Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS MASALAH

1. Struktur anatomi apa yang terdapat pada region colli?


Leher merupakan bagian dari tubuh manusia yang terletak di antara thoraks
dan caput. Batas di sebelah cranial adalah basis mandibula dan suatu garis yang
ditarik dari angulus mandibula menuju ke processus mastoideus, linea nuchae
suprema sampai ke protuberantia occipitalis eksterna. Batas kaudal dari ventral ke
dorsal dibentuk oleh incisura jugularis sterni, klavicula, acromion dan suatu garis
lurus yang menghubungkan kedua acromia.

Jaringan leher dibungkus oleh tiga fascia. Fascia koli superficialis


membungkus musculus Sternokleidomastoideus dan berlanjut ke garis tengah di leher
untuk bertemu dengan fascia sisi lain. Fascia koli media membungkus otot-otot
pratrakeal dan bertemu pula dengan fascia sisi lain di garis tengah yang juga
merupakan pertemuan dengan fascia coli superficial. Ke dorsal fascia koli media
membungkus arteri karotis komunis, vena jugularis interna dan nervus vagus jadi
satu. Fascia koli profunda membungkus musculus prevertebralis dan bertemu ke
lateral dengan fascia koli media. Bentuk umum leher adalah sebagai conus dengan

basis yang menghadap ke arah kaudal. Ditentukan oleh processus spinosus vertebra
cervicalis, otot-otot panniculus adiposus, os. hyoideum, trachea dan glandula
thyroidea. Turut menentukan adalah posisi kepala dan columna vertebralis, pada
posisi antefleksi kepala dan leher maka processus spinosus dari vertebra prominens
sangat menonjol, kulit disebelah ventral melipat-lipat. Pada posisi retrofleksi kepala
dan leher maka kulit disebelah dorsal melipat-lipat sedangkan disebelah ventral akan
kelihatan dengan jelas laring, trachea dan glandula thyroidea ( terutama pada wanita)
Leher dibagi oleh muskulus sternokleidomastoideus menjadi trigonum anterior
atau medial dan trigonum posterior atau lateral.
1. Trigonum anterior : di anterior dibatasi oleh sternokleidomastoideus, linea
mediana leher dan mandibulae, terdiri dari :
1. Trigonum muscular : dibentuk oleh linea mediana, musculus omohyoid
venter superior, dan musculus sternokleidomastoideus.
2. Trigonum caroticum : dibentuk oleh musculus omohyoid venter
superior, musculus sternokleidomastoideus, musculus digastricus
venter posterior.
3. Trigonum submentale : dibentuk oleh venter anterior musculus
digastricus, os. hyoid dan linea mediana.
4. Trigonum submandibulare : dibentuk oleh mandibula, venter superior
musulus digastricus, dan venter anterior musculus digastricus
2. Trigonum posterior : dibatasi superior oleh musculus sternokleidomastoideus,
musculus trapezius dan clavicula, terdiri dari :
1. Trigonum supraclavicular : dibentuk oleh venter inferior musculus
omohyoid, clavicula dan musculus sternokleidomastoideus.
2. Trigonum occipitalis : dibentuk oleh venter inferior musculus
omohyoid, musculus trapezius dan musculus sternokleidomastoideus.
Gambar 2 Trigonum anatomicum

Batang leher
Leher terbagi dua bagian utama yang berbentuk segitiga yaitu anterior dan
posterior. Oleh otot sternokleidomastoid yang bejalan menyerong dari prosesus
mastoid tulan pelipis ke sebelah depan klavikula, dan dapat diraba. Tulang itu terletak
pada dasar leher dan memisahkannya dari rongga torak .
Segitiga posterior leher sebelah depan di batasi otot sternokleidomastoid dan
di belakang oleh tepi otot trapezius. Bagian ini berisi sebagian saraf servikal dan
plekus brakhialis, serangkaian kelenjar limfe, urat saraf dan pembuluh darah, di
tempat ini penekanan arteri subklavia di lakukan dengan jari.
Segitiga anterior di sebut juga segitiga karotis karena terdapat arteri karotis
komunis beserta cabangnya yaitu karotis interna dan karotis eksterna juga vena
jugularis interna dan saraf.
Segitiga digastrik, terletak di bawah rahang, terdapat kelenjar submandibularis
dan kelenjar parotis, cabang saraf fasialis dan arteri fasialis. Struktur lainnya sebelah
dalam pembulu karotis manubrium sterni merupakan hal penting karena di
belakangnya terletak sebagaian dari arkus aorta dan vena inominata.
Trakea di mulai dari bawah tulang rawan krikoid berjalan masuk rongga
toraks dan berakhir menjadi bronkus kiri dan kanan setinggi sudut sternum. Esofagus
mulai dari tepi bawah tulang rawan krioid berjalan kebwah di belakang trakea.
Kelenjar timus terletak di belakang manubrium sterni, ada kalanya meluas ke atas
sampai ke batang leher.

2. Bagaimana patofisiologi benjolan pada Nn.Fanny dalam kasus?


Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel
pertahanan tubuh yang berasal dari kelenjar getah bening itu sendiri seperti
limfosit, sel plasma, monosit dan histiosit atau
karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil)
untuk mengatasi infeksi di kelenjar getah bening
(limfadenitis),

infiltrasi

sel-sel

ganas

atau

timbunan dari penyakit metabolite macrophage


(gaucher disease)
Infeksi dapat menimbulkan pembesaran kelenjar
limfe karena apabila mekanisme pertahanan tubuh berfungsi baik, sel-sel
pertahanan tubuh seperti makrofag, neutrofil dan sel T akan berupaya

memusnahkan agen infeksius sedangkan agen infeksius itu sendiri berupaya


untuk menghancurkan sel-sel tubuh terutama eritrisot agar bisa mendapatkan
nutrisi. Kedua upaya perlawanan ini akan mengakibatkan pembesaran kelenjar
limfe karena bekerja keras untuk memproduksi sel limfoid maupun menyaring
sel tubuh yang mengalami kerusakan dan agen infeksius yang masuk agar
tidak menyebar ke organ tubuh lain.

Sedangkan mekanisme timbulnya benjolan akibat neoplasma entah itu di otot,


sel limfoid, tulang maupun kelenjar secara umum hampir sama. Awalnya
terjadi displasia dan metaplasia pada sel matur akibat berbagai faktor sehingga
diferensiasi sel tidak lagi sempurna. Displasia ini menimbulkan sejumlah
kelainan fisiologis molekuler seperti peningkatan laju pembelahan sel dan
inaktifasi mekanisme bunuh diri sel terprogram. Hal ini berakibat pada
proliferasi sel (berupa nodus tempat proliferasi limfosit sebagai

respons

terhadap antigen) tak terkendali yang bermanifestasi pada timbulnya benjolan


pada jaringan.

Nama : Moulya Halisyah Cempaka


NIM : 04011381320053
PSPD A FK UNSRI

LEARNING ISSUE
Radang Kronik Imun Spesifik
a. Organ imunologi perifer
Limfosit terdapat sebagai sel yang berada di dalam darah, limfe, jaringan pengikat
dan epitel, terutama dalam lamina propria tractus respiratorius dan tractus
digestivus, limfosit terlihat bersama dengan plasmasit dan makrofag sebagai
kumpulan yang padat dalam jaringan pengikat longgar. Apabila jaringan
penyusunnya terdiri atas sel-sel limfosit saja maka jaringan tersebut disebut
jaringan limfoid, sedangkan organ limfoid adalah jaringan limfoid yang
membentuk bangunan sendiri. Jadi, jaringan dan organ limfoid adalah jaringan
yang mengandung terutama limfosit, terlepas apakah terdapat bersama dengan
plasmasit dan makrofag atau tidak.
Berdasarkan atas fungsinya, jaringan limfoid terbagi menjadi:
1. Jaringan limfoid primer/sentral
Jaringan limfoid primer berfungsi sebagai tempat diferensiasi limfosit yang
berasal dari jaringan myeloid. Terdapat dua jaringan limfoid primer , yaitu
kelenjar thymus yang merupakan diferensiasi limfosit T dan sumsum tulang
yang merupakan diferensiasi limfosit B. Pada aves, limfosit B berdiferensiasi
dalam bursa fabricius. Jaringan limfoid primer mengandung banyak sel-sel
limfoid diantara sedikit sel makrofag dalam anyaman sel stelat yang
berfungsi sebagai stroma dan jarang ditemukan serabut retikuler.
2. Jaringan limfoid perifer/sekunder
Jaringan limfoid sekunder berfungsi sebagai tempat menampung sel-sel
limfosit yang telah mengalami diferensiasi dalam jaringan sentral menjadi
sel-sel yang imunokompeten yang berfungsi sebagai komponen imunitas
tubuh. Dalam jaringan limfoid sekunder, sebagai stroma terdapat sel retikuler
yang berasal dari mesenkim dengan banyak serabut-serabut retikuler.

Jaringan limfoid yang terdapat dalam tubuh sebagian besar tergolong dalam
jaringan ini, contohnya nodus lymphaticus, limfa dan tonsilla.
3. Nodus Lymphaticus
Nodus lymphaticus merupakan organ kecil yang terletak berderet-deret
sepanjang pembuluh limfe. Jaringan parenkimnya merupakan kumpulan
yang mampu mengenal antigen yang masuk dan memberi reaksi imunologis
secara spesifik. Organ ini berbentuk seperti ginjal atau oval dengan ukuran 12,5 mm. Bagian yang melekuk ke dalam disebut hillus, yang merupakan
tempat keluar masuknya pembuluh darah. Pembuluh limfe aferen masuk
melalui permukaan konveks dan pembuluh limfe eferen keluar melalui
hillus. Nodus lymphaticus tersebar pada ekstrimitas, leher, ruang
retroperitoneal di pelvis dan abdomen dan daerah mediastinum.
Dinding pembuluh limfe yang tipis mudah ditembus oleh makromolekul dan
sel-sel yang berkelana dari jaringan pengikat, sehingga tidak dijumpai
adanya barier yang mencegah bahan-bahan antigenik, baik endogen maupun
eksogen. Sel bakteri dapat dengan mudah melintasi epidermis dan epitel
membrana mukosa yang membatasi ruangan dalam tubuh, yang apabila luput
dari perngrusakan oleh fagosit dalam darah maka akan berproliferasi dan
menghasilkan

toksin

yang

mudah

masuk

dalam

limfe.

Nodus lymphaticus berfungsi sebagai filtrasi terhadap limfe yang masuk


karena terdapat sepanjang pembuluh limfe sehingga akan mencegah
pengaruh yang merugikan dari bakteri tersebut. Fungsi imunologis nodus
lymphaticus disebabkan adanya limfosit dan plasmasit dengan bantuan
makrofag untuk mengenal antigen dan pembuangan antigen fase terakhir.
Nodus lymphaticus juga merupakan tempat penyebaran sel-sel yang baru
dilepas oleh thymus atau sumsum tulang.
4. Lien
Lien merupakan organ limfoid yang terletak di cavum abdominal di sebelah
kiri atas di bawah diafragma dan sebagian besar dibungkus oleh peritoneum.
Lien

merupakan

organ

penyaring

yang

kompleks

yaitu

dengan

membersihkan darah terhadap bahan-bahan asing dan sel-sel mati disamping

sebagai pertahanan imunologis terhadap antigen. Lien berfungsi pula untuk


degradasi hemoglobin, metabolisme Fe, tempat persediaan trombosit, dan
tempat limfosit T dan B. Pada beberapa binatang, lien berfungsi pula untuk
pembentukan eritrosit, granulosit dan trombosit.
Limfosit dalam lien sebagian beupa limfosit T, sebagian dari medulla oseum
yang dibawah pengaruh Limfosit B. Makrofag dalam lien kemungkinan
berasal dari sel induk dalam medulla osseum. Apabila lien diangkat, maka
fungsinya akan diambil alih oleh organ lain. Apabila terjadi luka, akan terjadi
kesembuhan dengan timbulnya jaringan pengikat.
5. Tonsilla
Lubang penghubung antara cavum oris dan pharynx disebut faucia. Di
daerah ini membran mukosa tractus digestivus banyak mengandung
kumpulan jaringan limfoid dan terdapat infiltrasi kecil-kecil diseluruh bagian
di daerah tersebut. Selain itu diyemukan juga organ limfoid dengan batasbatas nyata.
Rangkaian organ limfoid ini (cincin Waldeyer) meliputi:
a. Tonsila Lingualis
Tonsilla lingualis terdapat pada facies dorsalis radix linguae sebagai
tonjolan-tonjolan bulat. Dalam jaringan limfoid tampak adanya nodus
lymphaticus.
b. Tonsila Palatina
Diantara arcus glossoplatinus dan arcus pharyngopalatinus terdapat dua buah
jaringan limfoid dibawah membrane mukosa yang masing-masing disebut
tonsilla palatine.
c. Tonsila Pharyngealis
Pada atap dan dinding dorsal nasopharynx terdapat kelompok jaringan
limfoid yang ditutupi pula oleh epitel yang dinamakan tonsilla pharyngealis.

b. Reaksi imunopatologi yang mendasari terjadinya pembentukan granuloma

Peran sel T :

Fungsi pengendali; sel T penolong /CD4 (cluster of deferentiation 4)

Fungsi pelaksana; sel T sitotoksik (pemusnah) / CD8 => mampu mematikan


sel terinfeksi virus, sel tumor

Fungsi Sel CD4 :


Pengendali ; mengaitkan sist monosit-makrofag ke sist limfoid
berinteraksi dg sel penyaji antigen untuk mengendalikan Ig
Menghasilkan sitokin yang memungkin tumbuhnya sel CD4 dan CD8
Berkembang menjadi sel pengingat

Fungsi imunitas seluler :

Sel CD8 mematikan scr langsung sel sasaran

Sel T menyebabkan reaksi hipersensitifitas tipe lambat

Sel T memiliki kemampuan menghasilkan sel pengingat

Sel T sbg pengendali CD4 dan CD8 memfasilitasi dan menekan respon imun
seluler dan humoral

Hipersensitifitas yang dimediasi sel (tipe IV) :

Dimediasi limfosit T yang tersensitisasi spesifik

Hipersensitifitas tipe lambat dan sitotoksisitas dimediasi sel T

Hipersensitifitas tipe lambat :

Respon utama: Mycrobacterium tuberculosis, fungus, protozoa, parasit,


dermatitis kontak, rejeksi allograf

Mediasi: sel CD4+ TH1 digerakkan oleh IL12 yg disekresi makrofag aktif

Sitokin TH1: interferon(IFN-, IL2 dan TNF-

Sitokin merekrut monosit dan makrofag (non spesifik)

Ag persisten/tidak dpt diurai sel T & makrofag diganti nodul makrofag aktif
(epitelioid) granuloma

Type IV: Sensitization Phase


First exposure to antigen

Antigen-presenting cell (dendritic cells, macrophages)

MHC II presentation

Nave CD4+ T cells

Activated, antigen-specific T helper 1 cells

T helper 1 tersensitisasi akan tetap berada di dalam sirkulasi selama bertahuntahun

Type IV: Effector Phase


Second exposure

Memory T helper 1 activated (mengalami transformasi dan proliferasi yang luar


biasa)

Effector T helper 1

Inflammatory cytokines (ex. IFN, IL-12, IL-2, TNF, dan limfotoksin)


(bertanggung jawab mengendalikan respon DTH)
Chemokines for phagocyte recruitment

More activated macrophages to exposure site

c. Inflamasi Granulomatosa

(Gambar atas kanan adalah jaringan paru normal, sedangkan bagian bawah
kiri pada gambar adalah jaringan dengan infiltrate dan sel-sel peradangan)
Pada paru basil yang berkembang biak menimbulkan suatu daerah radang yang
disebut afek/fokus primer dari Ghon. Basil akan menjalar melalui saluran limfe
dan terjadi limfangitis dan akan terjadi limfadenitis regional.

Pembentukan radang adalah melalui Reaksi Hipersensitivitas Tipe IV (Delayed


Type Hypersensitivity). Di mana akan terbentuk tuberkel-tuberkel atau disebut
granuloma.

Gambar: Pembentukan granuloma pada TB primer


Bentuk khas dari granuloma adalah adanya nekrosis caseosa di tengah-tengahnya
yang dikelilingi oleh giant cell.

Gambar: granuloma, pada tengahnya terdapat nekrosis susu (necrosis caseosa)


yang dikelilingi oleh giant cell tipe Langhan. (courtesy: Robin).

Granuloma adalah bentuk khusus DTH yang terjadi pada saat antigen bersifat
persisten dan / tidak dapat didegradasi). Infiltrat awal sel CD4+ T perivaskular
secara progresif digantikan oleh makrofag dalam waktu 2 hingga 3 minggu,
makrofag yang terakumulasi ini secara khusus menunjukkan bukti morfologias
adanya aktivasi, yaitu semakin membesar, memipih dan eosinofilik (disebut
sebagai sel epiteloid). Sel epiteloid kadang-kadang bergabung di bawah pengaruh
sitokin tertentu (misalnya, IFN ) untuk membentuk sel raksasa atau giant cell
berinti banyak. Suatu agregat mikroskopis sel epiteloid secara khusus dikelilingi
oleh suatu lingkaran limfosit, yang disebut sebagai inflamasi granulomatosa.
Granuloma yang lebih dahulu terbentuk membentuk suatu sabuk rapat fibroblas
dan jaringan ikat.

Problematic consequence (ex. Mycobacterium tuberculosis) bacteria cannot be


cleared

Granuloma formation

Continuous macrophage + T helper 1 activation

High lytic enzyme secretion

Tissue damage

Makroskopik : jaringan diambil dari operasi KGB (kelenjar getah bening) di regio
leher.
Mikroskopik : sediaan dari KGB, dijumpai tuberkel (granuloma) terdiri dari
nekrosis kaseosa di bagian sentral yang dikelilingi oleh sel-sel epithelioid dengan
infiltrasi sel radang limfosit, sel plasma, fibroblast dan giant cell Langhans serta
PMN.

Anda mungkin juga menyukai