Anda di halaman 1dari 13

Pemerintah Terus Pantau Ekonomi Nasional dan Global

Selasa, 07/10/2014 - 06:17


JAKARTA, (PRLM).- Pemerintah akan terus memantau perkembangan ekonomi
nasional serta global dan akan berupaya mengantisipasi dengan cepat jika terjadi gejolak agar
dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia tidak berkepanjangan. Demikian disampaikan
Menteri Keuangan, Chatib Basri.
Bertempat di Kementerian Keuangan, di Jakarta, berlangsung pertemuan tertutup Forum
Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK). Selain Menteri Keuangan, Chatib Basri,
tampak hadir dalam pertemuan tersebut Gubernur BI, Agus Martowardojo. FKSSK dilakukan
rutin setiap tiga bulan membahas kondisi terakhir perkembangan ekonomi di dalam negeri
maupun global.
Kepada pers Menteri Keuangan, Chatib Basri menjelaskan, meski masih terjadi beberapa
gejolak pada perekonomian Indonesia, di antaranya melemahnya nilai tukar rupiah terhadap
dolar Amerika yang saat ini berada diposisi Rp 12.100 per dolar Amerika, defisit neraca
perdagangan dan tingginya laju inflasi, secara keseluruhan perekonomian Indonesia terkendali.
Selain situasi politik di dalam negeri yang berdampak negatif terhadap perekonomian,
diantaranya disahkannya Undang-Undang Pilkada, Menteri Chatib Basri menambahkan
pemerintah juga terus memantau dampak yang ditimbulkan dari luar negeri termasuk
melambatnya pertumbuhan ekonomi Cina.
Secara umum situasi terkendali dan masih didalam dengan apa yang diperkirakan,
namun juga melihat beberapa potensi persoalan yang harus diantisipasi dengan baik. Mengenai
perkembangan kondisi perekonomian global dimana perlambatan ekonomi Cina, dan juga
penurunan harga komoditi tentu akan berpengaruh kepada proyeksi termasuk concern kami
terhadap masalah current account defisit, jelas Menteri Chatib Basri.
Pada kesempatan sama, Gubernur BI, Agus Martowardojo menjelaskan, selain situasi
politik di dalam negeri yang cenderung berdampak negatif terhadap pasar uang, BI juga terus
memantau dampak yang mungkin terjadi terkait rencana Bank Sentral Amerika Serikat
menaikkan tingkat suku bunga.
Nilai tukar ada deviasi khususnya didua minggu terakhir, sebelum akhir kuartal ke III
tahun 2014 , dalam banyak hal adalah karena market melihat kondisi tingkat bunga yang
mungkin akan meningkat di Amerika Serikat, ada faktor extern dan juga domestik, tetapi secara
umum stabilitas sistem keuangan terjaga dengan baik, kata Gubernur BI, Agus Martowardojo.
Gubernur BI Agus Martowardojo menambahkan laju inflasi juga harus dijaga karena
akan berdampak terhadap tingginya harga berbagai komoditi pangan sehingga berpotensi
melemahkan daya beli masyarakat. Kondisi tersebut membuat ekonomi sulit bergerak. Target
inflasi tahun ini berada pada kisaran 5,4 persen, sementara tahun depan sekitar 5,6 persen.

Menjaga inflasi agar tetap berada dikisaran target inflasi yang kita sudah canangkan,
Bank Indonesia akan siap berpartisipasi melakukan kebijakan dengan lembaga-lembaga yang
lain untuk merespon kondisi yang ada, jelasnya.(voa/A-147)***
Kemenperin: Belum Ada Dampak Negatif dari Gejolak Politik
Jumat, 10 Oktober 2014 00:34
Jakarta, GATRAnews - Direktur Jenderal Kerja Sama Industri Internasional
Kementerian Perindustrian Agus Tjahajana mengatakan, belum ada dampak negatif dari gejolak
politik yang tengah terjadi terhadap dunia perindustrian.
"Belum ada, hanya saya mendapat laporan dari beberapa teman, bahwa tahun ini
penjualannya agak menurun dibanding tahun lalu," ujar Agus, seperti dilaporkan Antara di
Jakarta, Kamis (9/10).
Agus mengatakan, berdasarkan laporan tersebut, penurunan penjualan terjadi pada
industri yang menjual kebutuhan tersier atau kebutuhan akan barang-barang mewah.
"Nah, yang tersier ini sudah ada laporan yang belum tercapai (targetnya), tapi saya tidak
membuat statistik khusus. Coba lihat saja penjualan mobil tahun ini, penjualannya,
pertumbuhannya tidak sama dengan tahun lalu, itu juga kan tersier," ujar Agus.
Selain itu, lanjut Agus, penjualan perhiasan juga termasuk kebutuhan tersier yang
mengalami penurunan, namun untuk penjualan elektronik, Agus mengaku belum melakukan
pengkajian.
Sementara itu, Agus mengungkapkan bahwa penjualan untuk barang kebutuhan pokok
dan pendukung dinilai aman dari gejolak politik. "Kalau basic needs kan tetap harus (dipenuhi)
ya, rumah harus, shortage secondary juga masih oke," ujar Agus.
Diketahui, gejolak politik tengah terjadi menjelang pelantikan Presiden dan Wakil
Presiden terpilih Joko Widodo-Jusuf Kalla, serta pascapelantikan anggota MPR, DPR dan DPD
periode 2014--2019 yang digelar awal Oktober 2014.
Mulai dari pengesahan Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah hingga
pemilihan ketua MPR, DPR dan DPD menimbulkan beberapa dampak perekonomian.
Salah satu dampaknya adalah capital market yang menunjukkan uang mudah keluarmasuk setelah digoyang isu politik. Selain itu, terjadi tren pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap
dolar Amerika Serikat (AS), di mana Rupiah menyentuh level Rp12.200 per dollar AS.
Penulis: Didi Kurniawan
Editor: Tian Arief

Rupiah Terus Melemah Akibat UU Pilkada


Selasa, 30 September 2014
JAKARTAWakil Ketua Komite Ekonomi Nasional, Raden Pardede, mengatakan
ketidakpastian politik di tanah air pasca pengesahan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada) membuat keperceyaan investor menurun dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika
terus melemah.Saat ini nilai tukar rupiah berada di posisi Rp 12.100 per dolar Amerika akibat
terjadi pelarian modal secara besar-besaran sehingga mata uang dolar Amerika langka dan
menjadi mahal.
Para investor, ditambahkannya, khawatir pemerintahan mendatang lemah karena kursi
DPR mayoritas dikuasai oposisi. Ia berharap partai pendukung presiden terpilih Joko "Jokowi"
Widodo, terutama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), mampu bekerja sama dengan
partai-partai lain agar berbagai program ekonomi dapat diterima saat dilakukan pembahasan
dengan DPR RI.
Yang saya lihat dari PDIP dia harus mencari teman lebih banyak, dia harus atraktif,
kalau ini terus berlangsung kan tidak sehat, dia harus approach Partai Demokrat, apakah PPP,
apakah PAN," ujarnya.
Pengamat otonomi daerah dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Syarif
Hidayat mengatakan, disahkannya RUU Pilkada menjadi undang-undang adalah ujian pertama
bagi Jokowi-Jusuf Kalla karena telah terbukti kuat dan solidnya Koalisi Merah Putih di DPR RI.
Hal yang logis di Indonesia bilamana terjadi gonjang ganjing politik akan berpengaruh
terhadap nilai rupiah, juga berdampak di bursa efek. Indonesia kan masih dalam masa transisi
demokrasi sehingga langsung berdampak terhadap ekonomi, dengan voting di parlemen bolehboleh saja mayoritas dan bisa menggolkan," ujarnya.
"Tetapi masih ada Mahkamah Konstitusi yang bisa menyaring mana yang benar mana
yang keliru, mana yang kepentingan rakyat, kepentingan elit, ini akan memberikan dampak
positif secara ekonomi maupun secara politik ke depan, artinya para pengusaha tidak akan
khawatir."
Syarif Hidayat mengatakan, LIPI telah mengusulkan kepada berbagai pihak yang
berwenang atas penyelanggaraan pilkada agar Pilkada dilakukan dengan cara kombinasi yaitu
pilkada langsung dan pilkada melalui DPRD.
Ia memberi contoh gubernur dapat dipilih melalui DPRD, dan pemilihan bupati serta
walikota dilakukan secara langsung. Ia juga mengingatkan agar pemerintah pusat tetap memiliki
peran terkait anggaran negara sehingga jika ada penyalahgunaan anggaran di daerah, pemerintah
pusat tetap memiliki wewenang untuk menelusurusinya.
Di APBD pemerintah pusat tidak terlalu banyak bisa intervensi, yang bisa dikendalikan
oleh pemerintah pusat beberapa dana transfer dari pusat yang masuk ke APBD, dan juga danadana hibah, DAU dana alokasi umum, 70 persen anggaran pendapatan daerah berasal dari DAU,

sebagian besar gaji pegawai daerah berasal dari APBN melalui DAU. Kemudian ada beberapa
dana hibah, pemerintah pusat juga bisa ikut memberikan masukan dan arahan kemana dana-dana
itu harus dibelanjakan," ujarnya.
Rupiah Jeblok bila Koalisi Prabowo Kuasai MPR
SENIN, 06 OKTOBER 2014 | 05:38 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat pasar modal, Purbaya Yudhi Sadewa, mengatakan
pasar membutuhkan kepastian untuk menjaga kurs rupiah dan indeks saham stabil. Sejumlah
momen politik saat ini bisa menimbulkan ketidakpastian bagi pasar. "Pasar ingin melihat
kepastian," katanya ketika dihubungi pada Ahad, 5 Oktober 2014.
Menurut Purbaya, rencana koalisi pro-Prabowo untuk memimpin Majelis
Permusyawaratan Rakyat bisa menyebabkan rupiah dan saham anjlok. Jika MPR nanti dipegang
oleh koalisi pro-Prabowo, ada kemungkinan kinerja atau sejumlah program pemerintah akan
terganggu atau tak jalan. "Kalau kinerja pemerintah enggak jalan, ya, pasar ragu," tuturnya.
Satu-satunya harapan dalam gonjang-ganjing poltik, ujar Purbaya, adalah pengumuman
kabinet pemerintahan Jokowi. Purbaya menilai, jika nanti menteri-menteri yang dipilih oleh
Jokowi, terutama ekonomi, sesuai dengan keinginan pasar, kondisi rupiah dan saham bisa
kembali normal atau membaik. Apalagi, Purbaya menilai, bila kebijakan yang dikeluarkan oleh
menteri-menteri bidang ekonomi nanti bisa sesuai. "Tapi nanti kalau dari politik (menterimenteri ekonomi), malah makin melemah (kebalikannya)."
Untuk peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu) terkait dengan UU
Pilkada, Purbaya melihat dampaknya bagi pasar akan kecil. Jika berhasil, yang menggagalkan di
DPR pun adalah pemerintahan SBY, bukan Jokowi. Pasar tidak melihat subsansti UU Pilkada,
tapi ingin melihat pemerintahan eksekutif ke depan dalam bertarung dengan eksekutif.
Menurut Purbaya, disahkannya UU Pilkada dan komposisi pimpinan DPR yang diisi dari
Koalisi Merah Putih sebelumnya sudah melemahkan rupiah dan saham karena ada keraguan dari
pasar. Pasar melihat loloskannya UU Pilkada dan pimpinan DPR berasal dari koalisi proPrabowo dapat dijadikan ukuran gangguan kestabilan pemerintahan ke depan dalam menjalankan
program-programnya. "Bukan (substansi) UU Pilkada, tapi masalah kestabilan pemerintahan ke
depan (bagi pasar)," ujarnya.

Penghapusan Pilkada Langsung Tekan Kurs Rupiah


JUM'AT, 26 SEPTEMBER 2014 | 13:36 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Putusan Dewan Perwakilan Rakyat yang menghapus pilkada
langsung dalam revisi Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah menambah tekanan pada nilai
tukar rupiah. Hari ini, rupiah paling tertekan dibanding mata uang regional yang
diperdagangangkan pada level 12.007 per dolar Amerika Serikat
"Kondisi global sudah mendorong pelemahan rupiah, tapi keputusan politik semalam
memberi tambahan," kata Kepala Ekonom Bank Internasional Indonesia Juniman saat dihubungi,
Jumat, 26 September 2014.
Menurut Juniman, keputusan politik berupa penghapusan pilkada langsung sebenarnya
tidak menjadi pendorong utama pelemahan rupiah. Nilai tukar, ujar dia, memang sudah
menunjukkan tren penurunan sejak kondisi global yang memburuk.
Begitu pula kondisi pasar saham yang sudah mendapat tekanan dari kondisi global yang
menghantui negara-negara berkembang. Menurut Juniman, sejak IMF mengoreksi pertumbuhan
ekonomi global, seluruh struktur fundamental keuangan ikut bergerak. "Jadi, memang kondisi di
luar sedang negatif, ditambah kondisi politik saat ini," tuturnya.
Senada dengan itu, analis dari Asia Financial Networks, Agus Susanto, mengatakan
indeks harga saham gabungan pada perdagangan hari ini ikut terpengaruh hasil voting semalam.
"Kekalahan
koalisi
partai
pengusung
Joko
Widodo
dan
Jusuf
Kalla
dalam votingmengindikasikan pemerintah ke depannya akan dihadapkan pada tawar-menawar
dalam mengambil kebijakan," kata Agus dalam pesan elektroniknya.
Pada Jumat dinihari tadi, Dewan Perwakilan Rakyat akhirnya memutuskan menghapus
pilkada langsung melalui revisi Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah. Keputusan itu
diambil melalui voting di sidang paripurna. Kubu pendukung pilkada langsung dari koalisi
pendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla kalah telak oleh kubu Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.

Pertikaian Kubu Jokowi-Prabowo Ancam Investasi


KAMIS, 09 OKTOBER 2014 | 07:49 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofjan Wanandi
mengimbau koalisi pro-Prabowo Subianto dan kubu pro-Joko Widodo di parlemen untuk
menghentikan perseteruan politik. Menurut Sofjan, hal ini penting untuk memberikan kepastian
bagi investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia.
Sofjan mengatakan semenjak pemilihan anggota parlemen dan pemilihan presiden,
banyak izin investasi yang tidak terealisasi. Hal ini terjadi karena investor resah menghadapi
ketidakpastian. "Sudah hampir tiga bulan dunia usaha dilanda keresahan," kata dia
kepada Tempo, Kamis, 9 Oktober 2014.
Kini, kata Sofjan, dunia usaha terjepit dua isu. Selain kisruh di parlemen, ada tantangan
berat berupa pemberlakuan skema Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 serta kemungkinan resesi
global akibat kebijakan moneter di negara maju.
Peristiwa politik yang dicermati investor beberapa waktu terakhir yakni pemilihan
pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).
Meruncingnya perseteruan antara kubu pro-Prabowo dan pro-Jokowi di parlemen membuat
investor bersikap wait and see.
Di pasar modal, terjadi pelarian dana asing yang cukup besar. Sentimen politik
dimanfaatkan oleh para manajer big fund asing untuk keluar dari pasar saham. Sejak September
2014 hingga sekarang, total modal asing yang keluar mencapai Rp 8 triliun.)
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengatakan
dinamika politik saat pergantian pemerintahan menjadi faktor yang paling dicermati investor saat
ini.
Berdasarkan data BKPM, sepanjang semester awal 2014, realisasi investasi tumbuh 16,4
persen. Kontribusi asing terhadap investasi mencapai 67,3 persen, sedangkan sisanya sebesar
32,7 persen berasal dari domestik. Dengan rincian investasi asing mencapai Rp 150 triliun atau
tumbuh 20,2 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, sedangkan investasi
domestik sebesar Rp 72,8 triliun atau meningkat 13,5 persen.

Pemilihan Ketua MPR Usai, Saham Langsung Jeblok


RABU, 08 OKTOBER 2014 | 10:43 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Selepas pemilihan pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia melemah pada pembukaan
perdagangan Rabu, 8 Oktober 2014. Indeks kini berada di kisaran level 4.950, lebih rendah dari
sehari sebelumnya yang berada di level 5.000.
Pada pembukaan perdagangan, IHSG langsung melorot dari 5.032,84 (level penutupan
sehari sebelumnya) menjadi 4.992,42. Indeks bahkan sempat menyentuh level terendah 4971,74
pada sesi pertama. Pada pukul 10.00 WIB, indeks berada di level 4.974,92 atau turun 57,8 poin
(1,51 persen).
Indeks merosot meski sebagian analis memperkirakan sentimen politik mulai mereda
setelah pemilihan pimpinan MPR usai pada Rabu pagi. Analis Woori Korindo Securities
Indonesia (WKSI), Reza Priyambada, mengatakan sentimen politik berkurang karena pemilihan
Ketua MPR relatif lebih tertib ketimbang voting pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
beberapa
hari
sebelumnya.
Menurut Reza, melemahnya laju indeks saham disebabkan pengaruh pergerakan bursa saham
global. Laju bursa saham Amerika Serikat melemah seiring sikap menunggu (wait and see)
pelaku pasar menjelang rilis kinerja perekonomian kuartal III 2014. "Namun, tidak terlalu
berimbas negatif," kata Reza.
Reza memperkirakan pada akhir perdagangan
rentang support 4985-5020 dan resisten 5052-5069.

IHSG

akan

berada

pada

Koalisi Prabowo Kuasai Parlemen, Rupiah Lesu Darah


KAMIS, 09 OKTOBER 2014 | 05:08 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi politik dalam negeri yang semakin tidak pasti
menambah tekanan terhadap rupiah. Seusai pemilihan pemimpin Majelis Permusyawaratan
Rakyat (MPR) yang dimenangi Koalisi Merah Putih atau koalisi pro-Prabowo, kurs rupiah
anjlok.
Pada perdagangan Rabu, 8 Oktober 2014, rupiah terus tertekan. Akhirnya, rupiah
melemah dan ditutup pada level 12.239 per dolar Amerika Serikat, turun 36,7 poin atau 0,30
persen. Analis valuta asing, Lindawati Susanto, mengatakan rupiah tertekan oleh situasi politik
dalam negeri. Investor menilai investasi kian diselimuti ketidakpastian, sehingga melepaskan
rupiah. Investor khawatir terjadi masalah dalam pemerintahan di kemudian hari, katanya.
Lindawati mengatakan sebagian investor memiliki preferensi tertentu terhadap Joko
Widodo karena diyakini mampu mengelola birokrasi yang bersih dan ramah investasi. Namun
parlemen yang dikuasai oleh koalisi pro-Prabowo dikhawatirkan bakal mengganggu agendaagenda investasi.
Namun, kata Linda, ada faktor lain yang memperlemah rupiah. Investor, kata dia,
menimbang hasil notulensi pertemuan rutin bank sentral Amerika Serikat (Fed Minutes),
September lalu, yang memberi celah kenaikan suku bunga. Akhirnya, investor kembali
mengakumulasi dolar.
Lindawati memprediksi rupiah masih akan tertekan. Pada perdagangan hari ini, Kamis, 9
Oktober 2014, rupiah hanya akan bergerak dalam rentang 12.150-12.250 per dolar.

Rupiah Masih Terpapar Gonjang-ganjing Politik


SENIN, 13 OKTOBER 2014 | 06:38 WIB
TEMPO.CO , Jakarta - Rupiah kembali melemah ke level 12.222 per dolar Amerika
pada penutupan perdagangan akhir pekan kedua Oktober 2014, karena pernyataan Presiden Bank
Sentral Eropa Mario Draghi, yang menganggap masalah yang sedang melanda perekonomian
Eropa bersifat struktural.
Analis dari Monex Investindo Futures, Daru Wibisono, mengatakan faktor politik di
dalam negeri juga turut mempengaruhi rupiah sulit kembali ke level Rp 12.000 per dolar AS.
Pasalnya, investor bersikap menunggu dan enggan mengakumulasi aset bernilai rupiah hingga
ada kepastian stabilitas politik. Dua pekan terakhir, pelemahan rupiah dipengaruhi oleh faktor
politik dalam negeri, kata dia kepadaTempo.
Sebagaimana diketahui, seusai pengesahan Undang-Undang Pemilihan Umum Kepala
Daerah dan pemilihan pemimpin Dewan Perwakilan Rakyat beberapa waktu lalu, bursa saham
dalam negeri dan rupiah memang cenderung bergerak melemah.
Investor yang khawatir kinerja pemerintahan terpilih Joko Widodo bakal terganggu oleh
manuver koalisi pro-Prabowo, kemudian mengalihkan minat investasinya pada aset-aset safe
haven, seperti dolar dan yen. Berselang dua pekan belakangan, dalam perdagangan indeks harga
saham gabungan, tercatat lebih dari 8 triliun dana asing melenggang keluar dari lantai bursa.
Menurut Daru, pelemahan rupiah turut dipengaruhi oleh sikap otoritas moneter, Bank
Indonesia, yang belum juga mengeluarkan pernyataan resmi soal posisi aman rupiah. Saat ini,
tak ada yang mampu menenangkan investor selain pernyataan BI mengenai posisi psikologis
rupiah, ujarnya.
Ada kemungkinan rupiah masih akan bergerak dalam kisaran level 12.150-12.250 per
dolar Amerika. Update postur kabinet boleh jadi akan berdampak positif bagi pergerakan
rupiah, tuturnya.

Pemilihan Ketua MPR Berpotensi Lemahkan Pasar


SENIN, 06 OKTOBER 2014 | 05:20 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Analis Koori Worindo Securities, Reza Priyambada,
mengatakan kegaduhan politik pada pekan lalu sangat mempengaruhi pasar. "Pemilihan Ketua
MPR berpotensi melemahkan pasar," ujarnya kepada Tempo, Ahad, 5 oktober 2014.
Menurut Reza, jika pemilihan Ketua MPR berlangsung ricuh seperti pemilihan Ketua
DPR, pasar akan bergerak negatif. Potensi untuk rebound, kata dia, ada tapi tak akan menjadi
jaminan. "Secara technical, ada potensi untuk rebound, tapi isu politik yang ada tak bisa
menjamin rebound terjadi," ujarnya.
Saat ini isu politik masih mendominasi pasar. Setelah pemilihan Ketua MPR, ada
pelantikan presiden dan kabinet. "Apabila terjadi kericuhan, pasar akan merespons negatif,"
ujarnya.
Reza mengakui indeks saham, harga emas, dan kurs rupiah sempat anjlok hingga ke level
terendah. Menurut dia, pelemahan semestinya tak terlalu dalam jika tak ada isu politik yang ikut
memperburuk pasar. "Pasar global memang melemah tapi, jika tak ada isu politik, pasar
domestik tak akan terjun bebas," ujarnya.
Managing Partner PT Asjaya Indosurya Securities, William Surya Wijaya, mengatakan
pasar masih akan bergerak fluktuatif. "Namun ada potensi untuk menguat," ujarnya. Ia
memprediksi akan ada rebound pada pertengahan Oktober.
Reza mengatakan kondisi politik yang bergejolak di dalam negeri turut diberitakan oleh
media asing. "Investor asing mengamati kondisi dalam negeri dari pemberitaan media asing,"
ujarnya. Kondisi yang tak stabil ini, kata dia, menyebabkan investor menarik modal keluar dari
pasar Indonesia. Padahal investor asing menguasai 64 persen kepemilikan modal dalam bursa
saham Indonesia.

TUGAS ARTIKEL
PENGANTAR AKUNTANSI I
SKANDAL ENRON (USA)
Disajikan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Pengantar Akuntansi I

Disusun Oleh Kelompok II :


1.
2.
3.
4.
5.

Ayu Wanda Narita


Ira Rosanti
Kiki Permata Sari
Nyimas Rahmi Dhaniati
Wulan Widarni

(C1B014015)
(C1B014117)
(C1B014084)
(C1B014060)
(C1B014069)

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS BENGKULU
BENGKULU
2014
TUGAS KLIPING
PENGANTAR BISNIS
DAMPAK UU PILKADA TERHADAP EKONOMI
Disajikan Untuk Memenuhi Tugas individu
Mata Kuliah Pengantar Bisnis

Disusun Oleh :
Nama : Wulan Widarni
NPM : C1B014069

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS BENGKULU
BENGKULU
2014

Anda mungkin juga menyukai