OnImikoSis Penelitian
OnImikoSis Penelitian
PENDAHULUAN
menebal, bergaris-garis, tegas/mudah patah, berbau busuk, warna kuku kekuningkuningan. Penanganan yang kurang cepat dari penyakit ini akan merugikan dan
membahayakan, karena penyakit ini dapat menjalar ke bagian proksimal dari
kuku, dimana jamur akan sulit dicapai oleh obat-obatan setempat (topikal). Lebih
jauh lagi penyakit ini dapat menyebabkan terjadinya pengapuran dengan cara
merusak permukaan kuku.
Salah satu daerah di pulau Lombok, yaitu desa Rahayu di kecamatan Aikmel
kabupaten Lombok Timur memiliki penduduk dengan mata pencaharian petani
sebagai mayoritas. Penduduk yang sehari-harinya bertani dan berkebun memiliki
kebiasaan tidak memakai sepatu boot bahkan bertelanjang kaki saat melakukan
pekerjaannya, sehingga lumpur dengan mudah masuk ke dalam kuku kaki dan
menyebabkan perkembangan jamur.
Hal inilah yang menjadi kekhawatiran bila kebiasaan penduduk khususnya
yang bekerja sebagai petani (bertani dan berkebun) tidak menggunakan alas kaki
saat bekerja dan tidak memperhatikan
Petani terrsebut menganggap kuku khususnya kuku kaki tidak begitu penting,
padahal kuku yang dalam waktu lama tidak dibersihkan akan menimbulkan bau
tidak sedap dan membusuk, sehingga dapat menyebabkan penyakit pada kuku
yaitu tinea unguium.
Keadaan di atas mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang ada
atau tidaknya jamur penyebab tinea unguium seperti Trichophyton rubrum,
Trichophyton mentagrophytes dan Epidermophyton floccosum pada kuku petani di
Desa Rahayu Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur. Selama ini Desa
Aikmel belum memiliki data mengenai prevalensi penyakit infeksi atau jamur
kuku tersebut, sementara kenyataan di lapangan memungkinkan seringnya hal ini
terjadi. Sehubungan dengan keadaan dan kenyataan ini, penulis terinspirasi dan
termotivasi untuk melakukan penelitian tentang prevalensi jamur.
Dengan mengetahui prevalensi penyakit tinea unguium ini, sikap siaga
masyarakat dan tenaga kesehatan terkait dapat ditingkatkan. Seperti halnya
pemberian informasi dan edukasi serta deteksi dini dari Tinea Unguium yang
dapat segera diobati sebelum kerusakan kuku menjadi lebih parah, karena pada
umumnya, masyarakat datang ke pusat pelayanan kesehatan setelah terjadi
kerusakan pada kuku.
mengetahu
prevalensi
infeksi
jamur
Trichophyton
rubrum,
1.4.2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Tinea unguium atau yang sering juga disebut onikomikosis adalah infeksi
jamur pada lempeng kuku, yang sebagian besar disebabkan oleh dermatofita,
berarti jamur yang keratinolitik, dimana di dalam hidupnya membutuhkan keratin.
Jamur akan mengambil keratin di sekitarnya untuk hidupnya. Kuku tersusun dari
keratin. Karena keratin diambil oleh jamur maka lambat laun kuku menjadi rapuh
dan akhirnya rusak. (Putra, 2008)
2.1.2
Etiologi
barbae, Tinea pavosa, Tinea imbricata. Sementara itu, Candida dan jamur nondermatofita lainnya lebih jarang menyebabkan Tinea ungium bila dibandingkan
dengan dermatofita.
2.1.3
Patogenesis
Faktor predisposisi
Gejala klinis
proksimal dan di bawah kuku terbentuk sisa kuku yang hancur. Jamur
menyerang dasar kuku di bawah lempeng kuku melalui hiponikium dan
bergerak ke arah proksimal. Kulit telapak kaki dan tangan merupakan lokasi
infeksi primer. Invasi juga dapat dimulai dari lateral. Dalam onikomikosis
subungual distal dan lateral, kuku menunjukkan hyperkeratosis subungual dan
onikolisis, yang biasanya berwarna kuning-putih. Coretan kuning dan atau
daerah onikolitik kuning di bagian tengah lempeng kuku yang umumnya
diamati.
2. Onikomikosis superfisial putih (OSPT)
Disebabkan oleh invasi jamur ke lapisan superfisial lempeng kuku yang
membentuk "pulau-pulau putih" di lempeng. Terjadi bila jamur menginvasi
langsung lapisan superfisial lempeng kuku. Kuku menjadi kasar dan runtuh
pertumbuhan kuku. Ini adalah bentuk umum dari tinea unguium pada orang
sehat, tetapi ditemukan lebih banyak pada pasien immunocompromised.
4. Onikomikosis kandida (OK)
Spesies Candida menyerang kuku biasanya terjadi pada orang yang sering
membenamkan tangan mereka di dalam air. Dapat terjadi pada pasien
immunocompromised, dan pada orang dengan kandidiasis mukokutan kronis.
Infeksinya dapat dibedakan menjadi 3 kategori yaitu : (1) Dimulai sebagai
paronikia yang kemudian menginvasi matriks kuku sehingga memberikan
gambaran klinis depresi transversal kuku sampai kuku menjadi cekung, kasar,
dan akhirnya distrofi; (2) Pada kandidiasis mukokutan kronis, kandida
langsung menginvasi lempeng kuku sehingga baru pada stadium lanjut tampak
sebagai pembengkakan lipat kuku proksimal dan lateral yang membentuk
gambaran pseudoclubbing atau chicken drumstick; dan (3) Invasi pada kuku
yang telah onikolisis, terutama pada tangan, tampak sebagai hyperkeratosis
subungual dengan massa abu-abu kekuningan di bawahnya. Pada keadaan
lanjut keempat tipe tersebut akan menunjukkan gambaran distrofik total.
2.1.6
Diagnosis
10
2.1.7
Penatalaksanaan
Prinsip
penatalaksanaan
onikomikosis
adalah
menghilangkan
faktor
predisposisi yang memudahkan terjadinya penyakit, serta terapi dengan obat antijamur yang sesuai dengan penyebab dan keadaan patologi kuku. (Unandar, 2001).
Untuk membatasi kemungkinan kambuh, kuku harus tetap pendek, kaki harus
dikeringkan setelah mandi, kaus kaki yang menyerap keringat harus dipakai, dan
bedak kaki anti jamur dapat digunakan.
1. Pengobatan sistemik dilakukan dengan menggunakan obat anti jamur
griseofulvin dan ketokonasol, flukonazol, itrakonazol, dan terbinafin.
11
Griseofulvin tidak lagi merupakan obat pilihan untuk tinea unguium karena
memerlukan waktu lama, sehingga kemungkinan terjadi efek samping lebih
besar, serta kurang efektif. (Unandar, 2001)
2. Pengobatan tropikal yang lazim digunakan biasanya acidum salicylicum 220%, acidum benzoicum 6-12%, sulfur praecipitatum 4-10%, tolnaftate 2%,
asam-asam lemak tak jenuh 5-10%, derivat-derivat asol (mikonasol, ekonasol,
klotrimasol dan isokonasol), tolsiklat dan haloprogin. Obat topikal berbentuk
krim dan solusio sulit untuk penetrasi ke dalam kuku, sehingga tidak efektif
untuk pengobatan onikomikosis.
Diperlukan ketekunan pasien karena umumnya masa pengobatan panjang.
Meskipun penggunaan obat topikal mempunyai keterbatasan, namun masih
mempunyai tempat untuk pengobatan onikomikosis karena tidak adanya risiko
sistemik, relatif lebih murah, dan dapat sebagai kombinasi dengan obat oral untuk
memperpendek masa pengobatan, selain itu bentuk cat kuku mudah digunakan.
(Unandar, 2001)
2.1.8
Prognosis
12
2.2 Trichophyton
rubrum,
Trichophyton
mentagrophyta
dan
Epidermophyton floccosum
2.2.1 Klasifikasi
1. Taksonomi Trichophyton rubrum, dan Trichophyton mentagrophytes
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Mycota
Sub Divisio
: Eumycotina
Klas
: Deuteromycetes
Ordo
: Moniliales
Famili
: Moniliaceae
Genus
2.2.2
Kingdom
: Plantae
Divisio
: Mycota
Sub Divisio
: Eumycotina
Klas
: Deuteromycetes
Ordo
: Moniliales
Famili
: Moniliaceae
Genus
: Epidermophyton
Spesies
: Epidermophyton floccosum
Gambaran morfologi
13
Gambaran morfologi jamur dilihat secara microskopik dari kerokan kuku yang
dibiakkan pada media agar Sabourout.
a.
2.
bulat,
menyerupai tangkai buah anggur.
2.
c.
1
konidiofora.
2.
3.
JAMUR KUKU
(Tinea unguium)
KEBERSIHAN
KAKI
BAB 3
METODE PENELITIAN
15
d2
3.4 Variabel
3.4.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lama bekerja sebagai petani.
3.4.2 Variabel tergantung
Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah jenis jamur yang
menyebabkan Tinea unguium.
3.5 Definisi Operasional Variabel
1. Tinea unguium adalah merupakan penyakit infeksi kuku yang disebabkan
oleh
jamur
Trichophyton
rubrum,
Trichophyton
mentagrophytes,
16
17
100%
jumlah sample total
Kegiatan
Bulan
2
3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
1
2
Pembuatan proposal
Observasi tempat dan penentuan
responden
Pengambilan korekan kuku petani
4
5
6
(specimen)
Analisis laboratorium
Tabulasi dan intepretasi data
Penyusunan laporan
18