Menjaga inflasi agar tetap berada dikisaran target inflasi yang kita sudah canangkan,
Bank Indonesia akan siap berpartisipasi melakukan kebijakan dengan lembaga-lembaga yang
lain untuk merespon kondisi yang ada, jelasnya.(voa/A-147)***
Kemenperin: Belum Ada Dampak Negatif dari Gejolak Politik
Jumat, 10 Oktober 2014 00:34
Jakarta, GATRAnews - Direktur Jenderal Kerja Sama Industri Internasional
Kementerian Perindustrian Agus Tjahajana mengatakan, belum ada dampak negatif dari gejolak
politik yang tengah terjadi terhadap dunia perindustrian.
"Belum ada, hanya saya mendapat laporan dari beberapa teman, bahwa tahun ini
penjualannya agak menurun dibanding tahun lalu," ujar Agus, seperti dilaporkan Antara di
Jakarta, Kamis (9/10).
Agus mengatakan, berdasarkan laporan tersebut, penurunan penjualan terjadi pada
industri yang menjual kebutuhan tersier atau kebutuhan akan barang-barang mewah.
"Nah, yang tersier ini sudah ada laporan yang belum tercapai (targetnya), tapi saya tidak
membuat statistik khusus. Coba lihat saja penjualan mobil tahun ini, penjualannya,
pertumbuhannya tidak sama dengan tahun lalu, itu juga kan tersier," ujar Agus.
Selain itu, lanjut Agus, penjualan perhiasan juga termasuk kebutuhan tersier yang
mengalami penurunan, namun untuk penjualan elektronik, Agus mengaku belum melakukan
pengkajian.
Sementara itu, Agus mengungkapkan bahwa penjualan untuk barang kebutuhan pokok
dan pendukung dinilai aman dari gejolak politik. "Kalau basic needs kan tetap harus (dipenuhi)
ya, rumah harus, shortage secondary juga masih oke," ujar Agus.
Diketahui, gejolak politik tengah terjadi menjelang pelantikan Presiden dan Wakil
Presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla, serta pascapelantikan anggota MPR, DPR dan DPD
periode 2014--2019 yang digelar awal Oktober 2014.
Mulai dari pengesahan Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah hingga
pemilihan ketua MPR, DPR dan DPD menimbulkan beberapa dampak perekonomian.
Salah satu dampaknya adalah capital market yang menunjukkan uang mudah keluarmasuk setelah digoyang isu politik. Selain itu, terjadi tren pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap
dolar Amerika Serikat (AS), di mana Rupiah menyentuh level Rp12.200 per dollar AS.
Penulis: Didi Kurniawan
Editor: Tian Arief
sebagian besar gaji pegawai daerah berasal dari APBN melalui DAU. Kemudian ada beberapa
dana hibah, pemerintah pusat juga bisa ikut memberikan masukan dan arahan kemana dana-dana
itu harus dibelanjakan," ujarnya.
Rupiah Jeblok bila Koalisi Prabowo Kuasai MPR
SENIN, 06 OKTOBER 2014 | 05:38 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pasar modal, Purbaya Yudhi Sadewa, mengatakan
pasar membutuhkan kepastian untuk menjaga kurs rupiah dan indeks saham stabil. Sejumlah
momen politik saat ini bisa menimbulkan ketidakpastian bagi pasar. "Pasar ingin melihat
kepastian," katanya ketika dihubungi pada Ahad, 5 Oktober 2014.
Menurut Purbaya, rencana koalisi pro-Prabowo untuk memimpin Majelis
Permusyawaratan Rakyat bisa menyebabkan rupiah dan saham anjlok. Jika MPR nanti dipegang
oleh koalisi pro-Prabowo, ada kemungkinan kinerja atau sejumlah program pemerintah akan
terganggu atau tak jalan. "Kalau kinerja pemerintah enggak jalan, ya, pasar ragu," tuturnya.
Satu-satunya harapan dalam gonjang-ganjing poltik, ujar Purbaya, adalah pengumuman
kabinet pemerintahan Jokowi. Purbaya menilai, jika nanti menteri-menteri yang dipilih oleh
Jokowi, terutama ekonomi, sesuai dengan keinginan pasar, kondisi rupiah dan saham bisa
kembali normal atau membaik. Apalagi, Purbaya menilai, bila kebijakan yang dikeluarkan oleh
menteri-menteri bidang ekonomi nanti bisa sesuai. "Tapi nanti kalau dari politik (menterimenteri ekonomi), malah makin melemah (kebalikannya)."
Untuk peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu) terkait dengan UU
Pilkada, Purbaya melihat dampaknya bagi pasar akan kecil. Jika berhasil, yang menggagalkan di
DPR pun adalah pemerintahan SBY, bukan Jokowi. Pasar tidak melihat subsansti UU Pilkada,
tapi ingin melihat pemerintahan eksekutif ke depan dalam bertarung dengan eksekutif.
Menurut Purbaya, disahkannya UU Pilkada dan komposisi pimpinan DPR yang diisi dari
Koalisi Merah Putih sebelumnya sudah melemahkan rupiah dan saham karena ada keraguan dari
pasar. Pasar melihat loloskannya UU Pilkada dan pimpinan DPR berasal dari koalisi proPrabowo dapat dijadikan ukuran gangguan kestabilan pemerintahan ke depan dalam menjalankan
program-programnya. "Bukan (substansi) UU Pilkada, tapi masalah kestabilan pemerintahan ke
depan (bagi pasar)," ujarnya.
IHSG
akan
berada
pada
TUGAS ARTIKEL
PENGANTAR AKUNTANSI I
SKANDAL ENRON (USA)
Disajikan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Pengantar Akuntansi I
(C1B014015)
(C1B014117)
(C1B014084)
(C1B014060)
(C1B014069)
JURUSAN MANAJEMEN
Disusun Oleh :
Nama : Wulan Widarni
NPM : C1B014069
JURUSAN MANAJEMEN