Anda di halaman 1dari 22

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN

LAPORAN PRAKTIKUM
SINTESIS OBAT

SINTESIS ASPIRIN

OLEH :
KELOMPOK IV
ASISTEN

: HERMANTO UTOMO

MAKASSAR
2006

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Asam asetil salisilat atau lebih dikenal dengan nama aspirin
dikalangan masyarakat merupakan obat yang secara luas digunakan
sebagai obat antipiretik, analgetik, antiinflamasi dan anti platelet
tergantung dari dosis yang digunakan.
Pada praktikum dilakukan sintesis aspirin dengan mereaksikan antara
asam salisilat dengan asetat anhidrat. Aspirin merupakan suatu turunan
ester dan merupakan asam lemah karena memiliki gugs karboksil.

I.2

Maksud dan Tujuan Percobaan.

I.2.1 Maksud Percobaan


Membuat dan mengetahui sintesis aspirin melalui reaksi asetilasi.
I.2.2

Tujuan percobaan
Membuat ester (aspirin) dari asam karboksilat dengan metode

asetilasi.

I.3 Prinsip Percobaan.


Pembuatan aspirin berdasarkan reaksi asetilasi antara asam salisilat
dengan anhidrat asetat dengan penambahan asam sulfat pekat sebagai
katalisator,

yang

dilanjutkan

dengan

proses

pemanasan

untuk

meningkatkan kelarutannya serta diikuti dengan proses pendinginan dan


rekristalisasi hingga terbentuknya kristal aspirin.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum


Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau
aspirin adalah analgesik antipiretik dan antiinflamasi yang sangat
luas digunakan dan digolongkan dalam obat bebas. Selain sebagai
prototip, obat ini merupakan standar dalam menilai efek obat sejenis
(1)
Asam salisilat sangat iritatif, sehingga hanya digunakan
sebagai obat luar. Derivatnya yang dipakai secara sistemik, adalah
ester salisilat dari asam organik dengan substitusi pada gugus
hidroksi, misalnya asetosal.(1)
Salisilat merupakan obat yang paling banyak digunakan
sebagai analgetik antipiretik dan antiinflamasi. Aspirin dosis terapi
bekerja cepat dan efektif sebagai antipiretik. Dengan dosis ini laju
metabolisme juga meningkat. Pada dosis toksik obat ini justru
memperlihatkan efek piretik sehingga demam dan hiperhidrosis pada
keracunan berat. Keracunan salisilat yang berat dapat menyebabkan
kematian, tetapi umumnya keracunan salisilat bersifat ringan. Metil
Salisilat

jauh

lebih

toksik

daripada

Natrium

Salisilat,

dan

intoksitasinya sering terjadi pada anak-anak. Empat milliliter salisilat


dapat menimbulkan kematian pada anak.
Walaupun invitro obat AINS diketahui menghambat berbagai
reaksi biokimiawi, hubungan dengan efek analgesik, antipiretik, dan

antiinflamasinya belum jelas. Selain itu obat AINS secara umum tidak
menghambat biosintesis leukotrien, yang diketahui ikut berperan
dalam inflamasi. (1)
Struktur kimia golongan salisilat ini dapat dilihat pada gambar
di bawah ini. Asam salisilat sangat iritatif, sehinga hanya digunakan
sebagai obat luar. Derifatnya yang dapat dipakai secara sistemik
adalah ester salisilat dari asam organik dengan subtitusi pada gugus
hidroksil, misalnya Asetosal.
COOH

COONa
OH

COONa

OH

Asam Salisilat Natrium Salisilat

COOCH3

OCOCH3

Asetosal

OH

Metil Salisilat

* Gambar 15.3 Struktur Kimia Golongan Salisilat

Efek- Efek Yang Tidak Diinginkan


Efek samping yang paling sering terjadi berupa iritasi mukosa
lambung dengan resiko tukak lambung dan pendarahan samar
(occult). Penyebabnya adalah sifat asam dari asetosal yang dapat
dikurangi melalui kombinasi dengan antasidum (MgO, Aluminium
Hidroksida, CaCO3) atau garam kalsiumnya (Carbasalat ascal). Pada
dosis besar, faktor lain memegang peranan penting, yakni hilangnya
efek pelindung dari prostasiklin (PGI2) terhadap mukosa lambung
yang sintasisnya turut dihalangi akibat blokade siklooksigenase. (2)

Selain itu Asetosal menimbulkan efek-efek spesifik, seperti


reaksi alergi kulit dan tinnitus (Telinga berdengung) pada dosis lebih
tinggi efek yang lebih serius adalah kejang. Kejang Bronch hebat
yang

pada

pasien

asma,

meski

dalam

dosis

kecil,

dapat

mengakibatkan serangan. Anak-anak kecil yang menderita cacar air /


flu

(salesma)

sebaiknya

jangan

diberi

asetosal

(melainkan

parasetamol) karena beresiko terkena Sindrom Rye yang berbahaya.


Sindrom ini berciri muntah hebat, termangu-mangu, gangguan
pernafasan konvulsi dan adakalanya koma. (2)
Sintesis Asetosal
O
C

OH

+
OH

C
H3C

O
C

O
C

OH
O + H3C C

CH3

O C CH
3

O
OH

Walaupun jalur ini terlihat amat mudah, amatlah sulit untuk


mengatur reaksi sehingga didapat hasil yang optimal. Komponen
utama yang mula-mula terjadi adalah suatu ester asam karbonat,
selama fase ini suhu tidak boleh melampaui batas tertentu (sekitar
35C). Kemudian barulah pada suhu tinggi (75C tekanan berlebih
CO2) akan tersubtitusi. (4)

II.2 Uraian Bahan


1. Asam salisilat (5:43)
Nama Resmi

: Acidum salicylicum

Nama Lain

: Asam salisilat

Rumus Molekul : C7H6O3


Bobot Molekul : 138,12
Rumus Bangun :

COOH
OH

Pemerian

: Hablur ringan tak berwarna atau serbuk berwarna


putih hampir tidak berbau rasa agak manis dan
tajam.

Kelarutan

: Larut dalam 550 bagian air dan dalam 4 bagian


etanol 95 % P. , mudah larut dalam kloroform P
dan dalam eter P. Larutan dalam larutan
amonium asetat P, dinatrium hidrogenfosfat P,
kalium sitrat P dan natrium sitrat P.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


Kegunaan

: Penerima gugus asetil pada aspirin

2. Anhidrida Asetat (5:647)


Nama Resmi

: Acidum acetic anhidrida

Nama Lain

: Asam asetat anhidrida

Rumus Molekul : (CH3CO)2O

Rumus Bangun :
C
H3C

Pemerian

O
C
CH3

: Cairan jernih tidak berwarna, berbau tajam,


mengandung tidak kurang dari 95 % C4H6O3.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat


Kegunaan

: Pelarut asam asalisilat dan pemberiu gugus asetil


pada aspirin

3.Asam sulfat (5;58)


Nama Resmi

: Acidum sulfuricum

Nama Lain

: Asam sulfat

Rumus Molekul : H2SO4


Bobot molekul : 98,07

Pemerian

: Cairan

kental

berwarna,

jika

seperti

minyak

ditambahkan

korosif,
ke

tidak

dalam

air

menimbulkan panas.
Kelarutan

: Dapat

bercampur

dengan

air

dan

etanol,

menimbulkan panas
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan

: Sebagai katalisator

5.Air Suling (5;96)


Nama Resmi

: Aqua destillata

Nama Lain

: Aquades / Air Suling / Aqua / Aqua Purificata

Rumus Molekul : H2O


Bobot Molekul : 18,02
Pemerian

: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak


mempunyai rasa

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


Kegunaan

: Sebagai larutan pencuci kristal aspirin dari


kelebihan asam

8.Alkohol (5;53)
Nama Resmi

: Aethanolum

Nama Lain

: Etanol, Alkohol

RM / BM

: C2H6O / 46,06

Pemerian

: Cairan; tidak berwarna; jernih; mudah menguap,


dan mudah bergerak, bau busuk, rasa panas.
Mudah terbakar dengan memberikan nyala biru
yang tidak berasap

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, jauh dari api.


Kegunaan

: sebagai peng-rekristalisasi

9.Aspirin (5;658)
Nama Resmi

: Acidum acetylsalicylicum

Nama Lain

: Asam asetilsalisilat / Asetosal / Aspirin

RM / BM

: C9H8O4 / 180,16

RB

COOH
OCOCH3

Pemerian

: Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih;


tidak berbau; rasa asam.

Kelarutan

: Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam


etanol (95%) p; larut dalam kloroform p dan eter
p.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik


Kegunaan

: Sebagai produk yang akan disintesa.

II.3 Prosedur Percobaan (6;4)


Timbang 6,0 g kristal asam salisilat dan tempatkan dalam
labu erlenmeyer 250 ml. Tambahkan 8,5 ml anhidrida asetat, diikuti
dengan 3-4 tetes asam sulfat pekat dari pipet tetes, dan kocok
hingga asam salisilat larut. Panaskan di penangas air selama 15
sampai 20 menit dengan suhu 60C.
Lalu dinginkan campuran sambil terus diaduk. Kemudian
ditambahkan 100 mL air dingin ke dalam campuran sambil terus
diaduk. Saring kristal yang terbentuk dengan corong Buchner yang
telah dilapisi dengan kertas saring, cuci dengan air dingin.
Keringkan kristal dalam oven pada suhu 90C. Timbang hasil
yang diperoleh dan hitung rendamen yang diperoleh, serta tentukan
titik leburnya dari aspirin yang dipeoleh.

Rekristalisasi :
Air tidak cocok sebagai pelarut untuk kristalisasi karena
aspirin akan terhidrolisis sebagian dengan pemanasan dalam air.
Pada praktikum dilakukan rekristalisasi dengan alkohol 70% dan
didiamkan selama sehari hingga terbentuk kristal-kristal yang
memenuhi wadah.

BAB III
METODE KERJA

III.1 Alat dan Bahan


III.1.1 Alat
1. Alumunium foil
2. Baskom
3. Batang pengaduk
4. Botol Semprot
5. Bunsen
6. Corong biasa
7. Cawan Porselin
8. Erlenmeyer 250 ml
9. Gelas kimia 100 ml
10. Gelas ukur 50 ml, 10 ml
11. Kertas saring
12. Kertas timbang
13. Kaki tiga
14. Neraca Ohaus
15. Oven listrik
16. Pipet tetes
17. Timbangan analitik

18. Tissue
19. Sendok tanduk
III.1.2 Bahan
1. Asam klorida encer
2. Anhidrida asetat
3. Asam salisilat
4. Asam sulfat pekat
5. Air suling
6. Es batu

III.2 Cara Kerja


1. Sebanyak 6g asam salisilat dimasukkan ke dalam Beaker glass
yang bersih dan kering.
2. Ditambahkan 8,5mL anhidrida asetat dan 3-4 tetes asam sulfat
pekat dengan hati-hati.
3. Dicampur semua bahan-bahan lalu panaskan campuran pada
suhu 60C selama 15-20 menit dengan pengadukan kontinyu.
4. Didinginkan campuran sambil terus diaduk.
5. Ditambahkan 100mL air dingin ke dalam campuran sambil terus
diaduk

6. Disaring kristal yang terbentuk dengan corong Buchner yang telah


dilapisi dengan kertas saring, cuci dengan air dingin.
7. Dikeringkan kristal dalam oven pada suhu 90C.
8. Ditimabng hasil yang diperoleh dan hitung rendamen yang
diperoleh.
9. Ditentukan titik lebur dari aspirin yang diperoleh.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN

IV.1 Tabel Pengamatan


Berat asam

Berat kristal aspirin

Berat kristal aspirin

salisilat(g)

praktek (g)

teori (g)

6,181

7,82

IV.2 Reaksi
O
C

OH

+
OH

C
H3C

Asam salisilat

H2SO4

O
C

C
O

O + H3C C
CH3

Asetat anhidrida

O C CH
3

Aspirin

IV.3 Perhitungan
1 mol asam salisilat setara dengan 1 mol aspirin
mol asam salisilat = gram asam salislat
BM asam salisilat
mol aspirin = 6 gram
138,12

OH

OH

Asam asetat

= 0,043 mol
Berat aspirin secara teoritis
m = mol aspirin x BM aspirin
m = 0,043 x 180,16
m = 7,82 gr
Berat aspirin hasil praktek adalah gr
Rendamen = Berat aspirin hasil praktikum
Berat aspirin secara teoritis
=

6,181
7,82

79 %

100 %

BAB V
PEMBAHASAN

Aspirin merupakan nama lain dari asam asetil salisilat dan memiliki
peranan yang sangat besar dalam bidang farmasi yaitu sebagai obat yang
berkhasiat anti piretik dan analgetik. Senyawa aspirin ini tidak terdapat
dalam keadaan bebas di alam, jadi untuk memperolehnya perlu dilakukan
sintesa.
Dalam

percobaan

ini,

sintesa

aspirin

dimaksudkan

untuk

memperoleh kristal aspirin yang sempurna. Sintesa ini melalui beberapa


tahap yaitu di mulai dengan melarutkan asam salisilat 6 gram ke dalam
8,5 ml anhidrida asetat. Penambahan anhidrida asetat bertujuan sebagai
pelarut asam salisilat dan sebagai pemberi gugus asetil pada aspirin.
Digunakan bentuk anhidrat karena jika pada proses sintesis ini terdapat
air air, maka aspirin akan terhidrolisis sebagian dengan pemanasan.
Setelah penambahan anhidrida asetat, maka diikuti dengan
penambahan H2SO4 pekat sebanyak 3-4 tetes yang berfungsi untuk
menambah kelarutan asam salisilat dan sebagai katalisator, sehingga
reaksi dapat berlangsung dengan sempurna. Untuk menambah kelarutan
asam salisilat maka dilakukan pemanasan selama kurang lebih 15-20
menit.

Apabila asam salisilat telah larut seluruhnya, maka erlenmeyar


didinginkan pada suhu kamar selama beberapa menit. Didinginkan pada
suhu kamar terlebih dahulu agar erlenmeyar tidak pecah oleh perubahan
temperatur yang cukup drastis. Pendinginan kemudian pada tangas es
agas kristal terbentuk lebih sempurna. Selama proses pendinginan
dilakukan penggoresan pada dinding erlenmeyer untuk membantu proses
kristalisasi. Penggoresan dapat membentuk kristal karena membentuk
rongga-rongga pada dinding labu erlenmeyer sehingga memungkinkan
kristal tesebut berkumpul dan menyatu.
Apabila kristal aspirin telah terbentuk, kristal kemudian dicuci
dengan air suling sebanyak 3 kali untuk mencuci kelebihan asam.
Aspirin

kemudian

dikeringkan

dan

direkristalisasi

dengan

menggunakan benzen. Pada rekristalisasi ini digunakan benzen karena


jika menggunakan air aspirin akan terhidrolisis sebagian dengan
pemanasan. Mula mula kristal aspirin dimasukkan ke dalam benzen panas
untuk menambah kelarutan aspirin. Setelah itu didinginkan pada baskom
yang berisi es batu untuk mengendapkan kembali aspirin yang telah larut.
Endapan yang terbentuk kemudian disaring. Setelah kristal aspirin
diperoleh,

selanjutnya

dilakukan

pengeringan

dalam

mendapatkan kristal aspirin yang telah bebas dari pelarutnya.

oven

untuk

Persentase rendamen yang diperoleh dari praktikum ini adalah 79


%. Rendamen yang diperoleh ini kecil karena menurut teori, berat aspirin
yang diperoleh adalah sekitar 7,82 gram. Hal ini disebabkan oleh
1. Penimbangan yang kurang teliti.
2. Sampel dan pereaksi yang digunakan sudah tidak murni lagi.
3. Reaksi tidak berjalan sempurna.

BAB VI
PENUTUP

VI.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa :
Persentase rendamen rata rata yang di peroleh adalah 79 %
VI.2 Saran
Sebaiknya bahan yang digunakan pada praktikum ini telah di buat
sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ganiswara, Sulistia G.(1995), Farmakologi dan Terapi Edisi IV, FKUI,


Jakarta
2. Tjay, Tan Huan (2001), Obat-Obat penting PT Kompusindo, Jakarta.
256;257
3. Hawkines R (1989) Interaksi Obat Penerbit ITB, Bandung. ;109
4. Fessenden dan J Ralph, dkk, (1994),Kimia Organik, Erlangga:
Jakarta.
5. Ditjen POM (1979) Farmakope Indonesia Edisi III Depkes RI: Jakarta
6. Schunack, Walter, (1990), Senyawa Obat. Gadjah Mada University
Press: Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai