Anda di halaman 1dari 9

Teknologi Energi Terbarukan

Review: Teknologi Ionic Liquid dalam Proses Pretreatment


Biomassa Berbasis Lignoselulosa
Oleh: Dewi Ayu Novita, Tjioe Untung Lestianto
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jln. Prof. Soedarto,Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058
Abstrak
(Ionic liquid) IL dapat digunakan sebagai solven dalam proses pretreatment biomassa. Penerapan
IL membuka cara-cara baru untuk pemanfaatan proses pretreatment yang efisien bahan
lignoselulosa. IL berbasis kation alkyl-imidazolium and pyridinium dengan berbagai macam anion
telah dikembangkan untuk melarutkan dan meningkatkan proses sakarifikasi enzimatis dari
selulosa dan biomassa. IL telah secara signifikan dan terbukti efektif dalam memutuskan ikatan
lignin dan hemiselulosa, serta mengurangi kristalinitas selulosa. IL memiliki sifat yang dapat
direcovery dengan kemungkinan mencapai 100% dan digunakan kembali. Dengan demikian
meskipun memiliki kekurangan secara ekonomi, sifat reuse IL serta dari segi proses/performa
secara keseluruhan penggunaan IL merupakan suatu keuntungan.

Pendahuluan
Energi fosil merupakan sumber enegi utama dunia yang tercipta melalui proses jutaan
tahun yang lalu. Pemanfaatan energi fosil selalu meningkat dan tidak sebanding dengan terciptanya
energi fosil yang baru. Hal ini mengakibatkan menipisnya cadangan energi fosil dunia. Untuk
menghindari krisis energi yang akan terjadi, maka perlu dikembangkan energi baru yang dapat
dibuat dengan cepat dengan bahan baku yang tidak akan habis. Energi ini disebut dengan energi
terbarukan. Ada beberapa sumber energi terbarukan, salah satunya adalah biomassa [1].
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis, baik berupa
produk maupun hasil samping. Biomassa sebagai sumber energi memiliki banyak kelebihan yaitu
jumlahnya yang melimpah dan dapat diproduksi terus menerus. Siklus karbonnya juga lebih cepat
daripada energi fosil.
Bagian dari biomassa yang dapat dimanfaatkan adalah seluosa dan hemiselulosa. Selulosa
dan hemiselulosa dapat difermentasi menjadi etanol. Namun seluosa dan hemiselulosa banyak
terdapat dalam lignin dan sangat mengganggu dan menghambat proses fermentasi. Ini dikarenakan
lignin memiliki dinding yang kuat sehingga mikroba yang bertugas untuk mengubah dua zat tersebut
untuk menjadi etanol mengalami kesulitan. Untuk itu, perlu menghilangkan lignin yang mengganggu
dengan dilakukan pretreatment. Pretreatment dilakukan agar dinding lignin yang kuat dapat dipecah
sehingga selulosa dan hemiselulosanya dapat keluar untuk difermentasi. Dengan begitu maka etanol
sebagai produk fermentasi menjadi maksimal [1].

Teknologi Energi Terbarukan


Pemecahan lignin dapat dilakukan dengan cara fisika, kimia dan biologi. Pengolahan lignin secara
fisika dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu uncatalyzed steam-explosion, liquid hot water
(LHW) pretreatment, mechanical comminution, dan high energy radiation. Dan dengan cara kimia
dapat juga dilakukan dengan cara catalyzed steam-explosion, acid pretreatment, alkaline
pretreatment, ammonia fiber/freeze explosion (AFEX) , organosolv, pH-controlled liquid hot water,
dan ionic liquids (IL) pretreatment. Untuk pengolahan secara biologi dilakukan dengan menggunakan
fungi dan beberapa mikroorganisme lain [1].
Kebanyakan dari penelitian yang telah dilakukan selalu menggunakan kombinasi dari ketiga
jenis pretreatment yang ada. Sehingga menghasikan etanol dengan hasil yang maksimal. Karena
setiap pretreatment memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun untuk IL masih tergolong proses
yang baru sehingga masih akan terus berkembang agar lebih efisien lagi [1].
Penerapan IL telah membuka cara-cara baru untuk pemanfaatan yang efisien bahan
lignoselulosa di berbagai bidang seperti pretreatment biomassa dan fraksinasi. Namun, masih
banyak tantangan dalam menempatkan aplikasi ini potensial ke dalam penggunaan praktis,
misalnya, biaya tinggi IL, kebutuhan regenerasi, kurangnya data toksikologi dan pengetahuan
tentang karakteristik fisik dan kimia, modus tindakan pada hemiselulosa dan / atau lignin isi bahan
lignoselulosa dan isu-isu generasi inhibitor [1].

Gambar 1. Skema Proses Pretreatment pada Material Lignoselulosa [2]

Teknologi Energi Terbarukan

Ionic Liquids (Larutan Ionik)


Ionics liquid (IL) merupakan senyawa yang tersusun dari ion-ion (kation dan anion) yang
berwujud larutan pada suhu dan tekanan normal. Karekateristik dari ionic liquids antara lain
meliputi: hampir tidak ada tekanan uap, volatilitas rendah, non-flammability, non-combustibility,
stabilitas termal tinggi, umumnya berviskositas rendah, range suhu besar dalam wujud larutan, laju
reaksi tinggi serta konduktivitas ionik yang tinggi [1,3,4].
Dewasa ini, adanya IL menjadi perintis solvent jenis baru dan teknologi yang lebih ramah
lingkungan. Hal tersebut didasari oleh pemanfaatan IL sebagai pengganti solven organik dengan sifat
yang dapat direcovery dengan kemungkinan mencapai 100% dan digunakan kembali setelah
digunakan. Sehingga akan mengurangi limbah dari solven tradisional. Lebih jauh lagi solven IL
mempunyai tingkat volatilitas yang rendah sehingga dapat menjadi solven yang aman. Tekanan uap
yang rendah mengurangi resiko bahaya, dan jelas menjadi kelebihan dibandingkan solven volatile
pada umumnya [3].
IL telah muncul sebagai pengganti solven organik dan dapat diaplikasikan dalam berbagai
area antara lain: dalam sintesis organik, katalis, alat elektrokimia, dan solven pengekstrasi berbagai
senyawa [4]. Hingga kini tengah dilakukan pengembangan aplikasi IL sebagai solven dalam proses
pretreatment biomassa berbahan lignoselulosa. Kegunaan dari IL telah secara signifikan dan terbukti
efektif dalam memutuskan ikatan lignin dan hemiselulosa, serta mengurangi kristalinitas selulosa.
Teknologi IL pada proses biomassa berfokus pada proses pemecahan biomassa lignoselulosa dengan
jenis IL yang berbeda. Pemecahan pada IL mendorong perubahan struktural dalam biomassa yang
diregenasi dengan mengurangi kristalinitas dan kandungan lignin. Sehingga penemuan tersebut
menetapkan IL sebagai alat dalam melakukan pretreatment biomassa dan dapat digunakan secara
menguntungkan dengan karakteristik khususnya daripada proses pretreatment konvensional [5]. IL
dapat melarutkan selulosa dalam jumlah besar dengan temperatur sedang (90-30 C dan tekanan
ambient) dengan input energi yang rendah, dapat direcovery hingga mendekati 100% dari IL awal
yang digunakan, serta meninggalkan residu yang minimum dalam proses anaerobic digestion [6].
Mekanisme Pretreatment IL
Mekanisme dari pemutusan selulosa dengan IL melibatkan atom-atom oksigen dan hidrogen
dari gugus hidroksil selulosa, dimana membentuk interaksi yang kompleks antara pendonor elektron
dan penerima elektron dengan IL. Selama proses interaksi antara gugus hidroksil selulosa dengan IL,
ikatan hidrogen dirusak, yang berakibat terbukanya ikatan-ikatan hidrogen antar ikatan molekul
pada selulosa, dan terputus. Selulosa yang telah dilarutkan dengan cepat akan diendapkan dengan
anti-solven seperti etanol, metanol, aseton atau air (Gambar 1). Selulosa yang telah direcovery dari
anti-solven diketahui memiliki derajat polimerisasi dan polidispersity yang sama dengan selulosa
awal, namun secara signifikan baik secara makro maupun mikro struktur, menurunkan kristalinitas
dan
meningkatkan
porositas.
Lebih
jauh
lagi
beberapa
IL
sesuai
dengan
proses sakarifikasi enzimatis dalam media equeous IL [6,7].

Teknologi Energi Terbarukan

Lignosellulosic
Biomass

Ionic Liquids

Pre-treatment

Anti Solvent

Precipitation and Washing

Centrifugation/ Filtering

Drying

Regenerated
Biomass
Gambar 2. Diagram Alir Proses Umum Pretreatment dengan Menggunakan IL [7].
Pengembangan Pretreatment IL
IL berbasis kation alkyl-imidazolium and pyridinium dengan berbagai macam anion telah
dikembangkan untuk melarutkan dan meningkatkan proses sakarifikasi enzimatis dari selulosa dan
biomassa (Tabel 1) [8]. Uju et al. telah meneliti potensi 1-buthyl-3-methylpyridinium chloride
(Bmpy)(Cl) dalam proses pretreatment biomassa berbasis lignoselulosa, yaitu baggase dan
Eucalyptus, dengan mengevaluasi besar yield recovery dari biomassa selama proses pretreament,
karakteristik dari struktur biomassa yang dibentuk dan daya cerna pada proses sakarifikasi
enzimatisnya. Proses pretreatment dilakukan pada suhu 120C dengan waktu 10 menit atau 10
menit. Sebagai perbandingan digunakan 1-ethyl-3-methylimidazolium acetate (Emim)(Oac), karena
senyawa IL tersebut efektif melarutkan selulosa. Dan didapatkan hasil bahwa, pada waktu
pretreatment yang cepat, (Bmpy)(Cl) menunjukkan potensi yang lebih besar dalam meningkatkan
kemampuan proses sakarifikasi enzimatis daripada (Emim)(Oac). Peningkatan kecepatan sakarifikasi
enzimatis mungkin disebabkan karena menurunnya derajat polimerisasi selulosa karena
pretreatment oleh (Bmpy)(Cl). Sehingga IL jenis pyridium berpotensi untuk meningkatkan efisiensi
pretreatment dari lignoselulosa biomassa [7].

Teknologi Energi Terbarukan

Tabel 1. Kelarutan Berbagai Bahan dalam Berbagai IL [9]

Weerachanchai et al. menginvestigasi pengaruh dari faktor IL jenis (1-Ethyl-3methylimidazolium acetate (EMIM-AC), 1-Ethyl-3-methylimidazolium diethyl phosphate (EMIMDEPO4) dan 1,3-dimethylimidazolium methyl sulfate (DMIM-MeSO4)) pada pretreatment biomassa.
Dengan 2 jenis biomassa yang digunakan, yaitu sisa ampas sigkong dan jerami padi. Diketahui
bahwa, proses pretreatment dengan menggunakan IL dapat meningkatkan sifat biomassa untuk
proses biokonversi selanjutnya. Dari tipe-tipe IL yang digunakan, (EMIM-AC) paling berpotensi untuk
mengkonversi gula dan mengekstraksi lignin, dengan kondisi operasi maksimal 120C selama 24 jam,
dengan ukuran partikel <34 m. Sementara (EMIM-DEPO4) memberikan konversi gula yang relatif
tinggi pada limbah ampas singkong dan cukup baik mengekstraksi lignin [10].

Teknologi Energi Terbarukan

Tahun 2013 Uju et al. Melakukan perbandingan metode pretreatment pada kayu lunak berjenis
pinus menggunakan peracetic acid (PAA) dengan IL serta campuran antara keduanya. Didapatkan
hasil Yield of Regenerated Biomass (YRB) antara 40-90% tergantung dari proses pretreatment yanng
digunakan. Untuk proses pretreatment tunggal, pretreatment IL menghasilkan YRB lebih tinggi
dibandingkan pretreatment PAA (87% vs 63% ). Jika pretreatment dikombinasikan, YRB yang
dihasilkan serupa atau lebih rendah daripada pretreatment IL tunggal [8].
Dalam melakukan pretreatment dengan IL, diperlukan perlakuan suhu dan waktu
pretreatment yang tepat serta berganting pada jenis dan , Uju et al., mengemukakan bahwa untuk
melarutkan biomassa dari jenis kayu lunak seluruhnya membutuhkan waktu pretreatment yang lebih
lama atau dengan suhu yang lebih tinggi dari jenis biomassa lain [8]. Zhang et al. meneliti pengaruh
suhu pada proses pretreatment IL dengan bahan switch grass dan corn stover menunjukkan bahwa
seiring dengan meningkatnya suhu, molekul IL perlahan terdifusi ke dalam dinding sel tanaman,
semakin banyak fraksi selulosa dalam sampel biomassa yang terlarut dalam 1-butyl-3methylimidazolium acetate (C4mim)(Oac) dan mengubah selulosa kristalin dalam dinding sel
menjadi bentuk amorf lalu berubah menjadi struktur yang lebih teratur [11]. Hal serupa
dikemukakan oleh Gao et al, bahwa dari pretreatment dengan menggunakan 3 tipe IL (1-N-Ethyl-, 1N-butyl- dan 1-N-hexyl-3-methlyimidazolium chloride ((C2mim)Cl, (C4mim)Cl and (C6mim)Cl)) pada 4
jenis bahan (eceng gondok, jerami padi, daun mangga,dan pohon cemara , menunjukkan hasil
dengan semakin meningkatnya suhu dan waktu, jumlah lignin yang terekstraksi akan semakin
meningkat, namun efisiensi yang rendah dapat terjadi pada suhu lebih dari 150 C [12].
Dalam penelitian Shafiei et al. dikemukakan bahwa 1-ethyl-3-methylimidazolium acetate
(EMIM)(Oac) dan 1-butyl-3-methylimidazolium acetate (BMIM)(Cl) adalah pelarut terbaik untuk
material lignoselulosa dan selulosa dengan menggunakan kayu lunak cemara sebagai bahan uji.
Ketika material selulosa terlarut dalam (EMIM)(Oac), struktur selulosa yang teratur terbuka dan
molekul selulosa terdispersi secara bebas dalam solven. Setelah proses regenerasi, mereka tidak
dapat kembali ke bentuk semula yang teratur. Sehingga kristalinitasnya akan menurun dan lebih
amorf, dan menjadi lebih mudah digunakan dalam hidrolisa enzimatis. Dibandingkan dengan
selulosa yang tanpa melaui proses pretreatment, yield glukosa pada hidrolisa enzimatis pada
material yang melalui pretreatment mempunyai nilai yang signifikan lebih tinggi. Pada bahan yang
tidak di pretratment yield hanya 1,8% (kepingan) dan 8,7% (bubuk), sedangkan yang melalui proses
pretreatment dengan IL diperoleh hasil yaitu 56,9% (kepingan) dan 76,8% (bubuk) dengan
(BMIM)(Oac) , 66,4% (kepingan) dan 73% (bubuk) dengan (EMIM)(Oac). Proses pretreatment
dilakukan selama 15 jam. [12, 13].

Teknologi Energi Terbarukan


Nguyen et al. telah melakukan penelitian dengan mempretreatment jerami padi
menggunakan empat jenis IL yang berbeda, yaitu, 1-butyl-3-methylimidazolium chloride (Bmim)Cl),
1-ethyl-3-methylimidazolium chloride (Emim)Cl, 1-ethyl-3-methylimidazolium acetate (Emim)Ac dan
1-ethyl-3-methylimidazolium hydrogen sulfate (Emim)Su (Gambar 3). Dan menghasilkan perubahan
morfologi yang terlihat jelas pada material. Regenerasi material berbentuk gel coklat gelap dengan
viskositas tinggi pada suhu sedang (60-70C). Pretreatment yang efektif diperlukan untuk mengatasi
struktur yang sangat teratur dan meningkatkan kemampuan untuk memproduksi gula yang dapat
difermentasi [14].

Gambar 3. Perubahan Morfologi dari Jerami Padi yang Dihasilkan Setelah Pretreatment A. (Bmim])Cl; B. (Emim)Ac; C. (Emim)Cl; D. (Emim)Su; E. jerami padi tanpa pretreatment [14].
Recycling IL
Kegunaan dari IL yang telah direcycle dari proses pretreatment biomassa merupakan faktor
krusial dalam hal efisiensi ekonomi. Karena IL lebih mahal dibandingkan dengan agen pretreatment
konvensional, seperti amonia dan asam sulfat. Namun demikian, proses recovery IL masih dalam
tahap eksplorasi untuk mendapatkan hasil operasi dengan efisiensi tinggi [5].
Setelah selulosa teregenerasi dari larutan IL, anti-solven dapat dievaporasi dan IL dapat
kembali digunakan. Secara umum, setelah proses regenerasi, larutan yang mengandung anti-solven
dengan IL terlarut dan senyawa biomassa yang larut (lignin, karbohidrat terlarut dengan dengan
berat molekul rendah, produk yang terdegradasi, dll) yang tidak terendapkan dalam tahap
regenerasi. Tergantung pada proses recovery IL, senyawa tersebut dapat direcovery jika diaplikasikan
tahap fraksinasi lebih lanjut. Oleh karena itu proses recovery IL sangat bergantung pada anti-solven
yang digunakan, sebagaimana kondisi pretreatment yang digunakan [5]. Diketahui bahwa IL dapat
digunakan kembali hingga 4-5 kali tanpa berpengaruh pada yield gula yang dihasilkan. Hasil recyccle
IL yang telah bebas dari kandungan regenerasi selulosa dihasilkan dari proses akumulasi lignin yang
yang terlarut [9].
Umumnya, cara paling mudah untuk merecovery IL adalah dengan mengevaporasi antisolven setelah proses regenerasi, meskipun hasilnya akan mengandung beberapa impuritas.
Alternatif lain adalah dengan kemampuan dari IL untuk membentik sistem cai-cair dua fase dengan
penambahan larutan aqueous seperti fosfat, karbonat, dan sulfat. Inovatif lain, telah diperkenalkan
pemisahan fasa dalam proses regenerasi dengan menambahkan campuran antisolven yang dibentuk
oleh etanol dan aseton yang akan membentuk larutan kuarterner yang mengandung IL-air-ketonalkohol [5].

Teknologi Energi Terbarukan


Perspektif di Masa Depan
Biomassa berbasis lignoselulosa merupakan sumber energi yang murah dan berlimpah,
namun memiliki struktur yang kompleks. Metode pretreatment konvensional dapat diperhitungkan
meskipun memiliki kelemahan yang membatasi aplikasinya secara luas. Oleh karena itu muncul
penerapan IL sebagai alternatif yang nyata. Salah satu aspek yang penting dalam aplikasi IL dalam
fraksinasi biomassa adalah tingkat kestabillannya yang sangat stabil [5].
Meskipun pretreatment menggunakan IL telah banyak mendapatkan perhatian, namun
proses tersebut dari sisi ekonomi membutuhkan biaya yang besar dalam pengaplikasiannya, karena
harga dari IL yang mahal. Oleh karena itu diperlukan kemajuan teknologi dalam penggunaan IL yang
lebih efisien yang dapat meminimalkan biaya [14]. Namun demikian, pretreatment dengan IL lebih
efektif dan fraksinasi biomassa menghasilkann konversi yang lebih murni daripada pretreatment
konvensional. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa masalah teknologi dapat diatasi. Namun,
kelayakan ekonominya masih dipertanyakan, terkait dengan harga IL dalam besarnya investasi. Saat
ini, meskipun saat ini ketersedian dan harga lebih terjangkau, bagaimanapun juga, harga IL lebih
mahal daripada solven biasa. Namun perlu diketahui bahwa harga IL skala skala industri hampir
sama dengan harga solven organik. Dengan potensi sifat reuse IL yang telah terbukti akan membuat
proses lebih layak secara ekonomi. Lebih jauh lagi, dari segi proses/performa secara keseluruhan,
penggunaan IL merupakan suatu keuntungan [5].
Liu et al. melaporkan bahwa, sejauh ini dari hasil penelitian telah ditetapkan kemungkinan
penggunaan IL sebagai pelarut, dalam pembuatan bioetanol berbasis lignoselulosa. IL menyediakan
metode yang efektif untuk pretreatment biomassa lignoselulosa dengan memutus lignin, mengubah
struktur kristal selulosa, dan meningkatkan daya cerna selulosa untuk enzim selulase. Metode
menggunakan IL membutuhkan peralatan rendah dan energi biaya, dan penelitian menunjukkan
bahwa IL dapat didaur ulang. Namun, tantangan secara praktisnya berkaitan dengan aplikasi IL skala
besar. Salah satu tantangan utama adalah kebutuhan untuk mengembangkan metode recovery dan
recycle yang efektif untuk IL. Hal penting lainnya adalah bagaimana merecycle IL dengan mengurangi
konsumsi energi. Sebelum IL dapat diterapkan pada skala industri, penelitian lebih lanjut harus
dilakukan untuk meningkatkan efektivitas biaya dari IL pretreatment [15]. Dan untuk ke depannya
penelitian harus berfokus pada design IL untuk proses produksi biofuel. Sehingga di masa mendatang
konsep green technology dari IL benar-benar dapat diaplikasikan dalam skala industri.

Referensi
1. Zheng Y, Pan Z, Zhang R (2009) Overview of Biomass Pretreatment for Cellulosic Ethanol
Production. Int J Agric & Biol Eng 2(3): 51-68.
2. Mood SH, Golfeshan AH, Tabatabaei M, Jouzani GS, Najafi GH, Gholamo M, Ardjmand M (2012)
Lignocellulosic Biomass to Bioethanol a Comprehensive Review with a Focus on Pretreatment.
Renewable and Sustainable Energy Reviews 27: 77-93.
3. Green Chemistry- Ionic Liquids- Useful Reaction Solvents TGI.
4. Khupse N D, Kumar A (2010) Ionics Liquids: New Material with Wide Applications. Indian Journal
of Chemistry 49: 635-648.

Teknologi Energi Terbarukan


5. da Costa Lopes AM, Joo KG, Morais ARC, Bogel-ukasik E, Bogel-ukasik R (2013) Ionic Liquids
as a Tool for Lignocellulosic Biomass Fractionation. Sustainable Chemical Processes 1:3.
6. Zheng Y, Zhao J, Xu F, Li Y (2014) Pretreatment of Lignocellulosic Biomass for Enhanced Biogas
Production. Progress in Energy and Combustion Science 42: 35-53.
7. Uju, Shoda Y, Nakamoto A, Goto M, Tokuhara W, Noritake Y, Katahira S, Ishida N, Nakashima K,
Ogino C, Kamiya N (2012) Short Time Ionic Liquids Pretreatment on Lignocellulosic Biomass to
Enhance Enzymatic Saccharification. Bioresource Technology 103 : 446452.
8. Uju, Abe K, Uemura N, Oshima T, Goto M, Kamiya N (2013) Peracetic AcidIonic Liquid
Pretreatment to Enhance Enzymatic Saccharification of Lignocellulosic Biomass. Bioresource
Technology 138 : 8794.
9. Vancov T, Alston AS, Brown T, McIntosh S (2012) Use of Ionic Liquids in Converting
Lignocellulosic Material to Biofuels. Renewable Energy 45 : 1-6.
10. Weerachancai P, Leong SSJ, Chang MW, Ching CB, Lee JM (2012) Improvement of Biomass
Properties by Pretreatment with Ionic Liquids for Bioconversion Process. Bioresource
Technology 111: 453459.
11. Zhang J, Wang Y, Zhang L, Zhang R, Liu G, Cheng G (2014) Understanding Changes in Cellulose
Crystalline Structure of Lignocellulosic Biomass During Ionic Liquid Pretreatment by XRD.
Bioresource Technology 151: 402405.
12. Gao J, Chen L, Yuan K, Huang H, Yang Z (2013) Ionic Liquid Pretreatment to Enhance the
Anaerobic Digestion of Lignocellulosic Biomass. Bioresource Technology 150: 352358.
13. Shafie M, Zilouei H, Zamani A, Taherzadeh MJ, Karimi K (2013) Enhancement of ethanol
Production from Spruce Wood Chips by Ionic Liquid Pretreatment. Applied Energy 102 : 163
169.
14. Nguyen TAD, Kim KR, Han SJ, Cho HY, Kim JW, Park SM, Park JC, Sim SJ (2010) Pretreatment of
Rice Straw with Ammonia and Ionic Liquid for Lignocellulose Conversion to Fermentable Sugars.
Bioresource Technology 101: 74327438.
15. Liu CZ, Wang F, Stiles AR, Guo C (2012) Ionic Liquids for Biofuel Production: Opportunities and
Challenges. Applied Energy 92: 406414.

Anda mungkin juga menyukai