Jurnal BV
Jurnal BV
BV dihubungan dengan beberapa penyakit yang dapat menyerang wanita yaitu infeksi
saluran kencing (ISK), pelvic inflamatory disease (PID), kelahiran premature, ketuban pecah
dini, dan peningkatan resiko transmisi HIV. Strategi pencegahan khusus dibutuhkan untuk
mengurangi insiden BV. Usaha pencegahan yang paling utama yaitu dengan mengidentifikasi
faktor resiko terjadi BV.
Faktor resiko sosialekonomi yang diukur adalah pendapatan dan tingkat pendidikan
yang berhubungan dengan BV. Penelitian tentang faktor-faktor resiko lain yang terkait dengan
BV telah dilakukan dibeberapa negara. Jumlah populasi yang diteliti sedikit dan sangat selektif
sehingga tidak bisa menggambarkan populasi pada umumnya. Di Indonesia, tidak ada data
mengenai studi faktor resiko BV. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
resiko BV pada perempuan Indonesia, sehingga strategi pencegahan dapat dibuat.
Metode penelitian
Metode penelitian yang dilakukan adalah studi deskriptif. Penelitian ini dilakukan di
Puskesmas Karawang Pedes Cikampek Tempurang (kab. Karawang), klinik Batalyon 201
Cijantung dan Laboratorium mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia selama
kurun waktu Mei 2008 - Februari 2009. Dengan menggunakan teknik pengambilan sampel
secara konsekutif. 429 sampel diperoleh dari populasi wanita di Indonesia antara usia 15-50
tahun. 100 sampel diperoleh dari setiap lokasi penelitian, akan tetapi 8 orang dieksekusi dari
penelitian ini sebab hasil laboratoriumnya tidak dapat dibaca. Mekanisme pengumpulan data
pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Wawancara dan kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data demografi dan
karakteristik medis.
Data demografi yang dimaksud seperti umur, pendidikan, pekerjaan, dan status
perkawinan.
0,05). Status perkawinan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian bakterial
vaginosis.
Karakteristik Medis
Wanita dengan paritas >5 lebih mudah terkena BV jika dibandingkan dengan nulipara
(50% vs 2,4%, p=0,005) dan paritas 1-5 (36,9%, p=0,000). Prevalensi BV lebih tinggi pada
wanita dengan pasangan yang tidak disirkumsisi (36,9% vs 6,8%, p=0,000). Prevalensi BV juga
meningkat pada wanita yang menggunakan panty liner (p=0,012) (tabel 2). Walaupun tidak
signifikan secara statistik, namun didapatkan bahwa secara prevalensi BV pun meningkat pada
wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi. Riwayat diabetes mellitus (DM) infeksi menular
seksual (IMS), penggunaan antibiotik, dan penggunaan sabun pembersih vagina tidak memiliki
hubungan yang signifikan dengan kejadian BV.
Analisis Multivariat
Umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, riwayat sirkumsisi pasangan, dan penggunaan
panty liner dimasukkan dalam analisis multivariate (tabel 4). Berdasarkan hasil analisis
ditemukan wanita pada umur > 40 tahun (OR=3,15, p=0,003) dan pasangan yang tidak
disirkumsisi (OR=0,00) merupakan faktor independen yang berhubungan dengan BV. Faktor lain
dalam analisis multivariate ini tidak memiliki hubungan signifikan terhadap kejadian BV.
Diskusi
Berdasarkan hasil analisis multivariat, faktor risiko determinan untuk BV adalah usia diatas 40
tahun dan pasangan yang tidak disirkumsisi.
Pasangan yang tidak di sirkumsisi merupakan faktor risiko independen untuk BV (OR = 6.55, 95
% CI : 2.54-15.38). Sirkumsisi sangat berkaitan dengan kebersihan penis yang dikaitkan dengan
transmisi infeksi. Membran mukosa pada preputium penis memiliki lebih sedikit lapisan keratin
dibandingkan dengan kulit pada bagian tubuh lain sehingga sangat rentan terhadap trauma
selama berhubungan intim dan dapat menjadi tempat masuknya berbagai mikroorganisme
patogen ke dalam tubuh. Ruang antara preputium dan glans penis memiliki suasana lembab dan
hangat yang sangat kondusif untuk deposit berbagai mikroorganisme patogen.
Gary, dkk melaporkan bahwa pasangan yang telah disirkumsisi dapat mengurangi risiko ulkus
kelamin, Trichomonas, dan bakterial vaginosis pada pasangannya. Yang, dkk juga menyatakan
bahwa sirkumsisi mengurangi risiko infeksi menular seksual (IMS) seperti HIV, HPV, HSV tipe
II dan sifilis.
Usia > 40 tahun merupakan faktor risiko BV (OR = 3.15, p = 0.003). Hal ini dihubungkan
dengan konsisi premenopausal hypoestrogenic yang biasanya terjadi pada usia > 40 tahun.
Menurunnya kadar estrogen menyebabkan peningkatan pH vagina. Kondisi ini tidak optimal
untuk pertumbuhan Lactobacillus sp sebagai flora normal vagina, sebaliknya sangat kondusif
untuk pertumbuhan mikroorganisme penyebab bakterial vaginosis. Penelitian pada wanita usia >
40 tahun sebelumnya telah dilakukan oleh Cauci, dkk. Pada penelitian tersebut didapatkan bahwa
wanita premenopause memiliki prevalensi lebih tinggi untuk terkena BV dibandingkan dengan
wanita usia produktif dan wanita post-menopause, dan bahwa jumlah Lactobacillus sp semakin
berkurang seiring bertambahnya usia.
Terdapat penemuan menarik terkait dengan penggunaan kontrasepsi. Meskipun bermakna
signifikan secara statistik, wanita yang sedang menggunakan kontrasepsi memiliki risiko lebih
rendah untuk terkena BV dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan kontrasepsi atau
steril. Oleh karena itu, penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengidentifikasi kontrasepsi
sebagai faktor risiko terjadinya bakterial vaginosis.
Sebagai kesimpulan, prevalensi bakterial vaginosis berdasarkan Nugent criteria pada penelitian
ini adalah 30.7 %. Faktor yang berhubungan dengan insidensi BV adalah usia, pendidikan,
pekerjaan, paritas, mitra seksual yang tidak disirkumsisi, dan penggunaan panty liner.
Berdasarkan hasil analisis multivariat, faktor risiko determinan untuk terjadinya bakterial
vaginosis adalah faktor usia dan mitra seksual yang tidak disirkumsisi.