Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan petunjuk, rahmat
dan berkah-Nya yang telah dilimpahkan kepada penyusun. Sehingga Kami dapat
menyelesaikan tugas pembuatan makalah filsafat ini dalam waktu singkat yang ditentukan.
Makalah ini berjudul Filsafat, Ilmu dan Pengetahuan, merupakan tugas dari Mata
Kuliah Filsafat Ilmu membahas secara detail yang berhubungan dengan hubungan antara
pengetahuan, filsafat dan ilmu lainnya.
Kami sangat mengharapkan agar makalah ini
pembelajaran, bahan diskusi agar kita mengerti bagaimana setiap ilmuwan mempunyai
tafsiran sendiri mengenai filsafat ilmu sehingga tidak setiap ilmuwan mempunyai pandangan
yang tepat sama dengan ilmuwan lain. Diharapkan juga kita dapat mengimplementasikan
saat yang tepat untuk berpikiri lmiah dalam kehidupan sehari-hari.
Namun sebagaimana pepatah mengatakan,tak ada gading yang tak retak,saran dan
kritik yang membangun tetap kami butuhkan guna memperdalam pengetahuan kami untuk
menjadi yang lebih baik daripada sekarang.
Akhirnya dengan mengucapkan rasa syukur dan terima kasih yang tak terhinggakan
kepada Bapak Prof.Dr.H.M.Tauchid Noor, S.H.,M.H.,M.Pd, selaku Dosen Mata Kuliah
Filsafat Ilmu yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya tugas ini.
Mudah-mudahan beliau senantiasa mendapatkan maghfirah, sehat badan, dan pahala yang
berlipat ganda dari Allah SWT. Amiin ya rabbal alamin
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa raguragu, dan berfilsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui
apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti berendah hati
bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang tak terbatas ini.
Demikian juga berfilsafat berarti mengkoreksi diri, semacam keberanian untuk berterus
terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau. Ilmu merupakan
pengetahuan yang kita gumuli sejak kita lahir sampai kita meninggal.
Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang pada diri kita sendiri, apakah
sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu? apakah ciri-ciri yang hakiki yang membedakan
ilmu dari pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu? bagaimana saya ketahui
bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang benar? kriteria apa yang kita pakai dalam
menentukan kebenaran ilmu?mengapa kita mesti mempelajari ilmu? dan seterusnya.
Seorang yang berfilsafat berarti berendah hati mengevaluasi segenap pengetahuan
yang telah diketahuinya, mengakui kelemahan dan sempitnya ilmu yang dimilikinya. Dia
diumpamakan seorang yang berpijak dibumi sedang menengadah kelangit yang penuh
bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan galaksi. Atau seorang
yang berada dipuncak gunung memandang lembah dan jurang dibawahnya. Dia ingin
menyimak kehadirannya dengan kesemestaan yang ditatapnya.
Karakteristik berfikir filsafat yang pertama adalah sifat menyeluruh. Seorang ilmuwan
tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat
hakikat ilmu dalam konsentrasi pengetahuan yang lain. Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan
moral. Kaitan ilmu dengan agama dan ingin yakin apakah ilmu itu membawa kebahagiaan.
Meski bagaimanapun banyaknya gambaran yang kita dapatkan tentang filsafat,
sebenarnya masih sulit untuk mendefinisikan secara konkret apa itu filsafat dan apa kriteria
suatu pemikiran hingga kita bisa memvonisnya, karena filsafat bukanlah sebuah disiplin ilmu.
Sebagaimana definisinya, sejarah dan perkembangan filsafat pun takkan pernah habis untuk
dikupas. Tapi justru karena itulah mengapa fisafat begitu layak untuk dikaji demi mencari
serta memaknai segala esensi kehidupan.
Jelaskan perbedaan dan perbandingan antara filsafat dengan ilmu-ilmu lain yang
kini berkembang menjadi ilmu-ilmu baru?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk membahas mengenai
hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan, definisinya serta perbedaan dan
perbandingan antara filsafat dengan ilmu-ilmu lain yang kini berkembang menjadi ilmu-ilmu
baru. Serta mengkaji keterkaitan diantarnya untuk mencapai sebuah kesinambungan yang
sinergi antara filsafat, ilmu dan kebenaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Filsafat dan Ilmu Pengetahuan
Pada hakikatnya kelahiran cara berfikir ilmiah adalah merupakan suatu revolusi besar
dalam dunia ilmu pengetahuan, karena sebelum itu manusia lebih banyak berpikir menurut
gagasan-gagasan magi dan mitologi yang bersifat gaib dan tidak rasional.
Dengan berilmu dan berfilsafat manusia ingin mencari hakikat kebenaran daripada
segala sesuatu Dalam berkelana mencari pengetahuan dan kebenaran itu menusia pada
akhirnya tiba pada kebenaran yang absolut atau yang mutlak yaitu Causa Prima daripada
segala yang ada yaitu Allah Maha Pencipta, Maha Besar, dan mengetahui. Oleh karena itu
kita setuju apabila disebutkan bahwa manusia itu adalah mahluk pencari kebenaran. Di
dalam mencari kebenaran itu manusia selalu bertanya.
Ketidakmampuan Ilmu pengetahuan dalam menjawab sejumlah pertanyaan itu, maka
Filasafat tempat menampung dan mengelolahnya. Filsafat adalah ilmu yang tanpa batas,
tidak hanya menyelidiki salah satu bagian dari kenyataan saja, tetapi segala apa yang
menarik perhatian manusia.
J. Arthur Thompson dalam bukunya An Introducation to Science menuliskan bahwa
ilmu adalah diskripsi total dan konsisten dari fakta-fakta empiri yang dirumuskan secara
bertanggung jawab dalam istilah- istilah yang sederhana mungkin.
Untuk menjelaskan perbedaan antara Ilmu Pengetahuan dan Filsafat, baiklah
dikemukakan rumusan Filsafat dari filsuf ulung Indonesia Prof. DR. N. Driyarkara S.Y., yang
mengatakan Filsafat adalah pikiran manusia yang radikal, artinya yang dengan
mengesampingkan pendirian-pendirian dan pendapat- pendapat yang diterima saja,
mencoba memperlihatkan pandangan yang merupakan akar dari lain-lain pandangan dan
sikap praktis. Jika filsafat misalnya bicara tentang masyarakat, hukum, sisiologi, kesusilaan
dan sebagainya, di satu pandangan tidak diarahkan ke sebab-sebab yang terdekat,
melainkan kemengapa yang terakhir sepanjang kemungkinan yang ada pada budi manusia
berdasarkan kekuatannya itu.
Filsafat adalah ilmu Pengetahuan dan Teknologi, filsafat tidak memperlihatkan
banyak kemajuan dalam bidang penyelidikan. Ilmu pengetahuan dan Teknologi bahkan
melambung
tinggi
mencapai
era
nuklir
dan
sudah
diambang
kemajuan
dalam
mempengaruhui penciptaan dan reproduksi manusia itu sendiri dengan revolusi genitika
yang bermuara pada bayi tabung I di Inggris serta diambang kelahiran kurang lebih 100 bayi
tabung yang sudah hamil tua.
Di satu pihak fakta yang tak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia sangat
berutang kepada ilmu pengetahuan dan teknologi, berupa penciptaan sarana yang
memudahkan pemenuhan kebutuhan manusia untuk hidup sesuai dengan kodratnya. Inilah
dampak positifnya disatu pihak sedangkan dipihak lainnya bdampak negatifnya sangat
menyedihkan.
Bahwa ilmu yang bertujuan menguasai alam, sering melupakan faktor eksitensi
manusia, sebagai bagian daripada alam, yang merupakan tujuan pengembangan ilmu itu
sendiri kepada siapa manfaat dan kegunaannya dipersembahkan. Kemajuan ilmu teknologi
bukan lagi meningkatkan martabat manusia itu, tetapi bahkan harus dibayar dengan
kebahagiaannya. Berbagai polusi dan dekadensi dialami peradaban manusia disebabkan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu.
Dalam usahanya pendidikan keilmuwan bukanlah semata-mata ditujukan untuk
menghasilkan ilmuwan yang pandai dan trampil, tetapi juga bermoral tinggi.Ilmu merupakan
kumpulan pengetahuan yang telah teruji kebenarannya secara empiris. Batas penjelajahan
ilmu sempit sekali, hanya sepotong atau sekeping saja dari sekian permasalahan kehidupan
manusia, bahkan dalam batas pengalaman manusia itu, ilmu hanya berwenang menentukan
benar atau salahnya suatu pernyataan. Demikian pula tentang baik buruk, semua itu
(termasuk ilmu) berpaling kepada sumber-sumber moral (filsafat Etika), tentang indah dan
jelek (termasuk ilmu) semuanya berpaling kepada pengkajian filsafat Estetika.
Ilmu tanpa (bimbingan moral) agama adalah buta , demi kian kata tokoh Einstein.
Kebutuaan moral dari ilmu itu mungkin membawa kemanusiaan kejurang malapetaka.
Relativitas atau kenisbian ilmu pengetahuan bermuara kepada filsafat dan relativitas atau
kenisbian ilmu pengatahuan serta filsafat bermuara kepada agama.
Filsafat ialah ilmu istimewa yang mencoba menjawab masalah-masalah yang tidak
dapat dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa karena masalah-masalah itu berada di luar atau
di atas jangkauan ilmu pengetahuan biasa. Filsafat adalah hasil daya upaya manusia
dengan akal budinya untuk dapat memahami dan mendalami secara radikal integral
daripada segala sesuatu yang ada mengenai :
a. Hakikat Tuhan
b. Hakikat alam semesta, dan
c. Hakikat manusia termasuk sikap manusia terhadap hal tersebut sebagai
konsekuensi logis daripada pahamnya tersebut.
Wibisono dkk.1997), bahwa ilmu kealaman persoalannya dianggap bersifat ilmiah karena
terlibat dengan persoalan-persoalan filsafati sehingga memisahkan satu dari yang lain tidak
mungkin. Sebaliknya, banyak persoalan filsafati sekarang sangat memerlukan landasan
pengetahuan ilmiah supaya argumentasinya tidak salah. Lebih jauh, Jujun S. Suriasumantri
(1982:22), dengan meminjam pemikiran Will Durant menjelaskan hubungan antara ilmu
dengan filsafat dengan mengibaratkan filsafat sebagai pasukan marinir yang berhasil
merebut pantai untuk pendaratan pasukan infanteri. Pasukan infanteri ini adalah sebagai
pengetahuan yang diantaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak
bagi kegiatan keilmuan. Setelah itu, ilmulah yang membelah gunung dan merambah hutan,
menyempurnakan kemenangan ini menjadi pengetahuan yang dapat diandalkan.
Filsafat adalah induk semua ilmu pengetahuan. Dia memberi sumbangan dan peran
sebagai induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan
hingga ilmu pengetahuan itu itu dapat hidup dan berkembang.
Filsafat
membantu
ilmu
pengetahuan
untuk
bersikap
rasional
dalam
Filsafat
pandangannya
bahkan
cenderung
10
meski dalam perkembangannya filsafat ilmu itu telah menjadi disiplin yang tersendiri dan
otonom dilihat dari objek kajian dan telaahannya
Filsafat
membantu
ilmu
pengetahuan
untuk
bersikap
rasional
dalam
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berfilsafat bisa dilakukan oleh setiap orang. Seseorang yang berfilsafat pada
hakikatnya sedang mempelajari dirinya sendiri. Karena seseorang yang berfilsafat pada
penghujung petualangannya dengan suatu tindakan berpikir yang menggunakan akal budi
untuk mencari dan menemukan menemukan kebenaran hakiki. Tetapi kebenaran ini sangat
bersifat relatif bergantung kapasitas ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya. Semakin kaya
seseorang dengan ilmu dan pengalaman maka semakin luas pula ruang lingkup filsafat yang
akan dia jangkau.
Dengan berfilsafat seharusnya seseorang akan lebih mengerti hakikat kehadirannya
dalam kehidupan didunia ini, yang pada akhirnya akan menyadarkan bahwa dirinya adalah
makhluk kecil yang tiada berdaya dengan segala keterbatasan ditengah semesta keluasan
dan kemahakuasaan Tuhan yang Maha Esa. Seorang teman pernah mengatakan
seseorang tak akan bisa menguasai semuanya, tetapi sesuatu pasti dimiliki setiap orang.
3.2 Saran
Untuk mendapatkan sumber referensi atas hal-hal yang kurang pembaca mengerti
dalam makalah ini ,penulis menyarankan untuk mencari referensi dari sumber lain. Sehingga
kita makin mengerti dan memahami hakikat mempelajari filsafat yang merupakan induk
semua ilmu pengetahuan. Hal ini tentunya dapat memberi sumbangan dan peran sebagai
induk yang melahirkan dan membantu mengembangkan ilmu pengetahuan hingga ilmu
pengetahuan itu itu dapat hidup dan berkembang.
12
DAFTAR PUSTAKA
Jujun S. Suriasumantri (2007). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka
Sinar Harapan
Slide Materi Filsafat Ilmu (Microsoft Power Point) oleh: Prof.Dr.H.M.Tauchid Noor,
S.H.,M.H.,M.Pd/ Hj Ida Nuryana, SE., MM
Agraha Suhandi, Drs., SHm.,(1992), Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya,
Filsafat_Ilmu, http://members.tripod.com/aljawad/artike/filsafat_ilmu.htm
Filsafat dan Pembagiannya ,http://purmadi.wordpress.com/2007/09/15/
13