LAPORAN PRAKTIKUM BAHAN KONSTRUKSI UJI TARIK BAMBU DURI DAN KAYU AGATIS
Disusun oleh: Andita Dwi Sefiani (F44120047)
Dosen Praktikum : Ir. Meiske Widyarti M. Eng M. Fauzan ST., MT.
Asisten : 1. Mega Puspita (F44110004) 2. Cindo Riskina E. S. (F44110005)
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 PENDAHULUAN Bambu merupakan salah satu dari beberapa material/bahan konstruksi yang sudah cukup lama dikenal di masyarakat. Penggunaan bambu sebagai salah satu unsur bahan bangunan selama ini masih bersifat sekunder, yaitu untuk kepentingan pembuatan perancah/bekisting, reng atap dan terbatas pada keperluan furniture. Hal ini memang disebabkan oleh masih minimnya pengetahuan masyarakat tentang sifat-sifat mekanik bambu. Sementara, ketersediaan bambu cukup banyak, mudah didapat, selain harganya relatif murah, sehingga sangat dimungkinkan untuk menjadi alternative selain kayu dalam penggunaan material struktur bangunan. Bambu memiliki berat struktur cukup ringan dengan kekuatan lentur cukup tinggi, sehingga mempunyai ketahanan cukup tinggi terhadap gempa (Handayani 2007). Bambu merupakan salah satu material konstruksi yang tersebar di seluruh daerah tropis dan subtropis. Sepanjang tradisi, penggunaan bambu secara luas telah banyak terlihat dalam berbagai bentuk konstruksi (Shupe et al 2002). Terdapat banyak macam bambu, tetapi dari ratusan jenis itu, hanya ada empat macam saja yang dianggap penting sebagai jenis bambu dan yang umum dipasarkan di Indonesia, yaitu bambu Petung, bambu Wulung, bambu Tali dan bambu Duri (Frick 2004). Dalam penelitian ini dilakukan pula uji tarik kayu. Uji kayu untuk keperluan pengujian yangbebas dari mata kayu, gubal, retak, lubang, jamur, rapuh dan tidak memuntir.
TUJUAN Penelitian mengenai uji tarik ini bertujuan untuk mengetahui nilai tegangan leleh, tegangan tarik putus, dan regangan pada bambu dan kayu serta membandingkannya dengan Standar Nasional Indonesia tentang bambu duri dan kayu agatis.
ALAT DAN BAHAN 1. Universal Testing Machine 2. Jangka sorong 3. Meteran 4. Pulpen atau alat tulis 5. Bambu 6. Kayu sejajar
Gambar 1 Alat Ukur Panjang/ Meteran
Gambar 2 Manual Universal Testing Machine Gambar 3 Jangka Sorong
Gambar 4 Kayu Agatis Gambar 5 Bambu Duri METODE Penelitian ini dilakukan pada tanggal 17 September 2014 di Laboratorium Kekuatan Bahan. Pada penelitian ini, praktikan diberikan bahan uji yaitu bambu duri dan kayu agatis. Praktikan memberikan tanda di bagian tengah bambu dan kayu menggunakan pulpen untuk menandakan daerah yang diukur. Kemudian lebar (bo), dan tinggi (ho) bambu dan kayu yang belum ditarik diukur dengan jangka sorong, sedangkan panjang bambu dan kayu sejajar diukur dengan penggaris atau pita ukur. Setelah itu bambu dan kayu sejajar di uji tarik dengan Universal Testing Machine. Pengujian tersebut berlangsung hingga bambu dan kayu rusak atau patah. Setelah ditarik, dilakukan kembali pengukuran bambu dan kayu menggunakan jangka sorong untuk mengetahui lebar setelah ditarik (bu) dan tinggi setelah ditarik (hu). Perhitungan dilakukan menggunakan rumus berikut ini. Tegangan = ......................(1) Regangan = .....................(2) Tegangan Tarik Putus (Fs) = .....................(3) Tegangan Tarik Leleh (Fy) = .....................(4)
Keterangan : P = Beban (N) Aso = Luas awal (mm 2 )
HASIL DAN PEMBAHASAN Bambu dipilih sebagai tulangan alternatif beton karena merupakan produk hasil alam yang renewable, murah, mudah ditanam, pertumbuhan cepat, dapat mereduksi efek global warming serta memiliki kuat tarik sangat tinggi yang dapat dipersaingkan dengan baja (Setiya Budi, 2010). Bambu mempunyai kekuatan tarik yang cukup tinggi, antara 100-400 Mpa, setara dengan sampai dari tegangan ultimate besi. Penelitian Morisco (1996) menunjukkan bahwa kuat tarik bambu dapat mencapai 1280 kg/cm2. Menurut Jansen (1980), kekuatan tarik bambu sejajar serat antara 200-300 Mpa beberapa jenis bambu melampaui kuat tarik baja mutu sedang. Bambu mempunyai serat yang sejajar, sehingga kekuatan terhadap gaya normal cukup baik, bambu berbentuk pipa sehingga momen lembamnya cukup tinggi oleh karena itu bambu cukup baik untuk memikul momen lentur dan berat bambu sekitar 1/9 dari berat besi.
Grafik 1 Hubungan tengangan dan regangan pada bambu duri Berdasarkan Grafik 1 dapat diketahui bahwa bambu memiliki kelenturan dan kekuatan yang bagus. Hal tersebut berdasarkan hasil kuat tarik dan regangan bambu duri. Nilai kuat tarik atau tegangan tarik putus bambu duri adalah 224.073 N/mm 2 dan nilai tegangan leleh adalah 173.849 N/mm 2 dengan nilai regangan sebesar 0.0186 mm. Berikut ini contoh perhitungan tegangan dan luas bambu duri. Contoh perhitungan pada bambu duri :
Keterangan : bo = Lebar awal bambu duri (mm) ho =Tinggi awal bambu duri (mm)
Gambar 6 Bambu duri setelah penarikan Pada gambar tersebut dapat diketahui bahwa bambu mengalami kerusakan. Namun hingga beban akhir yang diberikan oleh UTM yaitu sebesar 1160 N bambu tidak mengalami patahan. Hal tersebut dikarenakan bambu duri memiliki kuat tarik yang sangan baik. Hal itu juga dibuktikan oleh nilai regangan bambu yang cukup besar. Tabel 1 Diameter dan luas bambu duri Diameter Bambu bo ho bu hu 6.68 mm 7.6 mm 6.6 mm 7.51 mm
Luas (Aso) 50.768 mm 2
Luas (Asu) 49.566 mm 2
Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa lebar bambu duri sebelum diuji tarik lebih besar daripada setelah ditarik. Begitupula dengan tinggi bambu duri, tinggi bambu duri sebelum ditarik lebih panjang daripada setelah penarikan. Selanjutnya, setelah membandingkan dengan data kelas, ternyata kuat tarik tertinggi dari kayu agatis ada di kelompok 5, yaitu 338.507057 MPa. Uji tarik pada penelitian ini juga dilakukan pada kayu agatis. Kayu agatis diuji dengan Universal Testing Machine hingga patah. Beban akhir yang sebelum patah adalah sebesar 535 N. Berikut ini merupakan gambar kayu agatis saat patah.
Gambar 7 Kayu agatis saat patah
Grafik 2 Hubungan tengangan dan regangan pada kayu agatis
Berdasarkan Grafik 1 dapat diketahui bahwa kayu agatis memiliki kekuatan yang cukup baik namun memiliki kelenturan yang kurang. Hal tersebut berdasarkan hasil kuat tarik dan regangan kayu agatis. Nilai kuat tarik atau tegangan tarik putus kayu agatis 77.554 N/mm 2 dengan nilai regangan hanya sebesar 0.003 mm. Table 2 Diameter dan luas kayu agatis Diameter Kayu bo Ho bu hu 4.1 mm 16.5 mm 4.02 mm 16.37 mm
Luas (Aso) 67.65 mm 2
Luas (Asu) 65.8074 mm 2
Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa lebar kayu agatis sebelum diuji tarik lebih besar daripada setelah ditarik. Begitupula dengan tinggi kayu agatis, tinggi bambu duri sebelum ditarik lebih panjang daripada setelah penarikan. Selanjutnya, setelah membandingkan dengan data kelas, ternyata kuat tarik tertinggi dari kayu agatis ada di kelompok 5, yaitu 77,554 MPa.
KESIMPULAN Penelitian uji tarik pada bambu duri dan kayu agatis memberikan nilai tegangan dan regangan sehingga dapat diketahui tingkat kekuatan dan kelenturan bahan tersebut. Nilai kuat tarik atau tegangan tarik putus bambu duri adalah 224.073 N/mm 2 dan nilai tegangan leleh adalah 173.849 N/mm 2 dengan nilai regangan sebesar 0.0186 mm. Sedangkan nilai kuat tarik atau tegangan tarik putus kayu agatis 77.554 N/mm 2 dengan nilai regangan hanya sebesar 0.003 mm. DAFTAR PUSTAKA Frick, H (2004). Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu, Pengantar Konstruksi Bambu. Kanisius, Yogyakarta. Handayani. 2007. Pengujian Sifat Mekanik Bambu (Metode Pengawetan Dengan Boraks). Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan. Volume 9 No.1. Universitas Negeri Semarang. Janssen, J.J.A. (1987). The Mechanical Properties of Bamboo: 250-256. In Rao, A.N., Dhanarajan, and Sastry, C.B., Recent Research on Bamboos, The Chinese Academy of Forest, Peoples Republic of China, and IDRC, Canada.Jung, Y. (2006). Investigation Morisco. (1996). Bambu Sebagai Bahan Rekayasa, Pidato Pengukuhan Jabatan Lektor Kepala Madya dalam Bidang. Teknik Konstruksi, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta.Setiya Budi, A. (2010). Kapasitas Lentur Balok Bambu Wulung dengan Bahan Pengisi Mortar, Jurnal Media Teknik Sipil.Vol. IX Juli. Shupe T.F., Cheng P And Chung Y.H. (2002). Value-Added Manufacturing Potential for Honduran Bamboo. Final Report to Honduran Counterparts. Lanticitilla National Park, Esnacifor, Cuprofor.