Anda di halaman 1dari 68

BAYIKU LAHIR KECIL...

Sella Rizki A

Step 1

Step 2
1.

fisiologi bayi baru lahir


a. perkembangan sistem organ fetus
Sekitar 1 bulan setelah fertilisasi ovum, semua
organ fetus telah terbentuk sebagian (minimal)
dan selama dua tiga bulan keempat organ-organ
fetus sama dengan organ neonatus.
Perkembangan struktur organ yang lebih kecil
(struktur sel)lebih baik dan
memerlukan lima bulan kehamilan sisanya untuk
menyempurnakan perkembangan. Bahkan ketika
lahir, beberapa struktur tertentu (sistem
saraf,ginjal,dan hati) belum sempurna.

b. Pengertian Adaptasi fisiologi fetus


Fisiologi neonatus merupakan ilmu yang
mempelajari fungsi dan proses vital neonatus.
Neonatus adalah individu yang baru saja
mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intrauterin
ke kehidupan ekstrauterin. Selain itu,
neonatus adalah indivisu yang sedang
bertumbuh.

c. Pengertian adaptasi neonatal


Adaptasi neonatal (bayi baru lahir) adalah proses
penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di
dalam uterus. Kemampuan adaptasi fungsional
neonatus dari kehidupan di dalam uterus kekehidupan
di luar uterus.Kemampuan adaptasi fisiologis ini di
sebut juga homeostasis.Bila terdapat gangguan
adaptasi, maka bayi akan sakit. Banyak perubahan
yang akan dialami oleh bayi yang semula berada
dalam lingkungan interna (dalam kandungan ibu)
yang hangat dan segala kebutuhannya
terpenuhi(Oksigen dan nutrisi)ke lingkungan eksterna
(diluar kandungan ibu) yang dingin dan segala
kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk
memenuhinya.

Perbedaan lingkungan fisik sebelum dan sesudah lahir


(Timiras dalam Johnson, 1986), adalah sbb :

Sebelum Lahir

Sesudah Lahir

1. Lingkungan fisik

Cairan

Udara

2. Suhu Luar

Pada umumnya tetap

Berubah-ubah

3. Simulasi sensoris

Terutama
vibrasi

4. Gizi

Tergantung zat gizi yang Tergantung tersedianya bahan


terdapat dalam darah ibu
makanan dan kemampuan
saluran cerna

5. Penyediaan oksigen

Berasal dari ibu


melalui plasenta

6.
Pengeluaran
metabolisme

kinestetik

hasil Dikeluarkan
ke
peredaran darah ibu

atau Bermacam-macam stimulli

ke janin Berasal dari paru-paru


pembuluh darah paru-paru

ke

sistem Dikeluarkan melalui paru-paru,


kulit, ginjal, dan saluran
pencernaan

Perubahan Sistem Pernapasan


Selama dalam uterus, janin mendapat oksigen dari
pertukaran gas melalui plasenta dan setelah bayi lahir,
pertukaran gas harus melalui paru-paru bayi. Organ yang
bertanggung jawab untuk oksigensi janin sebelum bayi lahir
adalah plsenta. Selama masa kehamilan bayi mengalami
banyak perkembangan yang menyediakan infrastruktur untuk
mulainya proses pernapasan. Pada masa kehamilan di
trimester II atau III janin sudah mengembangkan otot-otot
yang diperlukan untuk bernapas, alveoli juga berkembang
dan sudah mampu menghasilkan surfaktan, fosfolipid yang
mengurangi tegangan permukaan pada tempat pertemuan
antara udara- alveoli. Ruang interstitial antara alveoli sangat
tipis sehinga memungkinkan kontak maksimum antara kapiler
dan alveoli untuk pertukaran udara.

Pada saat bayi lahir, dinding alveoli disatukan


oleh tegangan permukaan cairan kental yang
melapisinya. Diperlukan lebih dari 25 mmHg
tekanan negatif untuk melawan pengaruh
tegangan permukaan tersebut dan untuk
membuka alveoli untuk pertama kalinya. Tetapi
sekali membuka alveoli, pernapasan selanjutnya
dapat di pengaruhi pergerakan pernapasan yang
relatif lemah. Untungnya pernapasan bayi baru
lahir yang pertamakali sangat kuat, biasanya
mampu menimbulkan tekanan negatif sebesar 50
mmHg dalam ruang intrapleura.

Pada bayi baru lahir, kekuatan otototot pernapasan


dan kemampuan diafragma untuk bergerak, secara
langsung mempengaruhi kekuatan setiap inspirasi
dan ekpirasi. Bayi yang baru lahir yang sehat
mengatur sendiri usaha bernapas sehingga mencapai
keseimbangan yang tepat antar-oksigen, karbon
dioksida, dan kapasitas residu fungsional. Frekuensi
napas pada bayi baru lahir yang normal adalah 40 kali
permenit dengan rentang 3060 kali permenit (
pernapasan diafragma dan abdomen ) apabila
frekuensi secara konsisten lebih dari 60 kali permenit,
dengan atau tanpa cuping hidung, suara dengkur atau
retraksi dinding dada, jelas merupakan respon
abnormal pada 2 jam setelah kelahiran

Rangsangan gerakan pernapasan pertama terjadi


karena beberapa hal berikut :
1. Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui
jalan lahir (stimulasi mekanik)
2. Penurunan PaO2 dan peningkatan PaO2
merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus
karotikus (stimulasi mekanik).
3. Rangsangan dingin di daerah muka dan
perubahan suhu di salam uterus ( stimulasi
sensorik).
4. Refleks deflasi Hering Breur.

Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi


dalam waktu 30 menit pertama sesudah
lahir.Usaha bayi pertama kali untuk
mempertahankan tekanan alveoli,selain karena
adanya surfaktan,juga karena adanya tarikan
nafas dan pengeluaran napas dengan merintih
sehingga udara bisa gtertahan di dalam. Cara
neonates bernapas dengan cara bernapas
difragmatik dan abdominal, sedangkan untuk
frekuensi dan dalamnya bernapas belum teratur.
Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan
kolaps dan paru-paru kaku, sehingga terjadi
atelektasis. Dalan kondisi seperti ini(anoksia),
neonatus masih mempertahankan hidupnya
karena adanya kelanjutan metabolism anaerobik.

a. Perkembangan paru-paru
Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul
dari pharynx yang bercabang dan kemudian
bercabang kembali membentuk struktur
percabangan bronkus proses ini terus berlanjut
sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah
bronkus dan alveolus akan sepenuhnya
berkembang, walaupun janin memperlihatkan
adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan
III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi
kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24
minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem
kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah
surfaktan.

b. Awal adanya napas


Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan nafas pertama bayi adalah :
1) Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim
yang merangsang pusat pernafasan di otak.
2) Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru - paru
selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru paru secara mekanis. Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler
dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan
berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.
3) Penimbunan karbondioksida (CO2). Setelah bayi lahir, kadar CO2
meningkat dalam darah dan akan merangsang pernafasan. Berkurangnya
O2 akan mengurangi gerakan pernafasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan
CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.
4) Perubahan suhu. Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

c. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernapas


Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :
1). Mengeluarkan cairan dalam paru-paru
2). Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.
Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat survaktan (lemak
lesitin /sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru paru.
Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan
jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30-34
minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi
tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan
dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.
Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat
akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernafas. Peningkatan
kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan
glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi
yang sebelumnya sudah terganggu.

2. Apa yg dimaksud dengan adapatasi


intrauterine ke ekstauterine kurang baik?
Keadaan asidosis, gangguan cardiovascular
serta komplikasinya sebagai akibat langsung
dari hipoksia merupakan penyebab utama
kegagalan adaptasi bayi baru lahir.
eprints.undip.ac.id/29132/3/Bab_2.pdf

3. Faktor2/penyakit lain yg bisa mengganggu


adaptasi intrauterine ke ekstaruterin menjadi
kurang baik

4.Apa ada pengaruh usia


kehamilan 35 minggu dengan
keluhan pasien ?

Beda prematur dan dismatur ,


bagaimana cara membedakannya
?
Menurut WHO, tahun 1984, bayi prematur adalah bayi yang
lahir sebelum 37 minggu usia kehamilan sedangkan bayi
berberat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram. Prematuritas dibedakan atas
dua kelompok, yaitu :

1. Prematuritas murni
Prematuritas murni merupakan bayi yang lahir dengan berat
badan sesuai dengan masa kehamilan, seperti masa
kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat badan 18002000 gram.

2. Bayi dismatur/ small for gestational age


Bayi dismatur merupakan bayi dengan berat badan lahir tidak
sesuai dengan masa kehamilan, seperti bayi lahir setelah
sembilan bulan dengan berat badan tidak mencapai 2500
gram. Berat badan lahir rendah dapat dibedakan menjadi
empat kelompok, yaitu kurang dari 1000 gram, 1000-1500
gram, 1500-2000 gram dan 2000-2499 gram.8 Berat badan
lahir kurang dari 2500 gram menyebabkan meningkatnya
resiko kematian bayi. Bayi prematur BBLR ini lebih sering
mengalami kematian pada periode neonatal. Bayi prematur
BBLR yang berhasil bertahan hidup biasanya menderita
gangguan perkembangan saraf, masalah penafasan, dan
anomali kongenital.9 Infeksi oral seperti periodontitis dapat
meningkatkan resiko terjadinya kelahiran bayi prematur
berberat badan lahir rendah

5.Interpretasi dari APGAR score


Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR;
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3.
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR
4-6.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai
APGAR 7-9.
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
(Ghai, 2010).

Penilaian APGAR adalah sebuah tes cepat yang dilakukan


pada menit pertama dan kelima pasca kelahiran, skor pada
menit ke-1 memberi gambaran seberapa baik bayi
melakukan toleransi terhadap proses kelahiran. Menit ke-5,
skor memberikan penilaian akan bagaimana bayi beradaptasi
dengan lingkungan yang baru. Nilai Apgar ditentukan dengan
menilai denyut jantung, pernafasan, ketegangan otot, warna
kulit dan respon terhadap rangsangan (refleks); masingmasing diberi nilai 0, 1 atau 2. Total Skor bernilai antara 1
sampai dengan 10, dengan nilai 10 memberikan gambaran
bayi yang paling sehat.
Tes APGAR bisa dilakukan oleh dokter, bidan atau perawat
yang menolong persalinan. Di mana ada lima komponen
yang
diperhatikan:Appearance, Pulse, Grimace, Activity, Respira
tion (warna kulit, denyut jantung, respons refleks, tonus
otot/keaktifan, dan pernapasan).

Lima kriteria Skor Apgar:

Nilai 0

Nilai 1

Nilai 2

Akronim

Warna kulit

seluruhnya biru

warna kulit tubuh


normal merah muda,
tetapi tangan dan kaki
kebiruan (akrosianosis)

warna kulit tubuh,


tangan, dan kaki
normal merah muda,
tidak ada sianosis

Appearance

Denyut jantung

tidak ada

<100 kali/menit

>100 kali/menit

Pulse

Respons refleks

tidak ada respons


terhadap stimulasi

meringis/bersin/batuk
meringis/menangis
saat stimulasi saluran
lemah ketika distimulasi
napas

Grimace

Tonus otot

lemah/tidak ada

sedikit gerakan

bergerak aktif

Activity

Pernapasan

tidak ada

lemah atau tidak teratur

menangis kuat,
pernapasan baik dan
teratur

Respiration

Interpretasi Nilai Apgar


Tes ini umumnya dilakukan pada waktu satu dan lima menit setelah kelahiran,
dan dapat diulangi jika skor masih rendah

Jumlah skor

Interpretasi

7-10

Bayi normal

.
Catatan

4-6

Agak rendah

Memerlukan tindakan medis


segera seperti penyedotan
lendir yang menyumbat jalan
napas, atau pemberian oksigen
untuk membantu bernapas.

0-3

Sangat rendah

Memerlukan tindakan medis


yang lebih intensif

Penanganan Bayi Baaru Lahir Berdasasrkan NILSI


APGAR
Nilai APGAR 5 Menit Pertama

Penaganan

Tempatkan ditempat hangat dengan lampu sebagai sumber penghangat


Pemberian oksigen.

0-3
Resusitasi
Stimulasi rujuk

Tempatkan dalam tempat yang hangat.


4-6

Pemberiak oksigen
Stimulasi taktil

7-10

Dilakukan penatalaksanaan sesuai drngan bayi normal.

6.Apa kemungkinan yg terjadi pada bayi yg


baru Lahir yg tdk langsung menangis?

Mengalami sumbatan jalan nafas karena lendir


dan air ketubanmenyumbat pada hidung,
mulut, tenggorokan harus langsung
dilakukan pembersihan jalan nafas agar bayi
dapat bernafas dan menangis.
Asfiksia neonates

7. Mengapa bayi mengalami


asfiksia ?
1. Asfiksia dalam kehamilan.
a. Penyakit infeksi akut.
b. Penyakit infeksi kronik.
c. Keracunan oleh obat-obat bius.
d. Uremia dan toksemia gravidarum.
e. Anemia berat.
f. Cacat bawaan.
g. Trauma.

2. Asfiksia dalam persalinan


a. Kekurangan O2.
Partus lama ( rigid serviks dan atonia/ insersi uteri).
Ruptur uteri yang memberat, kontraksi uterus yang terus-menerus
mengganggu sirkulasi darah ke plasenta.
Tekanan terlalu kuat dari kepala anak pada plasenta.
Prolaps fenikuli tali pusat akan tertekan antara kepala dan panggul.
Pemberian obat bius terlalu banyak dan tidak tepat pada waktunya.
Perdarahan banyak : plasenta previa dan solutio plasenta.
Kalau plasenta sudah tua : postmaturitas (serotinus), disfungsi uteri.
b. Paralisis pusat pernafasan
Trauma dari luar seperti oleh tindakan forceps.
Trauma dari dalam : akibat obat bius.

8. Bagaimana cara melakukan


resusitasi ? Indikasi dilakukan
resusitasi
LANGKAH-LANGKAH RESUSITASI BBL
Sebelum bayi lahir, harus mengetahui informasi:
- Bayi cukup bulan atau tidak?
- Air ketuban bercampur mekonium atau tidak?
Setelah bayi lahir, lakukan penilaian:
- Bernafas atau menangis?
-Tonus otot baik?

Bila hasil penilaian baik, yaitu bayi cukup


bulan, air ketuban tidak bercampur mekonium,
bayi menangis, tnus otot baik. Maka lakukan
PERAWATAN RUTIN: Beri kehangatan,
Bersihkan jalan nafas, Mengeringkan bayi

Bila hasil penilaian tidak baik, maka lakukan


A.
1.

AIRWAY (LANGKAH AWAL)


Jaga bayi tetap hangat.
Selimuti bayi dengan kain, pindahkan bayi ke tempat
resusitasi.

2.
Atur posisi bayi.
Baringkan bayi terlentang dengan kepala di dekat
penolong. Ganjal bahu agar kepala sedikit ekstensi.
Posisi semi ekstensi yaitu hidung dan mulut dalam
satu garis lurus.

3. Isap lendir.
Gunakan alat pengisap lendir DeLee atau bola
karet.
a. Pertama, isap lendir di dalam mulut, kemudian
baru isap lendir di hidung.
b. Hisap lendir sambil menarik keluar pengisap
(bukan pada saat memasukkan).
c. Bila menggunakan pengisap lendir DeLee,
jangan memasukkan ujung pengisap terlalu dalam
(lebih dari 5 cm ke dalam mulut atau lebih dari 3
cm ke dalam hidung) karena dapat menyebabkan
denyut jantung bayi melambat atau henti napas
bayi.

4. Keringkan dan Rangsang taktil.


a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian
tubuh lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini
dapat memulai pernapasan bayi atau bernapas lebih
baik.
b. Lakukan rangsangan taktil dengan beberapa cara
di bawah ini:
1) Menepuk atau menyentil telapak kaki.
2) Menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi
dengan telapak tangan
Rangsangan yang kasar, keras atau terus menerus,
tidak akan banyak menolong dan malahan dapat
membahayakan bayi.

5. Reposisi.
a. Ganti kain yang telah basah dengan kain bersih
dan kering yang baru (disiapkan).
b. Selimuti bayi dengan kain tersebut, jangan tutupi
bagian muka dan dada agar pemantauan
pernapasan bayi dapat diteruskan.
c.Atur kembali posisi terbaik kepala bayi (sedikit
ekstensi).
Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas
spontan dan teratur

6.

Lakukan penilaian apakah bayi bernapas


normal, megap-megap atau tidak bernapas.
Lakukan evaluasi meliputi:
Pernapasan
Frekuensi jantung
Warna kulit
Bila bayi bernafas, FJ > 100x/menit
PERAWATAN SUPORTIF

B. BREATHING (VTP)
Bila FJ < 100x/menit /APNUE VTP (Ventilasi
Tekanan Positif)
Ventilasi adalah bagian dari tindakan resusitasi
untuk memasukkan sejumlah udara ke dalam
paru dengan tekanan positip yang memadai untuk
membuka alveoli paru agar bayi bisa bernapas
spontan dan teratur.
1.
Pasang sungkup, perhatikan lekatan.
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi mulut
dan hidung bayi.

2.

Ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air, amati gerakan


dada bayi.
Ventilasi percobaan (2 kali) Lakukan tiupan udara dengan tekanan
30 cm air. Tiupan awal ini sangat penting untuk membuka
alveloli paru agar bayi bisa mulai bernapas dan sekaligus
menguji apakah jalan napas terbuka atau bebas.
Lihat apakah dada bayi mengembang, Bila tidak mengembang
a.
Periksa posisi kepala, pastikan posisinya sudah benar.
b.
Periksa pemasangan sungkup dan pastikan tidak terjadi
kebocoran.
Bila dada mengembanglakukan tahap berikutnya
a.
Bila dada bayi mengembang, lakukan ventilasi 20 kali
dengan tekanan 20 cm air dalam 30 detik.
b.
Penilaian apakah bayi menangis atau bernapas spontan dan
teratur?

Kecukupan ventilasi dinilai dengan


memperhatikan gerakan dinding dada dan
auskultasi bunyi napas.
Bila bayi bernafas, FJ > 100x/menit, kemerahan
PERAWATAN LANJUT

C. CIRCULATION
Apabila setelah dilakukan VTP, FJ < 60x/menit VTP dan
kompresi dada
Kompresi Dada
Kompresi dinding dada dapat dilakukan dengan melingkari
dinding dada dengan kedua tangan dan menggunakan ibu
jari untuk menekan sternum atau dengan menahan
punggung bayi dengan satu tangan dan menggunakan ujung
dari jari telunjuk dan jari tengah dari tangan yang lain untuk
menekan sternum.
Tehnik penekanan dengan ibu jari lebih banyak dipilih karena
kontrol kedalaman penekanan lebih baik.
Tekanan diberikan di bagian bawah dari sternum dengan
kedalaman 1,5 cm dan dengan frekuensi 90x/menit.

Dalam 3x penekanan dinding dada dilakukan


1x ventilasi sehingga didapatkan 30x ventilasi
per menit. Perbandingan kompresi dinding
dada dengan ventilasi yang dianjurkan adalah
3 : 1.
Evaluasi denyut jantung dan warna kulit tiap
30 detik. Bayi yang tidak berespon,
kemungkinan yang terjadi adalah bantuan
ventilasinya tidak adekuat, karena itu adalah
penting untuk menilai ventilasi dari bayi secara
konstan.

D. DRUG
Bila FJ < 60x/menit, berikan EPINEPRIN

AIR KETUBAN BERCAMPUR MEKONIUM?


Bila tidak terdapat mekonium LANGKAH AWAL
Bila air ketuban bercampur mekonium, lakukan
penilaian bayi bugar atau tidak:
Usaha nafas baik
Tonus otot baik
FJ > 100x/menit
Bila bayi bugar LANGKAH AWAL
Bila bayi tidak bugar penghisapan mulut dan
trachea LANGKAH AWAL

Indikasi resusitasi
1. Sumbatan jalan napas : akibat lendir / darah / mekonium,
atau akibat lidah yang jatuh ke posterior.
2. Kondisi depresi pernapasan akibat obat-obatan yang
diberikan kepada ibu misalnya obat anestetik, analgetik lokal,
narkotik, diazepam, magnesium sulfat, dan sebagainya
3. Kerusakan neurologis.
4. Kelainan / kerusakan saluran napas atau kardiovaskular atau
susunan saraf pusat, dan / atau kelainan-kelainan kongenital
yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan / sirkulasi.
5. Syok hipovolemik misalnya akibat kompresi tali pusat atau
perdarahan
Resusitasi lebih penting diperlukan pada menit-menit
pertama kehidupan. Jika terlambat, bisa berpengaruh buruk
bagi kualitas hidup individu selanjutnya.

9.Apa hubungan usia preterm, BB bayi rendah,


bayi tdk menanis, ketuban pecah dini, dengan
keluhan

10. Mengapa pada foto thorak didapatkan hyalin


membran disease grade 1

11.Mengapa harus dilakukan penilaian skor


Ballard dan Dubowitz? Bagaimana caranya
?
SCORE DUBOWITZ
Penilaian menurut Dubowitz adalah dengan
menggabungkan hasil penilaian fisik eksternal
dan neurologis. Setiap penilaian ada skornya
tertentu, jumlah skor fisik dan neurologis
dipadukan, kemudian dengan menggunakan
grafik regresi linier dicari masa gestasinya.

12. Apa fungsi dan maksud dari


kurva Lubschenco dan Nelhause?

Dilakukan saat kita tidak mengetahui umur


gestasi

13. Kriteria bayi resiko tinggi


Yang termasuk neonatus resiko tinggi yaitu diantaranya sebagai
berikut:
1. BBLR
2. asfiksia neonatorum
3. sindrom, gangguan pernafasan
4. ikterus
5. perdarahan tali pusat
6. kejang
7. hypotermi
8. hypertermi
9. hypoglikemi
10 tetanus neonatorum

14. Klasifikasi bayi resiko tinggi


Klasifikasi bayi resiko tinggi dibedakan berdasarkan 4 macama yaitu :
1.
Klasifikasi berdasarkan berat badan
Bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram (BBLR) yg dikelompokkan
sbg berikut :
a.
Bayi berat badan lahir amat sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat
badan < 1000 gram.
b.
Bayi berat badan lahir sangat rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan <
1500 gram.
c.
Bayi berat badan lahir cukup rendah, yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
1501-2500 gram.

2.
a.

Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan


Bayi prematur adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan belum mencapai 37
minggu.
b.
Bayi cukup bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 38-42 minggu.
c.
Bayi lebih bulan adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan > 37 minggu.

3.
a.

Klasifikasi berdasarkan umur kehamilan dan berat badan


Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) yaitu bayi yang
lahir dengan keterlambatan pertumbuhan intrauterine dengan
berat badan terletak dibawah persentil ke-10
dalam grafik pertumbuhan intra uterine.
b.
Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK) yaitu bayi yang
lahir dengan dengan berat badan sesuai dengan berat badan
terletak antara persentil ke-10 dan ke-90 dalam grafik
pertumbuhan intrauterine.
c.
Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK) yaitu bayi yang
lahir dengan berat badan lebih besar untuk usia kehamilan
dg berat badan yang diatas persentil ke-90 dalam grafik
pertumbuhan intra uterine.
(Grafik terlampir)

4.
Klasifikasi berdasarkan masalah patofisologis
Pada klasifikasi ini yaitu semua neonatus yang lahir disertai masalah patofisiologis atau
mengalami gangguan fisiologis.
a.
Hiperbilirubinemia
Merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir dimana kadar bilirubin seru total lebih
dari 10 mg % pada minggu pertama dengan ditandai ikterus.
b.
Asfiksia Neonaturum
Merupakan keadaan dimana bayi tidak dapat bernafas spontan dan teratur setelah lahir,
yang dapat disertai dengan hipoksia.
c.
Tetanus neonaturum
Merupakan tetanus yang terjadi pada bayi yang dapat disebabkan adanya infeksi
melalui tali pusat , Yang dipicu oleh kuman clostridium tetani yang bersifat anarerob
dimana kuman tersebut berkembang tanpa adanya oksigen.
d.
Respiratory Distress Sindrom
Merupakan kumpulan gejala yang terdiri dari dispneo, frekwensi pernapasan yang lebih
dari 0 kali permenit, adanya sianosis, adanya rintihan, pada saat ekspirasi adanya
rektraksi suprasternal.

15. DD

BBLR
BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2500 gram tanpa
memperhatikan umur kehamilan. BBLR
merupakan salah satu faktor utama yang
berpengaruh terhadap kematian perinatal dan
neonatal. Bayi yang dilahirkan berisiko
meninggal dunia sebelum berumur satu tahun
17 kali lebih besar dari bayi yang dilahirkan
dengan berat badan normal. (Depkes RI,
2005)

Jenis-Jenis BBLR
BBLR dibedakan atas 2 kategori yaitu BBLR karena premature
dan BBLR karena Intrauterine Growth Retardation (IUGR),
yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya
kurang.
Premature
Makin rendah masa gestasi dan makin kecil bayi yang
dilahirkan makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. Dengan
pengelolaan yang optimal dan dengan caracara yang
kompleks serta menggunakan alat-alat yang canggih,
beberapa gangguan yang berhubungan dengan
prematuritasnya dapat diobati. Dengan demikian gejala sisa
yang mungkin diderita di kemudian hari dapat dicegah atau
dikurangi.

Berdasarkan atas timbulnya bermacam-macam


problematik pada derajat prematuritas maka Usher
(1975) menggolongkan bayi tersebut dalam tiga
kelompok:
1. Bayi yang sangat prematur (extremely premature) :
24 30 minggu. Bayi dengan masa gestasi 24 27
minggu masih sangat sukar hidup terutama di negara
yang belum atau sedang berkembang. Bayi dengan
gestasi 28 30 minggu masih mungkin dapat hidup
dengan perawatan yang sangat intensif agar dicapai
hasil yang optimum.
2. Bayi pada derajat prematur yang sedang (moderately
premature) : 31 36 minggu

Pada golongan ini kesanggupan untuk hidup lebih baik


dari golongan pertama dan gejala sisa yang
dihadapinya dikemudian hari juga lebih ringan, asal
saja pengelolaan terhadap bayi ini betul-betul intensif.
3. Borderline premature : masa gestasi 37 38 minggu.
Bayi ini mempunyai sifat-sifat
prematur dan matur. Biasanya beratnya seperti bayi
matur dan dikelola seperti bayi matur, akan tetapi
sering timbul problematik seperti yang dialami bayi
prematur, misalnya sindrom gangguan pernafasan,
hiperbilirubinemia, daya isap yang lemah dan
sebagainya, sehingga bayi ini harus diawasi dengan
seksama.

Asfiksia
Asfiksia adalah suatu keadaan yang ditandai
dengan terjadinya gangguan pertukaran udara
pernapasan, mengakibatkan oksigen darah
berkurang (hipoksia) disertai dengan peningkatan
karbon dioksida (hiperkapnea). Dengan demikian
organ tubuh mengalami kekurangan oksigen
(hipoksia hipoksik) dan terjadi kematian (Ilmu
Kedokteran Forensik, 1997). Secara klinis
keadaan asfiksia sering disebut anoksia atau
hipoksia (Amir, 2008).

Etiologi
Dari segi etiologi, asfiksia dapat disebabkan oleh hal
berikut (Ilmu Kedokteran Forensik, 1997):
1. Penyebab alamiah, misalnya penyakit yang
menyumbat saluran pernapasan seperti laringitis
difteri atau menimbulkan gangguan pergerakan paru
seperti fibrosis paru.
2. Trauma mekanik yang menyebabkan asfiksia
mekanik, misalnya trauma yang mengakibatkan
emboli udara vena, emboli lemak, pneumotoraks
bilateral; sumbatan atau halangan pada saluran
napas dan sebagainya.
3. Keracunan bahan yang menimbulkan depresi pusat
pernapasan, misalnya barbiturat dan narkotika.

Penyebab tersering asfiksia dalam konteks


forensik adalah jenis asfiksia mekanik,
dibandingkan dengan penyebab yang lain
seperti penyebab alamiah ataupun keracunan
(Knight, 1996 )

patofisiologi
pernafasan spontan bayi baru lahir tergantung kepada kondisi
janin masa kehamilan dan persalinan.Proses kelahiran
sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat
sementara pada bayi.Proses ini dianggap sangat perlu untuk
merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi
primary gasping yang kemudia akan berlanjut dengan
pernafasan teratur.Sifat asfiksia ini tidak mempunyai
pengaruh buruk karena bayi dapat mengatasinya.asfiksia
yang terjadi dimulai dengan suatu periode apneu disertai
dengan penurunan frekuensi jantung.selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian
diikuti oleh pernafasan teratur.pada penderita asfiksia berat ,
usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada
dalam periode apnu kedua.Pada tingkat ini disamping
bradikardia ditemukan pula penurunan tekanan darah.

Prematur
Organisasi kesehatan dunia (WHO),
mendefinisikan bayi prematur sebagai bayi
lahir hidup sebelum 37 minggu kehamilan
(dihitung dari hari pertama haid terakhir),
sedangkan The American Academy of
Pediatrics mengambil batasan 38 minggu.8

Berdasarkan umur kehamilan, Usher (1975)


menggolongkan bayi prematur menjadi: 8-10
1. Bayi yang sangat prematur (extremely
premature), masa gestasi 24-30 minggu .
2. Bayi prematur sedang (moderately
prematur), masa gestasi 31-36 minggu
3. Borderline premature, masa gestasi 37-38
minggu

Berdasarkan berat badannya bayi prematur


digolongkan menjadi : 8
1. BBLR (Bayi berat lahir rendah), 1500-2500 gram
2. BBLSR (Bayi berat lahir sangat rendah), 1000-1499
gram
3. BBLASR (Bayi berat lahir amat sangat rendah), <
1000 gram
Menurut kurva pertumbuhan janin, terdapat 3
golongan BKB / prematur, yaitu : 9,10
1. BKB SMK (Sesuai dengan masa kehamilan)
2. BKB KMK (Kecil untuk masa kehamilan)
3. BKB BMK (Besar untuk masa kehamilan)

Masalah yang sering dihadapi oleh bayi-bayi prematur


adalah: 8,11-13
1. Asfiksia perinatal
2. Masalah pada susunan saraf pusat
Perdarahan periventrikuler intraventrikuler (PPV
IV)
Leukomalasia periventrikuler
3. Masalah pada sistem pernafasan
Sindrom gawat nafas karena penyakit membran
hialin (PMH)
Apnea pada bayi prematur
Sindrom kebocoran udara (air leak syndrome)
Displasia bronkopulmoner
Pneumotoraks

4. Hipotermia
5. Hipoglikemia
6. Komplikasi kardiovaskuler
Duktus arteriosus persisten (DAP)
Hipotensi sistemik
7. Imaturitas regulasi cairan
8. Hiperbilirubinemia
9. Hipokalsemia
10. Retinopati prematuritas (ROP)
11. Sepsis, karena ketahanan yang rendah terhadap
infeksi
12. Enterokolitis Nekrotikans (EKN)
13. Perdarahan

Daftar pustaka
1. Gunardi H. Pemantauan bayi prematur. Dalam: Trihono PP, Pudjarto PS, Syarif DR, et al, penyunting. Hot
topics in pediatrics II. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak FKUI XLV.Jakarta: Balai
Penerbit FKUI; 2002.h.17-26
2. Kaban RK, Efar P. Pemantauan bayi prematur di poliklinik. Dalam Prawitasari T, Kaswandani N, penyunting.
Manajemen penyakit pediatri di poliklinik. Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak FKUI
V.Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2008. h.13-35.
3. Casey PH, Mansell LW, Barrett K, Bradley RH, Garyus R. Impact of prenatal and/or postnatal growth problems
in low birth weight preterm infants on scholl age outcomes: an 8 year longitudinal evaluation. Pediatric
2006;118:h.107-84.
4. Indarso F. Pemantauan jangka panjang pada bayi berat lahir sangat rendah. Dalam: Korin MS, Yunarto A, Dewi
R, Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku ajar neonatologi. Jakarta: Balai Penerbit IDAI;2008.h.268-83.
5. Chundrayenti E. Kesakitan dan kematian neonatal dini pada bayi dengan berat badan lahir rendah dan
beberapa faktor yang mempengaruhi di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Tesis, Padang : Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK-UNAND, 1998.
6. --------- Follow up care of high risk infants. Pediatric 2004;114:1377-94.
7. Mutch L, Newdick M, Lodmick A, Chalmers I. Secular changes in rehospitalization of very low birth weight
infants. Pediatric 1986;78:h.164-70.
8. Janin dan neonatus. Dalam : Markum AH, Ismael S, Alatas H, et al, penyunting. Buku ajar ilmu kesehatan anak
jilid I. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 1991.h.218-21.
9. Wibowo N. Risiko dan pencegahan kelahiran prematur. Dalam :L Suradi R, Monintja HE, Amalia P,
Kusumowardhani D, penyunting. Penanganan mutakhir bayi perematur : memenuhi kebutuhan bayi prematur
untuk menunjang berkelanjutan. Ilmu Kesehatan Anak FKUI XXXVIII. FKUI; 1997.
10. Budjang FR. Bayi berat badan lahir rendah. Dalam: Wiknjosastro H, Saifuddin B, Rachimhadhi T, penyunting.
Ilmu kebidanan. Edisi ke-3. Jakarta : Pustaka Sarwono; 1999. h. 77-184.

11. Lee KG, Cloherty JP. Identifying the high-risk newborn and evaluating gestational age, prematurity infants.
Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC, Stark AR, penyunting. Manual of neonatal care. Edisi ke-5.Philadelphia.
Lippincott Williams & Wilkins,2003.h.42-51
12. Hay WW, Lucas A, Heird WC, Ziegler E, Levin E, Grave GD dkk. Workshop summary: Nutrition of the
extremely low birth weight infant. Pediatric 1999;104:h.1360-7.
13. Gomela TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Follow up of high-risk infant. Dalam:Neonatology,
management, procedure, on call problems, disease and drugs. Edisi ke-5. New York:Mc Graw Hill,2004;13942,278-82.
14. Joint Committee on infant hearing 1994 position statement. Pediatric 1995;95:h.152-5.
15. Billing KR, Kenna MA. Causes of pediatric sensorineural hearing loss. Archotolaryngol head neck surg
1999;125:h.517-21.
16. Committee on environmental health. Noise: a hazard for the fetus and newborn. Pediatric 1997;100:h.724-6.
17. Meyer C, Witte J, Hildmann A, Hanneeke KH, Schunck KU, Maul. Neonatal screening for hearing disorders in
infant at risk: incidence, risk factors and follow up. Pediatric 1999;104:h.900-3.
18. Nelson H, Bougatsus C, Nygren P. Universal newborn hearing screening: Systematic review to update the
2001 US preventive series task force recommendation. Pediatric 2008;122:e266-74.
19. Phelps DL. Retinopathy of prematurity. Pedsinreview 1995;16:h.50-6.
20. Canadian Pediatric Society. Routine screening cranial ultrasound examinations for the prediction of longterm
neurodevelopmental outcomes in preterm infant. Canadian paediatric society 2001.6(1):39-43.
21. Saari TN. Committee on infectious diseases. Imunization of preterm and low birth weight infants. Pediatric
2003;112:h.193-7.
22. Poets CF. Gastroesophageal reflux : a critical review of its role in preterm infants. Pediatric 2004;113:e128-31.
23. Trachtenberg DE, Golemon TB. Office care of the premature infant: Part II. Common meical and surgical
problems. Am Fam Physician. 1998;57(10):2383-404.

Anda mungkin juga menyukai