Anda di halaman 1dari 26

STATUS MEDIK PASIEN

I. IDENTITAS
Identitas Pasien
Nama

: Ny Meilina

Umur

: 52 tahun

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: skadron HALIM

Masuk RUSPAU tanggal 13 Juni 2010 jam 22:10 WIB

II. RIWAYAT PENYAKIT


ANAMNESA

: Autoanamnesa tanggal 14 juni 2010

A. Keluhan Utama
Sesak nafas sejak 1 hari SMRS

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Os mengeluh sesak nafas sejak 1 hari SMRS, disertai Batuk (+), pilek
(-), Mual(+), Muntah (+), demam (-), sebelum datang ke IGD RUSPAU
Os sudah berobat ke Dokter dan telah diberi obat (Demarolet,
ambroxol, gravalin, vertolin) tetapi tidak ada perbaikan.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat asthma (+), sejak tahun 1984, dan jarang kambuh, dalam
5 tahun terakhir,baru kali ini kambuh.

Riwayat Hypertensi (-),

Riwayat Jantung (-)

Riwayat DM (-)

Ill. PEMERIKSAAN FISIK


ANAMNESIS SISTEM
Catatan keluhan tambahan positif disamping judul-judul yang bersangkutan

Kulit
(-) Bisul

(-) Rambut

(-) Kuku

(-) Kuning / Ikterus

(-) Keringat malam


(-) Sianosis
( ) Lain-lain

Kepala
(-) Trauma

(-) Sakit kepala

(-) Sinkop

(-) Nyeri pada sinus

Mata
(-) Nyeri

(-) Radang

(-) Sekret

(-) Gangguan penglihatan

(-) Kuning / Ikterus

(-) Ketajaman penglihatan

Telinga
(-) Nyeri

(-) Gangguan pendengaran

(-) Sekret

(-) Kehilangan pendengaran

(-) Tinitus

Hidung
(-) Trauma

(-) Gejala penyumbatan

(-) Nyeri

(-) Gangguan penciuman

(-) Sekret

(-) Pilek

(-) Epistaksis

Mulut
(-) Bibir

(-) Lidah terasa kering

(-) Gusi

(-) Gangguan pengecap

(-) Selaput

(-) Stomatitis

Tenggorokan
(-) Nyeri tenggorokan

(-) Perubahan suara

Leher
(-) Benjolan

(-) Nyeri leher

Dada (Jantung / Paru)


(-) Nyeri dada

(+) Sesak napas

(-) Berdebar

(-) Batuk darah

(- ) Ortopnoe

(+) Batuk

Abdomen (Lambung / Usus)


(-) Rasa kembung

(-) Wasir

(+) Mual

(-) Mencret

(+) Muntah

(- ) Tinja darah

(-) Muntah darah

(- ) Tinja berwarna dempul

(-) Sukar menelan


(-) Nyeri perut
(-) Perut membesar

(- ) Tinja berwarna ter


(- ) Benjolan
(-) Nyeri perut kanan atas

Saluran Kemih / Alat kelamin


( -) Disuria

( -) Kencing nanah

( -) Stranguria

( -) Kolik

( -) Poliuria

(-) Oliguria

(- ) Polakisuria

( -) Anuria

( -) Hematuria

( -) Retensi urin

( -) Kencing batu

( -) Kencing menetes

(- ) Ngompol (tidak disadari) (- ) Penyakit Prostat

Saraf dan Otot


(-) Anestesi

(- ) Sukar mengingat

(-) Parestesi

(- ) Ataksia

(-) Otot lemah

(- ) Hipo / hiper esthesi

(-) Kejang

(- ) Pingsan

(-) Afasia

(- ) Kedutan (Tick)

(-) Amnesia

(- ) Pusing (vertigo)

( ) Lain-lain

(- ) Gangguan bicara (Disartri)

Ekstremitas
(-) Bengkak

(- ) Deformitas

(- ) Nyeri sendi

(- ) Sianosis

BERAT BADAN
Berat badan rata-rata (Kg)

: 62kg

Berat tertinggi kapan (Kg)

: 64kg

Berat badan sekarang (Kg)

: 62 kg

(Bila pasien tidak tahu dengan pasti)


Tetap

(+)

Turun

(-)

Naik

( -)

A. PEMERIKSAAN JASMANI

Pemeriksaan Umum
Tinggi badan

: 162 cm

Berat badan

: 62 kg

Tekanan darah

: 160/90 mmhg

Nadi

: 108 x/menit, reguler, isi cukup

Suhu

: 36,9 C

Pernapasan

: 40 x/menit

Keadaan gizi

: cukup

Kesadaran

: compos mentis

Sianosis

: (-)

Udema umum

: (-)

Umur menurut taksiran pemeriksa

: sesuai usia

Aspek Kejiwaan
Tingkah laku
Alam perasaan
Proses pikir

: wajar
: biasa
: wajar

Kulit
Warna

: coklat

Effloresensi

: (-)

Jaringan parut

: (-)

Pigmentasi

: (-)

Pertumbuhan rambut

: merata

Pembuluh darah

: teraba pulsasi

Suhu raba

: hangat

Lembab / kering

: kering

Lain-lain

Kelenjar Getah Bening


Submandibula

: tidak teraba membesar

Leher

: tidak teraba membesar

Supraklavikula

: tidak teraba membesar

Ketiak

: tidak teraba membesar

Lipat paha

: tidak teraba membesar

Kepala
Ekspresi wajah

: tenang

Simetri muka

: simetris

Rambut

: hitam

Pembuluh darah temporal : teraba pulsasi

Mata
Exophthalmus

(-)

Enopthalmus: (-)

Kelopak : ptosis (-), oedem (-)

Lensa

: keruh (-)

Konjungtiva : anemis (-/-), radang (-)

Visus

: (+)

Sklera : ikterik (-)

Gerakan mata: aktif

Lapangan penglihatan: normal

Tekanan bola mata

Deviatio konjungae : (-)

Nystagmus

: normal
: (-)

Telinga
Tuli

: (-)

Selaput pendengaran

: intak

Lubang : (+)

Penyumbatan

: (-)

Serumen : (+) minimal

Perdarahan

: (-)

Cairan : (-)

Mulut
Bibir : kering

Tonsil

: T1T1

Langit-langit : hiperemis (-)

Bau pernapasan

: (-)

Gigi geligi : caries (+)

Trismus

Faring : hipermis (-)

Selaput lendir

: (-)
: normal

Lidah : tremor,lidah kotor (-)

Leher
Kelenjar Tiroid : tidak teraba
Kelenjar Limfe : tidak teraba membesar

Dada
Bentuk : normal
Pembuluh darah : tidak terlihat dilatasi
Buah dada : simetris kanan dan kiri

Paru-paru
Depan
Inspeksi

Palpasi

Kiri

Belakang

simetris stasis dan dinamis

simetris stasis dan dinamis

Kanan simetris stasis dan dinamis

simetris stasis dan dinamis

Kiri

vocal fremitus simetris

vocal fremitus simetris

Kanan vocal fremitus simetris

vocal fremitus simetris

Perkusi

Auskultasi

Kiri

sonor

sonor

Kanan sonor

sonor

Kiri

Sn vesikuler normal

Sn vesikuler normal

Ronchi -/- , Wh +/+

Ronchi -/- , Wh +/+

Kanan Sn vesikuler normal

Sn vesikuler normal

( ada suara nafas tambahan wheezing )

Jantung
Inspeksi

: ictus cordis terlihat pada ics 6 dari garis midklavikularis kiri 2


jari sebelah lateral

Palpasi

: Teraba ictus cordis pada ics 6 garis midklavikularis kiri 2 jari


sebelah lateral

Perkusi

: Batas atas : ics III linea parasternal kiri


Batas kiri : pada ictus kordis
Batas kanan : pada linea midclavicularis kanan

Auskultasi

: BJ 1,2 reguller. Murmur (-), gallop (-)

Pembuluh darah
Arteri Temporalis
Arteri Karotis

: teraba pulsasi
: teraba pulsasi

Arteri Brakhialis

: teraba pulsasi

Arteri Radialis

: teraba pulsasi

Arteri Femoralis

: teraba pulsasi

Arteri Poplitea

: teraba pulsasi

Arteri Tibialis Posterior : teraba pulsasi


Arteri Dorsalis Pedis

: teraba pulsasi

Perut
Inspeksi

: datar, vena kolateral -

PalpasiDinding perut

: supel, NT (+) di epigastriun, undulasi -

Hati

:tidak teraba

Limpa

: tidak teraba

Ginjal

: tidak teraba

Lain-lain

Perkusi

: timpani, shifting dullness (-)

Auskultasi

: Bising usus (+) normal

Refleks dinding perut

: normal

Alat kelamin (atas indikasi) tidak diperiksa

Laki-laki

Wanita

Penis

Genitalis eksterna :

Skrotum

Fluor albus / darah

Testis

Anggota gerak
Lengan
Kanan
Otot

Kiri

:
Tonus

normal

normal

Massa

normal

normal

Sendi

normal

normal

Gerakan

normal

normal

Kekuatan

+5

Lain-lain

+5

reflex fisiologis kedua lengan dalam batas normal,

akral hangat, edema -, eritema palmaris pada lengan kanan dan kiri.

Tungkai dan kaki


Kanan

Kiri

Luka

(-)

(-)

Varises

(-)

(-)

Otot (tonus dan massa) :

normotonus

normotonus

normal

normal

kesegala arah

kesegala arah

Sendi

Gerakan

aktif

Kekuatan

+5

Edema

(+)

Lain-lain

aktif
+5
(+)

Refleks
Kanan

Kiri

Refleks tendon

(+)

(+)

Bisep

(+)

(+)

Trisep

(+)

(+)

Patella

(+)

(+)

Archiles

(+)

(+)

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Refleks kulit

(+)

(+)

Refleks patologis

(-)

(-)

Kremaster

Colok dubur (atas indikasi)

LABORATORIUM tanggal
Darah
Hb

: 12,9 g/dl

Leukosit

: 12.700 /ul

Hematokrit

: 38%

Trombosit

: 327.000 /ul

Ureum
Cr

: 21
: 0, 70

Diagnosis kerja
Asthma Bronkial dalam serangan
SIKAP AWAL
Ceftriaxon 1x2 gr
Bisolvon inj 2x1 amp (bolus)
Aminofilin 1 ampul + Lasal ampul
Metilprednisolon inj 2x1amp (pantau tekanan darah)
Pulmicort inhalen 2x1
Prognosis
Ad vitam

: dubia ad bonam

Ad fungsionam

: dubia ad bonam

Ad sanationam

: dubia ad bonam

ASMA
PENDAHULUAN
Asma adalah kelainan inflamasi kronik saluran
napas, banyak sel dan elemen seluler memegang peranan.
Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan respons
saluran nafas yang menimbulkan episode berulang, mengi,
sesak napas, rasa berat didada serta batuk terutama
malam hari dan atau dini hari. Episode ini umumnya
berhubungan dengan pengurangan arus udara yang luas
tetapi bervariasi yang biasanya reversibel baik secara
spontan maupun dengan pengobatan.1
Asma bronkial pada umumnya berlangsung seumur
hidup dan belum dapat disembuhkan dengan pengobatan
yang diberikan saat ini. Asma terdiri atas 3 hal yaitu
obstruksi saluran nafas yang reversibel, hiperreaktiviti

saluran napas serta inflamasi saluran napas.2 inflamasi


pada asma merupakan inflamasi kronik saluran napas.3
Indonesia termasuk negara dengan prevalensi asma
rendah, yaitu <5%. Mangunnegoro menyatakan bahwa
walaupun indonesia dinyatakan sebagai low prevalence
country ( <5% ) untuk asma, kenyataan sulit dibantah
bahwa asma ada dimana-mana. Bila diambil angka yang
pesimistis saja yaitu 2,5%, berarti ada 5 juta penyandang
asma di indonesia.4
Tujuan penatalaksanaan asma yaitu mencapai
kontrol yang optimum. Penatalaksanaan asma selama ini
berdasarkan derajat berat penyakit. Gejala asma tidak
selalu berkorelasi dengan derajat asma. Penatalaksanaan
asma menurut GINA 2006 berdasarkan kontrol.1,5,6

DERAJAT ASMA DAN KONTROL ASMA


Derajat asma berbeda dengan kontrol asma.
Kontrol asma menitikberatkan pada adekuasi terapi,
sedangkan derajat asma menitikberatkan pada proses
yang mendasari penyakit. Persepsi umum dan salah yang
berkembang sampai saat ini adalah asma yang terkontrol
baik dianggap sama dengan asma ringan, sedangkan yang
tidak terkontrol sama dengan asma berat. Gejala asma
tidak selalu mempunyai korelasi dengan derajat asma.
Terdapat keterbatasan melakukan klasifikasi derajat asma
pada penderita yang telah mendapat terapi.5,7,8

DERAJAT ASMA
1. Klasifikasi derajat berat Asma berdasarkan

gambaran klinis (sebelum pengobatan)

I. Intermiten
1.
2.
3.
4.
5.

II.

III.

Gejala klinis < 1 kali/minggu


Gejala malam < 2 kali/bulan
Tanpa gejala di luar serangan
Serangan berlangsung singkat
Volume ekspirasi paksa detik pertama (VEP1)
>80% nilai prediksi atau arus puncak ekspirasi
(APE) > 80% nilai terbaik.
6. Variabiliti APE < 20%
Persisten ringan
1. Gejala > 1 kali/minggu, tetapi < 1 kali/hari
2. Gejala malam > 2 kali/bulan
3. Serangan dapat mengganggu aktiviti dan tidur
4. Volume ekspirasi paksa detik pertama > 80%
Nilai prediksi atau arus puncak ekspirasi (APE)
>80% nilai terbaik
5. variabiliti APE 20% - 30%
Persisten sedang
1. Gejala setiap hari
2. Gejala malam > 1 kali/minggu
3. Serangan mengganggu aktiviti dan tidur
4. Membutuhkan bronkodilator setiap hari
5. Volume ekspirasi paksa detik pertama 60%-80%
nilai prediksi atau arus puncak ekspirasi 60%80% nilai terbaik
6. Variabiliti APE > 30%

IV. Persisten berat


1. Gejala terus menerus
2. Gejala malam sering
3. Sering kambuh
4. Aktiviti fisik terbatas
5. Volume ekspirasi paksa detik pertama < 60%
nilai prediksi atau arus puncak ekspirasi <60%
nilai terbaik
6. Variabiliti APE > 30%

2. klasifikasi Derajat Asma pada Medikasi Harian dan

Respons terhadap pengobatan

Gejala klinis dan fungsi paru saat


terapi
Tahap 1. Intermiten
Gejala <1x/minggu
Eksaserbasi jarang
Gejala malam <2x/bln
Faal paru normal diantara
2 episode
Tahap 2. Persisten ringan
Gejala >1x/mg, <1x/hari
Gejala malam >2x/bln,
<1x/mg
Fungsi
paru
Normal
diantara 2 episode.
Tahap 3. Persisten sedang
Gejala setiap hari
Eksaserbasi
mempengaruhi
aktiviti
dan tidur
Gejala malam minimal

Tahap
terapi
saat ini
Tahap 2 :

Tahap 3 :

Intermitten Persisten
ringan

Persisten
sedang

intermitten Persisten
ringan

Persisten
sedang

persisten
ringan

Persisten
sedang

Persisten
berat

Persisten
sedang

Persisten
berat

Persisten
berat

Tahap 1 :

1x/mg
60%
<
VEP1
<80%prediksi atau
60% <PEF <80% nilai
terbaik
Tahap 4. Persisten berat
Persisten
Gejala setiap hari
berat
Eksaserbasi sering
Gejala malam sering
VEP1 <60% prediksi
atau
PEF <60% nilai terbaik

Persistten Persisten
berat
berat

PenataLaksanaan Berdasarkan Derajat Asma


Pengobatan
Langkah 1 : intermiten
Pengontrol belum perlu
Pelega : * Beta2-agonis
Kerja singkat

Langkah 2 : Persisten Ringan


Pengontrol : Setiap hari
Steroid inhalasi
Atau Kromolin, teofilin lepas
Lambat oral, atau Antileukotrin
Pelega :
Beta2-agonis
Kerja singkat

Langkah 3 : Persisten Sedang


Pengontrol : Setiap hari
Kombinasi Steroid & Beta2-agonis kerja lambat inhalasi
Pertimbangkan anti leukotrien
Pelega :
Beta2-agonis
Kerja singkat

Langkah 4 : Persisten Berat


Pengontrol : digunakan setiap hari
Kombinasi Steroid & Beta2-agonis kerja lambat inhalasi
Steroid Oral
Pelega : beta2-agonis
Kerja singkat

A. Turunkan bila terkontrol


B. Edukasi penting pada setiap tahap
C. Turunkan pengobatan bila terkontrol sedikitnya 3
bulan.
D. Lanjutkan pengobatan dan pengawasan
E. Tingkatkan terapi bila tidak terkontrol (yakinkan
teknik inhalasi & kepatuhan)

ASMA TERKONTROL
Tujuan utama pengobatan asma adalah untuk
mencapai kontrol adekuat. Hal ini dapat dihasilkan
melalui edukasi, kontrol lingkungan dan farmakoterapi.
Untuk mencapai asma terkontrol diperlukan kerjasama
yang baik antara dokter dan penderita. Penatalaksanaan
asma berdasarkan kontrol meliputi prinsip
penatalaksanaan penyakit kronik termasuk penilaian
periodik, tujuan atau hasil dan terapi perorangan.
Kontrol asma hendaknya dinilai setiap pemeriksaan.
Keputusan penatalaksanaan berdasarkan tingkat kontrol
asma.1,5,7,11
Kriteria asma terkontrol1
Kriteria asma terkontrol adalah :
- Tidak ada (minimal) gejala harian asma
- Tidak ada keterbatasan aktiviti

Tidak ada gejala malam


Tidak ada (minimal) kebutuhan obat pelega
Fungsi paru normal
Tidak ada eksaserbasi (minimal dua kali atau
kurang perminggu)

OBAT ASMA1,6,9
1. OBAT KONTROLER
-

Glukokortikosteroid inhalasi
Leukotrien Modifiers
Agonis beta2 inhalasi kerja lama
Glukokortikosteroid sistemik
Teofilin
Cromones
Agonis beta2 oral kerja lama
Anti Ig-E

2. OBAT PELEGA
- Agonis beta2 inhalasi kerja singkat
- Glukokortikosteroid sistemik
- Antikolinergik
- Teofilin
- Agonis beta2 oral kerja singkat
Tingkat Kontrol Asma
karateristik

Terkontrol

Gejala malam

Tidak ada

Terkontrol
sebagian
Beberapa

Tidak
terkontrol
Bila diperoleh
3 atau lebih
gambaran asma
terkontrol
sebagian pada
beberapa

minggu
Gejala malam /
terbangun dini
hari
Kebutuhan obat
pelega
Faal paru
(APE)

Tidak pernah

beberapa

Tidak ada
(<2x/minggu)
Normal

<2x/minggu

Eksaserbasi

Tidak pernah

<80% prediksi
atau nilai
terbaik
1 kali atau
lebih / tahun

1 kali dalam
beberapa
minggu

PENATALAKSANAAN BERDASARKAN KONTROL


Penatalaksanaan asma berdasarkan control untuk anak
usia > 5 tahun, remaja dan dewasa.
Derajat kontrol
Terkontrol
Terkontrol sebagian
Tidak Terkontrol
Eksaserbasi

Terapi
Pemeliharaan dan Langkah
kontrol terendah
Tingkat terapi untuk
mencapai kontrol
Tingkatkan sampai
terkontrol penuh
Terapi Eksaserbasi

Langkah-langkah (stage) yang ditempuh dalam


penatalaksanaan asma berdasarkan kontrol adalah sbb:
Step 1 : Obat Pelega Kalau Perlu

- Penderita dengan gejala harian, serangan durasi


singkat
- Inhalasi agonis beta2 kerja cepat direkomendasikan
sebagai terapi pelega (bukti A)
- Jikalau gejala lebih sering terjadi dan atau memburuk
secara periodik, penderita memerlukan terapi kontrol
(step 2 atau lebih tinggi)
Bukti A diperoleh melalui Randomized Controlled Trials
dengan data pendukung yang banyak.
Step 2 : Obat pelega + kontroler tunggal
- Inhalasi glukokortikosteroid dosis rendah
direkomendasikan sebagai terapi kontrol awal pada
semua usia (bukti A)
- Obat kontroler alternatif termasuk leukotrien
modifiers (bukti A) diberikan kepada pasien yang
tidak bisa menggunakan inhalasi glukokortikosteroid.
Step 3 : Obat Pelega + satu atau dua kontroler
- Untuk dewasa dan dewasa muda, kombinasi inhalasi
glukokortikosteroid dosis rendah + inhalasi agonis
beta2 kerja lama baik dalam bentuk kombinasi
dalam satu inhaler atau berupa komponen terpisah.
(bukti A)
- Inhalasi agonis beta2 kerja lama tidak boleh
digunakan sebagai monoterapi
- Untuk anak-anak, inhalasi glukokortikosteroid
tingkatkan sampai dosis medium . (bukti A)
Tambahkan pilihan step 3 untuk dewasa + dewasa
- Tingkatkan dosis inhalasi glukokortikosteroid sampai
medium. (bukti A)

- Kombinasi inhalasi glukokortikosteroid dosis rendah


+ leukotrien modifiers. (bukti A)
- Teofilin lepas lambat dosis rendah. (bukti B)
Bukti B diperoleh melalui Randomized controlled trials
tetapi data pendukung masi terbatas
Step 4 : Obat pelega + dua atau lebih kontroler
- Pilihan terapi pada step 4 tergantung dari pilihan
sebelumnya pada step 2 dan 3
- Apabila memungkinkan, pasien yg tidak terkontrol
pada step 3 seharusnya dirujuk ke tenaga yang lebih
ahli
- Inhalasi glukokortikosteroid dosis medium atau tinggi
kombinasi dengan inhalasi agonis 2 kerja lama. (bukti
A)
- Inhalasi glokokortikosteroid dosis medium atau tinggi
kombinasi dengan leukotrien modifiers. (bukti A)
- Teofilin lepas lambat dosis rendah + inhalasi
glukokortikosteroid dosis medium atau tinggi
kombinasi dengan inhalasi agonis beta2 kerja lama.
(bukti B)
Step 5 : Obat pelega + penambahan kontroler pilihan lain
- Penambahan glukokortikosteroid oral pada obat
kontroler lain mungkin efektif. (bukti D) namun
berakibat efek samping yang besar (bukti A)
- Penambahan anti IgE pada kontroler lain
memperbaiki kontrol asma alergi apabila kontrol
tidak dapat dicapai dengan pengobatan lain (bukti A)
Bukti D diperoleh melalui konsensus yg ditetapkan

TERAPI UNTUK MEMPERTAHANKAN KONTROL

Penurunan terapi jika asma terkontrol:


- Jika terkontrol pada inhalasi glukokortikosteroid dosis
medium sampai tinggi, maka lakukan reduksi 50%
setelah interval 3 bulan (bukti B)
- Jika terkontrol pada inhalasi glukokortikosteroid dosis
rendah maka dirubah menjadi dosis sekali sehari
- Jika
terkontrol
pada
kombinasi
inhalasi
glokokortikosteroid + inhalasi beta2 agonis kerja
lama, reduksi dosis inhalasi glukokortikosteroid
sebesar 50% namun teruskan inhalasi agonis beta2
kerja lama. (bukti B)
- Bila kontrol sudah dipertahankan, reduksi inhalasi
glukokortikosteroid sampai dosis rendah dan hentikan
inhalasi agonis beta2 kerja lama. (bukti D)
Menaikkan terapi berkaitan dengan hilangnya kontrol
- Onset cepat inhalasi agonis beta2 kerja singkat atau
lama menghasilkan kesembuhan temporer
- Bila perlu mengulangi dosis lebih dari satu/dua hari
pertama. Perlu untuk menaikan kemungkinan
kontroler.
- Gunakan kombinasi inhalasi agonis beta2 kerja
singkat dan lama dengan inhalasi glukokortikosteroid
untuk mempertahankan kontrol asma dan mengurangi
eksaserbasi. (bukti A)
- Tidak direkomendasikan untuk melipatgandakan dosis
inhalasi glukokortikosteroid. (bukti A)

DAFTAR PUSTAKA
1. National Heart, lung, and blood institute (NHLBI).
Global Initiative for Asthma. 2006
2. Haley KJ, Drazen JM. Inflammatory and Airway
Function in Asthma. Am J Respir Crit Care Med
1998;157 (1) : 1-3
3. Barnes PJ, Chung KF, Page CP. Inflammatory
Mediators
of
asthma:
An
Update.
Pharmalocogical Reviews 1998;50(4):515-96

4. Hadiarto Mangunnegoro. Dari pulmonologi


menuju kedokteran respirasi, tantangan dan
harapan memasuki milenium ketiga. Pidato
upacara pengukuhan sebagai guru besar tetap
dalam bidang pulmonologi pada FKUI 2000:15-8
5. Li JT, oppenheimer J, Bernstein L niklas RA
attaining
optimal
asthma
control:apractice
parameter. J allergy clin immunol 2005;116:S311
6. National heart, lung and blood institute (NHLBI)
global initiative for asthma 2002
7. Cockroft 1996;98
8. Osborne ML, volmer WM 1999
9. Perhimpunan dokter paru indonesia, jakarta,
balai penerbit FKUI 2004
10.
Boulet LP, boluet V, milot J. How should we
Quantify asma control 2002
11.
Fuhlbrigge AL asthma severity and asthma
control current opinion in pulmonary medicine
2004

CASE

ASMA
Pembimbing :
Dr. Mayorita sp.PD
Dr. Indraka sp.PD
Penyusun :
kartika candra arini
030. 00 131

Kepaniteraan Klinik Ilmu penyakit Dalam


Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara dr.Esnawan
Antariksa
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
Jakarta
2010
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa saya panjatkan
karena atas rahmatNyalah, saya dapat menyelesaikan CASE yang berjudul
ASMA. CASE ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas kepaniteraan ilmu
Penyakit dalam di RUSPAU dr. Esnawan Antariksa. Dalam pembuatan Case ini
saya telah berusaha untuk memperoleh bahan yang semaksimal mungkin
dalam melengkapi Case ini.
Saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua dokter
pembimbing yang telah banyak memberikan segala bimbingan dan
perhatian kepada saya pada khususnya sehingga dengan bantuan dan
dukungan saya dapat menyelesaikan case ini.
Akhir kata, saya menyadari bahwa case yang saya susun ini memang
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya sangat terbuka untuk
menerima segala saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan referat
ini. Semoga referat yang telah saya susun ini dapat berguna bagi kita semua.

Jakarta, 21 juni 2010

Penyusun

Anda mungkin juga menyukai