STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. M
Jenis kelamin
: Perempuan
Usia
: 31 tahun
Agama
: Islam
Alamat
Suku-bangsa
: Sunda
Pendidikan
: SMA
Status pernikahan
: Janda
Pekerjaan
: Tidak Bekerja
Tanggal Masuk RS
: 25 Agustus 2014
B. RIWAYAT PSIKIATRI
Berdasarkan :
1. Keluhan Utama
Pasien ngamuk-ngamuk di rumah sampai membenturkan kepalanya ke tembok
2. Riwayat Penyakit Sekarang
1 hari SMRS pasien ngamuk ngamuk dirumah sampai membenturkan
kepalanya ke tembok. Kadang pasien mengancam ingin bunuh diri sambil membawa
pisau. Karena khawatir, orang tua pasien membanyanya ke IGD.
4 hari SMRS pasien control ke Poli Jiwa tapi setelah pulang ke rumah, pasien
tidak mau minum obatnya dengan alasan bosan minum obat. Pasien bercerita ke Ibu
nya bahwa dia kenal dengan seorang laki-laki supir angkot yang dikenalkan oleh
temannya, dan dia ingin menikah dengan laki-laki tersebut. Tapi ibu pasien tidak
menyetujuinya. Karena ibu pasien tau laki-laki tersebut sering main judi dan minum
alcohol. Tapi pasien tidak setuju dengan pendapat Ibunya dan marah-marah
3 bulan yang lalu, pasien mengatakan ada bisikian yang tidak terlihat
wujudnya, suara lak-laki yang mengatakan bahwa, Kau adalah istri saya kamu
jangan menikah dengan manusia seumur hidup kamu. Pasien mengatakan serign
mengalami sakit pada kepala, lalu ada bisikan lagi yang mengatakan, Rambutnya
gunting sama kamu. Digundulin sama kamu biar sakit kepalanya hilang, lalu pasien
mengikuti perintah tersebut dan memotong rambutnya.
Ibu pasien mengatakan, pasien mengalami keluhan seperti ini sejak bercerai
dengan suaminya. Pasien sudah pernah menikah 7 tahun yang lalu. Pasien di
kenalkan dengan mantan suaminya oleh temannya. Awalnya pasien tidak mau
menikah, tapi setelah 1 minggu berkenalan, tiba-tiba pasien ingin menikah dengan
laki-laki tersebut. 3 bulan setelah menikah, pasien bercerita ke ibunya bahwa
suaminya tidak lagi ganteng seperti dulu. Suaminya sering minum alcohol dan sering
memukul pasien. Karena tidak tahan, pasien dan suami bercerai. Ibu pasien
mengatakan keluhan pasien timbul beberapa bulan setelah bercerai dengan suaminya.
Ibu pasien menduga bahwa anaknya telah di guna-guna oleh orang.
Pasien adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara. Pasien mengatakan jika pasien
tidak yakin bahwa keluarga nya yang sekarang adalah keluarga kandungnya. Pasien
mengatakan sering mendapat perlakuan buruk dan ucapan yang kasar dari
keluarganya. Pasien mengatakan sering disetubuhi oleh ayah dan kakak iparnya.
Pasien mengatakan ayah nya menyetubuhi pasien atas izin dari ibunya. Pasien merasa
ayah dan ibu nya lebih sayang dengan kakaknya di bandingkan dengan pasien. Pasien
sering merasa banyak orang yang tidak suka dengan dirinya, dan ada yang berbuat
jahat dengannya. Pasien sering mendengar orang lain membicarakan dan menghina
dirinya. Pasien mengeluh seluruh kulitnya berubah menjadi hitam karena ada yang
tidak suka dengan pasien. Kadang pasien juga menyalahkan orang tuanya karena
kulitnya berubah, supaya pasien tidak mendapat jodoh. Pasien mengatakan pernah
berfikiran untuk bunuh diri, karena pasien merasa frustasi. Pasien merasa tidak
berguna hidup didunia.
Ibu pasien mengatakan bahwa ayah, ibu, dan kakaknya adalah keluarga
kandung pasien. Ibunya mengatakan bahwa pasien memang tidak dekat dengan
ayahnya, karena ayahnya sering bertugas ke luar kota. Jika keluhan pasien timbul,
pasien tidak mengenali keluarganya, pasien selalu menganggap bahwa mereka bukan
keluarga kandung pasien.
Pasien sering dirawat di Ruang Kemuning sejak 4 tahun yang lalu dan
sekarang merupakan rawat inap yang ke-19 kali. Terakhir dirawat 1 bulan yang lalu
dengan keluhan yang sama. Keluarga pasien sering membawa pasien ke orang pintar
dan diberikan minuman yang dibacakan doa untuk diminum oleh pasien. Setelah
berobat ke orang pintar, ibu pasien mengaku keadaan pasien membaik tapi tidak
lama.
Saat di Ruang Kemuning pasien merasa pasien yang lain sering membicarakan
pasien, dengan mengatakan pasien adalah seorang pembantu. Pasien juga mendengar
perawat Kemuning membicarakan dirinya karena pasien dirawat hanya untuk
mendapatkan makanan gratis dan enak.
Pasien tidak memiliki gangguan bawaan sejak lahir, tidak pernah mempunyai
riwayat kejang sebelumnya, tidak pernah menderita sakit berat hingga membutuhkan
perawatan Rumah Sakit, dan tidak ada riwayat trauma kepala sebelumnya.
Pasien mengaku pernah di paksa makan narkoba tapi hanya sekali. Pasien tidak
merokok dan menyangkal minum minuman alcohol
Hubungan sosial
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan komunikasi antara
keluarga juga baik, pasien termasuk anak yang penurut. Pasien lebih sering
tinggal dirumah dan membantu ibunya.
Riwayat Psikoseksual
Menurut pasien, pasien pernah pacaran saat SMA dan hamil diluar nikah.
Riwayat agama
Pasien termasuk orang yang taat beribadah.
e. Masa Dewasa
Riwayat pekerjaan
Pasien pernah bekerja sebagai wartawan di salah satu Koran daerah. Kemudian
berhenti semenjak ingin menikah.
Aktivitas sosial
Jika pasien dalam keadaan sehat. Hubungan pasien dengan lingkungan sekitar
cukup baik.
Riwayat pernikahan
Pasien pernah menikah sebelumnya 1 kali dan bercerai.
f. Riwayat Keluarga
Pasien adalah anak kedua dari dua bersaudara. Ayah kandung dan ibu kandung
masih hidup. Dalam keluarga tidak ada yang pernah menderita gejala yang sama
dengan pasien. Kakak pasien sudah menikah dan mempunyai satu anak
SKEMA KELUARGA
Keterangan :
Laki laki
Perempuan
Pasien
Wawancara Psikiatri
Alloanamnesis Tanggal 27 Agustus 2014
Lokasi : Ruang kemuning
D : dokter Muda K : keluarga
D : Assalamualaikum, bu
K : Waalaikum salam.
D : Maaf ini dengan siapanya pasien?
K : Saya Ibunya
D : Oh ya bu perkenalkan kami dokter muda
K : Iya dok
D : Kami mau bertanya tanya dulu ya bu ?
K : Boleh dok.
itu ada tugas lagi keluar kota. Makanya Mei jadi ga deket sama Bapaknya. Kalau lagi kumat
mah dia ga kenal sama orang tuanya
D : Di keluarga ada yang punya penyakit sama kaya Meilia ga bu?
K : Engga dok, cuma dia aja yang kaya gini
D : Meilia sebelumnya udah pernah kerja bu?
K : Udah jadi wartawan tapi cuma 1,5 tahun aja. Soalnya dia ga nyaman kerja disana, ga ada
yang seumuran dengan dia, usia nya sudah tua semua.
D : Waktu di tempat kerja pernah ada masalah dengan teman kantornya ga bu?
K : Engga ya dok
D : Sama keluarga gimana bu? Pernah ada masalah?
K : Sama keluarga sih engga dok. Cuma ya itu kalau lagi kambuh suka ga inget sama
keluarganya, dibilangnya kita bukan keluarga kandugnya.
D : Apakah ada masalah lain yang ibu ketahui tentang Meilia?
K : Engga ada, hanya ingin menikah saja karena dia takut tidak mendapat jodoh sampai tua
D : Masih ada hal lain yg mau di kerjakan di rumah nggak bu?
K :Sehari-hari dia masih membantu saya mengerjakan pekerjaan rumah, jika pikirannya
sedang baik tapi kalau lagi kumat biasanya cuma tidur-tiduran aja dikamar
D : Selain itu bagaimana bu dengan pola tidurnya di rumah ?
K : Kalau lagi kambuh mah tidurnya susah dok, kalau lagi baik ya baik tidurnya
D : Terus bagaimana dengan pola makannya bu ?
K : Makannya seperti biasa dok
P : Islam.
D : Sekolah sampai tingkat berapa?
P : SMEA dok
D : Sekarang bekerja atau tidak?
P : Engga dok, saya bantu Mama aja di rumah kalau lagi baik
D : Tapi sebelumnya pernah bekerja ga?
P : Pernah dok, jadi wartawan cuma 2 bulan aja tapinya
D : Kenapa cuma sebentar?
P : Iya soalnya temennya udah pada tua semua. Ga ada anak perempuannya, Cuma saya aja,
jadi saya berhenti saja
D : Mei kesini diantar siapa?
P : Sama Mama sama Bapak. Tapi gatau itu kayaknya bukan orang tua kandung saya
D : Kenapa kok gitu?
P : Iya soalnya mereka pada jahat sama saya. Saya mau menikah tapi ga boleh. Ini kulit saya
dibikin jelek biar ga ada yang suka
D : Cara dibikin jeleknya gimana?
P : Iya saya dibawa ke orang pinter, dikasih air untuk diminum dan cuci muka. Tapi abis itu
muka saya jadi jelek, saya liat ke kaca malah jadi kaya nenek nenek, kulit saya jadi gosong
D : Mei tau ga ini dimana?
P : Iya tau dok ruang kemuning.
D : Mei tau sakit apa?
P : Pertamanya sakit hati karena putus dari pacar, pacar tidak tanggung jawab. Terus sakit
pikiran. Pernah dibawa kesini dari sebelum dr. Tommi karena stress pikiran, depresi.
D : Kenapa dibawa kesini lagi?
P : Saya kepikiran ingin nikah ingin punya jodoh yang sayang sama saya. Jadi sakit
pemikiran karna orang tua dirumah ga sayang sama saya. Pilih kasih. Ga sayang sama saya.
Kalo kakak mah diberi modal sama orang tua saya. Dibeliin angkot, kalau saya engga. Tapi
saya ga suka fitnah, kalo fitnah takut masuk neraka ya dok
D : Tapi Mei pernah denger ada bisikan gitu ga?
P : Kalau bisikan mah dulu pernah ada ya. Tapi aku ga dengerin. Terakhri ada bisikan
suaranya laki-laki tapi bukan orang. Katanya gini Kau adalah istri saya kamu jangan
menikah dengan manusia seumur hidup kamu, Rambut ini juga udah tumbuh lagi. Asalnya
botak. Ada bisikan katanya gini, aku kan sakit kepala ya sakit ubun ubun gini katanya
Rambutnya gunting sama kamu. Digundulin sama kamu biar sakit kepalanya hilang,
hanyut. Jadi aku ya udah stress dari dulu ya. Tapi wallahu alam ya gatau gamau suuzon, kaya
ada yang mau jahatin jadinya gini (sambil tunjukin kulitnya yang menjadi gosong)
D : Pernah berobat ke dukun ga?
P : Pernah kan kata dr. tomi harus campur syariat kata Pak Hatta, Pak Edy harus campur
syariat doa doa.
D : Mei ada masalah dengan keluarga?
P : Gatau mama dan bapak yang jahatnya ya. Aku pernah berantem sama Mama sama Bapak
sama Mba Anti, kakak aku. Tapi aku juga punya ini pendengaran ya aku lihat sama mata
kepala aku sendiri; Mama, Bapak, Mba Anti, Mas Napi (kakak ipar) sama Neng keponakan
aku, ga mitnah ya engga, pernah ngedoain aku biar mati, biar jomblo seumur hidup, biar jelek
wajahnya, biar jelek kulitnya seumur hidup, biar sakit biar gila seumur hidup. Aku emang
pernah salah ya sama keluarga tapi mereka ga memaafkan aku. Bukan hanya keluarga tapi
sodara, orang lain juga kaya gitu, banyak fitnah aku. Akau difitnah diledek, dituduh.
D : Dituduh apa?
P : Dituduh mencuri
D : Tapi Mei mencuri ga?
P : Engga demi Allah. Makanya saya kadang suka frustasi pengen bunuh diri aja rasanya
D : Dirumah biasanya ngapain aja?
P : Dirumah kalo lagi fit bantuin mama beresin rumah. Kalau lagi stress tidur aja baringan di
kasur. Saya ga mau suuzon ya kayaknya ada jahatin ya jadinya saya kaya gini. Bisa juga aku
kena azab karna dosaku
D : Di rumah atau sekitar rumah ada yg jahat ga?
P : Kalo di rumah iya ada mama bapak kakak sama kakak ipar aku
D : Jahatinnya gimana?
P : jadi gini ya dok ya kalau aku stress nya timbul, aku kan ingin kawin tapi ga dikwainin.
Tapi bapak itu malah mukulin ke aku. Di tending. Terus mama nyakaitin omongannya. Gini
katanya dasar kamu ga punya pikiran. Kegila gila sama laki-laki yang item. Tapi aku gatau
juga ya dok ya, aku kan juga berobat ke luar katanya ada yg zolim sama aku
D : ada permah kepikirian mau bunuh diri ga?
P : Pernah
D : Kapan itu?
P : Kemaren sebelum kesini
D : Mau bunuh diri pake apa?
P : Membenturkan kepala ke tembok
doa jahat ke saya biar saya sendiri seumur hidup. Aku mah ga suuzon dokter, emang
nyatanya begitu
D : Jadi menurut Mei yakin ini bapak ibu itu bukan orang tua kandungnya?
P : Iya yakin. Lagian waktu kecil kan bapak ibu mukanya ga kaya gitu, kenapa sekarang kaay
gitu. Tapi dia ngaku saya anak dia tapi bapak itu setubuhin saya, juga pilih kasih, terus bilang
terang terangan Mama sama bapak ga sayang sama kamu, kamu bukan anak kandung
mama.
D : Iyaudah kalo gitu makasih ya Mei, nanti kalo ada yang mau ditanya saya tanya lagi ya,
terimakasih
P : Iya dokter
C. STATUS MENTAL
1. Raut wajah
: sedih
2. Pola pikir
a. Bentuk
: Autistik
b. Isi
c. Jalan
3. Gangguan persepsi
a. Auditorik
: ada
b. Visual
: tidak ada
4. Afek
: Apprpriate
5. Mood
: Disforik
6. Perhatian
: Distraktibilitas (-)
7. Tingkah Laku
: Hipoaktif
8. Decorum
: Penampilan : rapi
Kebersihan
: bersih
: III
D. STATUS FISIK
1. Status Internus
Keadaan umum
: tampak sehat
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Suhu
: 36 oC
Nadi
: 80 kali/menit
Pernafasan
: 20 kali/menit
2. Status Neurologi
Mata
Gerakan
Bentuk Pupil
: Bulat isokor
Reflek cahaya
Motorik
Tonus
: baik
Turgor
: baik
Kekuatan
: baik
Koordinasi
: baik
Refleks
: tidak dilakukan
E. PEMERIKSAAN MULTIAKSIS
Aksis I
F20.0 Skizofrenia Paranoid dengan Depresi dan Suicidal Behaviour
DD/ F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresi dengan Gejala
Psikotik
Aksis II
F60.0 Gangguan Kepribadian Paranoid
Aksis III
Tidak ada gangguan. Dari pemeriksaan anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien
tidak memiliki penyakit lain.
Aksis IV
Ditemukan adanya masalah hubungan percintaan (psikososial)
Aksis V
GAF 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang).
I.
RencanaTerapi
Rawat inap. Karena pasien datang ke RS Syamsudin dengan keadaan mengamuk,
tidak mau minum obat, dan ingin mencoba bunuh diri
Farmakoterapi
Risperidon 2 mg, 3x1 tab
Trihexyphenidyl 2 mg, 3x1 tab
Chlorpromazine 100 mg, 1x1 tab
Depakote 250 mg 1x1 tab
Psikoterapi suportif
II.
Prognosis
Ad vitam :
Bonam karena pasien tidak mengalami kelainan fisik dan skizofrenia paranoid
tidak menyebabkan kecacatan fisik.
Ad functional :
Bonam karena pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.
Ad sanationam :
Dubia karena pada pasien ini stress yang menjadi kekambuhan nya diakibatkan
dari faktor luar, tekanan dari luar diri individu dapat diminimalisir atau
dihilangkan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Skizofrenia adalah gangguan mental atau kelompok gangguan yang ditandai oleh
kekacauan dalam bentuk dan isi pikiran (contohnya delusi atau halusinasi), dalam mood
(contohnya afek yang tidak sesuai), dalam perasaan dirinya dan hubungannya dengan dunia
luar serta dalam hal tingkah laku.2
Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofenia ada 5 yakni subtipe paranoid,
terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan dan residual. Untuk istilah
skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah gangguan deterioratif sederhana.3 Sedangkan
menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang
ke-III skizofrenia dibagi ke dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid, hebefrenik, tak terinci
(undifferentiated), simpleks, residual dan depresi pasca skizofrenia. 4
2.2 Epidemiologi
Penelitian insiden pada gangguan yang relatif jarang terjadi, seperti skizofrenia, sulit
dilakukan. Survei telah dilakukan di berbagai negara, namun dan hampir semua hasil
menunjukkan tingkat insiden per tahun skizofrenia pada orang dewasa dalam rentang yang
sempit berkisar antara 0,1 dan 0,4 per 1000 penduduk. Ini merupakan temuan utama dari
penelitian di 10-negara yang dilakukan oleh WHO. Untuk prevalensi atau insiden skizofrenia
di Indonesia belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga untuk tiap-tiap subtipe
skizofrenia.5
Prevalensinya antara laki-laki dan perempuan sama, namun menunjukkan perbedaan
dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset yang lebih awal daripada
perempuan. Usia puncak onset untuk laki-laki adalah 15 sampai 25 tahun, sedangkan
perempuan 25 sampai 35 tahun. Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa laki-laki adalah
lebih mungkin daripada wanita untuk terganggu oleh gejala negatif dan wanita lebih mungkin
memiliki fungsi sosial yang lebih baik daripada laki-laki. Pada umumnya, hasil akhir untuk
pasien skizofrenik wanita adalah lebih baik daripada hasil akhir untuk pasien skizofrenia lakilaki.
Skizofrenia tidak terdistribusi rata secara geografis di seluruh dunia. Secara historis,
prevalensi skizofrenia di Timur Laut dan Barat Amerika Serikat adalah lebih tinggi dari
daerah lainnya.3
2.3 Etiologi
Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Namun berbagai
teori telah berkembang seperti model diastesis-stres dan hipotesis dopamin. Model diastesis
stres merupakan satu model yang mengintegrasikan faktor biologis, psikososial dan
lingkungan. Model ini mendalilkan bahwa seseorang yang mungkin memiliki suatu
kerentanan spesifik (diastesis) yang jika dikenai oleh suatu pengaruh lingkungan yang
menimbulkan stres, memungkinkan perkembangan gejala skizofrenia. Komponen lingkungan
dapat biologis (seperti infeksi) atau psikologis (seperti situasi keluarga yang penuh
ketegangan).
Hipotesis dopamin menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya
aktivitas dopaminergik. Teori tersebut muncul dari dua pengamatan. Pertama, kecuali untuk
klozapin, khasiat dan potensi antipsikotik berhubungan dengan kemampuannya untuk
bertindak sebagai antagonis reseptor dopaminergik tipe 2. Kedua, obat-obatan yang
meningkatkan
aktivitas
dopaminergik
(seperti
amfetamin)
merupakan
salah
satu
psikotomimetik. Namun belum jelas apakah hiperaktivitas dopamin ini karena terlalu
banyaknya pelepasan dopamin atau terlalu banyaknya reseptor dopamin atau kombinasi
kedua mekanisme tersebut. Namun ada dua masalah mengenai hipotesa ini, dimana
hiperaktivitas dopamin adalah tidak khas untuk skizofrenia karena antagonis dopamin efektif
dalam mengobati hampir semua pasien psikotik dan pasien teragitasi berat. Kedua, beberapa
data elektrofisiologis menyatakan bahwa neuron dopaminergik mungkin meningkatkan
kecepatan pembakarannya sebagai respon dari pemaparan jangka panjang dengan obat
antipsikotik. Data tersebut menyatakan bahwa abnormalitas awal pada pasien skizofrenia
mungkin melibatkan keadaan hipodopaminergik.3
Skizofrenia berdasarkan teori dopamin terdiri dari empat jalur dopamin yaitu:
1.
2.
Mesokortikal dopamin pathways: jalur ini dimulai dari daerah VTA ke daerah serebral
korteks khususnya korteks limbik. Peranan mesokortikal dopamin pathways adalah
sebagai mediasi dari gejala negatif dan kognitif pada penderita skizofrenia. Gejala
negatif dan kognitif disebabkan terjadinya penurunan dopamin di jalur mesokortikal
terutama pada daerah dorsolateral prefrontal korteks. Penurunan dopamin di
mesokortikal dopamin pathways dapat terjadi secara primer dan sekunder. Penurunan
sekunder terjadi melalui inhibisi dopamin yang berlebihan pada jalur ini atau melalui
blokade antipsikotik terhadap reseptor D2. Peningkatan dopamin pada mesokortikal dapat
memperbaiki gejala negatif atau mungkin gejala kognitif.
3.
Nigostriatal dopamin pathways: berjalan dari daerah substansia nigra pada batang otak
ke daerah basal ganglia atau striatum. Jalur ini merupakan bagian dari sistem saraf
ekstrapiramidal. Penurunan dopamin di nigostriatal dopamin pathways dapat
menyebabkan gangguan pergerakan seperti yang ditemukan pada penyakit parkinson
yaitu rigiditas, bradikinesia dan tremor. Namun hiperaktif atau peningkatan dopamin di
jalur ini yang mendasari terjadinya gangguan pergerakan hiperkinetik seperti korea,
diskinesia atau tik.
4.
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas):
a) thought eco = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam
kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya sama tapi kualitasnya
berbeda.
thought insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar masuk ke dalam
pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya
(withdrawal); dan
thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
b) delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar, atau
delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar
delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya secara jelas merujuk ke pergerakan
tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau penginderaan khusus);
delusion perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang bermakna sangat
khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c) Halusinasi auditorik:
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap perilkau pasien, atau
Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang
berbicara) atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh pasien
d) Waham-waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar
dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau
kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa
c. Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi
gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan
telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia.5
2.6 Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk masing-masing subtipe skizofrenia.
Pengobatan hanya dibedakan berdasarkan gejala apa yang menonjol pada pasien. Pada
skizofrenia paranoid, gejala positif lebih menonjol, maka adapun pengobatan yang
disarankan kepada pasien obat-obat antipsikotik golongan tipikal (CPZ, HLP).4
Obat Risperidon adalah suatu obat antipsikotik dengan aktivitas antagonis yang
bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan pada reseptor dopamin tipe 2 serta
antihistamin (H1). Menurut data penelitian, obat ini efektif mengobati gejala positif maupun
negatif.3 Risperidon senyawa antidopaminergik yang jauh lebih kuat, berbeda dengan
klozapin, sehingga dapat menginduksi gejala ekstrapiramidal juga hiperprolaktinemia yang
menonjol. Meskipun demikian, risperidon dianggap senyawa antipsikotik atipikal secara
kuantitatif karena efek samping neurologis ekstrapiramidalnya kecil pada dosis harian yang
rendah.7
Klozapin termasuk obat antipsikotik atipikal yang juga mempunyai aktivitas antagonis
yang bermakna pada reseptor serotonin tipe 2 (5-HT2) dan antagonis lemah pada reseptor
dopamin tipe 2 juga bersifat antihistamin (H1). Efek samping berupa gejala ekstrapiramidal
sangat minimal, namun mempunyai sifat antagonis -1 adrenergik yang bisa menimbulkan
hipotensi ortostatik dan sedatif. Selain itu, dilaporkan terjadinya agranulositosis dengan
insiden 1-2% ditambah harganya yang mahal. Klozapin adalah obat lini kedua yang jelas bagi
pasien yang tidak berespon terhadap obat lain yang sekarang ini tersedia.
Selain terapi obat-obatan, juga bisa diterapkan terapi psikososial yang terdiri dari terapi
perilaku, terapi berorientasi keluarga, terapi kelompok, psikoterapi individual. Terapi
perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan
kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi
interpersonal. Perilaku adaptif didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk
hal-hal yang diharapkan sehingga frekuensi maladaptif atau menyimpang dapat diturunkan.
Terapi berorientasi keluarga cukup berguna dalam pengobatan skizofrenia. Pusat dari
terapi harus pada situasi segera dan harus termasuk mengidentifikasi dan menghindari situasi
yang kemungkinan menimbulkan kesulitan. Setelah pemulangan, topik penting yang dibahas
di dalam terapi keluarga adalah proses pemulihan khususnya lama dan kecepatannya.
Selanjutnya diarahkan kepada berbagai macam penerapan strategi menurunkan stres dan
mengatasi masalah dan pelibatan kembali pasien ke dalam aktivitas.
Terapi kelompok biasanya memusatkan pada rencana, masalah, dan hubungan dalam
kehidupan nyata. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan
rasa persatuan dan meningkatkan tes realitas bagi pasien dengan skizofrenia.
Psikoterapi individual membantu menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep
penting didalam psikoterapi adalah perkembangan hubungan terapeutik yang dialami psien
adalah aman. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat dipercayanya ahli terapi, jarak
emosional antara ahli terapi dan pasien, dan keikhlasan ahli terapi seperti yang
diinterpretasikan oleh pasien. Ahli psikoterapi sering kali memberikan interpretasi yang
terlalu cepat terhadap pasien skizofrenia. psikoterapi untuk seorang pasien skizofrenia harus
dimengerti dalam hitungan dekade, bukannya sesi, bulanan, atau bahkan tahunan. Di dalam
konteks hubungan profesional, fleksibilitas adalah penting dalam menegakkan hubungan
kerja dengan pasien. Ahli terapi mungkin akan makan bersama, atau mengingat ulang tahun
pasien. Tujuan utama adalah untuk menyampaikan gagasan bahwa ahli terapi dapat
dipercaya, ingin memahami pasien dan akan coba melakukannya dan memiliki kepercayaan
tentang kemampuan pasien sebagai manusia. Mandred Bleuler menyatakan bahwa sikap
terapeutik terhadap pasien adalah dengan menerima mereka bukannya mengamati mereka
sebagai orang yang tidak dapat dipahami dan berbeda dari ahli terapi.3
2.7 Prognosis
Prognosis tidak berhubungan dengan tipe apa yang dialami seseorang. Perbedaan
prognosis paling baik dilakukan dengan melihat pada prediktor prognosis spesifik di Tabel
2.13.
Prognosis Baik
Prognosis Buruk
Onset lambat
Onset muda
Onset akut
Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan Riwayat seksual, sosial dan pekerjaan
pramorbid yang baik
Gejala
gangguan
mood
gangguan depresif)
Gejala positif
Gejala negatif
Walaupun skizofrenia bukanlah penyakit yang fatal, namun rata-rata kematian orang
yang menderita skizofrenia dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan populasi umum.
Tingginya angka kematian berkaitan dengan kondisi buruk di institusi perawatan yang
berkepanjangan yang menyebabkan tingginya angka Tuberkulosis dan penyakit menular
lainnya. Namun, penelitian baru-baru ini pada orang-orang skizofrenia yang hidup dalam
masyarakat, menunjukkan bunuh diri dan kecelakaan lain sebagai penyebab utama kematian
di negara berkembang maupun negara-negara maju. Bunuh diri, khususnya, telah
muncul sebagai masalah yang mekhawatirkan, karena risiko bunuh diri pada orang dengan
gangguan skizofrenia selama hidupnya telah diperkirakan di atas 10%, sekitar 12 kali lebih
tinggi dari populasi umum. Sepertinya ada sebuah peningkatan mortalitas untuk gangguan
kardiovaskular juga, mungkin terkait dengan gaya hidup yang tidak sehat, pembatasan akses
perawatan kesehatan atau efek samping obat antipsikotik
DAFTAR PUSTAKA
1. Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi ke-3.Jakarta; Bagian Ilmu
Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2007.
2. Kumala, Poppy dkk. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. EGC. Jakarta:1998. 970
3. Kaplan, Harold I., Sadock, Benjamin J., dan Grebb, Jack A. Sinopsis Psikiatri, Jilid I.
Binarupa Aksara. Tangerang: 2010. 699-702, 720-727, 737-740
5. Maslim, Rusdi.Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ- III. FK Unika
Atmajaya. Jakarta:2001. 46, 50
6. Goodman dan Gilman. Dasar Farmakologi Terapi Vol.I. EGC. Jakarta:2007.475,480 &
482