (F.2) Pada pasien tidak ditemukan adanya gejala depresif seperti penurunan afek, kehilangan minat dan mudah lelah, maka pasien bukan Gangguan Depresi.. Pada pasien juga tidak dittemukan gejala manik seperti peningkatan afek, senang berlebihan, aktivitas mental meningkat dan aktivitas psikomotor meningkat, maka pasien bukan Gangguan Manik. Oleh karena tidak adanya gangguan depresi dan mania maka pasien ini bukan mengalami Gangguan Mood (F.3) Pada pasien ditemukan adanya kecemasan, ketegangan motorik dan overaktivitas otonom, maka pasien ini adalah Gangguan Cemas Menyeluruh (F.41.1) Diagnosis AKSIS II Tumbuh kembang normal, pasien dapat berinteraksi dengan baik di masyarakat, maka pada pasien tidak terdapat Gangguan Kepribadian. Pasien dapat menyelesaikan sekolah SMA, tidak pernah tinggal kelas sehingga pada pasien tidak terdapat Retardasi Mental. Karena tidak terdapat gangguan kepribadian dan retardasi mental, maka pada AKSIS II dapat disimpulkan Tidak Ada Diagnosis. Diagnosis AKSIS III Pada pasien terdapat riwayat penyakit Hipertensi dan Diabetes Melitus sehingga pada AKSIS III terdapat diagnosis Hipertensi dan Diabetes Melitus. Diagnosis AKSIS IV Pasien seorang perempuan 56 tahun, merupakan anak ke-4 dari 10 bersaudara. Pasien tinggal bersama suami dan anak terakhirnya. Hubungan pasien dengan keluarganya cukup baik. Namun terkadang pasien merasa lelah fisik karena mengurus cucu dari anak ke-2 nya. Pasien juga menanggap anak ke-2 nya kurang hormat sehingga pasien terkadang kesal. Hubungan pasien dengan kakak dan adik baik karena pasien masih suka bertemu dan berkomunikasi. Untuk kehidupan sehari-hari pasien masih dapat membiayai dari pensiunan suami dan gaji anak. Pasien beragama islam dan rajin sholat wajib serta rutin mengikuti pengajian. Pasien dapat bersosialisasi seperti arisan rutin dengan tetangga. Karena terdapat masalah pada keluarga, maka pada AKSIS IV dapat disimpulkan terdapat masalah dengan keluarga (lelah mengurus cucu dan terkadang kesal dengan anak). Diagnosis AKSIS V Pada pasien didapatkan gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa. Maka didapatkan AKSIS V adalah GAF skala 90 81.
VII. EVALUASI MULTIAKSIAL AKSIS I : Gangguan cemas menyeluruh AKSIS II : Tak ada diagnosis AKSIS III : Hipertensi dan Diabetes Melitus Tipe 2 AKSIS IV : Masalah pada Keluarga AKSIS V : GAF scale 90 81 VIII. DAFTAR PROBLEM Organobiologik: Diduga ada riwayat genetik dari ayahnya. Masalah psikologis: Pasien dahulu sering merasa cemas, merasa gelisah, dada seperti berdebar dan berkeringat dingin. Keluhan dirasakan hingga pasien susah tidur dan lebih mudah marah ketika terjadi serangan. Pasien merasa lelah dengan mengurus cucu. Pasien terkadang kesal dengan anaknya karena menurut pasien anaknya kurang menghormati pasien. Sosioekonomi: Secara ekonomi kebutuhan kehidupan sehari hari pasien cukup dari gaji anak dan pensiunan suaminya.
IX. PROGNOSIS Prognosis ke Arah Baik: Pasien mengetahui bahwa dirinya sakit dan memiliki keinginan untuk sembuh Pasien rajin ibadah. Dukungan dari keluarga pasien untuk sembuh kuat. Pasien rajin minum obat. Prognosis ke Arah Buruk: Adanya riwayat genetik curriga gangguan kejiwaan yang sama pada ayahnya. Berdasarkan data-data di atas, dapat disimpulkan prognosis pasien adalah: Quo ad vitam : dubia ad bonam Quo ad functionam : dubia ad bonam Quo ad sanationam : dubia ad malam
X. TERAPI Psikofarmaka Haloperidol 2 x 1,5 mg (Per-Oral) Clorpromazin 2 x 100 mg (Per-Oral) Triheksifenidil 2 x 2 mg (Per-Oral) Alprazolam 2 x 1 mg (Per-Oral) Diazepam 2 x 5 mg (Per-Oral) Fluoxetin 1 x 20 mg (Per-Oral) Psikoterapi Edukasi pasien agar pasien lebih tenang dan rileks Mendekatkan diri kepada Allah SWT apabila sedang merasa tegang, takut dan cemas dengan cara sholat, dzikir dan mengaji. Menceritakan masalah yang dihadapi kepada teman yang pasien percaya. Minta ditemani oleh ibu atau kakak ketika merasa tegang, takut dan cemas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Buku Ajar Psikiatri . FK UI. Jakarta. 2003. 2. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan pertama. PT. Nuh Jaya. Jakarta. 2001. 3. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. PT. Nuh Jaya. Jakarta. 2007.