Anda di halaman 1dari 28

Presentasi Kasus

DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI DENGAN


TYPHOID

Diajukan
O
l
e
h

dr. MUTIA SARI

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


RSUD Dr. Hi. ABDUL MOELOEK - BANDAR LAMPUNG

SEPTEMBER 2014

STATUS PENDERITA

No. catatan medik

: 07-22-18

Masuk RSAM

: 28 September 2014

Pukul

: 21.30 wib

I. ANAMNESIS
Alloanamnesis dari ibu pasien
Identitas
-

Nama penderita

: An. A

Jenis kelamin

: Laki-laki

Umur

: 12 Tahun

Nama Ayah

: Tn. R

Umur

: 58 tahun

Pekerjaan

: Buruh

Pendidikan

: SLTP

Nama Ibu

: Ny. N

Umur

: 52 tahun

Pekerjaan

: Ibu Rumah Tangga

Pendidikan

: SD

Hub. dg orangtua : Anak kandung

Agama

: Islam

Suku

: Lampung

Alamat

: Kaliawi,Tanjung Karang Pusat

Riwayat Penyakit
Keluhan utama

: Mencret - mencret

Keluhan tambahan

: Muntah,Demam

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang dengan keluhan mencret-mencret sejak 3 hari yang lalu, frekuensi lebih
dari 4X sehari, setiap mencret sebanyak gelas belimbing berupa cairan
kekuningan disertai ampas, tanpa lendir maupun darah. Keluhan mencret juga disertai
dengan demam sejak 5 hari SMRSDKT, demam terus menerus, tidak menggigil dan
tidak kejang. Muntah-muntah sejak 2 hari yang lalu, frekuensi 2x sehari, tiap kali
muntah sebanyak + 2 sendok makan, berupa cairan putih kekuningan
Selama sakit pasien tampak lemah dan nafsu makan berkurang. BAK lebih sedikit
bila dibandingkan masih sehat. Karena keluhan tersebut maka pada hari pertama sakit
penderita dibawa orangtua berobat ke mantri dan diberi obat puyer dan sirup, namun
keluhan juga tidak ada perubahan. Kemudian pasien dibawa ke klinik dokter dan
langsung dianjurkan untuk segera dirawat ke RS.
Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada.

Riwayat Kehamilan
Selama hamil, ibu pasien rajin memeriksakan kehamilannya ke bidan dan tidak ada
keluhan yang berarti selama hamil.

Riwayat Persalinan
Ibu Pasien lahir di rumah bersalin ditolong oleh bidan. Bayi lahir cukup bulan,
spontan dan langsung menangis, tidak ada cacat, berat badan lahir 3000 gram,
panjang badan 49 cm. Pasien anak pertama.

Riwayat Makanan
Umur : 0 - 5 bulan
5 - sekarang

: ASI
: ASI + bubur + Buah

Riwayat Imunisasi
BCG

: 1x, umur 2 bulan

Polio

: 3x, umur 3, 4, 5 bulan

DPT

: 3x, umur 3, 4, 5 bulan

Campak

: Belum pernah

Hepatitis

: Belum pernah

II. PEMERIKSAAN FISIK


Status Present
-

Keadaan umum

: Tampak Sakit Sedang

Kesadaran

: CM

Nadi

: 128 x/menit, reguler, isi lemah

Respirasi

: 28 x/menit

Suhu

: 39,1 C

BB

: 24 kg

Status gizi

: Sedang

Status Generalis
1. Kelainan mukosa kulit/subkutan yang menyeluruh
-

Pucat

: (-)

Sianosis

: (-)

Ikterus

: (-)

Perdarahan

: (-)

Oedem umum

: (-)

Turgor

: Cukup

Lemak bawah kulit

: Cukup

Pembesaran kelenjar getah bening generalisata

: (-)

KEPALA
-

Bentuk

: Bulat, simetris

Rambut

: Hitam, lurus, tidak mudah dicabut

Kulit

: Tidak ada kelainan

Mata

: Kelopak mata tidak cekung, konjungtiva tidak anemis, sklera


tidak ikterik, kornea jernih, lensa jernih, refleks cahaya (+/+)

Telinga

: Bentuk normal, simetris, liang lapang, serumen (-/-)

Hidung

: Bentuk normal, septum deviasi (-), pernafasan cuping hidung


(-), sekret (-)

Mulut

: Bibir kering, sianosis (-), lidah bersih , faring tidak hiperemis

LEHER
-

Bentuk

: Simetris

Trakhea

: Di tengah

KGB

: Tidak membesar

THORAKS
-

Inspeksi

: Bentuk simetris, retraksi sela iga (-), Tidak ada kelainan

PARU
ANTERIOR

Inspeksi

Palpasi
Perkusi

POSTERIOR

KIRI

KANAN

KIRI

KANAN

Pergerakan
pernafasan
simetris
Fremitus taktil
= kanan
Sonor

Pergerakan
pernafasan
simetris
Fremitus taktil
= kiri
Sonor

Pergerakan
pernafasan
simetris
Fremitus taktil =
kanan
Sonor

Pergerakan
pernafasan
simetris
Fremitus taktil =
kiri
Sonor

Auskultasi

Suara nafas
vesikuler
Ronkhi (-)
Wheezing (-)

Suara nafas
vesikuler
Ronkhi (-)
Wheezing (-)

Suara nafas
vesikuler
Ronkhi (-)
Wheezing (-)

Suara nafas
vesikuler
Ronkhi (-)
Wheezing (-)

JANTUNG
-

Inspeksi

: Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi

: Iktus kordis teraba sela iga IV garis midklavikula sinistra

Perkusi

: Batas atas sela iga II garis parasternal sinistra


Batas jantung kanan sela iga IV garis parasternal dextra
Batas jantung kiri sela iga IV garis midklavikula sinistra

Auskultasi

: Bunyi jantung I-II murni, murmur (-)

ABDOMEN
-

Inspeksi

: agak Cembung, simetris

Palpasi

: Turgor baik, hepar dan lien tidak teraba.

Perkusi

: Timpani.

Auskultasi

: Bising usus (+) meningkat.

GENITALIA EXTERNA
- Kelamin

: Laki-laki, tidak ada kelainan

- Anus

: Tidak ada Kemerahan

EKSTREMITAS
-

Superior

: Akral hangat, Oedem (-/-)

Inferior

: Akral hangat, Oedem (-/-)

III.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Darah Rutin
-

Hb

: 12,6 gr%

( 13,5 - 18 )

Leukosit

: 1.600/mm

( 4.500 - 10.700 )

Trombosit

: 105.000/UL

(150 400 ribu/ul)

Diff. count

: 0/0/1/24/62/13

Widal O

: 1/160

AO

: 1/80

BO

: 1/80

: 1/320

RESUME

I.

Anamnesis

Seorang anak laki-laki, umur 12 tahun, BB 24 Kg, datang dengan keluhan


mencret sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk RS.

Frekuensi per hari sekitar 4X, jumlah tiap mencret gelas belimbing berupa
cairan kekuningan disertai ampas tanpa lendir maupun darah.

Keluhan mencret juga disertai dengan demam sejak 5 hari SMRS.

Muntah-muntah sejak 2 hari SMRS, frekuensi 2x sehari, sebanyak + 2 sendok


makan tiap kali muntah, berupa cairan putih kekuningan

BAK lebih sedikit bila dibandingkan masih sehat

Pasien pernah dibawa ke mantri namun tidak ada perubahan dan kembali dibawa
ke klinik dokter dan dianjurkan untuk segera dirawat di RS.

II. Pemeriksaan Fisik


-

Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Nadi

: 128 x/menit, reguler.

Respirasi

: 28 x/menit

Suhu

: 38,1 C

BB

: 24 kg

Status gizi

: Cukup

Thoraks

: Cor dan Pulmo dalam batas normal

Abdomen

:Agak Cembung, Turgor baik, Bising usus (+) meningkat.

Genitalia

: Tidak ada kelainan

Ekstremitas

: Akral hangat

III. Laboratorium
1. Leukosit

: 1.600/mm

2. Trombosit : 105.000/UL
3. Widal O

: 1/160

: 1/320

( 4.500 - 10.700 )
(150 400 ribu/ul)

IV. Diagnosis Kerja


Diare Akut tanpa dehidrasi ec demam typhoid

V. Diagnosa Banding
-

Diare Akut tanpa Dehidrasi ec infeksi virus

Diare Akut tanpa Dehidrasi ec demam dengue

VI. Penatalaksanaan
1. IVFD RL 20 gtt / menit
2. Diet
3. Medikamentosa
-

Anti piretika : Parasetamol 3 X 1 C (kalau panas)

Lacto B

Zink

VII. Anjuran Pemeriksaan


-

Cek Darah lengkap

Elektrolit

Konsul Sp.A

VII. Prognosa
-

Quo ad Vitam

: Dubia ad bonam

Quo ad Functionam

: Dubia ad bonam

FOLLOW UP
TANGGAL
Keluhan:
- BAB
Ampas
Lendir
Darah
Warna
- Demam
- Nafsu makan
- Minum
Keadaan Umum
Kesadaran
Vital Sign:
- Nadi
- Pernafasan
- Suhu
Pemeriksaan Fisik :
- UUB Cekung
- Mata cekung
- Bibir kering
- Bising usus
- Turgor
- Akral dingin
- Anus kemerahan
Therapi:
- IVFD RL (makrodrip)
- Parasetamol 3 x 1 C
-Zink tab 1 x 1
-Lacto B 1 x 1

28 09 2014

29 09 2014

7X, Cair
(+)
(-)
(-)
Kuning
(+)

(-)
Tampak Sakit Sedang

6 X, Agak Cair
(+)
(-)
(-)
Kuning
(+)

Tampak Sakit Sedang

Compos Mentis

Compos Mentis

128 x/menit
28 x/menit
39,1 C

126 x/menit
24x/menit
38.7 C

(-)
(-)
(+)
(+)
Cukup
(-)
(-)

(-)
(-)
(+)
(+)
Cukup
(-)
(-)

20tts/menit
(+)
(+)
(+)

20tts/menit
(+)
(+)
(+)
(+)

Advice dr. Sp.A


-Ceftriaxon inj 1gr/12jam
-Ranitidin inj 25 mg/12jam
-Ondansentron inj 4mg/8jam

(+)
(+)
(+)

DIARE AKUT PADA BAYI DAN ANAK

Definisi
Diare akut adalah buang air besar yang terjadi pada bayi atau anak yang sebelumnya
tampak sehat, dengan frekwensi 3 kali atau lebih per hari, disertai perubahan tinja
menjadi cairan dengan atau tanpa lendir dan darah.

(1,3,4)

Etiologi
Ada beberapa faktor yaitu :
1.

(1,2)

Faktor infeksi
a. Infeksi enteral, yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak.
-

Infeksi bakteri : Vibrio, Ecoli, Salmoella, Shigella, dan sebagainya.

Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie, Poliomyelitis),


Adenovirus, Rotavirus, dan lain lain

Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),


Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lambilia, Trichomonas
hominis), Jamur (Candida albicans).

b. Infeksi parental, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan,
seperti Otitis Media Akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia,
Ensefalitis, dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak < 2 tahun.
2.

Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada
bayi dan anak yang tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak terutama lemak jenuh.
c. Malabsorbsi protein.

3.

Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

4.

Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.

Cara Penularan
Pada umumnya adalah orofecal melalui :

(1)

1.

Makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh enteropatogen.

2.

Kontak langsung atau tidak langsung (4 F = Fod, Feses, Finger, Fly).

Faktor Resiko Terjadinya Diare

(1,4)

Faktor resiko yang meningkatkan transmisi enteropatogen :


1.

Tidak cukup tersedianya air bersih

2.

Tercemarnya air oleh tinja

3.

Tidak ada / kurangnya sarana MCK

4.

Higiene per orangan dan penyediaan makanan tidak higieni

5. Cara penyapihan bayi yang tidak baik (terlalu cepat disapih, terlalu cepat diberi
susu botol dan terlalu cepat diberi makanan padat)
6. Beberapa faktor resiko pada pejamu (host) yang dapat meningkatkan kerentanan
pejamu terhadap enteropatogen di antaranya adalah :
a. Malnutrisi
b. BBLR
c. Imunodefisien
d. Imunodepresi
e. Rendahnya kadar asam lambung
f.

Peningkatan motilitas usus

g. Faktor genetik

Patogenesis

(2,4)

Mekanisme dasar timbulnya diare ialah :


1.

Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
ostomik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dalam
elektrolit ke dalam rongga usus.

Isi rongga usus yang berlebihan ini akan

merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.


2.

Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3.

Gangguan motilitas usus


Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus menyerap
makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan
diare pula.

Patogenesa Diare Karena Virus


Virus yang terbanyak menyebabkan diare adalah rotavirus. Garis besarnya
patogenesisnya adalah sebagai berikut :
Virus masuk ke dalam traktus digestivus bersama makanan dan minuman, kemudian
berkembang biak di dalam usus. Setelah itu virus masuk ke dalam epitel usus halus
dan menyebabkan kerusakan di bagian apikal vili usus halus. Sel epitel usus halus
bagian apikal akan diganti oleh sel dari bagian kripta yang belum matang, yang
berbentuk kuboid atau gepeng. Akibatnya sel epitel ini tidak dapat berfungsi untuk
menyerap air dan makanan. Sebagai akibatnya akan terjadi diare osmotik. Vili usus
halus kemudian akan memendek sehingga kemampuannya untuk menyerap dan
mencerna makanan pun akan berkurang. Pada saat ini biasanya diare mulai timbul,

setelah itu sel retikulum akan melebar dan kemudian akan terjadi infiltrasi sel limfoid
dari lamina propia, untuk mengatasi infeksi sampai terjadinya penyembuhan

(1)

Patogenesa Diare Karena Bakteri


Bakteri masuk ke dalam traktus digestivus, kemudian berkembang biak di dalamnya.
Bakteri kemudian mengeluarkan toksin yang akan merangsang epitel usus sehingga
terjadi peningkatan aktivitas enzim adenil siklase (bila toksin bersifat tahan panas /
labil toksin / LT) atau enzim guanil siklase (bila toksin bersifat tahan panas / stabil /
ST). sebagai akibat peningkatan aktivitas enzim enzim ini akan terjadi peningkatan
cAMP

(cyclic

adenosine

monophospate)

atau

cGMP

(cyclic

guanosine

monophospate) yang mempunyai kemampuan merangsang sekresi kloride, netrium


dan air dalam sel ke lumen usus serta menghambat absorbsi natrium, kloride dan air
dari lumen usus ke dalam sel.

Hal ini akan menyebabkan peninggian tekanan

osmotik di dalam lumen (hiperosmolar). Kemudian akan terjadi hiperperistaltik usus


untuk mengeluarkan cairan yang berlebihan dalam lumen usus, sehingga cairan dapat
dialirkan dari lumen usus halus ke lumen usus besar (colon). Dan bila kemampuan
penyerapan colon berkurang, atau sekresi cairan melebihi kapasitas penyerapan
colon, maka akan terjadi diare.

Patogenesis Diare Akut


1.

(1)

(2,4)

Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung.

2. Jasad renik tersebut berkembang biak (multiplikasi) di dalam usus halus.


3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik).
4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.

Fisiologi dan Patofisiologi

(2,3)

Sebagai akibat diare, akut maupun kronis akan terjadi :


1. Kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatkan terjadinya
gangguan keseimbangan asam basa (asidosis metabolik, hipokalemia, dan
sebagainya).
2. Gangguan gizi sebagai akibat kelaparan (masukan makanan kurang, pengeluaran
bertambah).
3. Hipoglikemia.
4. Gangguan sirkulasi darah.
Dalam keadaan normal usus besar dapat meningkatkan kemampuan penyerapan
sampai 4400 ml sehari, bila terjadi sekresi cairan yang berlebihan dari usus halus
(ileosekal). Bila sekresi melebih 4400 ml maka usus besar tidak mampu menyerap
seluruhnya lagi, selebihannya akan dikeluarkan bersama tinja dan terjadilah diare.
Diare dapat juga terjadi karena terbatasnya kemampuan penyerapan usus besar pada
keadaan sakit, misalnya karena virus, disentri basiler, ulcus, tumor dan sebagainya.
Setiap perubahan mekanisme normal absorbsi dan sekresi di dalam lumen usus halus,
maupun usus besar (kolon) dapat menyebabkan diare, kehilangan cairan, elektrolit
dan akhirnya terjadi dehidrasi. Secara garis besar diare dapat disebabkan oleh diare
sekretorik, diare osmotik, peningkatan motilitas usus dan defisiensi umum, terutama
IgA. Diare yan disebabkan oleh infeksi bakteri akan menyebabkan diare sekretorik.
Makanan yang tidak diserap atau dicerna, misalnya laktosa (dari susu), merupakan
makanan yang baik bagi bakteri. Laktosa ini akan difermentasikan oleh bakteri
anerob menjadi molekul yang lebih kecil, misalnya H2, CO2 H2O, dan sebainya. Dan
menyebabkan tekanan osmotik di dalam lumen usus meningkat. Keadaan dalam
lumen usus yang hiperosmolar ini kemudian akan meyerap air dari intraseluler,
diikuti peningkatan peristaltik usus sehingga terjadi diare ostotik. Peristaltik usus
juga dapat meningkat karena adanya zat makanan yang merangsang misalnya pedas,
asam, terlalu banyak lemak, serat dan dapat juga karena terdapatnya toksin dalam
makanan (food poisoning) yang akhirnya menyebabkan diare pula.

Akhirnya immunodefisiensi baik selular maupun humoral terutama defisiensi IgA di


dalam lumen usus akan menyebabkan diare karena ketidakmampuan usus untuk
menetralisir enteropatogen dalam lumen usus. Bukan saja bakteri tetapi juga virus,
parasit dan jamur dapat menyebabkan diare.
Pengeluaran cairan, selain melalui anus dalam keadaan normal juga melalui ginjal
berupa urin, juga melalui pori kulit berupa keringat dan melalui pernafasan berupa
uap air. Dalam keadaan normal, pengeluaran air dari tubuh anak usia 0 2 tahun
sekitar 100 ml sehari. Bila jumlah cairan yang masuk dan ke luar setiap hari selalu
seimbang, tidak akan terjadi diare atau defisit cairan. Tetapi pengeluaran cairan
melebihi pemasukan, seperti pada diare akan terjadi defisit cairan tubuh yang lebih
dikenal dengan dehidrasi.

Gejala Klinis

(2,3)

Mula mula bayi dan anak menjadi cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu
makan berkurang atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja cair dan mungkin
disertai lendir dan atau darah. Pada diare oleh karena intoleransi, anus dan daerah
sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai
akibat banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi
usus selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum / sesudah diare dan dapat disebabkan oleh
lembung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak, berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun
ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering.
Berdasarkan banyak cairan yang hilang dapat dibagi menjadi :
- Dehidrasi ringan
- Dehidrasi sedang
- Dehidrasi berat

Berdasarkan tonisitas plasma dapat dibagi menjadi :


- Dehidrasi hipotonik
- Dehidrasi isotonik
- Dehidrasi hipertonik
Pada dehidrasi berat, volume darah berkurang sehingga dapat terjadi renjatan
hipovolemik dengan gejala gejala yaitu denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi
cepat dan kecil, tekanan darah menurun, penderita menjadi lemah, kesadaran
menurun (apatis, somnolen sampai soporokomatous).

Akibat dehidrasi, diuresis

berkurang (oliguria sampai anuria). Bila sudah ada asidosis metabolik, tampak pucat
dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan Kussmaul).
Asidosis metabolik terjadi karena :
1.

Kehilangan NaHCO3 melalui tinja

2.

Ketosis kelaparan

3. Produk produk metabolik yang bersifat asam tidak dapat dikeluarkan (karena
oliguria atau anuria).
4. Berpidahnya ion Na dari cairan ekstrasel ke cairan intrasel
5. Penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh).
Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponetremia) yaitu kadar Na dalam plasma < 130
mEq/l, dehidrasi isotonik (dehidrasi isonatremia) bila kadar Na dalam plasma 130
150 mEq/l, sedangkan dehidrasi hipertonik (hipernatremia) bila kadar Na dalam
plasma > 150 mEq/l.

Pemeriksaan Laboratorium
1.

(2,3)

Pemeriksaan tinja
a. Makroskopis dan mikroskopis
b. pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet elinitest, bila
diduga intoleransi gula.
c. Bila perlu lakukan pemeriksaan biakan / uji resistensi.

2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah dengan


menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi dengan pemeriksaan
analisa gas darah menurut ASTRUP (bila memungkinkan).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan kadar elektrolit terutama natrium, kalium, kalsium dan fosfor dalam
serum (terutama bila ada kejang).
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara
kualitatif dan kuantitatif, terutama pada penderita diare kronik.

Komplikasi
1.

(2)

Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik dan hipertonik).

2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipotokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotonik otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektrokardiogram).
4. Hipoglikemi.
5. Intoleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan villi mukosa usus halus.
6. Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi protein, karena selain diare dan muntah penderita juga
mengalami kelaparan.

Penyakit Penyerta pada Diare


1.

(1)

KKP (Kurang Kalori Protein).


KKP dapat menyebabkan diare karena adanya malabsorpsi makanan dan infeksi
alat pencernaan.

Sebaliknya diare akan menyebabkan absorbsi makanan

terganggu dan berkurang sehingga akan menyebabkan bertambah beratnya


derajat KKP penderita.
2.

Infeksi sistemik
Seperti alat pernafasan, morbili, dan sebagainya. Selain dapat menyebabkan suhu
penderita meningkat juga dapat menyebabkan diare dan dehidrasi.

3.

Kejang
Sebagian penderita diare dapat disertai kejang baik sebelum atau sesudah
dehidrasi terjadi penyebabnya antara lain kejang demam, gangguan elektrolit
(terutama hipernatremi), hipoglikemi dan ensefalitis.

Pengobatan
Dasar pengobatan diare adalah :
1.

Pemberian cairan (rehidrasi awal dan rumat).

2.

Dietetik (pemberian makanan).

3.

Obat obatan.

Pemberian cairan pada diare dehidrasi murni


1.

Jenis cairan
a. Cairan rehidrasi oral: oralit, larutan gula garam, dan sebagainya.
b. Cairan parenteral: RL, DG aa (1 bagian lar. Darrow 1 bagian larutan
Glukosa 5 %), DG 1 : 2, dan lain lain.

2.

Jalan pemberian cairan


a. Per oral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak
mau minum serta kesadaran baik.
b. Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidrasi, tetapi anak
tidak mau minum atau kesadaran menurun.
c. Intravena untuk dehidrasi berat dan kegagalan terapi rehidrasi oral
Sejumlah pasien dengan dehidrasi ringan / sedang tidak dapat diobati secara
memadai dengan oralit melalui mulut. Penderita ini harus diberikan terapi
IV.
Penderita dengan terapi oral biasa gagal karena :
1. Tingginya tingkat kelahiran cairan (seringnya buang air besar dalam tinja
caira dengan jumlah yang banyak).

Beberapa penderita dengan tingkat kehilangan cairan yang tinggi


mungkin tidak bisa minum cukup oralit untuk menggantikan kehilangan
cairan yang berkelanjutan sehingga keadaan dehidrasi makin buruk.
Beberapa penderita harus diobati selama beberapa jam dengan cairan IV
sampai tingkat kehilangan cairan berkurang.
2.

Muntah terus menerus


Kadang kadang muntah yang berulang ulang menghambat
berhasilnya rehidrasi oral. Jika tanda tanda dehidrasi tidak membaik
atau makin memburuk, terapi IV diperlukan sampai muntahnya hilang.
Muntah biasanya hilang ketika air dan elektrolit terganti.

3.

Ketidakmampuan untuk minum


Beberapa penderita tidak dapat minum oralit dalam jumlah yang tepat
karena sakit atau radang pada mulut (contoh : campak, sariawan dan
herpes), karena kelelahan atau mengantuk karena obat (seperti antiemetik
atau obat antimotilitas). Terapi IV atau terapi nasogastrik diperlukan
untuk penderita ini.

4.

Perut kembung atau ileus


Jika perut mulai kembung, oralit harus diberikan lebih lambat. Jika
kembung bertambah atau jika ada bising usus, terapi IV diperlukan.
Ileus paralitik (hambatan mobilitas isi perut) mungkin alasan kembung
perut. Gejala ileus paralitik disebabkan oleh obat yang mengandung
candu (kodein, loperamide), hipokalemia atau keduanya.

5.

Malabsorpsi glukosa
Kegagalan penyerapan glukosa yang bermakna secara khas adalah tidak
biasa selama diare akut. Tetapi bila hal ini terjadi penggunaan oralit
dapat menyebabkan bertambahnya diare dengan sejumlah besar glukosa
yang tidak diserap dengan tanda tanda dehidrasi yang memburuk atau

tes menunjukkan terdapat sejumlah besar glukosa pada tinja. Anak juga
menjadi sangat haus. Cairan IV harus diberikan sampai diare hilang.
3.

Jumlah cairan

Jumlah cairan =

PWL

PWL + NWL + CWL

= Previous Water Loss (ml/kgBB)

(Jumlah cairan yang hilang, biasanya berkisar 5 15 % dari BB (ml / kgBB).


NWL = Normal Water Loss (ml / kgBB)
(Terdiri dari urin + jumlah cairan yang hilang melalui penguapan pada kulit dan
pernafasan).
CWL = Concomitant Water Loss (ml / kgBB)
(Jumlah cairan yang hilang melalui muntah dan diare, kira kira 25 ml / kgBB / 24
jam).

Derajat
Dehidrasi

PWL

NWL

CWL

Jumlah

Ringan

50

100

25

175

Sedang

75

100

25

200

Berat

125

100

25

250

JADWAL (KECEPATAN) PEMBERIAN CAIRAN


a.

Belum ada dehidrasi


-

Oral sebanyak anak mau minum (ad libitum) atau 1 gelas setiap kali buang
air besar.

b.

Parenteral dibagi rata dalam 24 jam.

Dehidrasi ringan
-

1 jam pertama : 25 50 ml / kgBB per oral / intragastrik

c.

: 125 ml / kgBB / hari atau ad libitum

Dehidrasi sedang
-

d.

Selanjutnya

1 jam pertama : 50 100 ml / kgBB per oral / intragastrik.


Selanjutnya

: 125/ml/kgBB/hari atau ad libitum

Dehidrasi berat
Untuk anak 1 bulan 2 tahun dengan BB 3 10 kg
-

1 jam pertama

: 40 ml/kgBB/jam atau 13 tts/kgBB/menit


(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)

7 jam berikutnya

: 12 ml/kgBB/jam atau 4 tts/kgBB/menit


(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)

16 jam berikutnya

: 3 tts/kgBB/menit
(dengan infus berukuran 1 ml = 20 tts)

Cara lain adalah :


- 4 jam I diberikan 1/3 dari kebutuhan cairan yang telah diperhitungkan (6 x BB
tts/mnt).
-

20 jam II diberikan sisanya (3 x BB tts/mnt).


DERAJAT DEHIDRASI BERDASARKAN SISTEM PENGANGKAAN
MAURICE KING, 1974
Bagian tubuh yang
harus diperiksa
Keadaan umum

0
Sehat

Gelisah, lekas marah atau Mengigau, koma atau


apatis, mengantuk/lunglai

syok

Kekenyalan kulit

Normal

Sedikit kurang

Sangat kurang

Mata

Normal

Sedikit kurang

Sangat kurang

Ubun ubun

Normal

Sedikit cekung

Sangat cekung

Mulut

Normal

Kering

Kering dan membiru

Denyut nadi

Normal

120 140

> 140

Catatan : Hasil yang didapat pada penderita diberi angka 0, 1, 2 sesuai dengan
tabel kemudian dijumlahkan.
Nilai 0 2 = dehidrasi ringan
Nilai 3 6 = dehidrasi sedang
Nilai 7 12 = dehidrasi berat

TABEL PENENTUAN DERAJAT DEHIDRASI MENURUT WHO, 1980


TANDA
RINGAN
DEHIDRASI
1. Keadaan umum & kondisi
Bayi dan anak kecil

Haus, sadar,
gelisah

Anak lebih besar dan


dewasa

Haus, sadar,
gelisah

2. Nadi radialis
3. Pernafasan
4. UUB *
5. Elastisitas kulit*
6. Mata *
7. Air mata
8. Selaput lendir
9. Pengeluaran
urin*
10. TD sistolik
11. Pasien kehilangan
BB
Prakiraan kehilangan
cairan

Normal (frek.
& isi
Normal
Normal
Pada
pencubitan
kembali
segera
Normal
Ada
Lembab

SEDANG

(1,3)

BERAT

Mengantuk, lemas,
Haus, gelisah atau
ekstermitas dingin,
letargi tapi
berkeringat, sianotik,
iritabel
mungkin koma
Biasanya sadar, gelisah,
Haus, sadar,
ekstremitas dingin,
merasa pusing
berkeringat dan
pada perubahan
sianotik, kulit jari jari
tangan dan kaki keriput
Cepat, halus, kadang
Cepat dan lemah
kadang tidak teraba
Dalam
Dalam dan cepat
Cekung
Sangat cekung
Lambat

Sangat lamban > 2 detik

Cekung
Kering
Kering

Normal

Berkurang

Normal

Normal, rendah

Sangat cekung
Sangat kering
Sangat kering
Tidak ada urin untuk
beberapa jam, kandung
kencing kosong
< 80 mmlHg

45%

69%

> 10 %

40 50 ml/kg 60 90 ml/kg

Keterangan:
* Terutama berguna pada bayi untuk menilai dehidrasi dan memantau rehidrasi.

100 110 ml/kg

Pegangan untuk menggolongkan penderita termasuk dehidrasi berat, sedang atau


ringan adalah : bila terdapat 2 atau lebih gejala dalam penggolongan tersebut.
Dengan catatan selalu memikirkan resiko yang lebih tinggi, misal terdapat 2 gejala
dehidrasi berat dan 5 gejala dehidrasi sedang, maka penderita tersebut dimasukkan
dalam golongan dehidrasi berat.

(1)

TABEL PENILAIAN DERAJAT DEHIDRASI PENDERITA


INDIKATOR
1. Lihat keadaan umum

Baik, sadar

* Gelisah, rewel

- Mata

Normal

Cekung

- Air mata
- Mulut dan lidah

Ada
Basah

Tidak ada
Kering

- Rasa haus

Normal, tidak
haus

* Haus, minum
dengan lahap

2. Periksa turgor kulit

Kembali
dengan cepat

3. Hasil pemeriksaan

Tanpa
dehidrasi

Kembali dengan
lambat
Dehidrasi ringan,
jika memiliki 2 /
lebih tanda
termasuk tanda*

Pemberian makanan pada penderita diare

(4)

C
Lunglai/latergi,
tidak sadar, lesu
Sangat cekung dan
kering
Tidak ada
Sangat kering
* Malas minum,
sedikit atau tidak
bisa minum
* Kembali dengan
lambat
Dehidrasi berat,
jika memiliki 2 /
lebih tanda
termasuk tanda *

(1)

Pemberian makanan per oral diberikan setelah anak rehidrasi.

Dengan cara ini

penyembuhan pendertita dapat lebih cepat, dan kenaikan berat badan lebih baik
walaupun frekwensi diare bertambah. Pada pelaksanaan dietetik, penderita diare akut
dengan dehidrasi perlu diperhatikan faktor faktor sebagai berikut :
a.

Insiden diare pada bayi yang mendapat ASI

b. Pemberian ASI sebaiknya diteruskan walaupun frekwensi intoleransi laktosa


tinggi.

Untuk anak < 1 tahun atau berat badan < 7 kg, diberikan ASI dan susu rendah laktosa
dan asam lemak tidak jenuh seperti LLM, Elmiron, bubur susu. Sedangkan untuk
anak > 1 tahun dengan berat badan > 7 kg, diberikan makanan padat atau makanan
cair atau susu sesuai dengan kebiasaan makan di rumah.

(2)

Buah yang dapat diberikan pada penderita diare adalah pisang, kalori dan pisang
adalah 99 kcal dan kandungan kaliumnya 9,5 mmol/100 gram. Bila ada infeksi
terutama diare maka kebutuhan kalori dan protein bertambah karena meningkatnya
katabolisme protein tubuh. Pertumbuhan kalori dan protein untuk mengejar laju
pertumbuhan (catch up growth) membutuhkan kenaikan kalori sekitar 30 % dan
protein sekitar 100 % dari keadaan basal untuk menggantikan kehilangan selama
diare, sedangkan kalium dibutuhkan untuk mengatasi hipokalemi.

(1)

Pengobatan Medikamentosa
1.

Antibiotika
Pada umumnya antibiotika tidak diperlukan pada semua kasus diare akut karena
sebagian besar penyebab diare akut adalah Rotavirus yang sifatnya self limited
dan tidak dapat dibunuh oleh antibiotika. Hanya sebagian kecil saja (10 20 %)
yang disebabkan oleh bakteri patogen seperti Vibrio Cholerae, Shigella, ETEC
(Entero Toksigenic E. coli), Salmonella, Campilobakter dan sebagainya yang
pada umumnya baru diketahui setelah dilakukan biakan, sedangkan hasil biakan
baru datang setelah diare berhenti.

(1)

Antibiotika diberikan jika penyebabnya jelas seperti :

(2)

- Kolera diberikan Tetrasiklin 25 50 mg/kgBB/hari


- Campylobakter diberikan Eritromisin 40 50 mg/kgBB/hari
- Bila terdapat penyakit penyerta seperti :
Infeksi ringan (OMA, faringitis) diberikan Penisillin Prokain 50.000
u/kgBB/hari.

Infeksi sedang (bronkitis) diberikan Penisillin Prokain atau Ampisillin 50


mg/kgBB/hari.
Infeksi berat (bronkopneumonia) diberikan Penisillin Prokain dengan
Kloramphenikol 74 mg/kgBB/hari atau Ampisillin 75-100 mg/kgBB/hari
ditambah Gentamisin 6 mg/kgBB/hari atau derifat Sefalosporin 30 50
mg/kgBB/hari.
2.

Anti Diare
Obat obat yang berkhasiat menghentikan diare secara cepat seperti
antispasmodik/spasmolitik atau opium (papaverin, ekstrak beladona, codein,
morfin, dsb) justru akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan
terkumpulnya cairan di lumen usus, dilatasi usus, melipatgandakan pembiakan
bakteri (over growth), gangguan digesti dan absorpsi lainnya. Obat ini hanya
berkhasiat menghentikan peristaltik usus saja tetapi justru akibatnya sangat
berbahaya karena baik pemberi obat maupun penderita akan terkelabui. Diarenya
terlihat tidak ada lagi tetapi perut akan bertambah kembung dan dehidrasi
bertambah berat yang akhirnya dapat fatal untuk penderita.

3.

(1)

Absorben
Obat obat absorben (pengental tinja) seperti kaolin, pektin, charcoal (norit,
tabonal), Bismuth Subsalisit, dan sebagainya telah dibuktikan tidak ada
manfaatnya. Obat obat stimulan seperti adrenalin, nikotinamit dan sebagainya
tidak akan dapat memperbaiki syok atau dehidrasi beratnya karena penyebabnya
adalah kehilangan cairan (syok hipovolemik). Pengobatan yang paling tepat ialah
pemberian cairan secepatnya.

4.

(1)

Anti Emetik
Obat anti emetik seperti klorpromazin (largaktil) terbukti selain untuk mencegah
muntah dapat mengurangi sekresi dan kehilangan cairan melalui tinja. Pemberian
dalam dosis kecil ( 0,5 1 mg/kgBB/hari) terutama penderita yang disertai

muntah muntah hebat dapat diberikan. Obatanti piretik seperti preparat salisilat
(Asetol, Aspirin) dalam dosis rendah (25 mg/kgBB/hari) ternyata selain berguna
untuk menurunkan panas yang terjadi sebagai akibat dehidrasi atau panas karena
infeksi penyerta, juga dapat mengurangi sekresi cairan yang keluar melalui
(1)

tinja.

DAFTAR PUSTAKA

1. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I,
Editor A. H. Markum dkk, BP FKUI. Jakarta, 1996 : 448 446.
2. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak,
Jilid I, Editor Husein Alatas dan Rusepno Hasan, BP FKUI, Jakarta, 1985 : 283 :
312.
3. Gastroenterologi Anak Praktis : Editor Suharyono, Aswitha Boediarso, EM.
Halimun, BP FKUI, Jakarta, 1988 : 51 69.
4. Modul Diklat Jarak Jauh Keterampilan Klinik Diare.

Anda mungkin juga menyukai