Anda di halaman 1dari 13

EVALUASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN BAHAN GALIAN

UNTUK PERTAMBANGAN SEKALA KECIL


DI DAERAH LEMBAR PULAU ALOR, KABUPATEN ALOR
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Oleh:
Zamri Tain
SUBDIT KONSERVASI
ABSTRACT
Implementation of mineral resources and reserves evaluation for small scale mining activities
was covering 2 areas, Halerman and Wakapsir. These two locations are within Alor Barat Daya
District, Alor Sub-Province, Nusa Tenggara Timur Province.
In Halerman, industrial/non metal prospect that can be found is gypsum with 3.994 ton of
inferred resources. Until now, Indonesia still importing this material for domestic consumption.
Hence, gypsum prospect in Halerman can be developed as small scale mining.
Previously, Wakapsir area is expected to become prospect area of gold metal and its association.
Some data and information from former investigator showed that way. But, result of sample analysis
have shown very low grade of gold, less than 108 ppb Au or equal to 0,108 gr of gold in 1 ton of rock.
There is no equipment to process and catch gold with that low grade. Therefore, Wakapsir area is
assumed not economic for business development of gold and its association.
SARI
Pelaksanaan kegiatan Evaluasi Sumber daya dan Cadangan Bahan Galian Untuk
Pertambangan Sekala Kecil ini mencakup pada dua daerah yaitu; Daerah Halerman dan Daerah
Wakapsir, kedua daerah ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor,
Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Di daerah Halerman, prospek bahan galian non logam /industri yang dijumpai berupa gypsum,
dengan sumberdaya tereka sebanyak 3.994 ton, bahan galian ini sangat dibutuhkan dan sampai
sekarang Indonesia masih mengimpor dari luar untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Maka
dari itu, daerah Halerman bisa dikembangkan untuk diusahakan sebagai tambang bahan galian
gypsum dengan sekala kecil atau usaha rakyat.
Sebelumnya Daerah Wakapsir diharapkan merupakan daerah prospek bahan galian logam emas
dan asosiasinya. Beberapa data dan informasi dari penyelidik terdahulu yang didapat memberikan
petunjuk demikian. Tetapi, analisis conto batuan yang didapat setelah melakukan peninjauan dan
pemercontohan menunjukkan hasil yang sangat rendah yaitu; kurang dari 108 ppb Au atau 0.108
gr emas dalam satu ton batuan. Sampai sekarang belum ada alat yang bisa mengolah dan menangkap
emas berkadar rendah tersebut. Dengan demikian, daerah Wakapsir ini dianggap tidak ekonomis
untuk pengusahaan logam emas dan asosiasinya.

Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005

50-1

1.

PENDAHULUAN

Dalam rangka meningkatkan gairah serta


iklim investasi dalam bidang pertambangan pada
era globalisasi, maka perlu informasi serta data
yang lengkap dan akurat untuk mendukung serta
mengundang kepercayaan para investor bisa
menanamkan modalnya di Indonesia.
Evaluasi sumber daya dan cadangan bahan
galian untuk pertambangan sekala kecil
merupakan kegiatan evaluasi dan penyusunan
data sumber daya dan cadangan, hasil kegiatan
beberapa pemegang perjanjian Kontrak Karya
maupun pemegang ijin KP yang laporannya
tersimpan di Direktorat Inventarisai Sumber
Daya Mineral maupun di instansi lain yang
terkait. Kegiatan evaluasi meliputi juga
pengujian kualitatif dan kuantitatif endapan
bahan galian, aspek penambangan serta
pengusahaannya untuk bisa dimanfaatkan bagi
usaha pertambangan sekala kecil.
Pulau Alor termasuk dalam Kabupaten
Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur, secara
geography merupakan deretan pulau-pulau
bagian timur Indonesia yang perlu digali dan
dikaji potensi serta keberadaan bahan galiannya.
Mengingat pada deretan pulau pulau ini telah
banyak ditemukan bahan galian oleh pemegang
Kontrak Karya dan Kuasa Pertambangan
menghasilkan temuan endapan bahan galian
dalam dimensi kecil maupun besar seperti;
Tembaga porphiry Batu Hijau di P.Lombok serta
endapan emas dan perak (tipe Lerokis) di P.
Wetar.
Dari hasil penyelidikan pendahuluan yang
dilakukan oleh Direktorat Geologi juga telah
menemukan indikasi keberadaan timah hitam,
tembaga serta sulphida lainya type Hydrothermal
dan juga mineral industri/non logam yang
banyak tersebar di Pulau Alor.
Dalam rangka pemutakhiran data yang ada,
maka diperlukan pengambilan data ke beberapa
instansi lain, pihak perusahaan maupun uji petik
ke lapangan, agar data yang terkumpul
merupakan data lengkap dan lebih akurat. Uji
lapangan meliputi aspek geologi, penambangan
serta aspek ekonomi, sehingga data potensi dan
keberadaan endapan bahan galian terkompilasi
dalam satu file yang dapat dengan mudah
diakses, dan laporan yang dihasilkan dapat
memberikan
masukan
langsung
kepada
pemerintah daerah, serta sebagai informasi dasar
untuk pengembangan Wilayah Timur Indonesia.

Lokasi Kegiatan dan Kesampaian Daerah


Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005

Kegiatan dilakukan di 2 lokasi yaitu :


Daerah Halerman dan Daerah Wakapsir
keduanya termasuk pada lembar Pulau Alor,
sekala 1 : 250.000 (Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi Bandung). Secara
Geografis daerah kegiatan dibatasi oleh garis
lintang Selatan antara 08 06 00 - 08 29 00
dan 17 28 00 - 18 22 00 bujur Timur dari
Jakarta (Gambar.1).
Secara Administratif, kedua daerah ini
termasuk dalam Kecamatan Alor Barat Daya,
Kabupaten Alor,
Propinsi Nusa Tenggara
Timur. Untuk mencapai daerah penyelidikan
bisa ditempuh dengan pesawat terbang dari
Jakarta sampai kota Kupang atau Maumere,
dilanjutkan dengan pesawat kecil (perintis) dan
atau dengan kendaraan darat, laut (Ferry cepat)
ke kota Kabupaten Kalabahi. Dari ibukota
kabupaten untuk menuju kota kecamatan bisa
dengan kendaraan roda empat (Land Cruiser)
dan roda dua serta bisa dengan melalui
kendaraan laut (Speed Boat), dilanjutkan dengan
berjalan kaki menuju daerah penyelidikan.

2. GEOLOGI DAN MINERALISASI


2.1. Geologi Regional Pulau Alor
Secara tektonik
deretan Pulau Flores
sampai Pulau Alor terbentuk pada masa
Kenezoikum, terdiri dari satuan batuan volkanik
kalk- alkalin dari busur dalam Banda yang masih
aktif hingga kini. Busur tersebut sebagian besar
terbentuk akibat penunjaman kerak samudera
Hindia kearah utara.
Meskipun demikian bentuk dari busur
kepulauan tersebut disebelah timur hingga kini
masih termodifikasi, disebabkan oleh adanya
tumbukan dengan lempeng benua Australia
New Guinea, termasuk didalamnya Flores Barat,
Sumbawa Timur dan Pulau Alor.
Batuan yang diperkirakan tertua di daerah
Alor adalah Granodiorit Tamenang (Ttgd).
Diatas batuan ini diendapkan secara tidak selaras
oleh Formasi Alor (Tmpa) yang terdiri dari lava,
breksi dan bersisipan tuff yang diterobos oleh
retas dasit (Tmda) yang berumur Miosen
Tengah. Batuan Granodiorit berumur kurang
lebih Miosen Awal (Gambar.2).
Formasi Tamahau (Tmt) yang diduga
berumur Miosen Tengah (Suama dan Santosa.,
1983) berupa batuan gunung api yang terdiri dari
lava, breksi dan tuff yang tertindih secara tidak
selaras oleh Formasi Alor dan diterobos oleh
retas diorit (Tpdi).
Formasi
Alor
(Tmpa)
mempunyai
hubungan menjari dengan Formasi Laka (Tmpl)
50-2

terdiri dari tufa gampingan, tufa pasiran


bersisipan
konglomerat,
setempat
napal
batugamping berumur Miosen Akhir hingga
Miosen Awal. Formasi Alor ini hampir meliputi
sebagian besar pulau Alor, sedangkan Fm Laka
tersebar hanya terdapat di Tanjung Kebola dan
sebelah utara teluk Kalabahi. Kedua formasi ini
ditutupi secara tidak selaras oleh produk gunung
api tua (Qtv) yang terdiri dari lava, breksi dan
tuffa pasiran berbatu apung bersusunan andesit
sampai basal.
Gunung api tua berumur Pliosen Akhir
hingga Pliosen Awal. Sedangkan batuan
berumur muda antara lain; batugamping koral
(Ql), endapan danau (Qalk), serta Aluvium dan
endapan pantai (Qal) diendapkan secara tidak
selaras diatas batuan yang lebih tua.
2.2. Geologi Detail Daerah Halerman
Morfologi daerah prospek Halerman
terlihat pada bagian belakang merupakan
perbukitan bergelombang, umumnya ditempati
oleh batuan Formasi Alor yang terdiri atas lava,
breksi bersisipan tufa. Sedangkan pada bagian
depan
merupakan perbukitan sedang yang
terpisah ditempati oleh batuan Dasit dan batuan
intrusi Diorit Kuarsa.
Pola sungai yang berkembang di daerah
Halerman ini terlihat pola semi radier dan
dentritik, sedangkan sungai utama sungai Mahi
pada bagian hilir telah memperlihatkan pola
meander dan telah ditutupi oleh batuan alluvial
Batuan tertua di daerah Halerman terdiri
atas batuan dasit yang telah mengalami ubahan
lemah hingga sedang serta sebagian telah
mengalami ubahan lanjut (Gambar.4). Diikuti
oleh batuan tufa lithic yang muncul akibat sesar
naik mengikuti alur sungai Alu Muhi dengan
ditandainya muncul aktivitas air panas.
Batuan breksi vulkanik pada umumnya
tidak mengalami ubahan dan terlihat menutupi
batuan dasit, sedangkan batuan intrusi dan retas
merupakan batuan termuda pada daerah ini yang
menerobos batuan sekitarnya sehingga terjadi
silisifikasi kuat dan stock work gypsum pada
Bukit Kemuhaba dan Bukit Buktang, terlihat
ada 7 sampai 21 veinlet gypsum (Foto.1) dengan
ketebalan veinlet 0,5 milimeter sampai tiga
milimeter tebal terdapat pada ketebalan satu
meter batuan.
2.3. Geologi Detail Daerah Wakapsir
Batuan tertua di daeah Wakapsir terdiri dari
batuan tufa dasit yang tersebar sebagian besar
didaerah ini, ditutupi secara tidak selaras oleh
batuan breksi vulkanik yang menyebar sampai
bagian selatan pantai daerah Wakapsir
(Gambar.5). Sepanjang sungai Gilaa, sungai
Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005

Sunan dan sungai Erba tersingkap batuan Dasit


yang mengalami alterasi sedang hingga alterasi
kuat (Gambar.6) dan dibeberapa tempat (Foto.2)
dijumpai mineralisasi mineral logam bersama
urat kuarsa (Chalcopyrite, Malachite, Azurite,
Bornite, Zinc, Galena Sphalerite, pyrite dan
Emas ? serta Barite), kemungkinan akibat
adanya intrusi batuan beku Andesit yang terlihat
dibagian selatan daerah ini.
Daerah Wakapsir (lokasi 2) mempunyai
potensi bahan galian mineral logam bersama urat
kuarsa, mineral utama yaitu : Chalkopyrit,
Bornit, Chrysocola, malachit, pyrit dan Galena
serta emas. Pada daerah Sungai Gilaa, Sungai
Suren dan Sungai Erba juga dijumpai singkapan
mineralisasi dengan urat kuarsa mengandung
logam dasar dan emas. Hasil analisis yang
pernah dilakukan oleh Dinas Pertambangan dan
Energi Provinsi Nusa Tenggara Timur tahun
2003 menunjukkan kandungan emas berkisar
antara 0, 23 gr/t hingga 0, 43 gr/t Au.
Tipe endapan mineralisasi daerah Wakapsir
ini merupakan tipe epithermal dengan base
metal dan sebagai gangue mineral Rhodochrosit
dan kuarsa. Untuk hal ini Tim Konservasi Pulau
Alor tahun 2004 juga melakukan penyontohan
dan analisis kimia, untuk mengecek ulang
apakah kadar emas dalam contoh tersebut
memang demikian adanya atau berbeda dengan
hasil analisis tersebut.
Di daerah ini, menurut informasi dari
masyarakat serta anggota legislatif /DPRD
Kabupaten Alor, telah ada investor yang datang
untuk mengusahakan tambang emas. Mereka
membawa teknologi amalgamasi dengan air
raksa sebagai pengolahan dan sistem glundung/
tromol dengan pengerak kincir air seperti dapat
dilihat pada Foto.3. Pemda Kabupaten Alor telah
melakukan kerjasama dengan investor untuk
melakukan penambangan emas tersebut, akan
tetapi sampai sekarang belum ada hasilnya.
2.4. Bahan Galian Gypsum
Bahan galian gypsum didaerah penelitian
berasal dari larutan hydrothermal yang kaya
akan sulphida bercampur dengan air tanah yang
banyak mengandung CaO. Larutan air tanah
yang mengandung CaO berasal dari tufa pasir
gampingan yang merupakan sisipan pada
Formasi Alor. Adanya aktivitas hydrothermal
yang bereaksi dengan larutan air tanah yang
mengandung CaO terbentuk endapan gypsum
yang mengisi rekahan-rekahan serta urat-urat
pada batuan andesitik yang mempunyai struktur
kekar lembar.
Di Desa Probur Kecamatan Alor Barat
Daya sumber larutan CaO selain berasal dari tufa
50-3

pasiran gunungapi juga berasal dari batugamping


koral yang terdapat di sekitar Dusun Lola, Desa
Probur yang penyebarannya cukup luas dan
menempati perbukitan tinggi dan terjal. Gypsum
terdapat pada urat- urat dengan ketebalan 1 10
centimeter dengan kerapatan 7 21
permeternya, terdapat pada batuan yang
mengalami alterasi clay alteration.
2.5. Bahan Galian Mineral Logam / Emas
Bahan galian mineral logam terdapat di
sungai Gilaa, sungai Sunan dan sungai Erba
termasuk dalam daerah
Desa Wakapsir,
Kecamatan Alor Barat Daya, Kabupaten Alor.
Keterdapatan mineral logam seperti; malachit,
azurit, bornit, sphalerit, galena dan emas
bersama urat kuarsa, barit sebagai gangue
mineral (Foto.2).
Dari kenampakan lapangan serta hasil
analisis unsur dengan metoda AAS beberapa
conto batuan yang termineralisasi pada daerah
tersebut (Tabel.1), terlihat kandungan logam
dasar Cu,Pb dan Zn sebagai berikut; Cu = 56
ppm 91.000 ppm; Pb = 55 ppm 4279 ppm ;
dan Zn = 72 ppm 16.605 ppm. Sedangkan
untuk logam emas dan perak sebagai berikut;
Au = 1 ppb 109 ppb; Ag = 1 ppm 8 ppm.
Dengan demikian, untuk logam emas dan
perak di daerah Wakapsir ini dinilai rendah dan
tidak ekonomis untuk diolah atau ditambang
sekala kecil atau tambang rakyat sekalipun,
karena kadar emas dan perak relatif sangat
rendah. Hasil analisis ore imicroscophy beberapa
conto batuan termineralisasi juga tidak terlihat
muncul unsur emas didalam sayatan poles
tersebut. Sedangkan untuk logam dasar memang
terlihat ada yang mempunyai kadar relatif tinggi
sampai mencapai 3% hingga 9 % Cu, akan tetapi
keterdapatanya tidak banyak yaitu terdapat
bersama dalam urat kuarsa pada batuan dengan
ketebalan sampai 2 meter dengan keadaan urat
tidak menerus.
3.

ASPEK PERTAMBANGAN SEKALA


KECIL

Dari hasil kajian literatur serta peninjauan


lapangan yang didukung hasil analisis
laboratorium unsur-unsur mineral logam pada
batuan termineralisasi yang terdapat pada daerah
Halerman (prospek 1) dan Wakapsir (prospek 2)
maka dapat disimpulkan dan disarankankan
sebagai berikut;
Derah Halerman (prospek 1)
Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005

a)

Bahan galian non logam / industri berupa ;


Gypsum (CaSO4 2H2O)
b) Sumber daya terukur 3.994 ton
c) Berjarak + 3,5 kilometer dari pantai dengan
kondisi relatif datar.
d) Dapat digunakan sebagai bahan baku
pembuatan semen dan kosmetik
e) Dapat diusahakan oleh rakyat dengan alat
tradisional, cangkul, sekop dan linggis serta
alat angkut berupa gerobak dan bakul.
f) Dapat menyerap tenaga kerja masyarakat
sekitar
g) Meningkatkan perekonomian masyarakat
sekitar, serta bisa menjadi penghasilan bagi
pemerintah daerah.
Daerah Wakapsir (prospek 2)
a) Bahan galian mineral logam berupa logam
emas dan ikutannya
b) Hasil analisis beberapa conto batuan dari
daerah
Wakapsir
telah
dilakukan,
kandungan/kadar emas sangat rendah (< 109
ppb) berarti untuk bisa dilakukan proses
pengolahan, sangat menyulitkan dan tidak
bisa menangkap emasnya.
c) Daerah Wakapsir ini tidak prospek dan
ekonomis untuk dilakukan penambangan
rakyat atau Penambangan Sekala Kecil.
d) Keterdapatan mineralisasi di daerah ini
hanya dipakai sebagai indikasi atau mineral
Occurrence saja.
4. KESIMPULAN
Dalam melakukan kegiatan Evaluasi
Sumber Daya dan Cadangan Bahan Galian untuk
pertambangan skala kecil di daerah Pulau Alor,
Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Tim Konservasi Lembar Pulau Alor Tahun
Anggaran 2004, memfokuskan pada dua daerah
prospek yaitu Daerah Prospek (1) Bahan Galian
Mineral Industri Gypsum di Dusun Langkap,
Desa Halerman, Kecamatan Alor Barat Daya
dan Daerah Prospek (2) Bahan Galian Mineral
Logam Emas dan ikutanya di Desa Wakapsir,
Kecamatan Alor Barat Daya.
Dari hasil penelitian bahwa bahan galian
gypsum di daerah Dusun Langkap, Desa
Halerman, Kecamatan Alor Barat Daya,
Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Mempunyai Sumber Daya tereka / tercatat
3.994 ton. Melihat jumlah tidak terlalu banyak
akan tetapi mengingat kebutuhan dan kegunaan
bahan galian gypsum ini sangatlah penting,
yaitu; sebagai material pencampur pembuatan
semen dan bahan dalam industri kosmetik.
Untuk itu bahan galian gypsum ini bisa
50-4

diusahakan
untuk
ditambang/dilakukan
pengambilan secara kecil kecilan oleh
masyarakat atau KUD, untuk bisa mengurangi
ketergantungan Indonesia dari Luar Negeri.
Indonesia tiap tahunnya masih mengimport
gypsum dari luar untuk memenuhi kebutuhan di
dalam negeri.
Untuk bahan galian emas dan ikutan yang
terdapat pada daerah Wakapsir (daerah prospek
2), Kecamatan Alor Barat Daya. Dari data
terdahulu belum bisa dikembangkan untuk
diusahakan pengolahannya. Setelah hasil analisis
conto dari daerah Wakapsir (daerah prospek 2)
selesai dilakukan oleh Laboratorium Kimia
Mineral Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral Bandung, seperti terlihat pada tabel 1,
maka daerah Wakapsir ini tidak prospek dan
tidak
ekonomis
dikembangkan
untuk
pertambangan logam emas dan perak, walaupun
untuk pertambangan rakyat atau pertambangan
sekala kecil.

..,.1978.
Mineral Potential
Evaluation of the Nusa Tenggara Islands
BRGM/ GSI.
PT.Nustratim Mining,.1999. Laporan Kegiatan
Triwulan dan Tahunan Wilayah. Kontrak
Karya Flores Tengah sampai Alor Nusa
Tenggara. ( 796/KK/TW-THN/3/2000).
Soedirman Abdullah, dkk.,1999. Laporan
Eksplorasi Mineral Industri di Daerah
Kabupaten Alor dan Sekitarnya, Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Direktorat Sumber
Daya Mineral, Bandung.

DAFTAR PUSTAKA
Didi Haryadi, dkk., 1992. Identifikasi Potensi
Ekonomi Bahan Galian di Kabupaten
Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur,
Pusat Pengembangan Teknologi Mineral,
Bandung
Dinas Pertambangan dan Energi, Prov.NTT,.
2003.
Laporan
Akhir
Kegiatan
Pengembangan Pertambangan Umum
(Survey & Pemetaan Rinci Wilayah
Pertambangan) di Kabupaten Alor, Prov.
NTT.
Goenadi.R.M,.
1971.
Pemetaan
dan
Penyelidikan Mineral di Nusa Tenggara
Timur. Dinas Eksplorasi
Direktorat
Geologi Bandung.
Michael B. Long., 2004. Seminar on mineral
recovery and environmental protection for
small scale mining. Education and Training
Center for Geology, Bandung.
Noya Y, dkk, 1993. Peta Geologi Lembar
Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur. Skala
1 : 250.000,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi,
Bandung.
DEPARTEMEN
PERTAMBANGAN DAN ENERGI.

Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005

50-5

PULAU ALOR
KALABAHI

Gambar.1
Peta lokasi kegiatan (1 dan 2) dan peta KK/KP di Lembar
Pulau Alor, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005

50-6

Gambar. 2
Peta Geologi Daerah Pulau Alor, Kabupaten Alor,
Provinsi Nusa Tenggara Timur (Sumber : PT. NUSTRATIM).

Gambar. 3
Peta Geologi Detail Daerah Halerman, Kec. Alor Barat Daya
Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005

50-7

Gambar. 4
Peta Alterasi Daerah Halerman, Kec. Alor Barat Daya
Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005

50-8

Gambar. 5
Peta Geologi Daerah Wakapsir, Kecamatan Alor Barat Daya
Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005

50-9

50-9

Gambar. 6 Peta Alterasi Daerah Wakapsir, Kecamatan Alor Barat Daya,


Kabaupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005

50-10

50-10

Foto. 1
Singkapan Gypsum pada batuan alterasi
Di Daerah Bukit Kemuhaba, Ds Halerman
Kec. Alor Barat Daya, Kab. Alor, NTT.

Foto. 2
Singkapan Mineralisasi Cu,PB,Zn, Au, dan Ag
Di Daerah Sungai Gillaa, Ds Wakapsir, Kec.Alor
Barat Daya, Kab. Alor, Prov. NTT.

Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005

50-11

Foto. 3
Peralatan yang akan digunakan dalam proses
Pengolahan emas primer di daerah Wakapsir,
Kec. Alor Barat Daya, Kab. Alor, Prov. NTT.

Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005

50-12

Kolokium Hasil Lapangan DIM, 2005

50-13

Anda mungkin juga menyukai