Anda di halaman 1dari 23

1

BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keratitis atau radang pada kornea biasanya adalah permasalahan mata yang cukup
sering di jumpai mengingat lapisan kormea merupaka lapisan yang berhubungan
langsung sedangan lingkungan luar sehingga rentan terjadinya trauma ataupun infeksi.
Hampir seluruh kasus keratitis akan mengagnggu kemampuan penglihatan seseorang
yang pada akhirnya akan menurunkan kualitas hidup seseorang.
Menurut Murillo Lopes (2006) sekitar 25.000 orang Amerika terkena
keratitis bakteri pertahun. Kej adi an ker at i t i s bakt er i ber var i as , dengan
l ebi h s edi ki t pada negar a - negar a i ndus t r i yang s ecar a s i gni f i kan
l ebi h s edi ki t memi l i ki j uml ah pengguna l ens a kont ak. I ns i den
ker at i t i s jamur bervariasi sesuai dengan lokasi geografis dan berkisar dari 2%
darikas us ker at i t i s di New Yor k unt uk 35% di Fl or i da. Spes i es
Fus ar i um mer upakan penyebab pal i ng umum i nf eks i j amur kor nea di
Amer i ka Serikat bagian selatan (45-76% dari keratitis jamur), sedangkan
spesies Candi da dan As per gi l l us l ebi h umum di negar a - negar a ut ar a.
Secar a signifikan lebih sedikit yang berkaitan dengan infeksi lensa kontak.
Keratitis diklasifikasikan dalam lapis kornea yang terkena, seperti keratitis
superpisial dalam interstisial atau propunda. keratitis dapat di sebabkan oleh berbagai hal
seperti kurangnya air mata, keracunan obat, reaksi alergi terhadap yang diberi topikal,
dan reaksi terhadap konjungtivitis menahun. Keratitis akan memberikan gejala mata
2

merah, rasa silau, dan merasa kelilipan. Pengobatannya diberikan anti biotika, air mata
buatan dan sikloplegik. Oleh karena itu penulis akan membahas tentang penyakit
keratitis lebih lanjut.




















3


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

B. ANATOMI DAN FISIOLOGI KORNEA
Kor nea mer upaka s el aput mat a yang t embus caha ya, ber s i f at
t r as par an, ber ukur an 11- 12 mm hor i zont al dan 10 - 11 ver t i kal .
I ndeks bi as kor nea 1, 375 dengan kekuat an pembiasan 80%. Sifat kornea yang
dapat ditembus cahaya ini disebabkan ol eh s t r ukt ur kor nea yang uni f or m,
avas kul er dan di t ur ges ens at au keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea yang
dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar
epitel dan endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mencegah
dehidrasi, dan cedera kimiawi atau fisik pada endotel jauh lebih berat
daripada cederapada epitel. Kerusakan sel-sel endotel jauh menyebabkan sifat
transparan hilang dan edema kornea, sedangkan kerusakan epitel hanya menyebabkan
edema l okal s es aat kar ena akan menghi l ang s ei r i ng dengan regenerasi
epitel.
Bat as ant ar a s cl er a dan kor nea di s ebut l i mbus kor nea. Kor nea
merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi sebesar + 43 dioptri.J i ka kor nea
oedem kar ena s uat u s ebab, maka kor nea j uga ber t i ndak sebagai prisma
yang dapat menguraikan sinar sehingga penderita akan melihat halo.
Kor nea ber s i f at avas kul er , maka s umber - s umber nut r i s i kor nea
berasal dari pembuluh-pembuluh darah limbus, humor aquaeus dan air mata.
4

Kornea superfisial juga mendapatkan oksigen sebagian besar dari at mos f er . Kor nea
di per s ar af i ol eh banyak s er at s ar af s ens or i k yang didapat dari percabangan
pertama (oftalmika) dari nervus kranialis V yangb e r j a l a n s u p r a k o r o i d ,
ma s u k k e d a l a m s t r o ma k o r n e a , me n e mb u s membran bowman dan
melepaskan selubung schwannya. Bulbus Krauseuntuk sensasi dingin ditemukan
didaerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong didaerah limbus terjadi
dalam waktu 3 bulan.
Kornea merupakan lapis jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri
atas lima lapisan dari anterior ke posterior yaitu: lapisanepi t el ( yang ber s ambung
dengan l api s an epi t el konj ungt i va bul bar i s ) , membran bowman, stroma,
membran descemet dan lapisan endotel.

Gambar 1. Anatomi Kornea
5


1. Epi t el
Lapi s an epi t el kor nea t ebal nya 50 m ber bent uk pi pi h
ber l api s tanpa tanduk, ada satu lapis sel basal dan sel polygonal. Sel bersifat
fat soluble substance. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel dan sel muda ini terdorong
kedepan menjadi lapis sel sayap dan semakin maju kedepan menjadi sel pipih, sel
basal berikatan erat dengan sel basal disampingnya dan sel polygonal
didepannya melalui desmosom dan macula okluden. Ikatan ini menghambat
pengaliran air, elektrolit dan glukosa melalui barrier. Sel basal menghasilkan
membran basal yangsaling melekat erat. Bila terjadi gangguan akan menjadi erosi
rekuren.Ujung saraf kornea berakhir di epitel, oleh karena itu kelainan
padaepitel akan menyebabkan gangguan sensibilitas korena dan rasa sakit dan
mengganjal. Daya regenerasi epitel juga cukup besar.

2. Membran Bowman
Terletak di bawah membran basal epitel kornea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal daribagian depan stroma.
Lapisan ini tidak mempunyai daya regenerasi. Ke r u s a k a n p a d a l a p i s a n i n i
a k a n b e r a k h i r d e n g a n t e r b e n t u k n y a jaringan parut.
3. Stroma
S t r o ma me r u p a k a n l a p i s a n y a n g p a l i n g t e b a l d a r i
k o r n e a , mencakup sekitar 90% dari ketebalan kornea. Bersifat water
solublesubstance. Ter di r i at as j ar i ngan kol agen yang t er s us un at as
6

l amel - l amel , pada per mukaannya t er l i hat anyaman yang t er at ur
s edang dibagian perifer serat kolagen bercabang. Stroma bersifat higroskopis yang
menarik air, kadar air diatur oleh fungsi pompa sel endotel danp e n g u a p a n
o l e h s e l e p i t e l . T e r b e n t u k n y a k e mb a l i s e r a t k o l a g e n memakan
waktu lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma
kornea yang merupakan fibroblast terletak diantara serat kolagen stroma. Diduga
keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio atau
sesudah trauma.
4. Membran Descemet
Merupakan membran aselular yang tipis, kenyal, kuat dan bening, terletak
dibawah stroma dan pelindung atau barrier infeksi dan masuknya pembuluh darah.
Membran ini sangat elastis dan berkembang terus seumur hidup, mempunyai tebal 40m.

5. Endotel
Merupakan lapisan kornea yang penting untuk mempertahankan kejernihan
kornea, mengatur cairan didalam stroma kornea dan tidak mempunyai daya
regenerasi, sehingga endotel mengkompensasi sel-s el yang mat i dengan
mengur angi kepadat an s el ur uh endot el dan memberikan dampak pada
regulasi cairan, jika endotel tidak lagi dapat me n j a g a k e s e i mb a n g a n c a i r a n
a k i b a t g a n g g u a n s i s t e m p o mp a endotel, maka stroma akan bengkak karena
kelebihan cairan (edemakornea) dan hilangnya transparansi (kekeruhan) akan
terjadi. Dapat rusak atau terganggu fungsinya akibat trauma bedah, penyakit
intraokuler dan usia lanjut. Lapisan endotel berasal dari mesotalium, terdiri atas
7

satu lapis sel berbentuk heksagonal dengan tebal 20-40m yang melekat pada
membran descmet melalui hemi desmosom danzonula okluden.

C. KERATITIS
1. Definisi
Keratitis adalah radang pada kornea atau infiltrasi sel radang padakornea
yang akan mengakibatkan kornea menjadi keruh sehingga
tajamp e n g l i h a t a n me n u r u n . I n f e k s i p a d a k o r n e a b i s a
me n g e n a i l a p i s a n superficial yaitu pada lapisan epitel atau membran
bowman dan lapisanprofunda jika sudah mengenai lapisan stroma.
2. Etiologi
Keratitis dapat disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya:
1. Virus
2. Bakteri
3. Jamur
4. Papar an s i nar unl t avi ol et s eper t i s i nar mat a har i at au s unl amps .
Hubungan ke sumber cahaya yang kuat lainnya seperti pengelasanbusur
5. Iritasi dari penggunaan berlebihan lensa kontak.
6. Mata kering yang disebabkan oleh kelopak mata robek atau
tidakcukupnya pembentukan air mata
7. Adanya benda as i ng di mat a
8. Reaksi terhadap obat tetes mata, kosmetik, polusi, atau partikel udara
seperti debu, serbuk sari, jamur, atau ragi
8

9. Efek samping obat tertentu
3. Patofisiologi
Mata yang kaya akan pembuluh darah dapat dipandang sebagai
pertahanan imunologik yang alamiah. Pada proses radang, mula-mula
pembuluh darah mengalami dilatasi, kemudian terjadi kebocoran serum
d a n elemen darah yang meningkat dan masuk kedalam ruang ekstraseluler.
Elemen-elemen darah makrofag, leukosit polimorf nuklear, limfosit, protein C-
reaktif imunoglobulin pada permukaan jaringan yang utuh membentuk
garis pertahanan yang pertama. Karena tidak mengandung vaskularisasi,
mekanisme kornea dimodifikasi oleh pengenal an ant i gen ya ng l emah.
Keadaan i ni dapat ber ubah, kal au di kornea terjadi vaskularisasi.
Rangsangan untuk vaskularisasi timbul oleh adanya jaringan nekrosis yang dapat
dipengaruhi adanya toksin, protease a t a u mi k r o o r g a n i s me . S e c a r a
n o r ma l k o r n e a y a n g a v a s k u l e r t i d a k me mp u n y a i p e mb u l u h
l i mf e . Bi l a t e r j a d i v a s k u l a r i s a s i t e r j a d i j u g a pertumbuhan
pembuluh limfe dilapisi sel. Reaks i i munol ogi k di kor nea dan
konj ungt i va kadang- kadang di s er t ai dengan kegi at an i munol ogi k
dal am nodus l i mf e yang mas uklimbus (kornea perifer) dan sklera yang
letaknya berdekatan dapat ikut terkait dalam sindrom iskhemik kornea perifer,
suatu kelainan yang jarangterjadi, tetapi merupakan kelainan yang serius.
Patofisiologi keadaan ini tidak jelas, Antigen cenderung ditahan oleh
komponen polisakarida dimembrana basalis. Dengan demikian antigen
dilepas dari kornea yang avaskuler, dan dalam waktu lama akan
9

menghasilkan akumulasi sel -sel yang memiliki kompetensi imunologik di
limbus. Sel-sel ini bergerak kearah sumber antigen di kornea dan dapat
menimbulkan reaksi imun di tepi kor nea. Si ndr om i s khemi k da pat di mul ai
ol eh ber bagai s t i mul i . Bahwa pada proses imunologik secara histologik
terdapat sel plasma, terutama di k o n j u n g t i v a y a n g b e r d e k a t a n d e n g a n
u l k u s . P e n e mu a n s e l p l a s ma merupakan petunjuk adanya proses
imunologik. Pada keratitis herpetika yang khronik dan disertai dengan neo-
vaskularisasi akan timbul limfosit yang sensitif terhadap jaringan kornea.
4. Klasifikasi
K e r a t i t i s d a p a t d i k l a s i f i k a s i k a n b e r d a s a r k a n b e b e r a p a
h a l . s e p e r t i :
4.1 Klasifikasi keratitis berdasarkan lapisan kornea yang terkena, yaitu:
4.1.1 Keratitis Pungtata
Keratitis yang terkumpul didaerah Bowman dengan infiltrat
berbentuk bercak-bercak halus. Keratitis pungtata superfisial memberikan
gambaran seperti infiltrat halus bertitik-titik pada permukaan kornea.
Merupakan cacat halus kornea superfisialis dan hijau bila diwarnai
fluoresein. Sedangkan keratitis pungtata subepitel adalah keratitis
yang terkumpul di daerah membran Bowman.
10


Gambar 2 . Keratitis pungtata

4.1.2 Keratitis Marginal
Merupakan infiltrat yang tertimbun pada tepi kornea
sejajar denganlimbus. Penyakit infeksi lokal konjungtiva dapat
menyebabkan keratitiskat ar al at au ker at i t i s mar gi nal i ni .
Ker at i t i s mar gi nal kat ar al bi as anya terdapat pada pasien
setengah umur dengan adanya blefarokonjungtivitis.

Gambar 3. Keratitis Marginal


11

4.1.3 Keratitis Interstitial
Ke r a t i t i s i n t e r s i t i a l a d a l a h k o n d i s i s e r i u s
d i ma n a ma s u k n y a p e mb u l u h d a r a h k e d a l a m k o r n e a
d a n d a p a t me n y e b a b k a n t r a n s p l a n t a s i k o r n e a .
Ke r a t i t i s i n t e r s t i t i a l d a p a t b e r l a n j u t me n j a d i
k e b u t a a n . S i f i l i s a d a l a h p e n y e b a b p a l i n g s e r i n g
d a r i k e r a t i t i s i n t e r s t i t i a l .

Gambar 4. Keratitis Interstitial

4.2 Klasifikasi keratitis berdasarkan penyebabnya, yaitu:
4.2.1 Keratitis Bakteri
Setiap faktor atau agen yang menciptakan kerusakan pada
epitelkornea adalah potensi penyebab atau faktor risiko bakteri
keratitis,beberapa faktor risiko terjadinya keratitis bakteri diantaranya:
a) Penggunaan lensa kontak
b) Trauma
c) Kontaminasi pengobatan mata
12

d) Riwayat keratitis bakteri sebelumnya
e) Riwayat operasi mata sebelumnya
f) Gangguan defense mechanism
g) Perubahan struktur permukaan kornea

4.2.1.1 Etiologi
Tabel 1. Etiologi Keratitis Bakteri







4 . 2 . 1 . 2 Ma n i f e s t a s i Kl i n i s
Pasien keratitis biasanya mengeluh mata merah, berair,
nyeri padam a t a y a n g t e r i n f e k s i , p e n g l i h a t a n
s i l a u , a d a n y a s e k r e t d a n penglihatan menjadi kabur.
Pada pemeriksaan bola mata eksternal ditemukan hiperemis
perikornea, blefarospasme, edema kornea, infiltrasi kornea

13


Gambar 5. Keratitis ulseratif supuratif yang disebabkan oleh P.aeruginosa

4.2.1.3 Pemer i ks aan Labor at or i um
a. Pemeriksaan kultur bakteri dilakukan dengan menggores
ulkus kornea dan bagian tepinya dengan menggunakan
spatula steril kemudian ditanam di media cokelat, darah dan
agar Sabouraud, kemudian dilakukan pengecatan dengan
Gram.
b. Bi o p s y k o r n e a d i l a k u k a n j i k a k u l t u r
n e g a t i f d a n t i d a k a d a perbaikan secara klinis
dengan menggunakan blade kornea bila ditemukan infiltrat
dalam di stroma.

4.2.1.4 Terapi
Dapat diberikan inisial antibiotik spektrum luas
sambil menungguhasil kultur bakteri. Berikut tabel
pengobatan inisial antibiotik yangdapat diberikan:
14


Tabel 2. Terapi inisial untuk keratitis bakteri


4.2.2 Keratitis Fungi (Jamur)
4.2.2.1 Etiologi
Keratitis jamur dapat disebabkan oleh:
a. Jamur berfilamen (filamentous fungi )
Bersifat multiseluler dengan cabang-cabang hifa, terdiri dari:
jamur bersepta : Furasium sp, Acremonium sp,
Aspergilluss p , Cl a d o s p o r i u m s p , P e n i c i l l i u m
s p , P a e c i l o my c e s s p , Phialophora sp, Curvularia sp,
Altenaria sp.
Jamur tidak bersepta : Mucor sp, Rhizopus sp, Absidia sp.
b. Jamur ragi (yeast) yaitu jamur uniseluler dengan pseudohifa dan
tunas : Candida albicans, Cryptococcus sp, Rodotolura sp
15

c. J amur di f as i k. Pada j ar i ngan hi dup membent uk
r agi s edangme d i a p e mb i a k a n me mb e n t u k
mi s e l i u m : b l a s t o mi c e s s p , c o c c i d i o d i d i e s
s p , h i s t o p l a s t o ma s p , s p o r o t h r i x s p .

4.2.2.2 Patologi
Hi f a j amur cender ung mas uk s t r oma s ecar a
par al el ke l amel l a k o r n e a . Mu n g k i n a d a n e k r o s i s
k o a g u l a t i f s t r o ma k o r n e a y a n g m e l u a s d e n g a n
e d e m a s e r a t k o l a g e n d a n k e r a t o s i t .
R e a k s i i n f l a m a s i y a n g m e n y e r t a i k u r a n g
t e r l i h a t d a r i p a d a k e r a t i t i s bakterialis. Abses
cincin steril mungkin ada yang terpisah pusat ulkus.
Mikroabses yang multipel dapat mengelilingi lesi utama.
Hifaberpotensi masuk ke membran descemet yang intak dan
menyebar ke kamera okuli anterior.

4.2.2.3 Ma n i f e s t a s i Kl i n i s
Reaksi peradangan yang berat pada kornea yang
timbul karenainfeksi jamur dalam bentuk mikotoksin, enzim-
enzim proteolitik, dan a n t i g e n j a mu r y a n g l a r u t .
Ag e n - a g e n i n i d a p a t me n y e b a b k a n nekrosis pada
lamella kornea, peradangan akut , respon antigenikdengan formasi
16

cincin imun, hipopion, dan uveitis yang berat.Ul k u s k o r n e a
y a n g d i s e b a b k a n o l e h j a mu r b e r f i l a me n
d a p a t menunjukkan infiltrasi abu-abu sampai putih
dengan permukaankas ar , dan bagi an kor nea yang
t i dak mer adang t ampak el evas i keat as .
Les i s at el i t yang t i mbul t er pi s ah dengan l es i
ut ama dan ber hubungan dengan mi kr oabs es s t r oma.
Pl ak endot el dapat t er l i hat par ar el t er hadap ul k us .
Ci nci n i mun dapat mengel i l i ngi l es i ut ama, yang
mer upakan r eaks i ant ar a ant i gen j amur dan r enan
ant i bodi t ubuh. Sebagai t ambaha, hi popi on dan
s ecr et yang pur ul en dapat j uga t i mbul . Reaks i
i nj eks i konj ungt i va dan kamer a okul i ant er i or dapat
cukup par ah. Unt uk menegakkan di agnos t i k dapat
di pakai pedoman ber i kut :
a. Riwayat trauma terutama tumbuhan, pemakaian steroid topical
lama
b. Lesi satelit
c. Tepi ulkus sedikit menonjol dan kering, tepi yang
ireguler dantonjolan seperti hifa di bawah endotel utuh
d. Plak endotel
e. Hypopyon, kadang-kadang rekuren
f. Formasi cincin sekeliling ulkus
17

g. Lesi kornea yang indolen


Gambar 6. Keratitis Fungi

4.2.2.4 P e me r i k s a a n P e n u n j a n g
a. Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan
kerokankornea (sebaiknya dengan spatula Kimura) yaitu dari
dasar dantepi ulkus dengan biomikroskop. Dapat
dilakukan pewarnaanKOH, Gram, Giemsa atau KOH + Tinta
India.
b. Biopsi jaringan kornea dan diwamai dengan Periodic Acid
Schiff atau Methenamine Silver.

4.2.2.5 Terapi
Obat-obat anti jamur yang dapat diberikan meliputi:
a. Polyenes termasuk natamycin, nistatin, dan amfoterisin B.
18

b. Azoles (imidazoles dan triazoles) termasuk ketokonazol,
moconazole, flukonazol, itraconazole, econazole, dan
clotromazole.


4.2.3 Keratitis Virus
4.2.3.1 E t i o l o g i
Herpes Simpleks Virus (HSV) merupakan salah
satu infeksi virustersering pada kornea. Virus herpes simpleks
menempati manusias e b a g a i h o s t , me r u p a k a n p a r a s i t
i n t r a s e l u l a r o b l i g a t , d a p a t ditemukan pada mukosa,
rongga hidung, rongga mulut, vagina danmata. Penularan dapat
terjadi melalui kontak dengan cairan dan jaringan mata,
rongga hidung, mulut, alat kelamin yang mengandung virus.
4.2.3.2 Patofisiologi
Patofisiologi keratitis herpes simpleks dibagi dalam 2 bentuk :
a. P a d a e p i t e l i a l : Kerusakan terjadi akibat pembiakan
virus intaepitelial mengakibatkan kerusakan sel epitel dan
membentuk tukak kornea superfisial.
b. Pada stromal : terjadi reaksi imunologik tubuh terhadap
virusyang menyerang yaitu reaksi antigen-antibodi yang
menarik selradang ke dalam stroma. Sel radang ini
19

mengeluarkan bahanproteolitik untuk merusak virus tetapi
juga akan merusak stroma di sekitarnya.

4 . 2 . 3 . 3 Ma n i f e s t a s i Kl i n i s
Pasien dengan HSV keratitis mengeluh nyeri, fotofobia,
penglihatankabur, mata berair, mata merah, tajam
penglihatan turun terutama jika bagian pusat yang terkena.
Infeksi primer herpes simplek pada mata biasanya berupa
konjungtivitis folikularisasi akut di sertai blefaritis vesikuler
yang ulseratif, serta pembengkakan kelenjar limfe regional.
Kebanyakan penderita juga disertai keratitis epitelial dan dapat
mengenai stromat e t a p i j a r a n g . Pada dasarnya infeksi
primer ini dapat sembuh sendiri, akan tetapi pada keaadaan
tertentu dimana daya tahan tubuh sanagat lemah akan menjadi
parah dan menyerang stroma.


Gambar 7. Keratitis Virus Herpes Simpleks

20


4 . 2 . 3 . 4 P e me r i k s a a n P e n u n j a n g
Usapan epitel dengan Giemsa multinuklear noda dapat
menunjukan sel-sel raksasa, yang dihasilkan dari perpaduan
darisel-sel epitel kornea yang terinfeksi dan virus intranuclear
inklusi

4.2.3.5 T e r a p i
a. Debridement
Car a ef ekt i f mengobat i ker at i t i s dendr i t i k
adal ah debr i dement epi t el i al , kar ena vi r us
ber l okas i di dal am epi t hel i al . Debr i demen j uga
mengur angi beban ant i geni c vi r us pada s t r oma
kor nea.
Epi t el s ehat mel ekat er at pada kor nea namun
epi t el yang t er i nf eks i mudah di l epas kan.
Debr i dement di l akukan dengan pl i kat or ber uj ung
kapas khus us . Obat s i kl opegi k s eper t i at r i pi ne
1% at au homat r opi n 5% di t et es kan kedal am
s akus konj ungt i f a, dan di t ut up dengan s edi ki t
t ekanan. Pas i en har us di per i ks a t i ap har i dan
di gant i penut up s ampai def ek kor neanya s embuh
umumnya dal am 72 j am.
21


b. Terapi Obat
1) IDU (Idoxuridine) analog pirimidin (terdapat dalam
larutan1% dan diberikan setiap jam, salep 0,5% diberikan
setiap4 jam)
2) Vibrabin: sama dengan IDU tetapi hanya terdapat
dalambentuk salep
3) Trifluorotimetidin (TFT): sama dengan IDU, diberikan
1%setiap 4 jam
4) Asiklovir (salep 3%), diberikan setiap 4 jam.
5) Asiklovir oral dapat bermanfaat untuk herpes mata
berat,k h u s u s n y a p a d a o r a n g a t o p i y a n g
r e n t a n t e r h a d a p penyakit herpes mata dan kulit
agresif.

c. Terapi Bedah
Keratoplasti penetrans mungkin diindikasikan untuk
rehabilitasi penglihatan pasien yang mempunyai parut
kornea yang berat, namun hendaknya dilakukan
beberapa bulan setelah penyakit herpes non aktif.
4.2.4 Keratitis Alergi
4.2.4.1. Etiologi
22

Reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua mata.
biasanya penderita yang menunjukan gejala alergi terdahap tepung
sari rumput-rumputan.

4.2.4.2. Ma n i f e s t a s i Kl i n i s
a. Bentuk palpebra: cobble stone (pertumbuhan papil yang
besar),diliputi sekret mukoid.
b. Bent uk l i mbus : t ant r as dot ( penonj ol an ber war na
abu- abu, seperti lilin)
c. Gatal
d. Fotofobia
e. Sensasi benda asing
f. Mata berair dan blefarospasme
4.2.4.3 T e r a p i
a. Biasanya sembuh sendiri tanpa diobati
b. Steroid topikal dan sistemik
c. Kompres dingin
d. Obat vasokonstriktor
e. Cromolyn sodium topika
f. Koagulasi cryo CO2.
g. Pembedahan kecil (eksisi).
h. Antihistamin umumnya tidak efektif
i. Kontraindikasi untuk pemasangan lensa kontak
23

BAB III
KESIMPULAN

Keratitis merupakan suatu infeksi pada kornea yang di tandai dengan adanya infiltrat
yang disebabkan oleh beberapa faktor . Berdasarkan tempatnya keratitis secara garis besar dapat
dibagi menjadikeratitis pungtata superfisialis, keratitis marginal dan keratitis
interstitial. Berdasarkan penyebabnya keratitis digolongkan menjadi keratitis bakterialis,
keratitis fungal, keratitis viral dam keratitis akibat alergi .
Gejala umum keratitis adalah visus turun mendadak, mata merah, rasa silau, dan
merasa ada benda asing di matanya. Gejala khususnya tergantung dari jenis-jenis
keratitis yang diderita oleh pasien. Gambaran klinik masing-masing keratitis pun
berbeda-beda tergantung dari jenis penyebab dan tingkat kedalaman yang terjadi di kornea,
jika keratitis tidak di t angani dengan benar maka penyaki t i ni akan ber kembang
menj adi suatu ulkus yang dapat merusak kornea secara permanen sehingga akan menyebabkan
gangguan penglihatan bahkan dapat sampai menyebabkan kebutaan.

Anda mungkin juga menyukai