Anda di halaman 1dari 2

Fisisologis reproduksi pria

Letak testis di dalam skrotum menghasilkan lingkungan yang lebih dingin yang
penting untuk spermatogenesis. Secara embrionis, testis berkembang dari gonadal ridge
yang terletak di belakang rongga abdomen. Pada bulan bulan terakhir kehidupan janin,
testis mulai perlahan-lahan turun ke luar rongga abdomen melintasi kanalis inguinalis ke
dalam skrotum, satu jenis testis jatuh ke dalam masing-masing kantung skrotum.testosteron
dan testis janin merupakan penyebab turunnya testis ke dalam skrotum. Walaupun
waktunya agak bervariasi , penurunan testis (desensus testikulorum) tersebut biasanya
selesai pada bulan ke tujuh masa gestasi. Walaupun jarang , testis dapat tetap tidak turun
sampai masa dewasa, yaitu suatu keadaan yang dikenal sebagai Kriptokidismus(testis
tersembunyi). (Lauralee Sherwood, 2001).
Suhu di dalam skrotum rata-rata adalah beberapa derajat Celsius lebih rendah dari
pada suhu tubuh (inti) normal. Penurunan testis ke lingkungan yang lebih dingin ini sangat
penting karena spermatogenesis adalah proses yang sangat peka suhu yang tidak dapa
berlangsung pada suhu tubauh yang normal. Dengan demikian seorang yang kriptorkid
tidak dapat menghasilkan sperma yang hidup. (Lauralee Sherwood, 2001).
Sel leydig testis menghasilkan testosterone yang menyebabkan maskulinisasi. Testis
melaksanakan dua fungsi, yaitu mengahasilkan sperma dan mengeluarkan testosterone.
Sekitar 80% masa testis dari tubulus seminiferosa yang berkelok-kelok, didalamnya
berlangsung spermatogenesis. Sel-sel endokrin yang mengeluarkan testosterone- sel leydid
atau sel intersisium- terletak di jaringan ikat (jaringan intersisium) antara tubulus-tubulus
seminiferosa. Dengan demikian,bagian-bagian testis yang menghasilkan sperma dan
mengeluarkan testosterone secara structural dan fungsional yang berbeda. (Lauralee
Sherwood, 2001).
Testis terdiri dari sejumlah besar tubulus seminiferus yang brkelok-kelok, tempat
sperma terbentuk. Sperma kemudian dikosongkan ke dalam epididimis, dan kemudian ke
vans deferens, yang membesar pada ampula vas deferens segera sebelum masuk ke badan
kelenjar prostat. Vesika seminalis masing-masing terletak di tiap sisi prostat, bermuara
dalam ujung prostatic ampula, serta isi dari kedua ampula dan vesika seminalis berjalan

masuk duktus ejakulatorius, yang masuk ke dalam badan kelenjar prostat untuk bermuara
ke dalam uretra interna. Duktus prostatikus selanjutnya bermuara kedalam duktus
ejakulatorius. Akhirnya ureta merupakan penghubung yang terakhir ke luar.(Guyton, 1996)
1.1 Spermatogenesis (Guyton, 1996)
Spermatogenesis terjadi pada semua tubulus seminiferus selama kehidupan seks
aktif, mulai rata-rata pada usia 13 tahun, sebagai akibat perangsangan oleh hormonehormon gonadotropin adenohipofisis dan terus berlangsung selama hidup
Stadium pemebntukan spermatogenesis adalah pertumbuhan beberapa spermatogenia
menjadi sel yang sangat besar yang dinamakan spermatosit. Kemudian membelah dengan
proses miosis, masing-masing mengandung 23 kromososm.
Pembentukan sperma. Bila spermatid pertama kali dibentuk mereka masih
mempunyai sifat yang umumsel epiteloid, kemudian setelah membesar menjadi
spermatozoa, terdiri atas kepala, leher, badan dan ekor.
1.2 Fungsi kelenjar prostat (Guyton, 1996)
Kelenjar prostat menyekresi cairan alkali yang encer, seperti susu, yang mengandung
asam sitrat kalsium, dan beberapa zat lain. Selama pemancaran, kapsula kelenjar prostat
berkontraksi serentak dengan kontraksi vas deferens dan vesika seminalis, sehingga cairan
kelenjar prostat yang encer, seperti susu, menambah massa semen. Sifat alkali cairan
prostat mungkin sangat penting untuk keberhasilan fertilisasi ovum, karenaciran vans
deferens relative asam karena adanya hasil akhir metabolism sperma dan akibatnya
menghambat fertilisasi dan motilitas sperma.
1.3 Semen (Guyton, 1996)
Semen yang diejakulasikan pria waktu melakukan hubungan seks, terdiri dari caran
vans deferens vesika seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar mukosa, khususnya kelenjar
bulboretralis. Massa semen yang utama adalah cairan vesika seminalis (sekitar 60%), yang
diejakulasikan terakhir dan berperanan menghasilkan sperma keluar dari duktus
ejakulatorius dan uretra.pH rata-rata semen gabungan antara 7,5 , cairan perostat
memberikan bentuk semen seperti susu, sedangkan cairan dari vesika seminalis dan dari
kelenjar mukosa memberikan konsistensi mukoid pada semen.

Anda mungkin juga menyukai