Hakikat Ibadah
Hakikat Ibadah
PUASA RAMADHAN
IBADAH
harus dipatuhi oleh jamaah haji selama berihram jika dilanggar maka ada
konsekuensi yang harus kita terima jika dilanggar, yaitu dengan cara
membayar Dam / Fidyah sesuai ketentuan syari. Dengan berihram ini berarti
kita telah berikrar dan bertekad untuk tidak melanggar larangan-larangan
ihram seperti memotong/ mencukur rambut, memotong pepohonan di
Tanah Suci atau memakai pakaian berjahit. Padahal kesemuanya itu hal biasa
dalam keseharian, bahkan kita disunahkan memotong kuku atau rambut
untuk kebersihan kita, tetapi dalam kondisi berihram semuanya itu adalah
dilarang!.
Apa hikmah yang bisa kita petik dari semuanya itu. Ini semua menunjukkan
sikap kepatuhan dan ketaatan kita kepada Allah SWT.Hal ini juga wujud dari
ikrar syahadat kita bahwa Tidak ada Tuhan yang yang patut disembah selain
Allah SWT. Ketaatan kita kepada-Nya adalah mutlak! tanpa adanya
pengecualian. Dialah Sang Pencipta, Yang Berkuasa atas segala sesuatu,
Apapun yang telah ditetapkan-Nya adalah ketentuan yang mutlak berlaku,
kita hanya hambanya yang dhaif, lemah. Jamaah haji tidak boleh
meremehkan larangan-larangan ihram ini, meskipun konsekuensi melanggar
larangan ihram itu tidak seberapa berat, tetapi bukan itu
esensinya!.Kepatuhan dan ketaatan kitalah yang sedang diuji, untuk tidak
melanggar larangan-larangan ihram dalam berihram ini.Semakin kita tidak
melanggar larangan-larangan ihram ini adalah hal terbaik yang harus kita
laksanakan selama menjalankan ibadah haji, hal ini menunjukkan tingkat
ketaatan kita kepada Allah SWT.Semoga ketaatan kita ini dapat
mengantarkan kita memperoleh haji mabrur.
Dalam berihram, kita hanya memakai dua helai kain saja tanpa berjahit,
disunnahkan kain yang putih bersih. Hal ini menunjukkan kita semua
dihadapan Allah SWT adalah sama, tidak ada yang berpakaian mewah, semua
pakaian yang gemerlap, pangkat dan jabatan harus ditanggalkan. Yang
tertinggal adalah ketaqwaan kita yang menjadi bekal kita dalam .memenuhi
panggilan Allah SWT ini, karena sebaik-baiknya bekal adalah bekal
taqwa.Dalam memenuhi panggilan Allah SWT ini, diharapkan dengan hati
yang bersih, seputih bersih kain ihram itu sendiri, tidak ada kesombongan,
karena kesombongan hanyalah milik Allah SWT semata.
Hikmah Thawaf
Thawaf adalah mengelilingi
Kabah sebayak tujuh kali
putaran dimulai dan diakhiri dari
Rukun Hajar Aswad, sedangkan
kabah berada disebelah kiri.
Kabah adalah pusat/ kiblat
ibadah umat islam. Disinilah, di
Baitullah ini kita menjadi tamu
Allah SWT. Thawaf merupakan
tenang, tentram, seluruh jamaah haji dari berbagai penjuru dunia berkumpul,
bermunajad kehadirat Allah SWT, Sang Pencipta. Semuanya berdzikir,
bertafakur, ada yang menangis memohon ampunan, bertobat atas segala
dosa dan kesalahan.Sesungguhnya Adalah sebaik-baiknya Penerima Taubat
Hamba-Nya. Dalam Wukuf ini Allah akan membebaskan dan mengampuni
dosa-dosa orang-orang yang sedang wukuf sebesar apapun dosanya, seperti
disebutkan dalam hadits riwayat Muslim, Nabi SAW bersabda: Aku
berlindung kepada Allah SWT dari godaan syetan yang terkutuk. Tiada hari
yang lebih banyak Allah membebaskan seorang hamba dari neraka selain
Hari Arofah.
Dalam hadits lain Rasulullah SAW juga bersabda:
Nabi SAW wukuf di Arofah, di saat matahari hampir terbenam; Beliau
berkata; Wahai Bilal suruhlah umat manusia mendengarkan saya.
Maka Bilal pun berdiri seraya berkata, Dengarkanlah Rasulullah SAW, maka
mereka mendengarkan, lalu Nabi SAW bersabda; Wahai umat manusia, baru
saja Jibril a.s. datang kepadaku, maka dia membacakan salam dari Tuhanku,
dan dia mengatakan; Sungguh Allah SWT mengampuni dosa-dosa orangorang yang berwukuf di Arofah, dan orang-orang yang bermalam di Masyaril
Haram (Muzdalifah), dan menjamin membebaskan mereka dari tuntutan
balasan dan dosa-dosa mereka. Maka Umar bin Khattab berdiri dan bertanya,
Ya, Rasulullah, apakah ini khusus untuk kita saja? Rasulullah menjawab: ini
untukmu dan orang-orang sesudahmu hingga hari kiamat kelak. Umar r.a.
pun lalu berkata, Kebaikan Allah sungguh banyak dan Dia Maha Pemurah.
Hikmah Mabit di Muzdalifah
Setelah terbenam matahari wukuf telah berakhir, jamaah haji berangkat
menuju Muzdalifah untuk bermalam dan beristirahat, mengumpulkan tenaga
kembali guna melanjutkan melontar jumrah di Mina.Disunnahkan di
Muzdalifah ini jamaah haji mencari kerikil untuk melontar jumrah.Selama
mabit di Muzdalifah ini disunnahkan memperbanyak dzikir dan berdoa.
Setelah lewat tengah malam, jamaah haji akan berangkat menuju Mina untuk
mabit dan melantar jumrah pada tanggal 10, 11, 12, 13, Dzulhijjah. Hikmah
Mabit di Muzdalifah ini, kita mempersiapkan diri baik tenaga maupun
perbekalan dan senjata (lambang kerikil) untuk melawan musuh manusia
yang nyata yaitu syeitan.Kerikil-kerikil tersebut nantinya dipergunakan
untuk melontar jumrah yang melambangkan perang melawan syaitan.
Syaitan selalu menjerumuskan manusia ke dalam api neraka karena itu tidak
ada ruang lagi bagi syaitan.
Hikmah Mabit di Mina
Mabit di mina ini dilaksanakan selama 4 hari mulai tanggal 10, 11, 12,
13, Dzulhijjah. Selama mabit ini jamaah haji akan melaksanakan
melontar jumrah Ula, Wustha dan Aqobah. Mabit ini merupakan
penginggalan ajaran Nabi Ibrahim A.S. ketika diperintahkan Allah SWT untuk
menyembelih putranya Nabi Ismail A.S. Dalam perjalanan menjalankan
perintah Allah inilah Nabi Ibrahim mendapat godaan terus-menerus dari
syaitan agar mengurungkan niatnya untuk menyembelih putra
kesayangannya, tetapi Nabi Ibrahim A.S. tetap istiqomah menjalankan
perintah ALLAH SWT ini dan melempari syaitan-syaitan tersebut dengan
batu kerikil. Makna Melontar jumrah adalah perang kita terhadap musuh
yang paling nyata bagi manusia yaitu syaitan, karena syaitan-syaitan tidak
pernah lengah untuk menggoda manusia agar terjerumus kedalam api
neraka. Disamping itu selama mabit ini kita disunahkan untuk selalu
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan berdzikir dan berdoa serta
memperbanyak ibadah.