Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang terus meningkat pada era globalisasi menyebabkan

pertumbuhan pesat dalam bidang industri. Semakin besarnya kebutuhan akan plastik, maka
kebutuhan akan bahan baku plastik pun semakin meningkat. Salah satu bahan baku plastik
yang banyak digunakan saat ini adalah polipropilen. Bahan baku pembuatan Polipropilen ini
adalah Propilen dan etilen yang digunakan untuk mendapatkan kopolimer. Seperti yang kita
ketahui, polipropilen atau PP adalah sebuah polimer termo-plastik yang dibuat oleh industri
kimia dan digunakan dalam berbagai aplikasi, diantaranya pengemasan, alat tulis,
perlengkapan laboratorium, pengeras suara, komponen otomotif dan uang kertas polimer.
Polipropilen mempunyai sifat-sifat dapat larut dalam senyawa organik, tahan panas,
mempunyai daya renggang tinggi, tidak beracun, tahan terhadap bahan kimia. Sifat-sifat
inilah yang membuat manusia beralih ke polimer khususnya plastik untuk memenuhi
kebutuhannya dan meninggalkan bahan lain seperti besi, alumunium, kayu, kaca dan lainnya
untuk tujuan kebutuhan yang sama.
Tabel 1.1 Produsen penyuplai kebutuhan Polipropilen dalam Negeri
Produsen

Persentase Produksi (%)

Jumlah Produksi (Ton/tahun)

PT Chandra asri

44

460.000

PT Polytama

25

280.000

Pertamina

60.000

Impor

25

280.000

Sumber : INAPLAS (Asosiasi Industri Olefin, aromatik, Plastik Indonesia)


Kebutuhan bahan baku merupakan faktor penting yang menentukan kelangsungan
produksi. Propilen dihasilkan oleh PT Candra Asri Petro Chemical Centre dengan produksi
320.000 Ton/tahun. Sedangkan Etilen dihasilkan oleh PT. Candra Asri Petro Chemical
dengan produksi 600.000 ton/tahun, dan Hidrogen dihasilkan oleh PT. Air Liquid Indonesia
dengan produksi 72.854 ton/tahun. Kebutuhan Polipropilen di Indonesia terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun.

Tabel 1.2 Data Produksi dan Konsumsi Polipropilen di Indonesia


Tahun

Produksi (Ton / Tahun)

Konsumsi (Ton / Tahun)

2003

410.000

720.000

2004

492.000

792.000

2005

571.000

871.000

2006

705.000

957.000

2010

830.000

1.080.000

2015

1.203.000

1.503.000

Sumber : INAPLAS (Asosiasi Industri Olefin, aromatik, Plastik Indonesia)


Dengan pertimbangan diatas maka direncanakan pendirian pabrik polipropilen di
Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam Negeri.
1.2

Kapasitas Produksi
Pabrik Polipropilen ini direncanakan akan mulai beroperasi pada tahun 2015, salah

satu faktor yang harus diperhatikan dalam pendirian pabrik Polipropilen adalah kapasitas
pabrik.dengan mengacu pada pemenuhan kebutuhan domestik. Dari Sumber INAplas (Ikatan
Asosiasi industri olefin, aromatik, dan Plastik Indonesia ) didapatkan data produksi, konsumsi
dan proyeksi serta perkembangan harga pasar Polipropilen di Indonesia.
1600000

Jumlah Polipropilen

1400000
1200000
1000000
800000

Produksi Polipropilen

600000

Konsumsi Polipropilen

400000
200000
0
2000

2005

2010

2015

2020

Tahun

Gambar 1.1 Grafik jumlah Produksi dan Konsumsi Polipropilen dalam negri
Perhitungan untuk menentukan besarnya kapasitas pabrik Polipropilen menggunakan
persamaan : Perkiraan kebutuhan nasional tahun 2015
= [Ekspor Tahun 2015 + Konsumsi Tahun 2015] [Impor + Produksi (Chandra asri +

Politama + Pertamina)]
= [ 0 + 1.503.000 Ton/tahun] [280.000 Ton/tahun + 800.000 Ton/tahun]
= 453.000 Ton/tahun
Dengan melihat persaingan yang cukup besar untuk sektor dalam negri maka dasar
penentuan kapasitas pabrik Polipropilen ini adalah sekitar 33% dari perkiraan kebutuhan
Nasional, yakni Sebesar 150.000 Ton/Tahun. Pabrik beroperasi secara kontinyu selama 24
jam per hari dan 330 hari per tahun.
1.3

Prospek Pemasaran
Perkembangan kapasitas produksi Polipropilen di Indonesia masih stagnan pada

605.000 ton per tahun selama hampir 10 tahun terakhir. Hingga saat ini produsen
Polipropilen hanya ada 3 perusahaan yaitu PT. Tri Polyta Indonesia, PT. Polytama Propindo
dan PT. Pertamina. Sampai saat ini masih terjadi ketimpangan antara pasokan dan permintaan
produk Polipropilen. Produksi Polipropilen tercatat sebesar 561.346 ton pada 2008 dan naik
6,9% menjadi 600.000 ton pada 2009. Pada 2009 lalu PT. Tri Polyta Indonesia berhasil
menggenjot volume penjualannya hingga naik 17%, dari 330,5 ribu ton di 2008 menjadi
385,7 ribu ton di 2009. Peningkatan ini menunjukkan pertumbuhan pasar Polipropilen
domestik yang membaik pada tahun 2009, setelah mengalami keterpurukan pada tahun 2008
akibat krisis global. Sedangkan konsumsi Polipropilen sekitar 800.000 ton per tahun.
Pertumbuhan konsumsi Polipropilen sebagai bahan baku industri plastik diperkirakan
meningkat di masa mendatang seiring pertumbuhan ekonomi.
1,4
Bahan Baku dan Produk
1.4.1 Bahan baku
Bahan baku merupakan faktor penting dalam kelangsungan produksi suatu pabrik.
Bahan baku yang digunakan untuk pembuatan Polipropilen (PP) adalah Propilen dan
Hidrogen. Dimana polipropilen diperoleh dari polimerisasi propilen. Bahan baku propilen
dan hidrogen direncanakan diperoleh dari supplier-suplier di Indonesia dan impor dari luar
negeri, sedangkan air proses diperoleh dari air sungai yang sebelumnya telah diproses di unit
utilitas agar spesifikasinya sesuai.
1.4.2

Produk
Polipropilen (PP) merupakan bahan baku penting untuk pembuatan plastik.. Di pasar

dalam negeri konsumsi Polipropilen sangat dominan dan bahkan impor Polipropilen
mencapai 30% dari total konsumsi nasional. Berdasarkan volume keseluruhan, Indonesia
mengimpor sebesar 210.000 ton/tahun pada tahun 2008 dari berbagai negara.

1.5

Lokasi Pendirian Pabrik


Pemilihan lokasi pada sebuah pabrik merupakan salah satu faktor yang sangat penting

untuk keberhasilan dan kelangsungan pabrik. Alasan pemilihan lokasi untuk lokasi pendirian
pabrik polipropilen yang sesuai dengan studi kelayakan antara lain :
a. Tersedianya sumber air,
b. Dekat dengan konsumen,
c. Dekat dengan pelabuhan,
d. Letaknya berdekatan dengan pabrik lainnya juga untuk memudahkan memperoleh
bahan baku.
Pendirian pabrik polipropilena akan direncanakan di Banten, Cilegon. Lokasi pabrik
didasarkan atas tersedianya bahan baku, utilitas, sarana transportasi, pajak, ketersedian listrik,
dan keadaan lingkungan, serta memiliki iklim yang relatif stabil. Lokasi pendirian pabrik
yang tidak jauh dari produsen propilen dan etilen ini memudahkan dalam hal pendistribusian
bahan baku.Hal ini sangat menguntungkan karena akan menghemat biaya transportasi bahan
baku. Pemilihan lokasi perusahaan tersebut didasari atas pertimbangan sebagai berikut :
1. Ketersediaan Bahan baku
Untuk menekan biaya penyediaan bahan baku, maka pabrik didirikan berdekatan dengan
pabrik lainnya yang juga untuk memudahkan memperoleh bahan baku seperti propilen dan
etilen yang dibeli dari PT Chandra Asri Petrochemical. Katalis dibeli dari Shell Chemical
Corporation yang langsung masuk ke pelabuhan.
2. Transportasi
Sarana transportasi darat dan laut sudah tidak menjadi masalah, karena fasilitas jalan raya
dan pelabuhan di Banten sudah memadai.
3. Tenaga kerja
Untuk tenaga kerja dengan kualitas tertentu dapat dengan mudah diperoleh meski tidak
dari daerah setempat. Sedangkan untuk tenaga buruh diambil dari daerah setempat atau
dari para pendatang pencari kerja.
4. Utilitas

Fasilitas pendukung berupa air, energi dan bahan bakar tersedia cukup memadai karena
merupakan kawasan industri. Kebutuhan utilitas dapat dipenuhi oleh perusahaan penyedia
jasa pemenuhan kebutuhan utilitas. Kebutuhan listik pabrik didukung dengan adanya PT.
PLN, Pembangkit listrik milik PT. Krakatau Daya Listrik serta PLTU Suralaya berdaya
3400 MW, Instalasi air bersih milik PT. Krakatau Tirta Indutri untuk pengolahan air, unit

pengolahan air limbah, sistem pendinginan air dan tangki untuk penyimpanan bahan baku
dan produk.
5. Pemasaran
Dekatnya lokasi pabrik dengan konsumen akan mengurangi biaya distribusi produk serta
pelayanan terhadap konsumen lebih cepat. Biaya penyimpanan produk juga dapat
diminimalisir karena berdekatan dengan konsumen polipropilen. Konsumen polipropilen
pada daerah sekitar jabodetabek cukup prospektif, seperti PT. Indofood, Tbk dan PT.
Aqua Golden Missisipi.

1.6

Gross Profit Margin (GPM)


Kelayakan Dalam rancangan pabrik dapat dilihat dari Gross Profit Margin (GPM).

GPM digunakan sebagai istilah umum untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh tanpa
memperhitungkan biaya operasi dan biaya peralatan (Seider 1999).

BAB II
DESKRIPSI PROSES

2.1.

Teknologi Proses
Proses produksi polipropilen skala komersial sudah dilakukan sejak lama dan

mengalami perkembangan teknologi yang cukup signifikan. Proses produksi polipropilen


secara komersial dikelompokkan menjadi proses fasa cair dan proses fasa gas. Pada awalnya,
untuk proses fasa cair perlu digunakan pelarut. Namun, dikemudian hari ditemukan proses
fasa cair yang tidak memerlukan pelarut.
Berikut merupakan macam-macam proses polimerisasi polipropilen :
a.

Proses Hercules
Proses ini merupakan proses kontinu pertama dalam teknologi produksi polipropilen.

Reaksi polimerisasi dilangsungkan dalam reaktor tangki berpengaduk yang tersusun seri.
Pada proses ini digunakan katalis TiCl3, kokatalis Al(C2H5)2Cl, dan pelarut kerosin. Tahap
polimerisasi dilangsungkan pada tekanan 5 bar dan temperatur antara 6080oC. Setelah
proses polimerisasi dan degassing, slurry polimer dikontakkan dengan alkohol untuk
mendeaktivasi dan melarutkan sisa katalis yang tidak bereaksi. Selanjutnya, proses penetralan
slurry polimer dengan larutan NaOH yang bertujuan untuk menetralkan HCl yang terbentuk
pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini terbentuk fasa terlarut dan fasa hidrokarbon. Fasa
terlarut diumpankan ke kolom distilasi untuk memisahkan air dan alkohol, sedangkan fasa
hidrokarbon diumpankan ke filter untuk memisahkan polipropilen isotaktik dari pelarut dan
polipropilen ataktik. Suspensi polimer isotaktik lalu diumpankan ke kolom steam distillation
untuk menghilangkan pelarut kerosin yang masih ada. Setelah itu suspense disentrifugasi
untuk menghilangkan steam dan kerosin yang terbawa. Polimer kemudian dikeringkan
menggunakan gas nitrogen.
b.

Proses Spheripol
Dalam proses Spheripol, tahap polimerisasi dilakukan dalam reaktor loop tubular.

Katalis yang digunakan adalah TiCl4 dengan penyangga MgCl2. Kondisi operasi pada tahap
polimerisasi umumnya pada temperatur 65-75oC dan tekanan 30-35 bar. Polimer yang
terbentuk di reaktor dipisahkan dari monomer dengan cara flashing, yaitu penurunan tekanan
secara tiba-tiba sehingga monomer propilen cair akan menguap. Uap propilen kemudian
dikondensasi dan dikembalikan ke reaktor.
c.

Proses Unipol
Proses Unipol menggunakan reaktor unggun terfluidakan yang tersusun secara seri.

Temperatur operasi polimerisasi umumnya pada 60-70oC dengan tekanan 25-30 bar pada
reaktor homopolimer dan tekanan 20 bar pada reaktor kopolimer. Panas reaksi dipindahkan
dengan mendinginkan gas recycle dengan alat penukar panas. Katalis yang digunakan pada
proses ini adalah katalis SHAC dengan kokatalis TEAL.
Tabel 2.1 Perbandingan Proses-proses Produksi Polipropilen

2.2

Proses

Hercules

Spheripol

Unipol

Fase reaksi

Cair

Cair

Gas

5 bar

30-35bar

25-30 bar

T (C)

60-80

65-75

60-70

Pemakaian pelarut

Ya

Tidak

Tidak

lisensor

ABB Lummus

Bassel Technology

Union Carbide

Co. BV

Corp.

Deskripsi Proses
Polipropilen dengan Teknologi Unipol adalah sebuah proses sederhana, dengan

teknologi fase gas didasari dalam sebuah sistem reaktor fluidized bed. Teknologi ini stabil
dan dapat diperkirakan. Teknologi ini dirancang untuk menghasilkan pembuangan limbah
lebih sedikit dan peralatan yang lebih sedikit dari teknologi lain
Proses ini dipisahkan menjadi tiga bagian yang berbeda:
1.

pemurnian & reaksi,

2.

resin degassing pelet, dan

3.

Vent recovery.

Propilen segar dan bahan baku lain yang diumpankan ke unit yang melewati fasilitas
pemurnian, di mana kuantitas kotoran dikeluarkan. Bahan baku yang sudah murni kemudian
diumpankan ke sistem reaksi.
Hanya satu reaksi sistem, yang terdiri dari reaktor fluidized bed,
kompresor

siklus gas

dan pendinginan, dan tangki produk, diperlukan untuk memproduksi

homopolimer dan

random kopolimer. Bahan baku dan aliran daur ulang dari sistem

pemulihan ventilasi diumpankan terus menerus ke reaktor. Siklus gas kompresor reaksi gas
disirkulasikan melalui bagian atas reaktor, memberikan agitasi yang dibutuhkan untuk
fluidisasi, backmixing, dan penghilangan panas. Tidak ada pengaduk mekanis atau agitator
diperlukan dalam reaktor proses. Siklus Gas meninggalkan overhead dari reaktor melewati
pendingin yang menghilangkan panas dari reaksi. Katalis terus diumpankan ke reaktor.

Menghasilkan polipropilen granular akan dipindahkan dari reaktor dengan discharge


tanks dan dikirim ke purge bin di mana hidrokarbon sisa dilepaskan dengan nitrogen dari
resin dan dikirim ke sistem vent recovery. Resin yang telah dibersihkan dikirim ke sistem
pelleting.

Gambar 2.1 Flow Diagram pembuatan Polipropilen

LAMPIRAN B
SIFAT FISIS DAN KIMIA BAHAN BAKU DAN PRODUK

1. Sifat Fisis dan Kimia Bahan Baku Propilen


Rumus molekul : C H
3

Densitas (30 C) : 0,6095 g/ml


Viskositas : 1,56 cP
o

Titik didih : -47 C


o

Titik leleh : -185 C


o

Temperatur kritis : 91,9 C


Tekanan kritis : 45,5 atm
Panas penguapan : 104,62 kal /g
Panas pembentukan : 4,879 kal / g
2

Rumus Cp = 54,718 + 0,3451T + (-1,631E-03)T + 3,787E-06T


Sifat kimia :
1. Propilen merupakan senyawa olefin yang berisomer dengan siklo propan (C H ),
3

analog dengan etilen (C H ), homolog dengan propana, metil asetilen, butadiene.


n

2n

2. Pada kondisi atmosfer, propilen berbentuk gas yang lebih berat dari udara dan
mempunyai aroma kemanis-manisan.
3. Propilen mudah teroksidasi dan pada konsentrasi tertentu dapat terbakar.
4. Propilen lebih reaktif dibandingkan dengan propana atau etilen. Hal ini di sebabkan
karena adanya gugus metil dan ikatan rangkap yang tidak simetris.
5. Mudah terbakar, mudah meledak, mudah teroksidasi, larut dalam alkohol dan eter
tetapi kurang larut dalam air.

2. Sifat Fisis dan Kimia Bahan Pembantu

Katalis Titanium (III) Klorida Rumus Molekul : TiCl


o

Densitas (30 C) : 1,726 g / ml


o

Titik didih : 136,4 C

Titik kritis : 507,4 K


Tekanan kritis : 29,3 atm
2

Rumus Cp = 51,686 + 0,3426 T +(-1,8317E-04)T


Sifat kimia :
Sangat reaktif dengan air. Kontak dengan udara lembab akan menghasilkan gas yang
mudah terbakar dan dapat menyebabkan iritasi jika terhirup

Kokatalis Tri Ethyl Aluminium ( TEAL )


Rumus Molekul : Al(C H )
2

5 3

Densitas(30 C) : 0,835 g / ml
o

Titik didih : 186 C (1 atm)


o

Titik lebur : -58 C


Titik kritis : 507,4 K
Tekanan kritis : 29,3 atm
2

Rumus Cp = 28,1665 + 1,9298T +(-6,257E-03)T + 7,3852E-06T


Sifat kimia :
Sangat reaktif terhadap air dan udara. TEAL bersifat phyrophoric yaitu terbakar
spontan jika berkontak dengan udara dan akan meledak bila berkontak dengan air.

Heksana
Rumus Molekul : C H
6

14

Densitas(30 C) : 0,652 g / ml Titik didih : 68,73 C (1 atm)


o

Titik lebur : -95,31 C


o

Titik kritis : 234,15 C


Tekanan kritis : 29,3 atm
-3

Rumus Cp = 198,2 + -0,3866 T + 1,2630x10 T


Sifat kimia :
Tidak dapat larut dalam air akan tetapi dapat bercampur dalam alkohol, khloroform,
dan ether.

c) Sifat Fisis dan Kimia Produk

Polipropilena
Rumus molekul : [-C H -]
3

6 n

Melting Point : 167168 C


o

Crystalizing Temperature : 126 C


Cp : 2,1770 kJ/kgK
Stereokimia polypropylene :
Menurut Natta, ada tiga struktur
yang mungkin ada pada polypropylene yaitu Ataktik, Isotaktik dan Sindiotaktik.
Struktur tersebut dibedakan oleh letak gugus metil relatif terhadap tulang punggung
polypropylene.

LAMPIRAN A
PETA LOKASI PABRIK

Anda mungkin juga menyukai