Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bertambah majunya keadaan ekonomi, meningkatnya berbagai teknologi dan fasilitas


kesehatan menyebabkan meningkatnya angka harapan hidup manusia. Angka harapan hidup
merupakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Indonesia sebagai negara
berkembang dengan perkembangan yang cukup baik, semakin tinggi harapan hidupnya.
Berdasarkan data dari BPS tahun 1998, pada tahun 1990 angka harapan hidup penduduk
untuk laki-laki 58,1 tahun dan nita 61,5 tahun, dengan rata-rata 59,8 tahun. Pada tahun 2005
angka harapan hidup penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 64,9 tahun untuk laki-laki
dan 68,8 tahun untuk wanita, dengan rata-rata 66,9 tahun (Nugroho, 2000)
Meningkatnya angka harapan hidup ini berdampak pada meningkatnya jumlah
penduduk lanjut usia. Penduduk lanjut usia di Indonesia tahun 1997 berjumlah 8 juta orang
dan menduduki peringkat ke 10 dunia. Menurut US Bureau of Census 1999, diperkirakan
pada tahun 2025 lanjut usia dan berada pada peringkat 6 dunia (WHO, 2001).
Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan membawa dampak terdapat sosial
ekonomi baik dalam kelurga, masyarakat, maupun pemerintah. Implikasi ekonomis yang
penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam ratio ketergantungan
manusia lanjut usia (old ege ratio dependency).

2
Diperkirakan pada tahun 2020, jumlah lanjut usia di Indonesia akan meningkat
menjadi sebesar 11,34 % (Kosasih, 2004). Untuk tingkat propinsi , Daerah Istimewa
Yogyakarta pada tahun 1990 memiliki jumlah lanjut usia tertinggi dibandingkan 26 propinsi
lainnya yakni sebesar 11,6% dari sekitar 2,6 juta jiwa penduduknya. Berdasarkan data BPS
1998 pada tahun 2000 Daerah Istimewa Yogyakarta tetap menunjukkan persentasi jumlah
lanjut usia tertinggi diantara propinsi di Indonesia yaitu 13,72% dari total penduduk
(Suardiman, 2004). Peningkatan jumlah lanjut usia ini memerlukan perhatian yang besar baik
dari keluarga, masyarakat maupun pemerintah.
Seiring dengan adanya perubahan pola kehidupan di masyarakat maka terdapat
kecenderungan semakin banyak keluarga dengan berbagai alasan dan pertimbangan
memasukkan anggota keluarganya yang lanjut usia ke panti werdha. Lanjut usia yang tinggal
di Panti Werdha mempunyai lingkungan kehidupan yang berbeda dengan lanjut usia yang
tinggal dirumah sendiri atau bersama keluarga. Pada lanjut usia akan terjadi perubahanperubahan fisik, psikososial dan spiritual.
Perubahan perubahan tersebut pada umumnya

mengarah pada kemunduran

kesehatan fisik dan psikis. Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuan-kemampuan
kognitif seperti sering lupa, kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang, tempat, serta tidak
menerima hal/ide baru sehingga menyebabkan orang lanjut kurang mandiri. ( Maryam,
2008).
Penurunan yang terjadi pada lanjut usia mempengaruhi kesehatan jiwa. Masalah
kesehatan jiwa yang sering timbul pada lanjut usia meliputi kecemasan, depresi, insomnia,
dan dimensia (Maryam, 2008).

3
Penyebab kecemasan yang sering dialami lanjut usia adalah kondisi lingkungan atau
tempat tinggal seseorang, emosi yang ditekan, sebab-sebab fisik (Ramaiah, 2003).
Salah satu terapi yang dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan pada lanjut
usia adalah dengan memberikan komunikasi terapautik. Komunkasi terapautik termasuk
komunikasi interpersonal yaitu komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara
verbal dan non verbal. (Muslihah dan Fatimah, 2010).
Komunikasi terapeutik memberikan pengertian antara paramedis-lanjut usia dengan
tujuan membantu lanjut usia memperjelas dan mengurangi beban pikiran serta diharapkan
dapat menghilangkan kecemasan. Paramedis sebagai komponen penting dalam proses
keperawatan dan orang yang terdekat dengan lanjut usia diharapkan mampu berkomunikasi
terapeutik melalui perkataan, perbuatan, atau ekspresi yang mempasilitasi para lanjut usia
untuk hidup mandiri.
Hasil study pendahuluan di Panti Sosial Thresna Werdha Baji Gau Kabupaten Gowa
di dapatkan data jumlah klien sebanyak 100 orang, yang terdiri dari 37 laki-laki dan 63
perempuan dengan pembagian usia 60 70 tahun sebanyak 25 orang, 71 80 tahun
sebanyak 55 orang, 81 90 tahun 17 orang dan 91 100 sebanyak 2 orang. Dari hasil
wawancara yang telah peneliti lakukan dengan 5 lansia, 3 lansia menyatakan paramedis
kurang mau mendengarkan keluhan lansia. Hal ini ditujukan berdasarkan pengamatan
peneliti sendiri seperti bahasa tubuh perawat yang menunjukkan ketidaknyamanan, jarang
sekali melakukan komunikasi terapautik terhadap kliennya, tidak menjelaskan tindakan
keperawatan yang dilakukan.

4
Berdasarkan hal diatas

maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang

berkaitan dengan pengaruh komunikasi terapautik terhadap perubahan kecemasan

pada

Lanjut usia di Panti Asuhan Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi
Selatan Tahun 2014.
B. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: Apakah ada
hubungan komunikasi terapautik terhadap perubahan kecemasan pada ulanjut usia di panti
tresna werdha ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara komunikasi terapautik
dengan perubahan kecemasan pada lanjut usia di panti tresna werda.
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui distribusi pada lanjut usia dipanti sosial tresna werda kabupaten gowa
berdasarkan jenis kelamin, dan usia.
b. Mendeskripsikan tingkat kecemasan pada lanjut usia panti sosial tresna werda
kabupten gowa.
c. Menganalisis hubungan antara komunikasi terapeutik dengan perubahan kecemasan
pada manusia lanjut usia dipanti tresna werda baji gau kabupaten gowa.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Meningkatkan pengetahuan pembaca tentang hubungan komunikasi terapeutik terhadap
perubahan lanjut usia dipanti tresna werdha baji gau kabupaten gowa.
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat menjadi imformasi tentang hubungan komunikasi terapeutik
terhadap perubahan kecemasan pada lanjut usia.
3. Manfaat Praktis
Sebagai acuan bagi mahasiswa, dosen, praktisi fisioterapi yang ingin meneliti masalah
komunikasi terapeutik terhadap perubahan kecemasan pada lanjut usia atau yang relevan
dengan penelitian ini.
4. Manfaat Institusi
Ini memberikan umpan balik bagi institusi pendidikan bahwa komunikasi terapeutik
dapat mempengaruhi perubahan kecemasan pada manusia lajut usia.
5. Manfaat Bagi Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji.
Memberikan masukan untuk perencanaan dan pengembangan pelayanan dalam
memberikan intervensi Fisioterapi pada lanjut usia yang mengalami kecemasan.
6. Manfaat Masyarakat
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat luas pada umumnya dan
masyarakat yang hidupnya berdampingan dengan para lanjut usia pada khususnya,
dimana penulis mengharapkan masyarakat dapat memahami perannya yaitu dengan

6
memberikan komunikasi terapeutik kepada para lanjut usia dan dapat digunakan untuk
mengurangi dan mengatasi kecemasan pada lanjut usia.

Anda mungkin juga menyukai