Anda di halaman 1dari 9

HAKIKAT

PUASA RAMADHAN

IBADAH

Menahan Diri dari Mufthirat dan Muhlikat


Puasa berasal dari kata ash-shiyam yang berarti imsakun nafs, menahan
diri dari sesuatu. Secara umum pengertian ash-shiyam (shaum) adalah:
Menahan diri dari segala perbuatan yang membatalkan, dilakukan sejak
terbit fajar hingga terbenam matahari disertai niat berpuasa pada hari-hari
yang tidak diharamkan untuk melakukan puasa.
Makna ash-shiyam dalam syariat Islam memiliki dua pengertian: Pertama,
menahan diri dari segala perbuatan yang mufthirat (membatalkan); Kedua,
menahan diri dari segala perbuatan yang muhlikat (merusak).
Mufthirat ialah segala tuntutan jasmaniah seperti: makan, minum, dan
hubungan seksual suami isteri. Menahan diri dari mufthirat berarti
menghentikan segala kegiatan jasmaniah tadi sejak terbit fajar hingga
terbenam matahari selama bulan Ramadhan, dilandasi keimanan dan
ketaatan terhadap Allah SWT, serta mengharapkan keridhaan-Nya sematamata.Padahal pada hari-hari biasa (di luar Ramadhan), semua perbuatan itu
dihalalkan.
Muhlikat ialah segala tuntutan nafsu dan syahwat yang menjurus kepada
perbuatan dosa (munkar dan maksiat) seperti berdusta, menista, memfitnah,
menghasut, menggunjing, mengadu domba, menipu, dan perbuatan keji tidak
terpuji lainnya.Semua perbuatan muhlikat tadi diharamkan bagi manusia
mukmin bukan hanya pada bulan Ramadhan saja melainkan juga pada setiap
saat.
Menahan diri dari perbuatan mufthirat dan muhlikat itulah yang dimaksud
dengan ibadah puasa dalam syariat Islam. Nabi Muhammad SAW bersabda:
Bukanlah puasa itu (menahan diri) dari makan dan minum saja, melainkan
juga menahan diri dari perbuatan jahat dan keji. Bila ada orang mencaci maki
atau hendak berlaku jahat kepadamu, maka katakanlah kepadanya:
Sesungguhna aku berpuasa, sesungguhnya aku berpuasa. (H.R. Ibnu
Khuzaimah, Ibnu Hibban, dan Hakim).
Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, dan beramal
dengannya, maka tidak ada penilaian Allah atas jerih payahnya meninggalkan
makan dan minum itu. (H.R. Jamaah).
Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa ibadah puasa yang sempurna dapat
mengantarkan orang mukmin untuk mendapat derajat muttaqin dan
muqarrabin. Menurut beliau, untuk mencapai derajat tersebut dalam
melaksanakan ibadah puasa diperlukan beberapa syarat, antara lain:

Menahan mata dari melihat semua perkara yang terlarang.


Menahan lidah (perkataan) dari berkata keji dan kotor.
Menahan telinga dari mendengarkan suara yang dapat menyeret pada
kejahatan.
Menahan anggota badan dari perbuatan terlarang, seperti menahan
perut dari makanan dan minuman yang diharamkan.
Menahan nafsu makan yang berlebihan pada waktu berbuka, sehingga
menyebabkan kekenyangan, badan lesu, kemauan hilang, dan kurang
gairah untuk beramal.
Setiap kali berbuka puasa, hati selalu takut kalau-kalau terdapat
kekurangan dalam menjalankan puasa dan senantiasa berharap agar
puasanya diterima Allah SWT.

Ibadah puasa merupakan perjuangan besar, dilakukan dengan menahan diri


dari segala tuntutan nafsu syahwati yang menjurus kepada perbuatan negatif
destruktif, kemudian mengendalikannya agar tunduk pada ketentuan Allah
SWT.Dengan kemampuan mengendalikan nafsu syahwati tadi, manusia
makin terpelihara dari berbagai pengingkaran, pelanggaran serta
penyimpangan perilaku yang menyungkurkan martabat kemanusiaan ke
tempat dan tingkat yang paling rendah dan hina (asfala safilin).
Hakikat haji]
Pengertian
Haji
dan
Umrah
Haji menurut pengertian bahasa adalah menuju ke suatu tempat berulang
kali atau menuju kepada sesuatu yang di besarkan atau dimuliakan. Assiddiqi
juga berbicara tentang Haji dalam bukunya : Pedoman Haji ; dinamakannya
Haji karena merupakan tempat yang dimuliakan, sehingga mengunjunginya
dinakan
Haji.
Menurut syara; Haji adalah pergi menuju baitullah untuk melakukan ibadah
yang telah dietapkan Allh SWT. Atau ibadah akbar dengan melakukan ziarah
ke
tanah
suci
makkah.
Bepergian untuk tujuan Ibadah telah dikenal oleh umat- umat terdahulu
khususnya di dunia timur yang kesemuanya bertujuan untuk penyucian
jasmani dan rohani dan karena itu ia selalu didahului dengan mandi.Namun
bepergian dalam Haji dalam Islam berbeda dengan bentukbentuk bepergian
yang dikenal umat terdahulu yang dimotivasi oleh hasrat mendapat berkat
dengan menghadiri upacara yang dipimpin pemuka agama dan berkorban
untuk dianugerahkan pada para pemimpin itu.Maka dari itulah nabi Ibrahim
a.s datang untuk membenarkan ajaran yang sesungguhnya yaitu peng-Esaaan
Tuhan. Ibrahim a.s, menemukan dan membina keyakinannya melalui
pencarian dan pengalaman keruhanian yang dilaluinya, dan hal ini - secara
Qurani terbukti bukan saja dalam penemuannya tentang keesaan Tuhan
seru sekalian alam, sebagaimana diuraikan dalam surat al-Anam ayat 75,
tetapi
juga
dalam
keyakinan
tentang
hari
kebangkitan.
Demikianlah sebagian kecil dari keistimewaan Nabi Ibrahim a.s, sehingga
wajar jika beliau dijadikan teladan untuk seluruh manusia, seperti yang

ditegaskan oleh al-Quran surah al-Baqarah ayat 127.keteladanan tersebut


antara lain diwujudkan dalam bentuk ibadah Haji dengan berkunjung ke
Makkah, karena beliaulah bersama putranya ismail. a.s yang membangun
(kembali) fondasi-fondasi Kabah. Dan beliau pulalah yang yang
diperintahkan untuk mengumandangkan syariat haji. Keteladanan yang
diwujudkan dalam bentuk ibadah tersebut dan yang praktek-praktek
ritualnya berkaitan dengan peristiwa yang dialami oleh beliau dan
keluarganya, pada hakikatnya merupakan penegasan kembali dari setiap
jamaah haji, tentang keterikatannya dengan prinsip-prinsip keyakinan yang
dianut
oleh
Ibrahim
a.s.
Ditinjau dari segi kebahasaan, pengertian umrah adalah ziarah atau
mengunjungi; sedangkan dari segi istilah agama, umrah adalah menziarahi
kabah, bertawaf disekeliling kabah, bersaI antara shofa dan marwah, serta
becukur
atau
memotong
rambut.
Haji dan umrah adalah sama-sama ibadah yang mengunjungi kabah, namun
untuk haji sendiri telah diatur pada waktu tertentu, sedangkan umrah
waktunya boleh kapanpun.
Hikmah puasa
Hikmah puasa terangkum dalam firman Allah SWT: "Hai orang-orang yang
beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah [2]: 183).
Dalam ayat ini, Allah SWT tidak berfirman dengan menggunakan redaksi:
Agar kamu sekalian menderita, atau sehat, atau bersahaja (hemat).
Akan tetapi Allah SWT berfirman dengan menggunakan redaksi, agar kamu
sekalian bertakwa. Dengan demikian, ayat tersebut dapat kita pahami bahwa
Allah SWT menjadikan puasa sebagai ujian ruhani (spiritual) dan moral, dan
sebagai media (sarana) untuk mencapai sifat dan derajat orang-orang yang
bertakwa. Allah SWT menjadikan pula takwa sebagai tujuan utama dari
pengalaman ibadah puasa tersebut.
Ibnu Masud ra.merumuskan sebuah kaidah dalam memahami ayat Al-Quran
yang diawali dengan seruan, Hai orang-orang yang beriman, Jika kalian
mendengar atau membaca ayat Al-Quran yang diawali dengan seruan, hai
orang-orang yang beriman, maka perhatikanlah dengan saksama, karena
setelah seruan itu tidak lain adalah sebuah kebaikan yang Allah perintahkan,
atau sebuah keburukan yang Allah larang.
Al-Ghazali pun telah menguraikan hikmah puasa ini dalam kitab
monumentalnya, Ihya 'Ulum Ad-Din.Ia berkata: Tujuan puasa adalah agar
kita berakhlak dengan akhlak Allah SWT, dan meneladani perilaku malaikat
dalam hal menahan diri dari hawa nafsu, sesungguhnya malaikat bersih dari
hawa nafsu. Manusia adalah makhluk yang memiliki kedudukan (derajat) di
atas binatang karena dengan cahaya akal pikirannya ia mampu mengalahkan
hawa nafsunya, dan di bawah derajat malaikat karena manusia diliputi hawa

nafsu. Manusia diuji dengan melakukan mujahadah terhadap hawa nafsunya.


Jika ia terbuai oleh hawa nafsunya, ia jatuh ke dalam derajat yang paling
rendah, masuk dalam perilaku binatang. Dan Jika ia dapat menundukkan
(mengekang) hawa nafsunya, ia naik ke derajat yang paling tinggi dan masuk
dalam tingkatan malaikat.
Ibnu Al-Qayim menambahkan hikmah puasa ini dengan menjelaskan secara
terperinci: Tujuan puasa adalah mengekang diri dari hawa nafsu dan
menundukkannya, mendapatkan kesenangan dan kenikmatan hakiki serta
kehidupan yang suci dan abadi, turut merasakan lapar dan dahaga yang
teramat sangat agar peka terhadap rasa lapar kaum fakir miskin,
mempersempit jalan setan dengan mempersempit jalur makan dan minum,
mengontrol kekuatan tubuh yang begitu liar karena pengaruh tabiat sehingga
membahayakan kehidupan dunia dan akhirat, menenangkan masing-masing
organ dan setiap kekuatan dari keliarannya, dan menali-kendalinya. Sebab
puasa merupakan tali kendali dan perisai bagi orang-orang yang bertakwa
serta training (penggemblengan) diri bagi orang-orang yang ingin
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Selanjutnya, Ibnu Al-Qayim menambahkan penjelasannya tentang rahasia
dan tujuan puasa dengan gaya bahasanya yang khas: Puasa memiliki
pengaruh dan potensi kekuatan yang luar biasa dalam memelihara anggota
badan dari memakan barang yang merusak kesehatan. Puasa memelihara
kesehatan jiwa dan raga, dan mengembalikan kepadanya apa yang telah
dirampas oleh kekuatan hawa nafsunya. Puasa adalah media yang paling baik
untuk membantu mencapai derajat takwa.
Syaikh Ahmad Musthafa Al-Maraghi dalam tafsir Al-Maraghi mengatakan, ada
beberapa sisi puasa yang dapat mengantarkan manusia meraih gelar
muttaqin.
Pertama, puasa membiasakan seseorang takut kepada Allah SWT, karena
orang yang sedang berpuasa tidak ada yang mengontrol dan melihat kecuali
Allah SWT.
Kedua, puasa mampu menghancurkan tajamnya syahwat dan mengendalikan
nafsu, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: Wahai para pemuda, barangsiapa
yang mampu untuk menikah, maka menikahlah. Sesungguhnya nikah itu bisa
menahan pandangan dan menjaga kemaluan.Dan barangsiapa yang tidak
mampu, hendaklah berpuasa, karena puasa sesungguhnya dapat
mengendalikan syahwat.
Ketiga, puasa membiasakan seseorang berkasih sayang.Membiasakan untuk
selalu berkurban dan bersedekah. Di saat ia melihat orang lain
serbakekurangan, tersentuhlah hatinya untuk berbagi kepadanya.

Keempat, puasa membiasakan keteraturan hidup, yaitu orang yang berpuasa


akan berbuka pada waktu yang sama, dan tidak ada yang lebih dulu karena
kehormatan, harta, atau jabatan, misalnya.
Kelima, adanya persamaan antara yang miskin dan kaya, antara penguasa
dan biasa, tidak ada perbedaan dalam melaksanakan kewajiban agama.
Keenam, puasa dapat menghancurkan sisa-sisa makanan yang mengendap
dalam tubuh, terutama pada orang yang mempunyai kebiasaan makan dan
sedikit kegiatan.
Ketujuh, puasa dapat membersihkan jiwa, karena puasa hakikatnya memutus
dominasi syahwat.Syahwat bisa kuat dengan makan dan minum, dan setan
selalu datang melalui pintu-pintu syahwat.Dengan berpuasa, syahwat dapat
dipersempit geraknya.
Kedelapan, puasa membentuk manusia baru, Rasulullah SAW bersabda:
Barangsiapa berpuasa dengan niat mencari pahala dari Allah SWT, maka ia
keluar dari bulan Ramadhan sebagaimana bayi yang baru lahir.
Mudah-mudahan Ramadhan kali ini akan mengantarkan menjadi hambahamba-Nya yang muttaqin. Amin. (baihaqi)
Hikmah haji
Ibadah haji merupakan ibadah fisik, namun demikian banyak makna baik
yang tersirat maupun yang tersurat yang bisa kita ambil dalam pelaksanaan
ibadah haji tersebut.Sungguh sangat disayangkan jika kita dalam
melaksanakan ibadah haji ini kita kehilangan hikmah atau pelajaran yang
terkandung di dalamnya. Hanya capek dan lelah saja yang akan kita dapatkan
jika kita tidak mampu mengambil hikmah dari perjalanan ibadah haji kita.
Sungguh
hanya
perkerjaan
yang
sia-sia
belaka.
Hikmah ibadah haji disini memiliki maksud agar calon jamaah haji dapat
mengetahui, memahami dan menghayati tujuan dan hakikat pelaksanaan
ibadah haji, sehingga diharapkan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah
SWT, karena semua ibadah yang kita lakukan pada dasarnya untuk
membentuk manusia yang bertaqwa.
Ada beberapa hikmah yang bisa kita petik dari ibadah haji kita antara lain:
Hikmah Ihram
Ihram memiliki pengertian niat mulai
mengerjakan ibadah haji atau umrah
dan menjauhi segala larangan-larangan
selama berihram. Allah STW telah
menetapkan beberapa larangan yang

harus dipatuhi oleh jamaah haji selama berihram jika dilanggar maka ada
konsekuensi yang harus kita terima jika dilanggar, yaitu dengan cara
membayar Dam / Fidyah sesuai ketentuan syari. Dengan berihram ini berarti
kita telah berikrar dan bertekad untuk tidak melanggar larangan-larangan
ihram seperti memotong/ mencukur rambut, memotong pepohonan di
Tanah Suci atau memakai pakaian berjahit. Padahal kesemuanya itu hal biasa
dalam keseharian, bahkan kita disunahkan memotong kuku atau rambut
untuk kebersihan kita, tetapi dalam kondisi berihram semuanya itu adalah
dilarang!.
Apa hikmah yang bisa kita petik dari semuanya itu. Ini semua menunjukkan
sikap kepatuhan dan ketaatan kita kepada Allah SWT.Hal ini juga wujud dari
ikrar syahadat kita bahwa Tidak ada Tuhan yang yang patut disembah selain
Allah SWT. Ketaatan kita kepada-Nya adalah mutlak! tanpa adanya
pengecualian. Dialah Sang Pencipta, Yang Berkuasa atas segala sesuatu,
Apapun yang telah ditetapkan-Nya adalah ketentuan yang mutlak berlaku,
kita hanya hambanya yang dhaif, lemah. Jamaah haji tidak boleh
meremehkan larangan-larangan ihram ini, meskipun konsekuensi melanggar
larangan ihram itu tidak seberapa berat, tetapi bukan itu
esensinya!.Kepatuhan dan ketaatan kitalah yang sedang diuji, untuk tidak
melanggar larangan-larangan ihram dalam berihram ini.Semakin kita tidak
melanggar larangan-larangan ihram ini adalah hal terbaik yang harus kita
laksanakan selama menjalankan ibadah haji, hal ini menunjukkan tingkat
ketaatan kita kepada Allah SWT.Semoga ketaatan kita ini dapat
mengantarkan kita memperoleh haji mabrur.
Dalam berihram, kita hanya memakai dua helai kain saja tanpa berjahit,
disunnahkan kain yang putih bersih. Hal ini menunjukkan kita semua
dihadapan Allah SWT adalah sama, tidak ada yang berpakaian mewah, semua
pakaian yang gemerlap, pangkat dan jabatan harus ditanggalkan. Yang
tertinggal adalah ketaqwaan kita yang menjadi bekal kita dalam .memenuhi
panggilan Allah SWT ini, karena sebaik-baiknya bekal adalah bekal
taqwa.Dalam memenuhi panggilan Allah SWT ini, diharapkan dengan hati
yang bersih, seputih bersih kain ihram itu sendiri, tidak ada kesombongan,
karena kesombongan hanyalah milik Allah SWT semata.
Hikmah Thawaf
Thawaf adalah mengelilingi
Kabah sebayak tujuh kali
putaran dimulai dan diakhiri dari
Rukun Hajar Aswad, sedangkan
kabah berada disebelah kiri.
Kabah adalah pusat/ kiblat
ibadah umat islam. Disinilah, di
Baitullah ini kita menjadi tamu
Allah SWT. Thawaf merupakan

sarana pertemuan kita sebagai tamu dengan Sang Khaliq, dengan


mengelilingi kabah disertai dengan dzikir dan berdoa dengan khusuk. Kabah
menjadi pusaran dan pusat peribadatan kita kehadirat Allah SWT, karena
thawaf identik dengan sholat dimana kita berkomunikasi secara langsung
dengan Allah SWT.Putaran thawaf sebanyak 7 kali merefleksikan rotasi bumi
terhadap matahari yang menandai putaran terjadinya kisaran waktu, siang
dan malam, yang menunjukkan waktu, hari, bulan dan tahun.Subhanallah..,
inilah kebesaran Allah SWT, semuanya bukanlah terjadi secara kebetulan,
tetapi sudah menjadi Sunatullah.Tidak ada kejadian dimuka bumi ini yang
terjadi secara kebetulan melainkan sudah direncanakan Allah SWT.Dan
semuanya berjalan sesuai denang ukurannya masing-masing.
Hikmah Sai
Sai berarti usaha, sai adalah perjalanan dari Shafa ke Marwah dan
sebaliknya sebanyak 7 kali perjalanan. Ibadah sai ini merupakan ajaran dari
Siti Hajar ketika mondar-mandir antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah untuk
mencari air karena Nabi Ismail AS menangis kehausan, padahal jarak antara
Shafa dan Marwah sekitar 425 m. Kisah ini menunjukkan betapa besarnya
cinta kasih seorang ibu kepada anaknya, begitu kuat usaha yang
dilakukannya untuk mendapatkan setetes air untuk menghilangkan dahaga
anaknya. Hikmah yang bisa kita ambil dari kisah tersebut adalah usaha yang
dilakukan secara terus-menerus tanpa kenal lelah serta tawakal untuk
meraih suatu tujuan, meskipun pada akhirnya hanyalah Allah SWT yang
menentukan hasil dari jerih payah kita.Kenyataannya yang menemukan
sumber mata air di tanah yang kering dan tandus tersebut adalah putranya
sendiri, Nabi Ismail AS, yang dikenal dengan sumur air zam-zam. Air Zamzam inilah yang pada akhirnya menghidupi masyarakat sekitar Makkah
selama ribuan tahun dan sumur ini tidak pernah kering sampai saat ini,
meskipun berjuta-juta galon telah diambil untuk keperluan jamaah haji,
Subhanallah nikmat mana yang kamu ingkari!
Hikmah Tahalul
Tahallul merupakan perbuatan untuk melepskan diri dari laranganlarangan ihram selama berihram, dilakukan dengan cara bercukur.
Bercukur mengandung makna membersihan diri, membersihkan segala
pikiran-pikiran kotor yang tidak bermanfaat.Bersihkan hati dan pikiran
untuk menapaki kehidupan yang lebih baik menuju kepada keridhaan Allah
SWT.
Hikmah Wukuf
Wukuf berarti berhenti, merupakan Rukun ibadah haji, tidak ada haji
jika tidak wukuf di arofah. Wukuf di padang Arofah merupakan
gambaran kelak kita akan dikumpulkan Allah SWT di Padang Mahsyar pada
Hari Kebangkitan. Pada saat wukuf ini, kita akan merasa dalam suasana yang

tenang, tentram, seluruh jamaah haji dari berbagai penjuru dunia berkumpul,
bermunajad kehadirat Allah SWT, Sang Pencipta. Semuanya berdzikir,
bertafakur, ada yang menangis memohon ampunan, bertobat atas segala
dosa dan kesalahan.Sesungguhnya Adalah sebaik-baiknya Penerima Taubat
Hamba-Nya. Dalam Wukuf ini Allah akan membebaskan dan mengampuni
dosa-dosa orang-orang yang sedang wukuf sebesar apapun dosanya, seperti
disebutkan dalam hadits riwayat Muslim, Nabi SAW bersabda: Aku
berlindung kepada Allah SWT dari godaan syetan yang terkutuk. Tiada hari
yang lebih banyak Allah membebaskan seorang hamba dari neraka selain
Hari Arofah.
Dalam hadits lain Rasulullah SAW juga bersabda:
Nabi SAW wukuf di Arofah, di saat matahari hampir terbenam; Beliau
berkata; Wahai Bilal suruhlah umat manusia mendengarkan saya.
Maka Bilal pun berdiri seraya berkata, Dengarkanlah Rasulullah SAW, maka
mereka mendengarkan, lalu Nabi SAW bersabda; Wahai umat manusia, baru
saja Jibril a.s. datang kepadaku, maka dia membacakan salam dari Tuhanku,
dan dia mengatakan; Sungguh Allah SWT mengampuni dosa-dosa orangorang yang berwukuf di Arofah, dan orang-orang yang bermalam di Masyaril
Haram (Muzdalifah), dan menjamin membebaskan mereka dari tuntutan
balasan dan dosa-dosa mereka. Maka Umar bin Khattab berdiri dan bertanya,
Ya, Rasulullah, apakah ini khusus untuk kita saja? Rasulullah menjawab: ini
untukmu dan orang-orang sesudahmu hingga hari kiamat kelak. Umar r.a.
pun lalu berkata, Kebaikan Allah sungguh banyak dan Dia Maha Pemurah.
Hikmah Mabit di Muzdalifah
Setelah terbenam matahari wukuf telah berakhir, jamaah haji berangkat
menuju Muzdalifah untuk bermalam dan beristirahat, mengumpulkan tenaga
kembali guna melanjutkan melontar jumrah di Mina.Disunnahkan di
Muzdalifah ini jamaah haji mencari kerikil untuk melontar jumrah.Selama
mabit di Muzdalifah ini disunnahkan memperbanyak dzikir dan berdoa.
Setelah lewat tengah malam, jamaah haji akan berangkat menuju Mina untuk
mabit dan melantar jumrah pada tanggal 10, 11, 12, 13, Dzulhijjah. Hikmah
Mabit di Muzdalifah ini, kita mempersiapkan diri baik tenaga maupun
perbekalan dan senjata (lambang kerikil) untuk melawan musuh manusia
yang nyata yaitu syeitan.Kerikil-kerikil tersebut nantinya dipergunakan
untuk melontar jumrah yang melambangkan perang melawan syaitan.
Syaitan selalu menjerumuskan manusia ke dalam api neraka karena itu tidak
ada ruang lagi bagi syaitan.
Hikmah Mabit di Mina
Mabit di mina ini dilaksanakan selama 4 hari mulai tanggal 10, 11, 12,
13, Dzulhijjah. Selama mabit ini jamaah haji akan melaksanakan
melontar jumrah Ula, Wustha dan Aqobah. Mabit ini merupakan

penginggalan ajaran Nabi Ibrahim A.S. ketika diperintahkan Allah SWT untuk
menyembelih putranya Nabi Ismail A.S. Dalam perjalanan menjalankan
perintah Allah inilah Nabi Ibrahim mendapat godaan terus-menerus dari
syaitan agar mengurungkan niatnya untuk menyembelih putra
kesayangannya, tetapi Nabi Ibrahim A.S. tetap istiqomah menjalankan
perintah ALLAH SWT ini dan melempari syaitan-syaitan tersebut dengan
batu kerikil. Makna Melontar jumrah adalah perang kita terhadap musuh
yang paling nyata bagi manusia yaitu syaitan, karena syaitan-syaitan tidak
pernah lengah untuk menggoda manusia agar terjerumus kedalam api
neraka. Disamping itu selama mabit ini kita disunahkan untuk selalu
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan berdzikir dan berdoa serta
memperbanyak ibadah.

Anda mungkin juga menyukai