1.
DERET GEOMETRIK
1 Pendahuluan
Jika 1 kg radioisotop mempunyai waktu paruh 2 jam maka massa radioisotop itu pada usia 0
1
1
1
jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam ....dst adalah: 1 kg,;
kg;
kg;
kg ........dst. Jika satuan kg tidak
8
2
4
dinyatakan maka akan diperoleh barisan bilangan:
1
1
1
1;
;
;
...;
(1.1)
8
2
4
Barisan bilangan (1.1) di atas disebut Geometric Progression (Kita sebut saja Barisan geometrik).
Contoh geometrik progression adalah perkembangan kultur bakteri. Misal sebuah kultur bakteri
berkembang dengan kelipatan 3 tiap periode, dan berawal dari 2 bakteri, maka geometric
progression-nya adalah:
2; 6; 18; 54 . . .
(1.2)
Jika suku-suku dari barisan geometrik itu dijumlahkan, kita peroleh apa yang disebut Deret
Geometrik. Jadi deret geometrik yang berasal dari barisan (1.1) adalah:
1
1 1
1+
+
+
+ ...
(1.3)
8
2 4
sedang yang berasal dari yang berasal dari barisan (1.2) adalah:
2 + 6 + 18 + 54 + . . .
(1.4)
Secara umum, deret geometrik ditulis:
a + ar + ar2 + ar3 + . . .
(1.5)
Jika kita perhatikan contoh deret geometrik (1.3) maka tampak bahwa jika deret tersebut dilanjutkan
sampai n = ~ , jumlah suku-suku deret tersebut dapat ditentukan sedang jumlah dari deret geometrik
(1.4) tidak dapat ditentukan. Deret geometrik seperti pada contoh (1.3) disebut konvergen sedang
deret geometrik (1.4) disebut divergen. Jadi deret konvergen adalah deret geometrik yang rasio antara
satu suku dengan suku sebelumnya < 1. Sedang deret divergen adalah deret geometrik yang rasio
antara satu suku dengan suku sebelumnya > 1.
Jumlah suku-suku pertama sampai dengan suku ke-n adalah:
a 1 rn
(1.6)
Sn
1 r
dengan r adalah rasio antara sebuah suku dengan suku sebelumnya.
Untuk deret konvergen jumlah semua suku dari suku pertama samurai suku ke n = ~ adalah:
a
S
S = nlim
(1.7)
~ n = 1 r
1 2
3
1
+ ...,
2
3
2 2
2
24
(2-1)
2
3
(c) x x + x . . . ,
Mat-Kim/Deret/2
berakhir. Harga masing-masing suku ditentukan oleh aturan pembentukan suku. Seringkali suku ke n
ditulis dalam bentuk sebagai berikut:
(a) 12 + 22 + 32 + 42 + . . . + n2 + . . . ,
(2.3)
3
4
1 n 1 x n + . . . ,
(b) x x2 + x x . . . +
n 1 !
Kita juga boleh menulis deret dalam bentuk yang lebih singkat, misalnya bentuk (2.3a) boleh ditulis:
n2
(2.4)
n 1
1 n 1 x n
n 1 !
n 1
(2.5)
Soal 2:
Tulislah dalam bentuk deret jumlah beberapa suku:
1.
4.
2n
2.
n 1
n 1
n 1
5.
n 1
n 1
...,
4
9
16
25
1 n
3.
n
2 n 2n 1
3n 5
8.
10.
6.
n5
n 1
n! 2
2n !
n 1
1
1
+
+
2 . 3
3 . 4
1
1
+
4 . 5
5 . 6
ln 2
ln 3
ln 4
ln 5
+...,
2
3
4
5
3. Aplikasi Deret
Dalam kasus pantulan bola, kita tahu bahwa sangat mungkin dengan teori deret ini, kita menghitung
jumlah deret tak terhingga dengan hanya melihat beberapa suku pertama deret itu. Ini merupakan
dasar dari aplikasi deret tak terhingga. Banyak sekali kasus-kasus yang tidak dapat diselesaikan
dengan terminologi yang disebut fungsi elementer ( seperti pangkat, akar , fungsi trigonometri dan
invers trigonometri, eksponensial dan logaritma serta kombinasi di antaranya ) atau, kalaupun dapat,
harus melalui proses yang sangat sulit. Dengan metode deret, kesulitan-kesulitan itu dapat diatasi
dengan mudah. Pada - berikutnya akan kita jumpai begitu banyak aplikasi deret.
4. Deret Konvergen dan Divergen
Kita telah membahas bahwa ada deret tak terhingga yang mempunyai jumlah terhingga, tetapi ada
pula yang jumlahnya tak terhingga, misalnya deret (2.1a). Jika sebuah deret tak terhingga mempunyai
jumlah tertentu, maka deret itu disebut deret konvergen, sedang kebalikannya disebut deret divergen.
Adalah sangat penting untuk mengetahui apakah suatu deret itu konvergen atau divergen. Beberapa
hal membingungkan akan dijumpai bila kita mengaplikasikan aljabar ordiner ke dalam deret divergen.
Untuk itu perhatikan kasus berikut:
Jika:
S = 1 + 2 + 4 + 16 + . . . ,
(4.1)
maka: 2S = 2 + 4 + 16 + . . . = S 1
sehingga:
S = 1
Tampak bahwa deret S (4.1) tersebut telah menjungkirbalikkan logika aljabar. Hal-hal ini akan
banyak terjadi, manakala seseorang tidak berhati-hati dan cukup paham terhadap deret tak terhingga.
Selanjutnya marilah kita amati deret berikut. Mungkin anda tidak dapat menerima bahwa
deret:
Mat-Kim/Deret/3
1
1
1
+
+
...,
(4.2)
2
3
4
adalah divergen, sedang deret:
1
1
1
1
+
...,
(4.3)
2
3
4
adalah konvergen; padahal memang ya. Agar kebingungan ini tidak berlarut-larut maka kita harus
mengetahui cara men-tes konvergensi. Tetapi sebelum itu, marilah kita membahas kembali definisi
konvergensi secara lebih teliti. Untuk itu marilah kita lihat deret bersuku an berikut:
a 1 + a2 + a 3 + . . . + a n + . . . ,
(4.4)
Ingat bahwa arti titik-titik pada deret itu adalah menunjukkan bahwa suku terakhir itu tidak ada; deret
terus berlanjut tanpa henti. Sekarang, anggaplah bahwa S n merupakan jumlah dari suku pertama
sampai suku ke n, sehingga dapat dinyatakan bahwa:
S n = S1
S 2 = S1 + S 2
S 3 = S1 + S 2 + S3
(4.4)
. . .
S n = S1 + S 2 + S3 + . . . + S n
Masing-masing Sn disebut jumlah parsial yaitu jumlah dari n suku pertama dari deret itu. Harga S n
ini sudah kita kenal pada (1.6). Harga n dapat berupa sembarang bilangan bulat; dengan demikian
untuk setiap harga n , S n berhenti pada suku ke n. (Karena Sn bukan deret tak terhingga maka tidak
ada masalah ke-konvegensi-an dalam hal ini ). Makin besar harga n, makin besar pula harga Sn,
tanpa ada batas sebagai mana dalam deret 2.1a). Deret dapat pula terosilasi sebagaimana dalam deret
1 2 + 3 4 . . . ( yang jumlah parsialnya adalah 1 ; 1; +2 ; 3, . . .). Deret bahkan dapat pula
berbentuk lebih komplikated. Salah satu kemungkinan yang dapat terjadi adalah bahwa setelah
sampai suku ke sekian, harga Sn-nya tidak begitu berbeda antara Sn dengan Sn berikutnya; ini terjadi
jika pada suku tertentu dan seterusnya harga an sangat kecil. Pada akhirnya harga Sn akan semakin
mendekati harga limit tertentu yang kita sebut S, sehingga:
1+
lim S n S
(4.6)
Jika terjadi hal seperti itu ( yaitu Sn semakin mendekati harga S ) maka kita membuat definisi-definisi
sebagai berikut:
a. Jika jumlah parsial S n dari sebuah deret tak terhingga cenderung mendekati limit S, maka deret
disebut konvergen, dan kebalikannya disebut divergen.
b. Nilai limit S disebut jumlah deret.
c. Harga perbedaan Rn = S Sn disebut remainder. Dari (4.6) kita dapat lihat bahwa:
lim R n lim S S n = 0
(4.7)
n
Mat-Kim/Deret/4
Dengan tes preliminari tentukan apakah deret berikut divergen atau harus dites lebih lanjut ( Awas ....
jangan katakan konvergen karena tes ini bukan tes konvergensi:
1
4
9
16
25
36
3
1)
+...
2)
2 +
2
5
10
17
26
37
2
+
3)
5)
7)
4
+
3
5
...
4
n 3
n 2 10n
n 1
n!
n! 1
n 1
1 n n
2
n 1 n 1
6)
n 1 !
n!
n 1
8)
3
n 1 n 1
1 n n 2
4)
n 1
ln n
n
sedang n adalah harga absolut dari ratio sebuah suku dengan suku sebelumnya atau:
a n 1
.
an
n =
(6.3)
Contoh 1:
Lakukan uji konvergensi untuk deret
1
1
1
1+
+
+...+
+...
2!
3!
n!
Jawab:
1
1
, jadi suku berikutnya adalah
n 1 ! sehingga:
n!
n . (n 1 ) . . . . 3 . 2 . 1
n!
=
=
n 1 !
(n 1 ) . n . (n 1 ) . . . . 3 . 2 . 1
n =
1
n 1
jadi:
lim n
lim
1
n 1 = 0
2n
2
n 1 n
n 1
5)
2)
n!
(2n) !
10 n
2
n 1 n !
4)
6)
3n
2n
n 1 2
n 2
5 n !
2n !
n 1
n!
n
n 1 100
Mat-Kim/Deret/5
a 0 a1x a 2 x 2 a 3 x 3 . . . .
anx
atau
(7.1)
n 0
x
xn + . . . . .
x3
x2
+
+..... +
2
8
4
2n
(a) 1
x3
x2
x4
+
+.....
3
2
4
(b) x
1 n 1 x n
n
(7.2)
+....
(7.3)
+..... +
2
8
4
2n
Dari deret tersebut:
x n 1
n =
2 n 1
lim n
x n
x
2
2n
jadi:
x
2
Syarat konvergensi adalah < 1
Jadi deret di atas adalah konvergen jika:
x
<1
atau
x <2
2
Harga x < 2 untuk deret di atas disebut interval konvergensi.
Soal 7:
Tentukan interval konvergensi untuk deret berikut:
1. 1 x
n n
2x n
n 0
3n
2.
n 0
1 n x n
n 0 n n 1
~
3.
x3
x5
.......
3 !
5 !
cos x = 1
x2
x4
x6
.......
2 !
4 !
6 !
x
x
e =1x
x
semua
x2
x3
x4
x5
x6
.......
2 !
3 !
4 !
5 !
6 !
ln (1 + x) = x
p
semua x
x2
x3
x4
x5
x6
.......
2
3
4
5
6
(1 + x) = 1 p x
p p 1 2 p p - 1 p 2 3
x
x
2!
3!
semua
1< x < 1
Mat-Kim/Deret/6
2
= 1 x2 + x
2!
x 2 3
3!
+ . .. . .
x4
x6
+ . . .. . .
2 !
3 !
9 2 Deret Baku digunakan untuk melakukan Kalkulasi Numerik
Jika anda tidak mempunyai kalkulator atau anda akan melakukan kalkulasi dengan akurasi yang lebih
dibandingkan dengan akurasi kalkulator yang anda miliki, maka anda dapat menggunakan deret untuk
menghitung nilai fungsi yang anda cari. Deret bahkan dapat digunakan untuk melakukan kalkulasi
numerik dengan cara yang jauh lebih mudah dari pada menggunakan cara biasa.
Contoh:
d 4 1 sin x 2
Tentukan harga
x 0,1
dx 4 x
Jawab:
x5
x9
1
1 2 x 6 x10
x
. . . . = x
. . . .
sin x 2 =
3!
5 !
3 ! 5 !
x
x
5 . 4 . 3 . 2x
3 !
9 . 8 . 7 . 6 . x5
5 !
x 0,1
= 2 + 0,00025
Jika anda dapat mengenali persamaan suatu deret terhadap suatu deret fungsi baku untuk harga
x tertentu, maka dengan mudah anda dapat mengetahui jumlah dari deret itu.
1
1
1
Contoh: Tentukan jumlah dari: 1
+
+....
2
3
4
Jawab: Melihat tanda deret adalah + dan berselang-seling maka kemungkinannya adalah deret
sin atau cos atau ln. Tetapi dengan memperhatikan penyebutnya yaitu 2, 3, 4 dst, maka dapat dipastikan
bahwa deret tersebut adalah deret ln (1 + x).
x2
x3
x4
. . . . . . .
2
3
4
Karena pembilang deret itu selalu 1, maka harga x dalam deret itu = 1.
Jadi jumlah deret tersebut = ln 2.
ln (1 + x) = x
Dalam aplikasi IPA, seringkali muncul bentuk-bentuk integral yang tidak dapat atau tidak
mudah diselesaikan secara integrasi konvensional. Salah satu cara untuk menyelesaikannya
adalah mengubah fungsi yang diintegralkan dalam bentuk deret, kemudian suku-suku deret yang
diperoleh diintegralkan dengan mudah.
1
Contoh: Tentukan
sin x
dx
Jawab:
Mat-Kim/Deret/7
sin x 2 dx =
6
10
x2 x x
. . . . . dx
3 !
5 !
1 3
1
1
x
x7
x11 . . . . .
3
7 .3 !
11 . 5 !
0
Yang dimaksud dengan bentuk indeterminate adalah bentuk-bentuk yang membawa kita
kepada penyelesaian yang tak punya makna ( = 0/0).
Contoh:
1 ex
x 0 x
Jika kita masukkan x = 0 maka akan kita peroleh 0 / 0 dan itu tak mempunyai makna. Untuk itu
kita gunakan deret Maclaurin untuk menyatakan e x sehingga penyelesaiannya adalah:
Tentukan lim
x2
1 1 x
.....
1 ex
=
lim
2!
x 0 x
lim
x
x 0
x
. . . . . . = 1
= lim 1
2!
x 0
Selain dengan deret Maclaurin, bentuk indeterminate juga dapat diselesaikan dengan menggunakan
aturan LHopital yang menyatakan:
f (x)
f ' (x)
lim
= lim
x a ( x )
x a ' ( x )
Kelebihan aturan LHopital dibandingkan dengan Maclaurin adalah hal penyelesaian bentuk
indeterminate adalah bahwa Deret Maclaurin hanya dapat dipergunakan untuk menyelesaikan
bentuk 0 / 0, sedang aturan LHopital selain dapat dipergunakan untuk menyelesaikan bentuk 0 / 0,
aturan ini juga dapat dipergunakan untuk menyelesaikan bentuk indeterminate yang lain seperti ~/~
; 0 . ~ dan lain-lain.
1 ex
Bagaimana jika bentuk lim
diselesaikan dengan aturan LHopital?
x
x 0
Fungsi pembilang = f(x) = 1 e x , jadi f (x) = e x dx
Fungsi penyebut = (x) = x, jadi (x) = 1 dx
Sehingga:
1 ex
e x .dx
x = 1
= xlim
= xlim
lim
0
0 e
x 0 x
dx
Soal 9 :
Aplikasi deret Maclaurin untuk mengevaluasi fungsi pada titik tertentu yang diketahui.
Mat-Kim/Deret/8
d5
1.
dx 5
2)
d 3 x 2 .e x
dx 3 1 x
pada x = 0,01
0,01
t . e- t
dt
4) .
ex 1
x
dx 5 ).
cos x 2
dx