Anda di halaman 1dari 11

From Caring to Curing, Pause Before You Use Gauze JW Marriot Hotel Surabaya, 5 September

2007

ANATOMI FISIOLOGI KULIT DAN PENYEMBUHAN LUKA


David S Perdanakusuma
Plastic Surgery Departement
Airlangga University School of Medicine Dr. Soetomo General Hospital Surabaya Indonesia
ANATOMI KULIT
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ
terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16 % berat tubuh, pada orang
dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit
bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit
tipis terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas.
Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan
bokong.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis
yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal
dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
EPIDERMIS
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis
gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis
berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki.
Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap
4-6 minggu.
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam):
1. Stratum Korneum
Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
2. Stratum Lusidum
Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak kaki dan telapak
tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
1
From Caring to Curing, Pause Before You Use Gauze JW Marriot Hotel Surabaya, 5 September
2007

3. Stratum Granulosum
Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah dan sitoplasma
terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan granula keratohialin yang
mengandung protein kaya akan histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum
Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril, dianggap filamenfilamen tersebut memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel dan
melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami
gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak tonofibril.

Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi. Terdapat sel
Langerhans.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum)
Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel
epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke
permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel
yang mengandung melanosit.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan
dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans).
DERMIS
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai True Skin.
Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan menghubungkannya dengan
jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :

Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.


Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.

2
From Caring to Curing, Pause Before You Use Gauze JW Marriot Hotel Surabaya, 5 September
2007

Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan bertambahnya usia.
Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit manusia
meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling
bersilangan dalam jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi
kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga mengandung beberapa
derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit
tergantung banyak tidaknya derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi, menahan shearing
forces dan respon inflamasi
SUBKUTIS
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan
ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di
bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi
individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori,
kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
3
VASKULARISASI KULIT

From Caring to Curing, Pause Before You Use Gauze JW Marriot Hotel Surabaya, 5 September
2007

Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan
retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil
meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri
asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat
nutrient dari dermis melalui membran epidermis
FISIOLOGI KULIT
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya adalah
memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi lingkungan, sebagai barier infeksi,
mengontrol suhu tubuh (termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme.
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma
mekanik, ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi telah
diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon rangsang raba karena banyaknya
akhiran saraf seperti pada daerah bibir, puting dan ujung jari. Kulit berperan pada pengaturan
suhu dan keseimbangan cairan elektrolit. Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus.
Temperatur perifer mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari
kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan dilatasi atau kontriksi
pembuluh darah kulit. Bila temperatur meningkat terjadi vasodilatasi pembuluh darah,
kemudian tubuh akan mengurangi temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara
mengirim sinyal kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur yang
menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian akan mempertahankan
panas.
KLASIFIKASI LUKA
Luka dapat terjadi pada trauma, pembedahan, neuropatik, vaskuler, penekanan dan keganasan
Luka diklasifikasikan dalam 2 bagian :
1. Luka akut : merupakan luka trauma yang biasanya segera mendapat
penanganan dan biasanya dapat sembuh dengan baik bila tidak terjadi komplikasi. Kriteria
luka akut adalah luka baru, mendadak dan penyembuhannya sesuai dengan waktu yang
diperkirakan Contoh : Luka
4
From Caring to Curing, Pause Before You Use Gauze JW Marriot Hotel Surabaya, 5 September
2007

sayat, luka bakar, luka tusuk, crush injury. Luka operasi dapat dianggap sebagai luka akut
yang dibuat oleh ahli bedah. Contoh : luka jahit, skin grafting.
2. Luka kronik : luka yang berlangsung lama atau sering timbul kembali (rekuren) dimana
terjadi gangguan pada proses penyembuhan yang biasanya disebabkan oleh masalah
multifaktor dari penderita. Pada luka kronik luka gagal sembuh pada waktu yang
diperkirakan, tidak berespon baik terhadap terapi dan punya tendensi untuk timbul kembali.
Contoh : Ulkus dekubitus, ulkus diabetik, ulkus venous, luka bakar dll.
PENYEMBUHAN LUKA

Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki kerusakan yang
terjadi. Komponen utama dalam proses penyembuhan luka adalah kolagen disamping sel
epitel. Fibroblas adalah sel yang bertanggung jawab untuk sintesis kolagen. Fisiologi
penyembuhan luka secara alami akan mengalami fase-fase seperti dibawah ini :
a. Fase inflamasi
Fase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Segera setelah terjadinya luka,
pembuluh darah yang putus mengalami konstriksi dan retraksi disertai reaksi hemostasis
karena agregasi trombosit yang bersama jala fibrin membekukan darah. Komponen
hemostasis ini akan melepaskan dan mengaktifkan sitokin yang meliputi Epidermal Growth
Factor (EGF), Insulin-like Growth Factor (IGF), Plateled-derived Growth Factor (PDGF)
dan Transforming Growth Factor beta (TGF-) yang berperan untuk terjadinya kemotaksis
netrofil, makrofag, mast sel, sel endotelial dan fibroblas. Keadaan ini disebut fase inflamasi.
Pada fase ini kemudian terjadi vasodilatasi dan akumulasi lekosit Polymorphonuclear (PMN).
Agregat trombosit akan mengeluarkan mediator inflamasi Transforming Growth Factor beta

1 (TGF ) yang juga dikeluarkan oleh makrofag. Adanya TGF 1 akan mengaktivasi

fibroblas untuk mensintesis kolagen.


5
b.
c.
From Caring to Curing, Pause Before You Use Gauze JW Marriot Hotel Surabaya, 5 September
2007

Fase proliferasi atau fibroplasi


Fase ini disebut fibroplasi karena pada masa ini fibroblas sangat menonjol perannya.
Fibroblas mengalami proliferasi dan mensintesis kolagen. Serat kolagen yang terbentuk
menyebabkan adanya kekuatan untuk bertautnya tepi luka. Pada fase ini mulai terjadi
granulasi, kontraksi luka dan epitelialisasi
Fase remodeling atau maturasi
Fase ini merupakan fase yang terakhir dan terpanjang pada proses penyembuhan luka. Terjadi
proses yang dinamis berupa remodelling kolagen, kontraksi luka dan pematangan parut.
Aktivitas sintesis dan degradasi kolagen berada dalam keseimbangan. Fase ini berlangsung
mulai 3 minggu sampai 2 tahun . Akhir dari penyembuhan ini didapatkan parut luka yang
matang yang mempunyai kekuatan 80% dari kulit normal
Tiga fase tersebut diatas berjalan normal selama tidak ada gangguan baik faktor luar maupun
dalam.
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka : A. Faktor lokal
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Suplai pembuluh darah yang kurang


Denervasi
Hematoma
Infeksi
Iradiasi
Mechanical stress
Dressing material
Tehnik bedah
Irigasi
Elektrokoagulasi
Suture materials
Antibiotik
Tipe jaringan
Facilitious wounds

6
From Caring to Curing, Pause Before You Use Gauze JW Marriot Hotel Surabaya, 5 September
2007

B. Faktor umum
1. Usia
2. Anemia
3. Anti inflammatory drugs

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Cytotoxic and metabolic drugs


Diabetes mellitus
Hormon
Infeksi sistemik
Jaundice
Penyakit menular
Malnutrisi
Obesitas
Temperatur
Trauma, hipovolemia dan hipoksia
Uremia
Vitamin C dan A
Trace metals
Sitokin pada penyembuhan luka

Sitokin

Asal

Fungsi
Chemotactic for PMNs, Activate PMNs,
Platelet Derived Platelet, macrophages,
Mitogenic for fibroblasts, stimulate
Growth Factor
endothelial cells, kerainocytes, production of MMPs, stimulate
(PDGF)
smooth muscle cells
angiogenesis and wound cotraction,
Regulates integrin expression.
Platelets, T-lymphocytes,
Transforming
macrophages, endothelial
Growth Factor
Chemotactic, stimulates, inhibits, regulates
cells, keratinocytes, smooth
Beta (TGF)
muscle cells, fibroblasts
Epidermal Growth Platelets, macrophages, saliva,
Mitoenic, stimulates
Factor (EGF)
urine, milk, plasma
7
KEPUSTAKAAN
From Caring to Curing, Pause Before You Use Gauze JW Marriot Hotel Surabaya, 5 September
2007

Transforming Growth
Factor Alpha ( TGF)

Macrophages, T-lymphocytes,
Similar to EGF
keratinocytes, and many tissues
Macrophages, mast cells, T- lymphocytes,
Fibroblast Growth Factor
Chemotactic,
endothelial cells, fibroblasts, amd many
1- and 2- Family (FGF)
mitogenic, stimulates
tissues
Keratinocyte Growth
Fibroblasts
Stimulate
Factor (KGF)
Insuline-like Growth
Liver, macrophages, firoblasts, and other
Stimulates, endocrine
Factor-1 (IFG-1)
tissues
Connective Tissue Growth
Chemotactic and
Endothelial cells, fibroblasts
Factor (CTGF)
mitogenic
Vascular Endothelial Cell
Keratinocytes
Mitogenic
Growth Factor (VEGF)
Tumor Necrosis Factor
Activates, mitogenic,
Macrophages, mast cells, T- lymphocytes
(TNF)
stimulates, regulates
Interleukins (IL -1)
Macrophages, mast cells, keratinocytes, Chemotactic,

lymphocytes, and many tissues


Interferons (IFN)

Lymphocytes and fibroblasts

stimulates, regulates
Activates, inhibits,
regulates

1. Asmussen PD, Sollner B, 1995. Wound Care. Wound Management Principles and
Practice. Hamburg: Beiersdorf medical Bibliothek, pp. 9-14.
2. Baranoski A, Ayello EA, 2004. Skin : An essential organ. In (Baranoski S, Ayello
EA, eds). Wound Care Essentials Practise Principles. Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins, pp.47-60.
3. Dealey C, 2005. The Care of Wounds. A Guide for Nurses. Oxford: Blackwell
Science Ltd, pp.1-12.
4. Diegelmann RF, 2001. Introduction to Wound Healing. One Day Educational Course.
Wound Healing in the New Millenium : The basics of care. Albuquerque, New
Mexico.
5. Fowler E, 1990. Chronic Wounds : an Overview . In :. Krasner D (ed). Chronic
Wound Care : A clinical Sourcebook for Healthcare Professional. Pennsylvania,
Health Management Publications Inc.
6. Lazarus GS, Cooper DM, Knighton DR,1994. Definition and guidelines for
assessment of wounds and evaluation of healing. Arch Dermatol 130(4), pp.489-93.
7. Moreau D, ed, 2003. Wound care made incredible easy. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkin, pp.71,126.
8. Perdanakusuma DS, 1998. Skin Grafting. Surabaya: Airlangga University Press, hlm.
3-11.
8

Fase Penyembuhan Luka


blog keperawatan 1
Fase Penyembuhan Luka. Luka adalah hilang atau pun rusaknya
sebagian dari jaringan tubuh. Keadaan luka ini banyak faktor
penyebabnya. Diantara penyebab dari luka adalah dapat trauma
benda tajam atau tumpul, ledakan, zat kimia, perubahan suhu,
sengatan listrik, atau pun gigitan hewan. Demikian kurang lebih
dari pengertian luka. Nah kali ini Blog Keperawatan akan mencoba
sharing sedikit mengenai berbagai fase penyembuhan luka dan
semoga dengan kita mengenal akan fase / tahap penyembuhan
luka ini akan bisa memberikan manfaat.
Allah Ta'ala telah memberikan nikmat kepada kita dengan nikmat
sehat. Dan Allah pun telah memberikan dalam tubuh yang sehat
tersebut akan memiliki kemampuan alami dalam hal melindungi
dan juga memulihkan dirinya dari luka. Diantara mekanisme
tersebut adalah dengan adanya peningkatan aliran darah ke
daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan
perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan.
Proses penyembuhan luka terjadi secara normal tanpa bantuan,
walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk
mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh dalam proses
perawatan yaitu dengan melindungi area yang luka bebas dari
kotoran dengan menjaga kebersihan dan hal ini tentunya akan
sangat membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan
yang telah rusak atau mengalami luka.

Fase penyembuhan luka dalam sebuah proses luka adalah melalui


3 fase atau 3 tahap penyembuhan luka yaitu :
1. Fase Inflamasi
Fase inflamasi ini akan berlangsung sejak terjadinya luka sampai
kira kira hari kelima. Pembuluh darah yang terputus pada luka

yang diderita tersebut akan menyebabkan perdarahan dan tubuh


dalam hal ini akan berusaha menghentikannya dengan cara
vasokonstriksi, pengerutan ujung pembuluh yang putus (retraksi),
dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang
keluar dari pembuluh darah saling melengket, dan bersama
dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan darah yang keluar
dari pembuluh darah. Sementara itu terjadi reaksi inflamasi. Sel
mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine
yang meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi
eksudasi cairan, penyebukan sel radang, disertai vasodilatasi
setempat yang menyebabkan udem dan pembengkakan. Tanda
dan gejala klinik reaksi radang menjadi jelas berupa warna
kemerahan karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor),
rasa nyeri (dolor), dan pembengkakan (tumor).
Aktifitas seluler yang terjadi adalah pergerakan leukosit
menembus dinding pembuluh darah (diapedesis) menuju luka
karena daya kemotaksis. Leukosit mengeluarkan enzim hidrolitik
yang membantu mencerna bakteri dan kotoran luka. Limfosit dan
monosit yang kemudian muncul ikut menghancurkan dan
memakan kotoran luka dan bakteri (fagositosis). Fase ini disebut
juga fase lamban karena reaksi pembentukan kolagen baru sedikit
dan luka hanya dipertautkan oleh fibrin yang amat lemah.
2. Fase Proliferasi.
Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang menonjol
adalah proses proliferasi fibroblast. Fase ini berlangsung dari akhir
fase inflamasi sampai kira kira akhir minggu ketiga. Fibroblast
berasal dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi,
menghasilkan mukopolisakarida, asama aminoglisin, dan prolin
yang merupakan bahan dasar kolagen serat yang akan
mempertautkan tepi luka.
Pada fase ini serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk
penyesuaian diri dengan tegangan pada luka yang cenderung
mengerut. Sifat ini, bersama dengan sifat kontraktil miofibroblast,
menyebabkan tarikan pada tepi luka. Pada akhir fase ini kekuatan
regangan luka mencapai 25% jaringan normal. Nantinya, dalam
proses penyudahan kekuatan serat kolagen bertambah karena
ikatan intramolekul dan antar molekul. Pada fase fibroplasia ini,
luka dipenuhi sel radang, fibroblast, dan kolagen, membentuk
jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol
halus yang disebut jaringan granulasi. Epitel tepi luka yang terdiri

dari sel basal terlepas dari dasarnya dan berpindah mengisi


permukaan luka. Tempatnya kemudian diisi oleh sel baru yang
terbentuk dari proses mitosis.
Proses migrasi hanya bisa terjadi ke arah yang lebih rendah atau
datar, sebab epitel tak dapat bermigrasi ke arah yang lebih tinggi.
Proses ini baru berhenti setelah epitel saling menyentuh dan
menutup seluruh permukaan luka. Dengan tertutupnya permukaan
luka, proses fibroplasia dengan pembentukan jaringan granulasi
juga akan berhenti dan mulailah proses pematangan dalam fase
penyudahan.
3. Fase Penyudahan (Remodelling).
Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari
penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai
dengan gaya gravitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan
yang baru terbentuk. Fase ini dapat berlangsung berbulan bulan
dan dinyatakan berkahir kalau semua tanda radang sudah lenyap.
Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi
abnormal karena proses penyembuhan. Odema dan sel radang
diserap, sel muda menjadi matang, kapiler baru menutup dan
diserap kembali, kolagen yang berlebih diserap dan sisanya
mengerut sesuai dengan regangan yang ada. Selama proses ini
dihasilkan jaringan parut yang pucat, tipis, dan lemas serta mudah
digerakkan dari dasar. Terlihat pengerutan maksimal pada luka.
Pada akhir fase ini, perupaan luka kulit mampu menahan
regangan kira kira 80% kemampuan kulit normal. Hal ini tercapai
kira kira 3-6 bulan setelah penyembuhan.
Demikian tadi sahabat yang sedikit mengenai fase penyembuhan
luka dan semoga dengan kita mengenal akan tahap penyembuhan
luka ini akan berguna serta dapat bermanfaat.
- See more at: http://askep-net.blogspot.com/2012/06/fasepenyembuhan-luka.html#sthash.ZEftesPb.dpuf

Anda mungkin juga menyukai

  • Jessica p4 Etika
    Jessica p4 Etika
    Dokumen109 halaman
    Jessica p4 Etika
    Anonymous xorhZDte5v
    Belum ada peringkat
  • Aritmia
    Aritmia
    Dokumen34 halaman
    Aritmia
    Anonymous xorhZDte5v
    100% (1)
  • CKD Referat
    CKD Referat
    Dokumen33 halaman
    CKD Referat
    Anonymous xorhZDte5v
    Belum ada peringkat
  • Penyuluhan Diare
    Penyuluhan Diare
    Dokumen22 halaman
    Penyuluhan Diare
    Anonymous xorhZDte5v
    Belum ada peringkat
  • Dewi Indera 8
    Dewi Indera 8
    Dokumen88 halaman
    Dewi Indera 8
    Anonymous xorhZDte5v
    Belum ada peringkat
  • Referat Rhinitis Kronik Gigin
    Referat Rhinitis Kronik Gigin
    Dokumen46 halaman
    Referat Rhinitis Kronik Gigin
    Anonymous xorhZDte5v
    Belum ada peringkat
  • Abs Trak
    Abs Trak
    Dokumen2 halaman
    Abs Trak
    Anonymous xorhZDte5v
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi Skripsi
    Daftar Isi Skripsi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi Skripsi
    Anonymous xorhZDte5v
    Belum ada peringkat
  • NJQHFJKWFN
    NJQHFJKWFN
    Dokumen8 halaman
    NJQHFJKWFN
    Anonymous xorhZDte5v
    Belum ada peringkat
  • Docjwqhjdkjefjbbew
    Docjwqhjdkjefjbbew
    Dokumen11 halaman
    Docjwqhjdkjefjbbew
    Anonymous xorhZDte5v
    Belum ada peringkat