Anda di halaman 1dari 6

ETIKA PROFESI

dr. Adji Suwandono, S.H.


SMF Forensik & Medikolegal FK UNS/ RSDM
I.Etika dan Moral
II.Etika dan Hukum
Etika dan Moral

Kamus Besar Bahasa Indonesia


ETIKA:
1.Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban
moral (akhlak)
2.Kumpulan asas atau nilai yang berkenanan dengan akhlak
3.Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat
Etika dibagi =

1. Etika Umum
2. Etika Khusus
- Individual
- Institusional
- Sosial
Filsafat :
- kajian, ilmu filsafat
- moral & moralitas
Praktek :
- pedoman & aturan
(profesional) baik & benar

Moral - Etika Asas Aturan - Kode Etik Profesi

Kaidah Kaidah Dasar Moral

Beneficence & non maleficence


Respect for person
Keadilan /justice
Budi pekerti

Kegiatan-kegiatan :
Pendidikan
Penelitian & pengembangan
Pelayanan
Sifat etika kedokteran
1.Etika khusus (tidak sepenuhnya sama dengan etika umum)
2.Etika sosial (kewajiban terhadap manusia lain / pasien).
3.Etika individual (kewajiban terhadap diri sendiri = selfimposed, zelfoplegging)
4.Etika normatif (mengacu ke deontologis, kewajiban ke arah norma-norma yang
seringkali mendasar dan mengandung 4 sisi kewajiban = gesinnung yakni diri
sendiri, umum, teman sejawat dan pasien/klien & masyarakat khusus lainnya)
5. Etika profesi (biasa):
a. Bagian etika sosial tentang kewajiban & tanggungjawab profesi
b. Bagian etika khusus yang mempertanyakan nilai-nilai, normanorma/kewajiban-kewajiban dan keutamaan-keutamaan moral
c. Sebagian isinya dilindungi hukum, misal hak kebebasan untuk
menyimpan rahasia pasien/rahasia jabatan (verschoningsrecht)
d. Hanya bisa dirumuskan berdasarkan pengetahuan & pengalaman profesi
kedokteran.
e. Untuk menjawab masalah yang dihadapi (bukan etika apriori); karena
telah berabad-abad, yang-baik & yang-buruk tadi dituangkan dalam kode
etik (sebagai kumpulan norma atau moralitas profesi)
f. Isi : 2 norma pokok :

Sikap bertanggungjawab atas hasil pekerjaan dan dampak praktek profesi


bagi orang lain;
Bersikap adil dan menghormati Hak Asas Manusia (HAM).
6. Etika profesi luhur/mulia :
Isi : 2 norma etika profesi biasa ditambah dengan :
Bebas pamrih (kepentingan pribadi dokter < kepentingan pasien) = altruisme.
Ada idealisme : tekad untuk mempertahankan cita-cita luhur/etos profesi =
lesprit de corpse pour officium nobile
7. Ruang lingkup kesadaran etis : prihatin terhadap krisis moral akibat pengaruh
teknologisasi dan komersialisasi dunia kedokteran.
Bidang Kesehatan
1.Kode Etik Kedokteran
2.Kode Etik Keperawatan
3.Kode Etik Rumah Sakit
4.Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK)
5.Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit (MAKERSI)
6.Majelis Kehormatan DISIPLIN Kedokteran Indonesia (MKDKI)
ETIKA & HUKUM
1.Hukum menurut standar moral yang minimal
larangan-larangan
Etika menurut standar moral yang tertinggi
larangan-larangan dan hal- hal yang positif dokter kepada pasiennya.
1.Perbuatan seorang yang profesional
a.Etis dan legal
b.Etis tidak legal
tidak ada kriteria etis melanggar hukum
a.Tidak Etis dan legal
dokter mengiklankan diri
a.Tak Etis dan tidak legal
dokter membuat tagihan palsu kepada perusahaan asuransi biaya
pengobatan & perawatan

Principles-based ethics Prima Facie


T.Beauchamp & Childress (1994) & Veatch (1989)

Etika kedokteran; 4 bab


Bab I : Kewajiban umum, pasal 1 -9
Bab II : Kewajiban dokter terhadap pasien, pasal 10-13
Bab III: Kewajiban dokter terhadap teman sejawat, pasal 14 15
Bab IV: kewajiban dokter terhadap diri sendiri, pasal 16 dan 17
Pasal 1: Sumpah dokter
Pasal 2: Standar profesi tertinggi
Pasal 3: Tidak dipengaruhi, hilang kebebasan dan kemandirian profesi
Pasal 4: Menghindari diri dari sifat memuji diri
PAsal 5: hindari nasehat yang melemahkan daya tahan psikis
Pasal 6: hati-hati memakai penemuan baru
Pasal 7: surat keterangan dan pendapat yang benar
Pasal 7a: Pelayanan medis yang kompeten, dasar moral dan empati
Pasal 7b: bersikap jujur dan membantu pelayanan, tetap jujur
Pasal 7c: hak pasien dan tenaga kesehatan
Pasal 7d: kewajiban melindungi hidup makhluk insani
Pasal 8: perhatikan kepentingan masyarakat, promotif,preventif, kuratif dan
rehabilitatif
Pasal 9: kerjasama didasari saling menghormati
Pasal 10: sikap tulus ikhlas tidak mampu, rujuk
Pasal 11: berikan pasien kesempatan berhubungan dengan keluarga dan
penasehatnya
Pasal 12: rahasia kedokteran
Pasal 13: memberi pertolongan darurat
Pasal 14: kesejawatan
Pasal 15: tidak mengambil alih pasien teman sejawat
Pasal 16: jaga kesehatan
Pasal 17: ikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi kedokteran/
kesehatan

The man who did not want his leg amputated


Physician: This was a 64-year-old man who had had a stroke which had affected
his mental condition, though his awareness was good. He also suffered from
diabetes mellitus and hypertension. One day gangrene was found on his leg with
sepsis, high fever, and it was a progressive gangrene. I advised him and his
family to have an amputation. The family agreed, but the patient did not. The
family followed my reasoning, that is, I did not want the patient to die merely
because of gangrene and diabetes. Then I suggested to the family that if the
patient falls into a coma, I would have the right to undertake a professional
intervention to save his life without having to obtain his approval. Once the
patient went into coma, I asked the family to sign the informed consent for the
amputation. The amputation was finally done.
When the patient became conscious, he was delighted because he felt that he had
recovered. He was able to sit and became quite happy and felt that he still had his
two legs. When he became completely conscious, and was about to descend from
the bed and walk, he realized that he had been amputated. He was shocked. He
flew into an extraordinary rage and threatened that he would prosecute me and
his family. He was a former lawyer. He was aware of his rights and he had not
permitted that his leg be amputated.

Anda mungkin juga menyukai