Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PSIKIATRI

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH







Disusun oleh:
Riandino Suryo Rahmanto 1320221106


Pembimbing:
Dr. Mardi Susanto, Sp.KJ (K)



KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
RUMAH SAKIT UMUM PERSAHABATAN JAKARTA
2014
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S H
Usia : 56 tahun
Jenis Kelamin : Wanita
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jatiwaringin

II. RIWAYAT PSIKIATRI
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 18
September 2014 pukul 10.15 WIB di Poliklinik Psikiatri RSUP
Persahabatan.

A. Keluhan Utama
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan
diantar oleh suaminya untuk kontrol rutin karena obatnya sudah habis.

B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke Poliklinik Psikiatri RSUP Persahabatan
diantar oleh suaminya untuk kontrol rutin karena obatnya sudah habis.
Pasien saat ini sudah merasa lebih baik dan merasa cocok dengan
obatnya. Pasien mengaku bisa tidur nyenyak setelah meminum obat.
Keluhan keluhan seperti cemas, rasa dada berdebar, tubuh
berkeringat dingin, susah tidur dan keadaan gelisah sudah tidak lagi
dirasakan. Keluhan timbul hanya jika pasien sedang dalam keadaan
emosi seperti sedang kesal dengan suami atau anaknya, pasien merasa
mulai berkeringat dingin, dada terasa berdebar dan mulai gelisah.
Namun keluhan yang dirasakan sangat minimal dan hanya terkadang
saja timbulnya. Pasien juga sudah bisa mengatasi keluhannya jika
sudah muncul.
Pada awalnya sekitar tahun 1990, pasien mengatakan sering
sekali secara tiba tiba merasakan panik yang tidak diketahui
penyebabnya. Saat pasien merasa panik, pasien tidak sedang dalam
kondisi tertentu yang berbahaya. Tidak ada masalah dalam keluarga,
pekerjaan, lingkungan, ekonomi dan lainnya, tetapi secara tiba tiba
pasien merasakan cemas. Ketika muncul serangan pasien merasakan
dadanya seperti berdebar, keluar keringat dingin yang banyak dan
perasaan gelisah serta cemas. Keadaan ini dapat pasien rasakan
sepanjang hari selama beberapa minggu. Awalnya pasien dibawa
berobat ke Poliklinik Jantung karena keluhan berdebar, kemudian
pasien di konsulkan ke Poliklinik Psikiatri, diberi obat dan pasien
merasa keadaanya lebih nyaman sampai dengan saat ini.
Pasien mengatakan sejak pertama kali serangan tidak pernah
ada pengalaman pasien mendengar suatu bisikkan yang hanya bisa
didengar oleh pasien, tidak pernah ada pengalaman melihat bayangan
yang hanya dapat dilihat pasien, tidak pernah ada pengalaman
merasakan suatu rasa di lidah ketika tidak sedang makan, tidak pernah
merasakan tubuhnya seperti disentuh, disenggol atau ditarik dan pasien
juga tidak pernah merasakan adanya wewangian tertentu yang hanya
dapat tercium oleh pasien.
Pasien tidak pernah ada pengalaman mencurigai orang lain
yang sedang berbicara, tidak pernah merasakan pikirannya seperti
diambil oleh orang lain, tidak pernah merasakan apa yang akan
dilakukannya telah diketahui orang lain lebih dulu. Pasien tidak pernah
merasakan seperti ada yang ingin menjahati, mencelakai atau
membunuh pasien.
Sejak terjadi seranganpun pasien tidak pernah merasa dirinya
seperti bukan yang seharusnya serta tidak pernah pula merasa bahwa
tiba tiba lingkungan pasien terasa asing atau berubah bagi pasien.
Selama hidupnya pasien tidak pernah merokok, minum alkohol dan
konsumsi obat obatan psikoaktif (NAPZA). Pasien telah di diagnosis
dengan hipertensi dan diabetes melitus. Pasien sedikit khawatir juga
dengan penyakitnya karena ayah pasien meninggal akibat stroke
sehingga pasien terkadang takut jika akan seperti ayahnya. Namun
keadaan itu muncul baru baru ini dan tidak terlalu menjadi beban
bagi pasien.
Pasien merupakan anak ke 4 dari 10 bersaudara. Menurut
pasien berdasarkan cerita ibunya saat dilahirkan dengan cara normal
tanpa operasi. Pasien menempuh pendidikan hingga SMA. Sejak SD
sampai dengan SMA tidak pernah tinggal kelas dan prestasi biasa
biasa saja. Hubungan pasien dengan saudara saudara kandungnya
baik, masih sering bertemu dan berkomunikasi. Pasien mengatakan
bahwa ayah pasien memiliki keluhan serupa dengan pasien. Ayahnya
sering marah marah dan cemas tanpa sebab yang jelas namun pasien
tidak mengetahui lebih lanjut perjalanan penyakitnya.
Saat ini pasien sudah tidak bekerja. Sebelumnya pasien bekerja
di kantor notaris hingga kelahiran anak terakhirnya yang kembar.
Selama bekerja di kantor notaris pasien tidak pernah mendapat
pengalaman tidak menyenangkan, hubungan dengan teman kantor baik
baik saja. Tidak ada tekanan tertentu yang dirasa berat oleh pasien.
Kegiatan pasien saat ini adalah mengurus/momong cucu dari anak ke -
2 pasien dengan alasan anak dan menantunya sibuk untuk bekerja
kurang ada waktu untuk mengawasi anaknya, karena dirumahnya
sedang tidak ada asisten rumah tangga sehingga semua dilakukan
sendiri oleh pasien, terkadang jika ada pekerjaan yang ringan dibantu
oleh suami pasien tetapi terbatas karena usia suami yang lebih tua 15
tahun darinya. Dengan adanya kegiatan ini pasien merasa senang,
namun juga sekaligus merasa capek secara fisik karena harus
mengurus cucunya dari pukul 8 hingga pukul 17.30 sore. Terkadang
pasien juga kesal dengan cucunya yang sedang nakal seperti
memasukkan ponsel ke dalam ember air, dan bermain tinju, namun
semua dapat pasien atasi sendiri sehingga tidak menimbulkan keluhan.
Pasien tinggal di rumah sendiri bersama dengan suaminya, satu
anak kembar terakhirnya dan jika pagi hingga sore hari ditambah
dengan satu orang cucu anak ke-duanya berumur 3 tahun. Pasien
memiliki 4 anak. Anak pertama sudah menikah dan bekerja lulusan S2,
anak kedua sudah menikah dan bekerja lulusan S2, anak ke tiga dan
empat merupakan anak kembar sudah lulus S1. Situasi sosial keluarga
tidak ada masalah yang berarti. Hubungan dengan suami dan anak
anaknya baik. Suami yang pasien berusia 15 tahun lebih tua dari pasien
adalah seorang yang pengertian dan lembut namun terkadang dapat
berbeda persepsi tetapi dianggap wajar oleh pasien. Namun terkadang
pasien juga kesal dengan anak ke-dua dan menantunya karena menurut
pasien mereka kurang menghormati orang tuanya sehingga suka
membuat pasien kesal.
Pasien dapat bersosialisasi dengan baik di lingkungannya
pasien sering mengikuti pengajian rutin dan arisan bulanan di
lingkungannya sejak sebelum sakit hingga saat sakit. Pasien tidak
pernah ada masalah berarti dengan tetangga sekitar rumahnya.
Keadaan ekonomi pasien baik. pasien dapat memenuhi kebutuhan
sehari harinya dari pensiunan suami, dan gaji anak anaknya. Biaya
berobat pasien ditanggung oleh sendiri.
Akhir akhir ini perasaan pasien biasa biasa saja, tidak sedang
merasa sedih ataupun senang hanya saja pasien merasa kelelahan fisik
karena mengurus cucu. Keinginan dan harapan pasien adalah ingin
keluarganya sehat, segala urusan anak anaknya lancar serta
menginginkan anak kembarnya dapat mengambil S2 seperti kakak
kakaknya.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien telah memiliki keluhan sejak tahun 1990 dan sedang
dalam pengobatan sampai dengan sekarang.
b. Riwayat Gangguan Medik
Terdapat Hipertensi dan Diabetes Melitus.
c. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif/Alkohol
Riwayat pengunaan Zat Psikoaktif, merokok dan Alkohol
disangkal.

D. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat Pranatal: Pasien dilahirkan dalam proses persalinan
normal.
b. Riwayat masa kecill dan remaja: Pasien tumbuh dan
berkembang seperti anak-anak dan remaja seusianya, tidak
terdapat gangguan pada tumbuh kembangnya. Pasien memiliki
teman dan sahabat.
c. Riwayat Pendidikan: Riwayat pendidikan baik. SD, SMP dan
SMA. Selama pendidikan pasien tidak pernah tidak naik kelas.
Pasien memiliki teman di sekolah.
d. Riwayat pekerjaan: Pasien sudah berhenti bekerja sejak setelah
hamil anak kembar.
e. Riwayat pernikahan: pasien sudah menikah dan memiliki
empat orang anak.
f. Riwayat Agama: Pasien beragama Islam, sholat 5 waktu rajin,
sering pengajian rutin dengan warga.
g. Aktivitas sosial: Aktivitas sehari-hari pasien sebagai ibu rumah
tangga kemampuan untuk mengerjakan pekerjaan rumah baik.

E. Hubungan Dengan Keluarga
Hubungan pasien dengan keluarga baik. Hubungan dengan
suami dan keempat anaknya baik. hanya saja kadang kadang anak
kedua dan menantunya membuat pasien kesal. Keluarga mendukung
untuk berobat dan penyembuhan.

F. Riwayat Keluarga
Pasien mengatakan bahwa dalam keluarga ayahnya memiliki
riwayat keluhan serupa dengan pasien namun perjalanan penyakitnya
tidak diketahui.
G. Riwayat Situasi Sosial Sekarang
Pasien merupakan perempuan ibu rumah tangga berumur 56
tahun, sudah menikah memiliki empat orang anak. Pasien saat ini
tinggal bersama suami dan satu orang anaknya. Menurut pasien
hubungan dengan keluarga baik. Dukungan untuk penyembuhan pasie
dari keluarga sangat baik. Biaya hidup pasien sehari hari cukup dari
penghasilan pensiunan suami dan gaji anak pasien. Biaya berobat
pasien ditanggung sendiri.

H. Persepsi Pasien Terhadap Dirinya
Saat ini ada tiga keinginan pasien yang ingin dicapai, yaitu:
Pasien inign keluarganya sehat.
Pasien ingin urusan anak anaknya lancar.
Pasien ingin anak kembarnya dapat mengambil S2.

III. STATUS MENTAL
A. Deskripsi Umum
a. Penampilan: Pasien perempuan usia 56 tahun, tampak sesuai
usianya, berpakaian rapi, perawatan diri baik, kulit warna sawo
matang.
b. Kesadaran:
i. Kesadaran Umum: Compos Mentis
ii. Kontak psikis: dapat dilakukan dengan baik.
c. Perilaku dan aktivitas psikomotor
i. Cara berjalan: baik
ii. Aktivitas psikomotor: kooperatif, kontak mata baik,
tidak ada gerakan involunter, menjawab pertanyaan
cukup lancar.
d. Pembicaraan
i. Kuantitas: Baik. Pasien bisa menjawab pertanyaan
dokter dengan lancar.
ii. Kualitas: Bicara spontan, volume bicara cukup dan
dapat terdengar, artikulasi jelas dan pembicaraan
terarah.
e. Sikap terhadap pemeriksa: Kooperatif.

B. Keadaan Afektif
a. Mood: Biasa saja.
b. Afek: Luas.
c. Keserasian: Serasi.
d. Empati: Pemeriksa tidak dapat merasakan perasaan pasien saat
ini.

C. Fungsi Intelektual/Kognitif
a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan
i. Taraf pendidikan: Riwayat pendidikan pasien adalah
SD, SMP dan SMA. Prestasi baik dan tidak pernah
tinggal kelas.
ii. Pengetahuan umum: Baik. ketika ditanya presiden
terpilih saat ini pasien dapat menjawab dengan benar.
b. Daya konsentrasi dan Imajinasi: Baik. Pasien dapat mengikuti
tanya jawab dengan baik sampai dengan selesai. Ketika
diberikan pertanyaan hitungan angka dari 100 dikurangi 7
dapat menjawab cepat, 93 dikurangi 7 dapat dijawab cepat
begitu pula dengan 86 kurangi 7 dan 79 kurangi 7 walau butuh
waktu untuk menjawab.
c. Orientasi:
i. Waktu: Baik. Pasien tahu saat wawancara adalah pagi
hari
ii. Tempat: Baik. Pasien tahu saat wawancara di Poliklinik
Rumah sakit.
iii. Orang: Baik. Pasien mampu mengenali dan
menyebutkan pemeriksa adalah dokter.
iv. Situasi: Baik. Pasien menyebutkan bahwa sedang
kontrol.
d. Daya Ingat:
i. Daya ingat jangka panjang: Baik. Pasien masih ingat
tempat sekolah ketika SD, SMP dan SMA.
ii. Daya ingat jangka pendek: Baik. Pasien dapat
mengingat ia pergi ke RS Persahabatan diantar oleh
suami.
iii. Daya ingat segera: Baik. Pasien mampu menyebutkan
kembali 5 kota yang disebutkan pemeriksa.
e. Pikiran Abstrak: Baik. Pasien mampu mengartikan satu buah
peribahasa yang diberikan pemeriksa.
f. Bakat Kreatif: Pasien memiliki hobi berenang.
g. Kemampuan menolong diri sendiri: Baik. mampu untuk
melakukan pekerjaan rumah, mengurus suami dan mengurus
anak dan cucu.

D. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi dan Ilusi: Tidak terdapat halusinasi dan ilusi.
b. Depersonalisasi dan Derealisasi: Tidak terdapat
Depersonalisasi dan Derealisasi tidak ada.

E. Proses Pikir
a. Arus Pikir
i. Produktivias : Cukup baik. Pasien cukup lancar
dalam menjawab pertanyaan.
ii. Kontinuitas : Baik, Koheren
iii. Hendaya : Tidak terdapat hendaya pada
pasien.

b. Isi Pikiran
i. Preokupasi : Tidak ada
ii. Gangguan Pikiran : Tidak terdapat waham dan delusi.

F. Pengendalian Impuls
Secara keseluruhan baik. pasien dapat mengontrol dirinya dan
melakukan wawancara dengan baik.

G. Daya Nilai
a. Norma Sosial: Baik. pasien dapat bersosialisasi dengan
tetangga dengan baik.
b. Daya Nilai: Baik. ketika diberikan perumpamaan kondisi
dimana pasien bertemu dengan seorang anak kecil ingin
menyebrang, pasien akan membantu anak untuk menyebrang.
c. Penilaian Realitas: Tidak terdapat gangguan menilai realitas.

H. Persepsi Pasien Terhadap Diri dan Kehidupannya
Penilaian pemeriksa sebagai dokter adalah pasien memiliki
kecemasan, namun tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Pasien sadar bahwa sedang sakit dan tahu penyebab sakitnya adalah
kecemasan, pasien ingin minum obat dan ingin sembuh.

I. Tilikan/Insight
Tilikan pasien adalah derajat 6 yang artinya pasien tahu bahwa ia sakit,
dan tahu penyebab sakitnya.

J. Taraf Dapat Dipercaya
Kesan secara menyeluruh adalah pasien dalam keadaan yang dapat
dipercaya

IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Generalis
a. Keadaan Umum : Baik
b. Tanda Vital
i. TD : 130/80 mmHg
ii. Nadi : 96 kali per-menit, reguler, kuat
angkat
iii. Pernapasan : 20 kali per-menit, reguler,
kedalaman cukup
iv. Suhu : Afebris
c. Bentuk Badan : Kesan dalam batas normal
d. Sistem Kardiovaskuler : Tak ada kelainan
e. Sistem Muskuloskeletal : Tak ada kelainan
f. Sistem Gastrointestinal : Tak ada kelainan
g. Sistem Urogenital : Tak ada kelainan
h. Gangguan khusus : Tak ada kelainan

B. Status Neurologis
a. Saraf Kranial : Kesan dalam batas normal
b. Saraf Motorik : Kesan dalam batas normal
c. Sensibilitas : Kesan dalam batas normal
d. Susunan Saraf Vegetatif : Tidak ada Kelainan
e. Fungsi Luhur : Tidak ada Kelainan
f. Gangguan khusus : Tidak ada Kelainan

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien perempuan berumur 56 tahun datang untuk kontrol.
Pasien tidak ada riwayat pemakaian obat psikoaktif (NAPZA), tidak
meorkok dan tidak mengonsumsi alkohol.
Pasien saat ini lebih merasa cocok dan lebih nyaman dengan meminum
obat. Sebelumnya pasien mengeluhkan sering cemas secara tiba tiba
disertai dengan rasa gelisah, dada berdebar dan berkeringat dingin
yang terjadi sepanjang hari hingga dulu pasien susah tidur hingga
sering marah marah ketika serangan terjadi. Pasien tidak pernah
mendengar bisikan, melihat bayangan, mencium wewangian,
mengecap rasa ketika tidak makan, dan tersentuh badannya oleh
sesuatu yang tidak terlihat mata.
Keluhan muncul sejek tahun 1990.
Selama wawancara, kontak mata pasien dengan pemeriksa cukup baik,
ekspresi wajah pasien biasa saja.
Keluhan yang dialami membuat pasien tidak bisa tidur dan sering
mudah marah ketika serangan.
Pasien dilahirkan secara normal tanpa penyulit.
Keadaan umum baik dengan kesadaran Compos Mentis.
Pemeriksaan fisik didapatkan Tekanan darah 130/80 mmHg,
Pernapasan 20 x/menit teratur, Nadi 96 x/menit reguler kuat angkat.
Pasien memiliki penyakit hipertensi dan diabetes melitus.
Pasien menempuh pendidikan sampai tamat SMA. Selama sekolah,
pasien tidak pernah tinggal kelas dan pasien juga memiliki teman
sebaya.
Pasien saat ini sudah menikah memiliki 4 orang anak, saat ini pasien
tinggal bersama suami dan anak terakhirnya. Hubungan pasien dengan
keluarganya cukup harmonis. Namun pasien merasa kelelahan fisik
karena mengurus cucu dari anak ke-2 nya yang sibuk sehingga pasien
terkadang menganggap anaknya tidak menghormati dan merasa kesal
dengan anaknya. Hubungan pasien dengan saudara saudaranya baik.
masih sering bertemu dan berkomunikasi.
Pasien saat ini sudah tidak bekerja. Pasien hanya mengasuh cucu di
rumah. Biaya hidup pasien cukup dari pendapatan pensiun suami dan
gaji anak. Biaya berobat pasien ditanggung oleh sendiri.
Pasien beragama islam dan rajin beribadah.
Pasien dapat bersosialisasi dengan lingkungan, ikut pengajian rutin dan
arisan rutin.
Pada pasien saat ini didapatkan gejala minimal, berfungsi baik, cukup
puas, tidak lebih dari masalah harian yang biasa.


VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan yang telah dilakukan
pada pasien, didapatkan adanya sekumpulan gejala atau perilaku yang
secara klinis bermakna sehingga menimbulkan penderitaan dan
terganggunya fungsi. Oleh karena itu, pasien dapat dikatakan mengalami
Gangguan Jiwa.
Diagnosis AKSIS I
Pada pasien tidak ditemukan kelainan fisik yang menyebabkan
terjadinya disfungsi otak, sehingga pada pasien ini bukan
Gangguan Mental Organik (F.0)
Berdasarkan anamnesis tidak didapatkan riwayat penggunaan
zat psikoaktif selama hidupnya maupun 1 tahun terakhir, maka
pasien ini bukan Gangguan Mental dan Prilaku Akibat Zat
Psikoaktif atau Alkohol (F.1)
Pada Pasien tidak ditemukan adanya gangguan dalam menilai
realitas yaitu Waham, Halusinasi, dan Delusi sehingga pasien
ini tidak mengalami Gangguan Psikotik (F.2)
Pada pasien tidak ditemukan adanya gejala depresif seperti
penurunan afek, kehilangan minat dan mudah lelah, maka
pasien bukan Gangguan Depresi.. Pada pasien juga tidak
dittemukan gejala manik seperti peningkatan afek, senang
berlebihan, aktivitas mental meningkat dan aktivitas
psikomotor meningkat, maka pasien bukan Gangguan Manik.
Oleh karena tidak adanya gangguan depresi dan mania maka
pasien ini bukan mengalami Gangguan Mood (F.3)
Pada pasien ditemukan adanya kecemasan, ketegangan motorik
dan overaktivitas otonom, maka pasien ini adalah Gangguan
Cemas Menyeluruh (F.41.1)
Diagnosis AKSIS II
Tumbuh kembang normal, pasien dapat berinteraksi dengan
baik di masyarakat, maka pada pasien tidak terdapat Gangguan
Kepribadian. Pasien dapat menyelesaikan sekolah SMA, tidak pernah
tinggal kelas sehingga pada pasien tidak terdapat Retardasi Mental.
Karena tidak terdapat gangguan kepribadian dan retardasi mental,
maka pada AKSIS II dapat disimpulkan Tidak Ada Diagnosis.
Diagnosis AKSIS III
Pada pasien terdapat riwayat penyakit Hipertensi dan Diabetes
Melitus sehingga pada AKSIS III terdapat diagnosis Hipertensi dan
Diabetes Melitus.
Diagnosis AKSIS IV
Pasien seorang perempuan 56 tahun, merupakan anak ke-4 dari
10 bersaudara. Pasien tinggal bersama suami dan anak terakhirnya.
Hubungan pasien dengan keluarganya cukup baik. Namun terkadang
pasien merasa lelah fisik karena mengurus cucu dari anak ke-2 nya.
Pasien juga menanggap anak ke-2 nya kurang hormat sehingga pasien
terkadang kesal. Hubungan pasien dengan kakak dan adik baik karena
pasien masih suka bertemu dan berkomunikasi. Untuk kehidupan
sehari-hari pasien masih dapat membiayai dari pensiunan suami dan
gaji anak. Pasien beragama islam dan rajin sholat wajib serta rutin
mengikuti pengajian. Pasien dapat bersosialisasi seperti arisan rutin
dengan tetangga. Karena terdapat masalah pada keluarga, maka pada
AKSIS IV dapat disimpulkan terdapat masalah dengan keluarga
(lelah mengurus cucu dan terkadang kesal dengan anak).
Diagnosis AKSIS V
Pada pasien didapatkan gejala minimal, berfungsi baik, cukup puas,
tidak lebih dari masalah harian yang biasa. Maka didapatkan AKSIS V
adalah GAF skala 90 81.

VII. EVALUASI MULTIAKSIAL
AKSIS I : Gangguan cemas menyeluruh
AKSIS II : Tak ada diagnosis
AKSIS III : Hipertensi dan Diabetes Melitus Tipe 2
AKSIS IV : Masalah pada Keluarga
AKSIS V : GAF scale 90 81
VIII. DAFTAR PROBLEM
Organobiologik: Diduga ada riwayat genetik dari ayahnya.
Masalah psikologis:
Pasien dahulu sering merasa cemas, merasa gelisah, dada
seperti berdebar dan berkeringat dingin.
Keluhan dirasakan hingga pasien susah tidur dan lebih mudah
marah ketika terjadi serangan.
Pasien merasa lelah dengan mengurus cucu.
Pasien terkadang kesal dengan anaknya karena menurut pasien
anaknya kurang menghormati pasien.
Sosioekonomi: Secara ekonomi kebutuhan kehidupan sehari hari
pasien cukup dari gaji anak dan pensiunan suaminya.

IX. PROGNOSIS
Prognosis ke Arah Baik:
Pasien mengetahui bahwa dirinya sakit dan memiliki keinginan
untuk sembuh
Pasien rajin ibadah.
Dukungan dari keluarga pasien untuk sembuh kuat.
Pasien rajin minum obat.
Prognosis ke Arah Buruk:
Adanya riwayat genetik curriga gangguan kejiwaan yang sama
pada ayahnya.
Berdasarkan data-data di atas, dapat disimpulkan prognosis pasien
adalah:
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam

X. TERAPI
Psikofarmaka
Haloperidol 2 x 1,5 mg (Per-Oral)
Clorpromazin 2 x 100 mg (Per-Oral)
Triheksifenidil 2 x 2 mg (Per-Oral)
Alprazolam 2 x 1 mg (Per-Oral)
Diazepam 2 x 5 mg (Per-Oral)
Fluoxetin 1 x 20 mg (Per-Oral)
Psikoterapi
Edukasi pasien agar pasien lebih tenang dan rileks
Mendekatkan diri kepada Allah SWT apabila sedang merasa
tegang, takut dan cemas dengan cara sholat, dzikir dan mengaji.
Menceritakan masalah yang dihadapi kepada teman yang
pasien percaya.
Minta ditemani oleh ibu atau kakak ketika merasa tegang, takut
dan cemas.


















DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Buku Ajar Psikiatri . FK UI. Jakarta. 2003.
2. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Cetakan
pertama. PT. Nuh Jaya. Jakarta. 2001.
3. Maslim, Rusdi. Dr. Sp.KJ. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga.
PT. Nuh Jaya. Jakarta. 2007.

Anda mungkin juga menyukai