<!--[if !vml]-->
Banyak air itu sama dengan tinggi gelas aqua untuk tiap
perendaman.
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Variabel terikat :
<!--[if
!supportLists]-->- <!--[endif]-->Sampel
F. JADWAL PENELITIAN
III
<!--[if !vml]-->
<!--[endif]-->
<!--[if !vml]--> <!--[endif]--> Hari
ke Hari ke Hari ke
123456712345671234567
<!--[if !vml]-->
<!--[endif]-->
<!--[endif]-->
xxx
<!--[if !vml]--> <!--[endif]--><!--[if !vml]-->
<!--[endif]-->
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Latar belakang dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
<!--[if
!supportLists]-->-
<!--[endif]-->Pentingnya
mengetahui
!supportLists]-->-
<!--[endif]-->Supaya
mengetahui
termasuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN PUSTAKA
Dalam tinjauan pustaka ini ada intisari dari penelitian tersebut yaitu protista
bisa hidup dengan baik di dalam suatu tempat dan keadaan jika
adanya makanan yang cocok untuk kelangsungan hidupnya, tempat
yang sesuai untuk bertahan hidup dan berkembang biak, serta adanya
suhu udara di tempat tersebut untuk bertahan hidup, ada satu lagi yaitu
ada banyak sedikitnya predator yang mengganggu kelangsungan
hidupnya.
Sebenarnya di satu habitat tidak hanya terdapat satu atau dua organisme saja
tetapi terdapat banyak organisme yang membentuk suatu rantai
makanan yang saling berhubungan dengan organisme lainnya.
Semakin banyak macam organisme di satu habitat berarti semakin
bermacam macam dan berbeda beda pula ciri-ciri dari satu organisme
satu dengan organisme yang lainnya.
B. RUMUSAN HIPOTESIS
Jenis bakteri di setiap air tidak sama tetapi ada yang satu kelompok
meskipun begitu tetapi mempunyai ciri-ciri yang berbeda melihat
bentuk, cara bergerak, dan golongannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
5. Serbuk (teh)
6. Daun muda Rosella bisa juga dimakan sebagai
ulam atau salat
DESKRIPSI
Merupakan herba tegak, satu tahunan, tinggi
mencapai 5 m. Batang membulat, keseluruhan hijau,
hijau dengan bercak merah atau seluruhnya merah.
Daun berseling, polymorphic; stipula bentuk benang,
helaian daun rata atau berlekuk lima, pangkal daun
tumpul hingga meruncing, semi gundul hingga
berambut dengan rambut sederhana, ibu tulang
daun dengan banyak kelenjar pada permukaan
bawahnya.
Bunga soliter, aksiler, biseksual, kelopak bunga
tidak mudah gugur, menggenta, bercuping lima,
cuping menyegitiga hingga bulat telur, berbulu rata
(cv. Group Altissima) atau berdaging dan gundul (cv.
Group sabdariffa), nectar tidak tampak, hijau,
merah atau keputihan, mahkota bentuk lonceng,
berdaging,
ujung membulat, gundul hingga
berambut, berwarna kuning atau kuning dengan
merah pada bagian tengah dalam. Buah kapsul, bulat
telur, tiap buah berisi 30-40 biji. Biji bentuk agak
mengginjal, coklat kemerahan dengan banyak titiktitik kecil coklat kekuning-kuningan, hilum coklat
kemerahan.
9,2 g
1,145 g
2,61 g
12 g
6,9 g
1,263 mg
273,2 mg
Besi 8,98 mg
0,029 mg
0,117 mg
0,277 mg
3,675 mg
Askorbik 6,7 mg
mengurangi
proses
pencernaan
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Mencegah
peradangan pada
kekurangan
vitamin c
peredaran
darah
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Melancarkan
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Menurunkan
penyerapan alcohol
<!--[if !supportLists]--> <!--[endif]-->Penahan
kekejangan
darah tinggi
(Hipertesi)
gunjal
Syahwat
perasaan
berdarah
kulit
serangga
darah
Jentik Nyamuk
Salah satu penggunaannya saat ini adalah dalam pembasmian jentikjentik nyamuk. Bakteri yang digunakan sebagai vector adalah Bacilus
thuringiensis
israelensis strain H-14 (Bti). Bakteri ini memproduksi Delta endotoksin
yang merupakan bahan aktif yang bersifat patogen apabila dimakan oleh
jentik nyamuk. Dalam waktu kurang dari 24 jam, jentik nyamuk akan mati.
Bacillus thuringiensis var. Israelensis diperdagangkan dengan nama
Bactimos, BMC, Teknar dan Vektobak. (Lahulima, 2008).
Bakteri ini dapat memiliki kemampuan untuk membentuk kristal
(tubuh paraspora) bersamaan dengan pembentukan spora. Kristal ini
merupakan senyawa mengandung toksin (Delta endotoksin) yang tersusun
atas subunit-subunit protein yang berbentuk batang atau halter, yang
mempunyai berat molekul 130-140 kDa yang berupa protoksin. Ketika
kristal protoksin ini masuk ke dalam tubuh serangga, oleh aktivitas
proteolisis dalam system pencernaan serangga dapat diubah menjadi
polipeptida yang lebih pendek (dengan berat molekul 27-149 kDa) dan
bersifat toksin.
Di dalam saluran pencernaan serangga toksin akan aktif berinteraksi
dengan sel-sel epithelium di midgut serangga. Toksin Bt ini menyebabkan
terbentuknya pori-pori (lubang yang sangat kecil) di sel membrane pada
saluran pencernaan. Hal ini mengganggu keseimbangan osmotic sel-sel
serangga tersebut. Bila keseimbangan osmotic terganggu, sel akan menjadi
bengkak dan pecah, yang akhirnya akan menyebabkan matinya serangga
(Hofte dan Whiteley, 1989)
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Marga : Physalis
Spesies : Physalis angulata L
3.Deskripsi Tanaman
Physalis angulata L. adalah tumbuhan herba annual (tahunan) dengan tinggi
0,1-1 m. Batang pokoknya tidak jelas, percabangan menggarpu, bersegi
tajam, berusuk, berongga, bagian yang hijau berambut pendek atau boleh
dikatakan gundul. Daunnya tunggal, bertangkai, bagian bawah tersebar, di
atas berpasangan, helaian berbentuk bulat telur-bulat memanjang-lanset
dengan ujung runcing, ujung tidak sama (runcing-tumpul-membulatmeruncing), bertepi rata atau bergelombang-bergigi, 5-15 x 2,5-10,5 cm.
Bunga tunggal, di ujung atau ketiak daun, simetri banyak, tangkai bunga
tegak dengan ujung yang mengangguk, langsing, lembayung, 8-23 mm,
kemudian tumbuh sampai 3 cm. Kelopak berbentuk genta, 5 cuping runcing,
berbagi, hijau dengan rusuk yang lembayung. Mahkota berbentuk lonceng
lebar, tinggi 6-10 mm, kuning terang dengan noda-noda coklat atau kuning
coklat, di bawah tiap noda terdapat kelompokan rambut-rambut pendek yang
berbentuk V. Tangkai benang sarinya kuning pucat, kepala sari seluruhnya
berwarna biru muda. Putik gundul, kepala putik berbentuk tombol, bakal
buah 2 daun buah, banyak bakal biji. Buah ciplukan berbentuk telur,
panjangnya sampai 14 mm, hijau sampai kuning jika masak, berurat
lembayung, memiliki kelopak buah.
4.Habitat, Penyebaran, dan Budidaya
Ciplukan adalah umbuhan asli Amerika yang kini telah tersebar secara luas
di daerah tropis di dunia. Di Jawa tumbuh secara liar di kebun, tegalan, tepi
jalan, kebun, semak, hutan ringan, tepi hutan. Ciplukan biasa tumbuh di
daerah dengan ketinggian antara 1-1550 m dpl. Kultur tunas dapat tumbuh
baik pada media MS dengan penambahan zat pengatur tumbuh BA dan IAA.
Kadar dan perbandingan zat pengatur tumbuh untuk regenerasi kultur tunas
agar diperoleh planttet adalah sebesar BA 3-4 ppm dan IAA 0,1 ppm
5.Penggunaan di Masyarakat
Akar tumbuhan ciplukan pada umumnya digunakan sebagai obat cacing dan
penurun demam. Daunnya digunakan untuk penyembuhan patah tulang,
busung air, bisul, borok, penguat jantung, keseleo, nyeri perut, dan kencing
nanah. Buah ciplukan sendiri sering dimakan; untuk mengobati epilepsi,
tidak dapat kencing, dan penyakit kuning.
6.Kandungan Kimia
Senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam ciplukan antara lain saponin,
flavonoid, polifenol, dan fisalin. Komposisi detail pada beberapa bagian
tanaman, antara lain:
a.Herba : Fisalin B, Fisalin D, Fisalin F, Withangulatin A
b.Biji : 12-25% protein, 15-40% minyak lemak dengan komponen utama
asam palmitat dan asam stearat.
c.Akar : alkaloid
d.Daun : glikosida flavonoid (luteolin)
e.Tunas : flavonoid dan saponin
7.Perkembangan penelitian P. angulata
Sejak lama, ciplukan sebenarnya telah diteliti oleh para ahli dari berbagai
negara. Penelitian tersebut biasanya terfokus pada aktivitas yang dimiliki
oleh ciplukan. Dari penelitian yang telah dilakukan, baik secara in vitro
maupun in vivo, didapatkan informasi bahwa ciplukan memiliki aktivitas
sebagai antihiperglikemi, antibakteri, antivirus, imunostimulan dan
imunosupresan (imunomodulator), antiinflamasi, antioksidan, dan sitotoksik.
Baedowi [1998] telah melakukan penelitian terhadap ciplukan secara in vivo
pada mencit. Dari penelitiannya tersebut, didapatkan informasi bahwa
ekstrak daun ciplukan dengan dosis 28,5 mL/kg BB dapat mempengaruhi sel
insulin pankreas. Hal ini menunjukkan adanya aktivitas antihiperglikemi
dari ciplukan.
Januario et al. (2000) telah menguji aktivitas antimikroba ekstrak murni
herba Physalis angulata L. Fraksi A1-29-12 yang terdiri dari fisalin B, D,
dan F menunjukkan KHM (Kadar Hambat Minimum) dalam menghambat
Mycobacterium tubercolosis H37Rv sebesar 32 g.mL-1. Fisalin B dan D
murni menunjukkan nilai KHM dalam menghambat Mycobacterium
tubercolosis H37Rv masing-masing sebesar >g.mL-1 dan 32128 g.mL-1.
Diduga fisalin D berperan penting pada aktivitas antimikroba yang
ditunjukkan.