Anda di halaman 1dari 27

BAB 6

BIDANG ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI


Salah satu unsur penting dalam pembangunan nasional adalah
pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dalam rangka
mewujudkan daya saing bangsa. Untuk meningkatkan kemampuan
nasional dalam penelitian, pengembangan, dan penerapan iptek
dalam meningkatkan produktivitas nasional, dilakukan inovasi di
berbagai mata rantai pertambahan nilai produk dan jasa, serta inovasi
dalam menyelesaikan berbagai masalah kekinian dan mengantisipasi
masalah masa depan.

6.1.

PERMASALAHAN YANG DIHADAPI

Secara umum ada 3 (tiga) permasalahan mendasar yang


dihadapi iptek. Pertama adalah kemampuan sisi litbang dalam
menyediakan solusi-solusi teknologi yang disebabkan oleh
terbatasnya kemampuan sumber daya iptek (jumlah SDM,
kepakaran, kekayaan intelektual, sarana dan prasarana serta
anggaran), kelembagaan iptek yang belum optimal (organisasi,
regulasi, koordinasi, intermediasi), serta jaringan iptek yang belum
terbangun dengan baik (intersektor; antarsektor; antarpemangku
kepentingan; antarkementrian; serta antarpusat dan daerah).
Permasalahan kedua adalah kemampuan sisi pengguna dalam
menyerap teknologi baru yang tersedia. Sedangkan permasalahan
ketiga adalah belum terbangunnya integrasi sisi penyedia dan
pengguna teknologi yang antara lain disebabkan oleh: (i) masih
lemahnya sinergi kebijakan iptek (integrasi program, koordinasi dan
harmonisasi kegiatan, dukungan anggaran, serta intermediasi, yang

terjadi baik antar lembaga/penghasil iptek, maupun antar penghasil


iptek dengan pengguna iptek); (ii) masih kurangnya koordinasi dan
sinergi di antara pemangku kepentingan pembangunan iptek; (iii)
masih lemahnya sosialisasi regulasi yang telah ada; dan (iv) masih
lemahnya budaya iptek.

6.2.

LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN DAN HASILHASIL YANG DICAPAI

6.2.1 LANGKAH-LANGKAH KEBIJAKAN


Untuk meningkatkan kemampuan sisi litbang dalam
menyediakan solusi teknologi antara lain telah dilakukan langkahlangkah meningkatkan kualitas SDM dan merevitalisasi sarana dan
prasarana penelitian. Pengembangan SDM iptek, dilaksanakan
dengan pemberian Beasiswa Pascasarjana (S2 & S3) yang secara
spesifik ditujukan meningkatkan kualitas para peneliti dan
perekayasa Lembaga Penelitian Non Kementerian (LPNK) di
Perguruan Tinggi (PT) baik dalam maupun di luar negeri. Pada tahun
2010, program ini membiayai kegiatan beasiswa Pascasarjana 370
orang meliputi 257 orang S2 dan 113 orang S3, sedangkan tahun
2011 membiayai 399 orang meliputi 278 orang S2 dan 121 orang S3.
Sedangkan revitalisasi sarana penelitian dimulai dengan
pembangunan tahap awal Laboratorium BPPT Terpadu di Serpong;
serta revitalisasi stasiun-stasiun penelitian kelautan di Ambon Maluku dan Lombok Nusa Tenggara Barat.
Kemampuan sisi pengguna teknologi dalam menyerap
teknologi dilaksanakan melalui berbagai kegiatan difusi inovasi bagi
industri kecil dan masyarakat perdesaan yang antara lain diwadahi
oleh Agro Tekno Park (ATP). Sedangkan integrasi sisi penyedia dan
sisi pengguna teknologi dibangun dengan: a) meningkatkan
sinkronisasi antara teknologi yang dikembangkan dengan
permasalahan yang dihadapi industri dan kebutuhan nyata
masyarakat dan negara; b) memberikan rangsangan untuk tumbuhkembang industri produsen barang dan/atau jasa yang berbasis
teknologi nasional dan sesuai dengan permintaan pasar domestik; c)
mengembangkan lembaga intermediasi untuk percepatan proses
adopsi teknologi nasional oleh industri dalam negeri dan sebaliknya
6-2

juga arus informasi kebutuhan teknologi kepada pihak pengembang


teknologi; dan d) menyiapkan dukungan peraturan perundangundangan sebagai landasan hukum untuk memfasilitasi,
menstimulasi, dan mengakselerasi interaksi antar-aktor SINas dan
hubungan dengan kelembagaan pendukung lainnya.
Sebagai penjabaran RPJMN 2010-2014, telah dirumuskan
beberapa kebijakan pembangunan iptek, yang menjadi rujukan dalam
pelaksanaan riset iptek nasional, yaitu: Kebijakan Strategis Nasional
(Jakstranas) Iptek 2010-2014, yang berisi arah, prioritas utama dan
kerangka kebijakan pembangunan iptek baik tingkat pusat maupun
daerah; dan Agenda Riset Nasional 2010-2014 untuk 7 bidang iptek
yang diarahkan RPJMN 2010-2014. Di samping itu, telah dibentuk
Konsorsium Riset pada 7 bidang iptek tersebut dengan produkproduk target yang telah ditetapkan dengan mengikutsertakan
industri, BUMN, dan/atau daerah.

6.2.2 HASIL-HASIL YANG DICAPAI


Peningkatan kualitas penelitian dilakukan melalui program
insentif riset yang pada tahun 2010 dilaksanakan dalam bentuk 54
paket Riset Dasar dan 144 paket Riset Terapan. Sebanyak 25 paket
riset dasar dan 70 paket riset terapan berpotensi menghasilkan
publikasi ilmiah baik itu dalam jurnal nasional maupun internasional.
Selain itu terdapat 29 kegiatan dari 40 kegiatan difusi, dalam bentuk
kerjasama/kemitraan antara lembaga dengan pihak luar berupa
kerjasama dalam rangka pengembangan iptek, serta kemitraan dalam
bentuk pemanfaatan hasil riset untuk pengembangan usaha
masyarakat (scale up). Dalam kegiatan peningkatan kapasitas iptek
sistim produksi terdapat 109 kegiatan yang berkontribusi
memberikan nilai tambah produk serta berpotensi untuk
menghasilkan 39 prototipe dan 13 kegiatan yang dapat diusulkan
HKI (Hak Kekayaan Intelektual).
Kementerian Ristek juga telah merealisasikan program
Interoperabilitas Perpustakaan Digital yang ditujukan untuk
penyediaan akses bagi komunitas iptek ke informasi iptek nasional
maupun internasional secara kolektif melalui sistem jaringan
perpustakaan online. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan
6-3

kualitas penelitian di lembaga litbang dan perguruan tinggi yang


indikasi publikasi internasional, inovasi dan paten masih rendah.
Pada tahun 2010 interoperabilitas jaringan yang dibangun adalah:
Interoperabiltas Digital on-line akses dengan LPNK dan Puspiptek
(KRT, 7 LPNK dan Puspiptek); menyediakan jurnal ilmiah:
Agricultural and Biological Sciences - 118 judul; Chemical
Engineering - 36 judul; Computer Science - 128 judul; Engineering
and Technology - 164 judul; Environmental Science - 88 judul;
Pembangunan Web Portal dan Data Center.
Untuk meningkatkan manfaat iptek di daerah dikembangkan
program Spesifik Lokasi yang bertujuan memanfaatkan hasil-hasil
litbangyasa dari LPNK Ristek (BPPT, LIPI, BATAN). Dalam
program ini hasil-hasil litbangyasa yang diterapkan dipilih yang
mampu memberikan solusi bagi pemerintah daerah dalam
menghadapi persoalan teknologi sesuai kebutuhan dan kondisi di
daerah sekaligus mendorong pemanfaatan potensi sumberdaya lokal
yang tersedia. Pada tahun 2010, melalui program ini telah
mendiseminasikan 16 paket teknologi di 14 propinsi di bidang
pangan, energi, kesehatan, teknologi informasi dan lingkungan.
Uraian lebih rinci dari hasil-hasil penelitian tersebut akan
disajikan dalam bagian berikut ini.
Untuk mendukung Ketahanan Pangan dengan menerapkan
teknologi radiasi nuklir telah berhasil ditemukan varietas unggul padi
Pandan Putri (2010) dan Inpari Sidenuk (2011), varietas unggul
kedelai Mutiara 1 (2010) dan varietas sorgum Pahat (2011). Hasil
litbang ini telah didesiminasikan kepada masyarakat dan
bekerjasama dengan pemerintah daerah dalam program ATP (Agro
Techno Park) di 5 kawasan yakni di Palembang, Cianjur, Jembrana,
Limapuluh Kota dan Jepara.
Adapun LIPI fokus pada kegiatan pengembangan benih
unggul berbasis biologi molekuler, yang menghasilkan lebih dari
2000 galur mutan stabil padi siap untuk diuji kemampuan
adaptasinya terhadap perubahan iklim atau kepentingan lainnya
termasuk tahan hama penyakit dan atau cekaman lingkungan. Produk
Pupuk Beyonic-LIPI, a.l Seri BioPoska, Kompenit@, Biomat,Kedelai
Plus, Biorhizin, BioVam, Biosmik, StarTmik, Azofor dan Katalek
6-4

dikembangkan dengan basis mikroba Indonesia terpilih yang mampu


memperbaiki kondisi lahan pertanian termasuk tambak yang telah
rusak, menghilangkan hama penyakit, mengurai polutan,
menstabilkan pH tanah, menyediakan kekurangan nitrogen, fosfat,
mineral, zat faktor tumbuh dan menurunkan laju emisi gas rumah
kaca dari lahan pertanian. Uji lapangan telah dilakukan di berbagai
daerah termasuk di Malinau-Kalimantan Timur dan Gunung KidulYogyakarta. dan Cicurug-Jawa Barat sudah dilakukan dan
penerapannya dalam bentuk biovillage sedang berlangsung. Aplikasi
pupuk organik pada penanaman kedelai plus di Kabupaten Sukabumi
dan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, menghasilkan produksi kedelai
minimal 3 ton /ha. Teknologi ini telah dipilih oleh Komite Inovasi
Nasional (KIN) sebagai program quickwin dan akan diadopsi oleh
Kementerian Pertanian.
Selain itu, LIPI telah mengembangkan teknologi peternakan
seperti produksi sperma beku yang jenis kelamin bakal anak sudah
ditentukan terlebih dahulun (sexing), teknologi produksi embrio dan
teknologi kembar identik sudah terkuasai dan termanfaatkan yang
dilaksanakan dengan melalui kerjasama dengan pemerintah
kabupaten/kota (Tasikmalaya, Sumatera Barat dan Makasar) dan
perguruan tinggi (Universitas Padjadjaran, Universitas Hasanuddin,
Universitas Andalas).
LIPI telah mengembangkan pula teknologi pengendalian
kualitas air tambak udang secara on-line dengan memanfaatkan short
message system (SMS) langsung ke pengelola tambak. Teknologi ini
telah diterapkan di kabupaten Banyuwangi dan terbukti mampu
menjaga kandungan oksigen dan pH di tambak dan mengurangi
biaya penggunaan listrik sehingga meningkatkan kualitas udang
(menjadi besar, sehat dan bersih) dan meningkatkan pendapatan
petani. Juga telah berhasil diidentifikasi spesies ikan sidat tropis yang
merupakan habitat endemik di Sumatera, Jawa, Halmahera, Sulawesi
serta Ambon, dan sangat potensial untuk dibudidayakan bagi
kepentingan ekspor.
Biskuit sebagai makanan siap saji dan dapat memenuhi
kebutuhan nutrisi harian telah berhasil dikembangkan oleh BPPT dan
telah didaftarkan di BPOM. Biskuit ini dibuat dengan tekstur yang
kuat dan memenuhi persyaratan sebagai pangan darurat terutama
6-5

untuk pemenuhan kebutuhan makanan saat paska bencana, memiliki


energi sebesar 400 - 500 kkal/100 gram biskuit. Produk pangan
darurat hasil optimasi skala komersial yang telah dikembangkan
bersama ini memiliki kandungan energi sebesar 437 kkal, protein
7,1%, lemak 16%, karbohidrat 67%, mineral 4,75% dan serat 3%.
BPPT mengembangkan ikan NILA SALIN untuk
meningkatkan produktivitas dan mengoptimalkan lahan tambak di
Indonesia yang belum termanfaatkan seluas 600.000 ha. Telah
dilakukan perekayasaan teknologi produksi untuk menghasilkan ikan
NILA SALIN yaitu varietas ikan nila yang toleran terhadap perairan
payau maupun laut dengan salinitas > 20 ppt. Perekayasaan teknologi
produksi ikan NILA SALIN tengah dilakukan melalui proses diallel
crossing 8 varietas ikan nila hasil seleksi, diikuti dengan
perekayasaan produk protein rekombinan hormone pertumbuhan
(rGH) dan perekayasaan produksi vaksin DNA Streptococcus yang
akan membentuk profil ikan NILA SALIN unggul yang cepat
tumbuh dan tahan penyakit. Kegiatan ini tengah di laksanakan di
Laboratoria Pengembangan Teknologi Industri Agro dan Biomedika
(LAPTIAB), PUSPIPTEK-Serpong dan di tambak Balai
Pengembangan Budidaya Air Payau dan Laut milik Dinas Perikanan
dan Kelautan Provinsi Jawa Barat. Pengembangan varietas ikan
NILA SALIN merupakan yang pertama di Indonesia dan diharapkan
keberhasilannya akan membuka peluang pemanfaatan lahan
pertambakan yang bertahun-tahun tidak dipergunakan akibat
kolapsnya budidaya udang windu dan sekaligus akan mendorong
akselerasi peningkatan produksi terutama untuk pasar ekspor,
peningkatan ekonomi dan lapangan kerja.
Dalam hal pemetaan lahan pertanian sawah dan perkebunan,
LAPAN bekerjasama dengan Kementerian Pertanian telah
memetakan lahan sawit yang cocok di Indonesia, monitoring tata
guna lahan untuk mendukung peningkatan produktivitas hasil
pertanian dan membuat model prakiraan musim tanam dan panen
padi. Selain itu, LAPAN juga melayani permintaan Menko
Perekonomian dalam pemetaan lahan sawah di Pulau Jawa, Bali,
Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi
Sulawesi Selatan. Selain itu LAPAN melakukan program pemberian
informasi tentang Zona Potensi Penangkapan Ikan (ZPPI) kepada
6-6

masyarakat nelayan.
Dalam bidang Energi, khususnya energi baru terbarukan telah
dikembangkan sistem konversi energi angin (SKEA) dengan
kapasitas 50 kw. Uji coba prototipe SKEA telah dilakukan dan
diintegrasikan dengan program SIDA (Sistem Inovasi Daerah) di
Yogyakarta. Selain itu, telah diselesaikan pula Pembangkit Listrik
Panas Bumi (PLTPB) skala kecil 5 MW yang akan dibangun di
Kamojang yang diintegrasikan dengan kemampuan pabrikasi
manufaktur nasional.
Selain itu untuk mendukung Pengembangan Energi Baru dan
Terbarukan, BATAN melakukan penelitian pemanfaatan iptek nuklir
untuk membantu dalam pengembangan berbagai jenis energi lainnya,
seperti misalnya teknik perunut (tracer technique) untuk membantu
pengelolaan uap pada PLT Panas Bumi, serta teknologi radiasi untuk
pengembangan biofuel/biodiese/bioetanol (irradiation induced
mutation breeding untuk bibit unggul sorgum, jarak pagar), dan
proses radiasi untuk membersihkan gas Sox dan NOx dari PLTU
fosil dengan Mesin Berkas Elektron (MBE).
Untuk mendukung pengembangan teknologi pemanfaatan
energi panas bumi, BPPT memiliki kegiatan prioritas nasional di
bidang energi. Saat ini kegiatan difokuskan pada pengembangan
PLTP skala kecil hingga kapasitas 5 MW dan membina industri
manufaktur dalam negeri untuk meningkatkan tingkat kandungan
dalam negeri (TKDN). BPPT telah mulai mengembangkan PLTP
skala kecil dengan menerapkan teknologi binary cycle yang sangat
sesuai untuk didesain dengan sistem modular. Pengembangan PLTP
binary cycle 1 MW sistem modular dilakukan melalui tahapan
pengembangan prototipe PLTP binary cycle 2kW dan pilot plant
PLTP binary cycle 100kW. Pengembangan PLTP binary cycle 1 MW
sistem modular dilakukan melalui kerjasama dengan lembaga riset di
Jerman.
Di samping teknologi binary cycle, BPPT saat ini juga sedang
mengembangkan PLTP skala kecil kapasitas 3 MW dengan teknologi
condensing turbine, di mana seluruh prosesnya sejak dari rancang
bangun sampai dengan manufaktur komponen utamanya seperti
turbin, generator, condenser dilakukan di dalam negeri secara
6-7

maksimal. Saat ini pekerjaan rancang bangun sistem pembangkit dan


komponen-komponen utamanya telah diselesaikan, serta manufaktur
turbin dan generator di industri di dalam negeri sedang berlangsung.
Fase konstruksi Pilot plant PLTP ini akan dimulai pada pertengahan
tahun 2011 ini di lapangan panas bumi Kamojang, Jawa Barat,
bekerjasama dengan PT Pertamina Geothermal Energy (PGE), dan
direncanakan selesai dan segera diuji-coba operasikan pada akhir
tahun 2011.
Pilot plant di atas dibangun dengan memperhatikan TKDN
semaksimal mungkin, dan akan menjadi model dalam pengembangan
PLTP skala kecil di Indonesia. Target akhir kegiatan ini adalah
menghasilkan rekomendasi kebijakan dan model rancangbangun
PLTP Skala Kecil kepada Pemerintah sehingga dapat diterbitkan
kebijakan yang memungkinkan PLTP Skala Kecil dengan TKDN
maksimal dapat berkembang secara komersial dan ekonomis
sehingga proses industrialisasi ketenagalistrikanserta elektrifikasi
nasionaldapat berkembang dengan lebih cepat.
LIPI telah melakukan penelitian untuk memanfaatkan limbah
dari tandan kosong kelapa sawit untuk menjadi bahan baku
biogasoline serta mengembangkan standarisasi teknologi pengujian
kompor gas satu tungku dan regulator tekanan rendah untuk tabung
gas LPG dalam rangka mendukung upaya konversi energi minyak
tanah ke gas. Selain itu, LIPI juga mengembangkan Pembangkit
Listrik Tenaga Pikohidro (PLTPH) sebesar 500 Watt dan 2 kW yang
sedang diuji di Kebun Raya Cibodas, membangun PLTMH sebesar
10-50 kW di beberapa desa; serta membangun lebih dari 30 unit
generator pembangkit listrik berbahan bakar biogas (biotrik) skala 110 kw di desa-desa Jawa Barat, beberapa propinsi di Sumatera dan
Bali.
Pemanfaatan energi matahari melalui pengkonsentrasian
energi Pembangkit Listrik Tenaga Matahari Terfokus (PLTMT) akan
menjadi salah satu kontribusi LIPI untuk produksi listrik di bagian
timur Indonesia dan pulau-pulau yang cenderung menerima
intensitas matahari cukup tinggi dan tidak memiliki sumber daya air.
Saat ini LIPI telah berhasil mengkonsentrasikan sinar matahari untuk
memanaskan media hingga 4000C, dan PLTMT skala 10 kW sedang
dalam tahap penelitian. LIPI juga mengembangkan batubara menjadi
6-8

briket batubara yang lebih bersih dan penanganannya mudah. Sistem


pembangkit daya bahan bakar batubara rendah kalori dan biomassa
tungku siklon turbulen juga telah dihasilkan. Teknologi fuelcell,
dengan pembuatan membran polimer, yang mampu digunakan
sebagai sumber energi (sementara ini masih dalam prototype daya
rendah). Teknologi yang telah dicapai adalah core technology dengan
teknologi pembuatan polymer membran elektrolit sebagai bagian
penting dari fuelcell.
BPPT melakukan riset Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
(PLTB) dan menghasilkan beberapa prototype turbin angin mulai
kapasitas 300 Watt, 1 kW, 2,5 kW, 5 kW, 10 kW dan saat ini sedang
dikembangkan prototype dengan kapasitas 20 kW. Pemerintah daerah
Kabupaten Belu dengan bimbingan dari BPPT membuat jaringan
transmisi dari gardu power ke rumah-rumah penduduk di desa
Loonuna, sekolah SMPN.Selain itu, sedang di rencanakan untuk
pompa air listrik, karena selama ini masyarakat mendapat kesulitan
untuk pengadaan air bersih (sumber air ~ 4 Km dari perumahan
penduduk dan berada di lembah bukit).
Berkaitan dengan rencana pembangunan PLTN I di Indonesia,
BATAN bertanggungjawab terhadap pemanfaatan energi nuklir.
Telah dipersiapkan hal-hal teknis berupa Studi Kelayakan, khususnya
yang terkait dengan kelayakan tapak PLTN dan dokumen SER (Site
Evaluation Report) untuk Ijin Tapak, penyusunan dokumen URD
(User Requirement Document), dokumen PSAR (Preliminary Safety
Analysis Report) untuk ijin konstruksi, dokumen BIS (Bid Invitation
Spesification), dokumen rencana komisioning atau DRK (untuk ijin
komisioning tahun 2015), dan dokumen rencana operasi atau DRO
(untuk ijin Operasi tahun 2016/2017).
Hasil yang telah dicapai pada tahun 2010 adalah 3 paket
dokumen pedoman penyusunan infrastruktur dasar pendukung
program energi nuklir nasional yaitu: (a) dokumen Pengembangan
Kebijakan Iptek Nuklir Nasional Bidang Energi dan Jaminan Mutu;
(b) Dokumen Penyiapan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN),
(c) Dokumen Penyusunan Strategi Program Partisipasi Industri
Nasional. Ketiga dokumen tersebut merupakan sebagian dokumen
yang dipersyaratkan oleh Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA)
dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) untuk persiapan
6-9

pembangunan PLTN I di Indonesia. Dokumen tersebut akan


digunakan oleh pemangku kepentingan (ESDM, PLN, Investor).
Dalam mendukung persiapan pembangunan PLTN juga telah
dilakukan kajian teknis tentang pengawasan dan pengoperasian
PLTN dan kajian teknis tentang pengembangan standar PLTN. Hasil
kajian digunakan sebagai dasar penyusunan peraturan perundangan
ketenaganukliran. Sedangkan peraturan yang telah disusun antara
lain: Rancangan Peraturan Kepala BAPETEN tentang Desain Sistem
Catu Daya Darurat pada PLTN, Rancangan Peraturan Kepala
BAPETEN tentang Desain Proteksi Kebakaran dan Ledakan Internal
pada PLTN. Peraturan keselamatan PLTN tersebut akan menjadi
landasan dalam pengembangan dan pelaksanaan sistem perizinan,
dan sistem inspeksi untuk pengawasan PLTN.
Kegiatan sosialisasi tentang manfaat energi nuklir untuk
kesejahteraan masyarakat difokuskan pada penyampaian informasi
dan pendidikan kepada masyarakat secara seimbang, transparan, dan
dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan. Sosialisasi PLTN
secara umum dilakukan melalui media campaign, baik cetak maupun
elektronik; pengembangan komunitas (community development);
keterlibatan para pemangku keputusan (stakeholder involvement) dan
akhirnya didukung dengan jajak pendapat. Tahun 2010 telah
dilakukan jajak pendapat mengenai tingkat pemahaman masyarakat
mengenai PLTN, dilaksanakan oleh pihak ketiga, di 22 kota yang
diambil secara sampling dari wilayah Jawa, Madura, dan Bali dengan
responden 3.000 orang, terdiri dari pelajar, tokoh masyarakat, dosen,
pengurus LSM dan ormas, aparat, pengurus parpol, dan anggota
DPRD, diperoleh 59,7 menerima PLTN. Tahun 2011 akan
dilaksanakan jajak pendapat serupa untuk seluruh Indonesia dengan
responden 5.000 orang.
Dalam rangka peningkatan keamanan nuklir dan sebagai
dukungan Indonesia dalam program penggunaan nuklir untuk
maksud damai di kawasan Asia Pasifik, BAPETEN merencanakan
membangun laboratorium safeguards bahan nuklir sebagai sarana
pelatihan para inspektur safeguards dan menjadikan alternatif
pelaksanaan analisa hasil inspeksi safeguards bahan nuklir untuk
kawasan Asia Pasifik.
6 - 10

Sebagai bagian dari upaya promosi energi nuklir dalam rangka


program diversifikasienergi, telah dilakukan sosialisasi PLTN di 6
wilayah yaitu provinsi DKI Jakarta, Bangka Belitung, Kalimantan
Timur, Kalimantan Barat, Jawa Tengah dan Banten.
Konsorsium
riset
Teknologi
Kesehatan,
kerjasama
Kementerian Riset dan Teknologi, Lembaga Eijkman dan Polri telah
berhasil mengembangkan teknik DNA Forensik. Teknik ini telah
diaplikasikan oleh LBM Eijkman dan POLRI dalam membantu
penyelidikan untuk menuntaskan kasus rumit kurangdari dua
minggu, tanpa bantuan dari luar negeri.
Hasil yang telah dicapai BATAN dalam teknologi biomedika
dan kedokteran nuklir antara lain : Teknik Fluorescence in situ
hybridization (FISH) multi probe untuk analisis sitogenetik; teknik
deteksi Biomarker Proliferasi (NOR, Ki-67) pada Sel Kanker untuk
prediksi respon sel kanker terhadap radiasi; bahan vaksin malaria
dengan radiasi gamma; metoda diagnosis infeksi Helicobacter Pylori
pada penderita dyspepsia, gagal ginjal, dan sirosisi hati; metoda
deteksi resistensi M.Tuberculosis terhadap obat anti TB; teknik
pemeriksaan Mikroalbuminia (MA)-Radioimmunoassay (RIA) untuk
deteksi dini nefropati diabetik (ND) pada diabetes melitus (DM);
teknik pemeriksaan limfoskintigrafi pada sumbatan kelenjar limfe
menggunakan kit Sulphur Colloid; teknik deteksi hipotiroid pada
kehamilan dan neonatus (bayi baru dilahirkan) secara in vitro; teknik
pengendalian vektor penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
(Aedes aegypti) dan Malaria (Anopheles sp) dengan Teknik Serangga
Mandul (TSM); teknik deteksi Human Immunodefiency Virus (HIV),
Hepatitis B Virus (HBV) dan Hepatitis C Virus (HCV) berdasarkan
DNA dengan teknik biologi molekuler berbasis nuklir; serta teknik
analisis aktivasi neutron (AAN) untuk penentuan kandungan
mikronutrisi dan konsentrasi unsur runutan tertentu pada sampel
manusia dan lingkungan.
Selain itu BATAN telah mampu mengembangkan:teknologi
produksi kit radiofarmaka untuk diagnose penyakit secara in vivo;
teknologi produksi kit RIA / immunoradiometric assay (IRMA) untuk
diganosa penyakit secara in vitro; teknologi produksi radiofarmaka
terapi; teknologi produksi generator radionuklida diagnose dan terapi
serta sumber tertutup untuk brachytherapy penyakit kanker. Produk
6 - 11

radioisotop dan radiofarmaka hasil litbang BATAN antara lain: Kit


MIBI (diagnostik perfusi jantung), kit HMPAO (diagnostik perfusi
otak), Kit DTPA (fungsi ginjal), Kit MDP (diagnosis kanker tulang),
Kit RIA Hepatitis B-(125I) (deteksi hepatitis B, HBs Ag dan anti
HBs), Na 131I (terapi kanker thyroid), 192Ir hair pin dan single pin
yang digunakan pada brachyterapi (terapi kanker sebagai radiasi
eksterna), dan I-125 seedbrachyterapy untuk penanganan kanker
prostat, yaitu sebagai sumber radiasi tertutup yang dapat ditanamkan
ke dalam jaringan kanker. Perekayasaan perangkat nuklir untuk
aplikasi medik dan radiofarmaka yang dikembangkan seperti:
Perangkat Renograf untuk diagnosis fungsi ginjal; Tyroid up take
untuk analisis fungsi kelenjar gondok; Perangkat Brakiterapi untuk
terapi penyakit (kanker); serta Pesawat Sinar-X untuk berbagai
kebutuhan diagnosis medis.
Penguasaan rekayasa genetika oleh LIPI juga berkembang
dengan pesat. Pemindahan gen penyandi protein teurapeutik
(erythropoetin hEPO) ke dalam ragi roti semakin memperlihatkan
hasilnya. Demikian juga dengan produksi vaksin serta pencarian
bahan baku obat malaria, artimisinin, dari sumberdaya alam. Satu
molekul aktif untuk perbaikan pembuluh darah dan penyembuhan
penyakit jantung berhasil diidentifikasi dari daun sukun, dan kini
dalam tahap uji coba.
BPPT telah berinisiatif untuk melaksanakan kegiatan Program
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Produksi Obat Generik
Turunan Beta-laktam untuk membangun kemandirian nasional di
bidang obat. Program ini meliputi kegiatan pengkajian teknologi
produksi Penisilin G, 6-APA dan Sintesa Amoksisilin serta kegiatan
advokasi untuk mendorong berdirinya industri bahan baku
antibiotika kepada stakeholder terkait seperti Kementerian
Kesehatan, Kementerian Perindustrian, Bappenas dan BKPM, serta
industri farmasi, baik BUMN maupun industri swasta nasional.
BPPT secara aktif juga menjalankan peran intermediasi, Technology
Clearing House dan pengkajian teknologi. Tahun 2010 telah
menghasilkan prototipe galur mikroba kapang Pennicillium
chrysogenum penghasil Pennicillin G dengan produktivitas mencapai
3,000 mg/L pada skala laboratorium.
Dalam
6 - 12

bidang

Teknologi

Informasi

dan

Komunikasi,

penerapan model implementasi (migrasi) perangkat lunak berbasis


Open Source Software (OSS) telah dilakukan di beberapa provinsi
diantaranya yaitu Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat, Jawa
Tengah, Jawa Barat, Jambi, Kepulauan Riau, Sumatera Utara. Selain
itu, telah disusun Grand Design Sistem Administrasi Kependudukan
(SAK) berisi analisis kondisi saat ini, isu strategis dan alternatif
solusi SAK, Grand design SAK (GDSAK), rencana implementasi
GDSAK, tata kelola TIK, dan pendanaan penerapan GDSAK. Untuk
implementasi SAK di tahun 2011 telah disusun Spesifikasi Perangkat
Keras, Perangkat Lunak dan Blanko KTP berbasis NIK secara
nasional. Untuk kegiatan WIMAX di Puspiptek Serpong sebagai
kawasan uji coba lapangan teknologi BWA yang bebas frekuensi,
telah dilakukan: (a) perbaikan sistem anti petir pada menara BTS dan
ruang NOC; (b) melakukan uji coba teknologi WIMAX standar IEE
802.16e kerjasama dengan PT Xirka dan BPPT; (c) melakukan kajian
uji coba Inter Operability Test (IOT) untuk teknologi WIMAX; (d)
indikator teknologi BWA dalam proses penyempurnaan; (e) membuat
prototipe repeater fixed broadband.
LIPI telah melakukan rancang bangun siaran televisi analog
dan digital untuk memperluas penyebaran Informasi dan telah
banyak diinstalasi stasiun relay TV analog terutama didaerah
perbatasan dengan negara lain. LIPI juga melakukan kajian dan
pengukuran tentang electromagnetic compatibility (EMC) serta
pembuatan berbagai antena untuk telekomunikasi. LIPI telah
menghasilkan sebuah software open source (Distro Nusantara IGN
2009) beserta sejumlah aplikasi perkantoran, perangkat komunikasi
tersandi, modul pengakses komunikasi wireless broadband, dan
beberapa aplikasi mobile. Pada tahun 2010, software ini sudah
dipakai Pemda Banyuasin, Bappeda Padang, dan diunduh lebih dari
2.600 pengguna.
Penggunaan CNS/ATM berbasis satelit dan teknologi digital
telah disepakati oleh negara negara anggota International Civil
Aviation Organization (ICAO) pada 10thAir Navigation Conference
1991 di Montreal, Canada, yang digunkaan untuk mengantisipasi
peningkatan jumlah penerbangan di seluruh dunia agar tetap
aman/selamat, efficient, seamless, global dan environmental friendly.
Pengujian teknologi CNS/ATM sesuai standard penerbangan
6 - 13

internasional dan rekomendasi peningkatan kategori jalur


penerbangan menjadi Performance Based Navigation (PBN). Pada
tahun 2010 telah dilaksanakan kegiatan bersama pihak Dirjen
Perhubungan Udara dan PT. Angkasa Pura, yaitu: Assessment radar
Banda Aceh dan ATC automation Medan, pengumpulan data dan
route assessment pada sejumlah unit ATC dan fasilitas pendukung
termasuk VHF-ER sepanjang route A576 serta kegiatan Traffic
Sample Data Analysis dan Data Collection di MATSC, Makassar
dalam rangka rencana tindak program implementasi PBN di
Indonesia. Indonesia dituntut segera mengimplementasikan teknologi
CNS/ATM tersebut untuk menjaga kedaulatan Indonesia agar tetap
mempunyai wewenang pengelolaan ruang udaranya. Wewenang ini
dapat dicabut oleh ICAO jika Indonesia dianggap tidak mampu
memberikan jaminan keselamatan bagi pesawat yang terbang di atas
ruang udaranya.
BPPT telah menghasilkan Perisalah. Perisalah adalah sistem
pembuat risalah dan resume pertemuan menggunakan teknologi
pengenal wicara (speech recognition) dan peringkas dokumen
(document summarization) dengan bahasa Indonesia. Perisalah
merekam suara percakapan manusia dan merubahnya langsung
menjadi teks secara real time, runut sesuai jam, menit dan detiknya.
Hal ini memberikan berbagai kemudahan yakni dapat diketahui
kapan, siapa dan apa yang dibicarakan dalam suatu pertemuan.
Perisalah juga dapat melakukan transkripsi beberapa pertemuan
sekaligus. Perisalah menjadi solusi bagi kecepatan, ketepatan,
keamanan dan kemudahan pembuatan risalah dan resume pertemuan.
Perisalah juga sudah diterapkan di Mahkamah Konstitusi.
Dalam Bidang Transportasi, telah dikembangkan Computer
Based Interlocking (CBI) bekerjasama dengan LPNK terkait, PT.
LEN, serta Kementerian Perhubungan dalam rangka meningkatkan
kemandirian teknologi dan industri di bidang persignalan Kereta Api.
Program ini merupakan upaya Kementerian Ristek mengembangkan
model sinergi pemerintahlembaga risetindustri melalui konsorsium
riset dengan pendekatan kebutuhan pasar (dikoordinasikan oleh
Kementerian Perindustrian) untuk menghasilkan prototipe-prototipe
yang dapat mensubstitusi import untuk meningkatkan kemandirian
teknologi dan industri di bidang persignalan Kereta Api.
6 - 14

Bodi pada kapal, ternyata menjadi hambatan terbesar kapal


yang mempengaruhi konsumsi bahan bakar. Besaran gaya gesek
yang terjadi pada badan kapal, menyebabkan besarnya gaya
hambatan badan kapal. Penerapan teknologi air lubrication ini
adalah agar penggunaaan bahan bakar pada kapal dapat
diminimalkan, namun tetap tidak mengurangi kecepatan kapal itu
sendiri. Dengan kata lain, kapal ini akan hemat dalam penggunaan
konsumsi energi bahan bakar. Karena dengan menggunakan air
lubrication, konsumsi bahan bakar dapat ditekan sebanyak 30% dari
kondisi biasanya. Upaya dari penghematan bahan bakar masih terus
dilakukan dengan memperbaiki sistem pelumasan udara dengan
meningkatkan tekanan yang disemprotkan. Hal ini didasari oleh hasil
uji model di kolam yang menunjukkan bahwa semakin tinggi
tekanan udara yang disemprotkan maka akan meningkatkan
penurunan gaya tahanan total model kapal.
Dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan, melalui kerja
sinergi dengan Kementerian Pertahanan, Lembaga Penelitian
Pengembangan yaitu BPPT dan LAPAN, Perguruan Tinggi (ITB,
ITS), serta BUMN yaitu PT. Dirgantara Indonesia, PT. PINDAD dan
PT. LEN, telah berhasil melakukan perencanaan (road-mapping)
roket peluru kendali, rancang bangun, rekayasa dan peluncuran roket
yang disebut roket D-230 (Dirgantara berjarak tembak 20 s/d 30
km). Roket berkaliber 122mm jenis balistik telah diuji coba
peluncurannya di Pandanwangi Jawa Timur dan Baturaja Sumatera
Selatan. Roket D-230 kaliber 122mm ini telah berhasil
diterbangkan dengan jarak terbang 14,15 km untuk single stage dan
1820 km untuk yang double stage.
Kerjasama sinergi antar pemangku kepentingan ini telah
menghasilkan Blueprint disain enjinering, pembuatan protoype,
pelaksanaan uji statik dan uji terbang secara berkesinambungan
sehingga mencapai keandalan yang diinginkan. Dengan keberhasilan
ini, kemudian Kementerian Pertahanan mengadopsi roket tersebut
dan diberi nama R-Han 122, dimana saat ini sedang dilakukan
proses sertifikasi untuk dimanfaatkan sebagai arsenal TNI melalui
program 1.000 roket. Sebagai tindaklanjutnya telah dilakukan
penandatanganan LOI (Letter of Intent) produksi R-Han 122 oleh
Kementerian Pertahanan dan PT. Dirgantara Indonesia (sebagai
6 - 15

industri pertahanan nasional yang ditunjuk memproduksi roket


tersebut).
Penelitian dan pengembangan teknologi peroketan selanjutnya
diarahkan untuk pengembangan roket jarak jelajah yang lebih jauh
lagi, untuk roket balistik D-230 sampai dengan 40 km, serta dalam
rangka program penguasaan teknologi kendali (guided) untuk roket
yang mempunyai daya jelajah 200300 km.
LAPAN melakukan program pemanfaatan industri strategis
untuk keperluan pertahanan yaitu: i) Pengembangan Roket Untuk
Alutsista (Kerjasama dengan TNI, Dephan, KRT, LEN, PT. Pindad).
Untuk roket pertahanan yang sudah dikembangkan oleh LAPAN
adalah RX-122 dengan jarak jangkau 14 km dan 20 km, RX-200
dengan jarak jangkau 3040 km, dan roket kendali RKX-200. ii)
Kemandirian Dalam Produksi Bahan Baku Utama Roket (Propelan).
Saat ini telah dihasilkan bahan baku propelan dengan komponen
lokal 80%. iii) Penyediaan citra satelit pada Wilayah Perbatasan Dan
Pulau Kecil / Terluar. Penyiapan proses harmonisasi RUU
Keantariksaan dan iv) Penyiapan proses harmonisasi RUU
Keantariksaan.
Radar Pengawas Pantai Isra (Indonesian Sea Radar) yang
dikembangkan LIPI untuk memonitor pergerakan kapal-kapal laut,
sehingga dapat meningkatkan kemampuan dalam mengamankan
wilayah perairan RI. Radar ini telah dipasang dan di uji coba di
daerah Cikoneng, Banten. Berbagai inovasi telah dilakukan untuk
mengurangi ketergantungan komponen/modul dari luar negeri dan
untuk produksinya telah dijalin kerjasama dengan PT. INTI.
Perancangan sistem dan metode pengujian EMC
(Electromagnetic Compatibility) untuk peralatan telekomunikasi
hankam telah dilakukan. LIPI juga mengkaji kelayakan metode
Advanced Oxidation Processes (AOP) untuk pengolahan limbah cair
produksi khususnya bahan peledak. Untuk membantu para prajurit
dalam memanfaatkan tumbuhan Indonesia sebagai pangan dan obat
herbal darurat (field survival), maka LIPI telah merintis adanya
fasilitas koleksi tumbuhan untuk survival dalam bentuk Arboretum di
situs laboratorium Nubika (Nuklir-Biologi-Kimia) Direktorat Zeni
Angkatan Darat. Manuskrip untuk buku panduan yang
6 - 16

mendeskripsikan sebanyak 42 jenis tumbuhan juga telah dibuat.


Database informasi jenis tumbuhan untuk survival sebagai
referensi/buku panduan juga dikembangkan.
BPPT mengembangkan Pesawat Udara Nir Awak (PUNA)
untuk berbagai keperluan pemantauan dari udara, seperti pemetaan,
pemantauan kebakaran hutan, mitigasi bencana, pencarian korban
hingga keperluan militer. PUNA sendiri nantinya akan membawa
terbang berbagai peralatan seperti kamera, alat pengintai dan
sejenisnya. Kegiatan Rancang Bangun PUNA ini masih dilanjutkan
dengan pengembangan PUNA tipe Sriti dengan bobot 6,5 kg dan luas
jangkauan 10 km. Pengoperasian dalam jangka waktu yang sangat
lama dapat meliputi patroli rutin perbatasan negara, patroli kelautan,
pengamatan lalu lintas, dan lain-lain.
PUNA tipe Sriti berbahan bakar metanol seperti yang dipakai
di pesawat aeromodelling. Jarak pengendalian maksimum Sriti
adalah 45 km. Pengendalian pesawat menggunakan ground control
station (GCS). GCS terdiri dari remote control yang digunakan saat
lepas landas dan mendarat. Saat di udara, Sriti bergerak autonomus,
sesuai titik-titik yang telah ditentukan di komputer. Dengan
pengendalian dari jarak jauh, PUNA mampu mengerjakan berbagai
misi tanpa terhambat oleh keterbatasan manusia, antara lain,
pengoperasian pada daerah yang berbahaya bagi manusia,
pengoperasian dalam jangka waktu yang sangat lama, pengoperasian
pada kondisi terbang yang lebih murah dan minim resiko terhadap
ancaman keselamatan awak.
Pengoperasian pada daerah yang berbahaya bagi manusia
dapat meliputi garis depan pertempuran, daerah yang terkena
bencana alam (misalnya gunung berapi yang tengah aktif), daerah
kebakaran hutan, daerah yang terkena kebocoran radiasi nuklir atau
bahan kimia beracun, dan lain-lain. PUNA buatan BPPT ini
merupakan pesawat pengintai dari udara yang dilengkapi kamera
digital mini untuk memotret kejadian di lapangan (darat dan laut).
Diharapkan dengan adanya PUNA hasil rekayasa Indonesia sendiri
ini bisa digunakan sebagai pendukung keamanan nasional, jadi tidak
harus dibeli dari luar negeri.
Dalam Bidang Material Maju, telah dilakukan pendayagunaan
6 - 17

inovasi iptek nanoteknologi sistem membran tanpa listrik dalam


pengolahan air bersih siap minum. Prototype alat ini telah berhasil
dibuat (ITB) dan dalam proses sertifikasi. Selain itu pengembangan
teknologi produksi Nanopartikel ZnO dan logam Nikel paduan dari
bahan baku lokal telah mulai dikembangkan untuk mendukung
industri nasional.
Secara bersamaan pada beberapa tahun terakhir ini sedang
dikembangkan pembuatan ingot sampai dengan wafer silicon
Polikristal untuk industri sel surya skala laboratorium yang
dilakukan oleh LPNK Ristek (LIPI dan BPPT). Selain itu BPPT juga
sedang mengembangkan material untuk penyimpanan Hidrogen, dan
bahan komponen sel bahan bakar (fuel cell). Beberapa produk telah
dihasilkan dan diuji coba, antara lain material baru hidrogel penyerap
air dan silika termodifikasi untuk pemisahan logam berat; pembuatan
baju tahan peluru, perekat kayu rendah emisi formaldehida berbasis
lateks karet alam. Pembuatan material nanopartikel yang telah
didaftarkan patennya. Modul untuk perguruan tinggi dan lembaga
litbang juga telah dikomersialkan.
Performa teknologi terus ditingkatkan untuk mempermudah
kehidupan manusia, dan saat ini perkembangan teknologi telah
mencapai resolusi nanometer (10-9m), yang kemudian dikenal
dengan nanoteknologi. Kemampuan mengolah materi di tingkat
molekul dan atomik akan membawa manusia memasuki ranah yang
sarat berbagai peluang tak terbayangkan sebelumnya. Aplikasi
nanoteknologi dirasakan manfaatnya di segala sektor kehidupan, baik
itu IT-elektronik (handphone, komputer, dst), tekstil (pakaian anti
bau dst), lingkungan (water purification dst), pangan (food
packaging), kesehatan (pengobatan kanker), kosmetik (pelindung
kulit dari ultraviolet), energi (high efficiency solar cell, fuel cell) dan
bidang industri kimia. Kemampuan di wilayah nanoteknologi ini
perlu dibuka dan untuk tujuan ini, BPPT menginisiasi rekayasa
mikroskop nano (nanoskop) jenis atomic force microscope untuk
mengamati permukaan material burukuran nanometer. Nanoskop ini
dikembangkan berbasis teknologi sensor jarum lancip yang mampu
mendeteksi parameter fisika gaya antar atom yang sangat lemah. Jika
mikroskop optik bekerja seperti mata dengan kekuatan lensa yang
istimewa, nanoskop ini bekerja seperti jemari dengan daya raba yang
6 - 18

luar biasa.

BIDANG-BIDANG LAIN
a.

Lingkungan Hidup

Dalam bidang ini pengembangan kebun raya, LIPI telah


melakukan pengembangan kebun raya daerah sebagai pusat
konservasi ex-situ, dalam bentuk terkoleksinya 848 nomor koleksi
tumbuhan untuk pengkayaan koleksi, terpeliharanya bibit hasil
eksplorasi, teranamnya bibit hasil kegiatan pembibitan pada tahun
sebelumnya di kebun/lapangan, Terbangunnya taman tematik di 2
kebun raya prioritas (Kebun Raya Balikpapan dan Kebun Raya
Baturaden) .
Dalam bidang pengembangan sistem informasi dan
penelitian kerusakan terumbu karang, LIPI telah melakukan studi
Benefit Monitoring and Evaluation (BME) terbagi atas: BME
kesehatan terumbu karang yang bertujuan untuk memonitor
kesehatan terumbu karang di lokasi Coral Reef Rehabilitation and
Management Program (COREMAP) dan BME sosial ekonomi
bertujuan mengkaji pelaksanaan dan manfaat COREMAP bagi
masyarakat. Studi menunjukkan hasil yang positif seperti: kenaikan
persentase tutupan karangnya antara 0,08-5,64% di wilayah Provinsi
Riau (Batam, Bintan, Lingga, Natuna, Nias dan Mentawai) dan di
Indonesia bagian timur pada wilayah Pangkep, Raja Ampat, Sikka
dan Selayar sebesar 3,15 7,19%.
Disamping itu dalam bidang kebencanaan, LIPI telah melatih
masyarakat pesisir melakukan evakuasi mandiri saat terjadi bencana
tsunami. Metoda evakuasi mandiri ini telah disebarkan dan
disosialisasikan baik secara langsung maupun melalui media ke
masyarakat serta melalui buku panduan sebagai bahan ajar di
sekolah. Metoda ini telah diujicobakan dengan melibatkan peserta
dari unsur TNI, Pemerintah Daerah, LIPI, Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika (BMKG), TNI Angkatan Laut (AL),
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Koordinator Kesejahteraan
Rakyat (Kemenkokesra), dan Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) di Citeko Bogor, dan Tanjung Pasir Tangerang.
6 - 19

Penelitian terpadu antara LIPI, Institut Teknologi Bandung (ITB),


BMKG dan Badan Geologi tentang kemampuan mengenal gempa
bumi, tsunami, liquifaksi dan bencana lainnya seperti tanah longsor
di daerah Sumatera telah menambah pengetahuan kita tentang gejala
alam tersebut. Disamping itu, telah berhasil dikembangkan unit
pengolahan air kotor menjadi air bersih dan layak minum yang
bersifat mobile dengan kapasitas 10 s/d 20 liter/menit. Unit ini dapat
digunakan di daerah bencana.
Dalam hal pemantauan dalam usaha penanggulanan bencana,
telah dilakukan rancang bangun Satelit mitigasi bencana satelit
LAPAN-A2 dan LAPAN-ORARI. Satelit kembar ini dirancang untuk
memantau wilayah Indonesia yang sangat berguna dalam usaha
penanggulangan bencana karena dapat menghasilkan foto daratan
dan dilengkapi dengan sistem komunikasi, ke 2 (dua) satelit di atas
direncanakan akan di luncurkan pertengahan pada tahun 2012. Selain
itu telah dihasilkan data/informasi hasil litbang berbasis dari satelit
melalui website SIMBA LAPAN (Pemantauan hot spot untuk
penanggulangan kebakaran hutan). Di samping itu, juga telah
disediakan data satelit penginderaan jauh untuk pemetaan wilayah
perbatasan RI dan pemetaan pulau- pulau kecil terluar berbasis data
citra satelit; Penyediaan data satelit penginderaan jauh untuk
pemetaan Wilayah Perbatasan RI Dengan Malaysia, PNG, Timor
Leste dan Filipina pada 2010 dengan berkerjasama antara LAPAN,
DEPDAGRI, TNI, BIN, dan Pemda.
b.

Standardisasi

Pengembangan standardisasi nasional oleh BSN mencakup


kegiatan
perumusan
kebijakan
pengembangan
standar,
pengembangan SNI, pengembangan sumber daya perumusan SNI,
harmonisasi SNI dengan standar internasional, kaji ulang dan
harmonisasi SNI dalam rangka ASEANChina Free Trade Area
(ACFTA), penelitian, pengkajian dan survey di bidang standardisasi,
publikasi hasil penelitian dan pengembangan standardisasi,
pengembangan dan implementasi kerjasama standardisasi di tingkat
nasional, bilateral, regional dan multilateral, penguatan fungsi
Notification Body dan Enquiry Point, kerjasama standardisasi dalam
6 - 20

negeri dengan Pemerintah Daerah, pemasyarakatan dan promosi


standardisasi nasional, perluasan akses masyarakat dalam proses
standardisasi, edukasi publik di bidang standardisasi, pengembangan
pendidikan dan pelatihan standardisasi, penguatan jaringan informasi
standardisasi, pengembangan sumber daya informasi standardisasi,
pendayagunaan
sistem
informasi
standardisasi
nasional,
pengembangan kebijakan penerapan SNI, penguatan fungsi
Designating Body&Member Body IEC EE, pengembangan
kompetensi lembaga penilaian kesesuaian, penyelenggaraan uji
profiensiensi antar laboratorium secara nasional, penyempurnaan
sistem metrologi nasional, perluasan lingkup kalibrasi dan
pengukuran lembaga metrologi nasional, pemberlakuan dan
penerapan standardisasi, insentif industri dalam penerapan SNI,
fasilitasi penerapan SNI yang diadopsi menjadi regulasi teknis,
monitoring dan evaluasi integritas penerapan SNI, pelaksanaan
Kesekretariatan Codex Contact Point Indonesia, pengkajian dan
penyusunan peraturan serta pengelolaan informasi dan dokumentasi
perundang-undangan bidang standardisasi, pengembangan sumber
daya manusia di bidang standardisasi, pembinaan dan pengembangan
kehumasan serta reformasi birokrasi.
Kaji ulang dan harmonisasi SNI dilakukan untuk
mengantisipasi perjanjian China ASEAN Free Trade Agreement
(CAFTA) yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk
nasional, BSN telah melakukan identifikasi terhadap produk
nasional yang terkait dalam pasar bebas CAFTA, terdiri dari 11
sektor prioritas, yaitu : baja, aluminium, elektronika dan kelistrikan,
makanan dan minuman, tekstil dan produk tekstil, alas kaki,
petrokimian, mesin dan perkakas, hasil pertanian dan perkebunan,
mainan anak, dan plastik.
Dalam rangka implementasi Kerjasama dengan Perguruan
tinggi untuk pengembangan pendidikan standardisasi, pada tahun
2010 BSN telah melaksanakan pembekalan/Training for trainer
kepada dosen dan instruktur pelatihan bidang standardisasi di 9
Perguruan Tinggi yaitu Institut Teknologi Surabaya (ITS),
Universitas Trisakti, Univesitas Islam Indonesia (UII), Universitas
Udayana (UNUD), Universitas Sriwijaya (UNSRI), Universitas
Sumatera Utara (USU), Universitas Indonesia (UI), Universitas
6 - 21

Nasional (UNAS) dan


Universitas Hasanuddin (UNHAS).
Implementasi perluasan akses masyarakat dalam proses standardisasi
pada tahun 2010 dilakukan dengan cara meningkatkan jumlah dan
partisipasi aktif masyarakat standardisasi dalam pengembangan dan
perumusan SNI, meningkatkan jejaring kerjasama masyarakat
standardisasi yang mandiri sebagai mitra BSN dalam kegiatan
standardisasi, meningkatkan keterlibatan masyarakat konsumen
dalam kegiatan standardisasi melalui fasilitasi partisipasi aktif dalam
ISO/COPOLCO
serta
penyelenggaraan
pertemuan
untuk
meningkatkan partisipasi industri dan konsumen dalam kegiatan
standardisasi di 5 kota (Yogyakarta, Semarang, Surabaya,
Palembang, dan Bandung).
Peningkatan kesadaran masyarakat akan standardisasi
dilaksanakan dengan menyediakan informasi yang mudah diakses
dan tanpa biaya melalui website BSN, yang memuat unduh gratis
SNI, perpustakaan digital, E-Learning dan E-book. Di samping itu
telah dilakukan penyusunan publikasi serta pelaksanaan sosialisasi
dan pameran dalam bentuk digital exhibition, presentasi, training,
seminar dan sidang secara virtual melalui internet.
Dalam rangka meningkatkan ketersediaan lembaga penilaian
kesesuaian yang mencakup laboratorium, lembaga inspeksi dan
lembaga sertifikasi yang kompeten untuk penerapan SNI, BSN telah
melakukan kegiatan pengembangan kebijakan penerapan SNI,
penguatan fungsi BSN sebagai designating body dan member body
IEC EE, pengembangan potensi lembaga penilaian kesesuaian
(LPK), penyelenggaraan uji profisiensi laboratorium secara nasional,
penyempurnaan sistem metrologi nasional, perluasan lingkup
kalibrasi dan pengukuran lembaga metrologi nasional serta
dukungan penerapan standar bidang laboratorium dan lembaga
inspeksi.
Dalam rangka mencapai ASEAN single market maka forum
regional ASEAN telah mencapai kesepakatan di bidang produk
kelistrikan melalui EE-MRA untuk melakukan harmonisasi standar
antar negara ASEAN. BSN sebagai Degination Body yang
bertanggung jawab terhadap updating listed CABs (Product
certification bodies and Testing laboratories) untuk di informasikan
ke negara ASEAN melalui sekretariat ASEAN,
melakukan
6 - 22

koordinasi secara intensif dengan para pemangku kepentingan di


Indonesia untuk melaksanakan tugas tersebut.
Dalam rangka memelihara kompetensi laboratorium yang
diakreditasi oleh KAN, telah dilakukan penyelenggaraan Uji
Profisiensi laboratorium secara Nasional untuk 6 komoditi yaitu
Mikrobiologi biakan beku kering, Pangan (minuman serbuk), Crude
palm oil (CPO), Penyakit benih tanaman, Pupuk (NPK dan DAP)
dan tanah. Kegiatan Uji Profisiensi laboratorium diikuti oleh 250
laboratorium yang tersebar di seluruh Indonesia.Dalam rangka
Penerapan Standar Bidang Laboratorium dan Lembaga Inspeksi telah
dihasilkan 87 laboratorium dan lembaga inspeksi baru yang
diakreditasi.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan dan sistem
manajemen KAN di bidang lembaga sertifikasi telah dikembangkan
skema akreditasi Lembaga Penilaian Pengelolaan Hutan Produksi
Lestari (LP PHPL), skema akreditasi Lembaga Sertifikasi Produk
dan skema Akreditasi Sektor Baja dalam mendukung CAFTA serta
pengembangan asesor sebanyak 60 asesor, mencakup 22 asesor
akreditasi bidang Pengelolaan Hutan Produksi Lestari (PHPL) dan
Verifikasi Legalitas Kayu (VLK), 18 asesor akreditasi bidang
Lembaga Sertifikasi produk, dan 20 asesor akreditasi bidang Sistem
Manajemen Keamanan Informasi (SMKI) .

c.

Pengawasan Tenaga Nuklir

Dalam hal pengawasan keselamatan nuklir, BAPETEN


menjalin kerja sama yang erat dengan NRC dan DOE (Amerika
Serikat); ARPANSA dan ASNO (Australia); KINS (Korea Selatan);
NISA dan JNES (Jepang); dan CNSC (Kanada). Komunitas Uni
Eropa dan Organisasi OECD juga memberikan bantuan khusus
kepada BAPETEN, utamanya dalam kesiapan Pemerintah RI untuk
menjamin keselamatan PLTN di Indonesia.
Selain itu, jejaring regional dan multilateral juga tidak kalah
pentingnya. BAPETEN berperan penting dalam Asian Nuclear Safety
Network (ANSN) dalam hal mendukung pencapaian keselamatan
nuklir regional. BAPETEN juga membidani lahirnya Asia-Pacific
6 - 23

Safeguards Network (APSN) untuk menjamin perdamaian regional


dan kerja sama untuk memastikan pemanfaatan tenaga nuklir untuk
tujuan damai. Pemerintah RI, yang diwakili oleh BAPETEN, juga
meningkatkan kerja sama teknis dengan International Atomic Energy
Agency (IAEA), baik dalam aspek keselamatan (safety), keamanan
(security) dan kedamaian (safeguards).
BAPETEN juga memperhatikan pencemaran radiasi yang
diakibatkan dari kegiatan pertambangan, yang kemudian disebut
dengan Technologically Enhanced Naturally Occuring Radioactive
Materials (TENORM). Limbah TENORM banyak dihasilkan dari
industri fosfat, timah, dan migas, dan menghasilkan paparan radiasi
yang serius terhadap pekerja, penduduk dan lingkungan sekitar.
d.

Kemasyarakatan dan Kemanusiaan

Pada tahun 2010 LIPI melakukan beberapa kegiatan penelitian


yang mengacu pada program strategis dan prioritas nasional.
Berbagai penelitian tersebut sesuai dengan kompetensi dari masingmasing satuan kerja di lingkungannya. Beberapa hasil penelitian
tersebut adalah:
a.

Kajian Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Tentang


Ketenagakerjaan
merupakan kerjasama LIPI dengan
Kementerian Tenaga Kerja. Atas rekomendasi yang dihasilkan
tim kajian ini, tim pengkaji saat ini melakukan sosialisasi hasil
kajian kepada pihak stakeholders terkait, yaitu kelompok
pekerja yang terwadahi dalam serikat pekerja, dan juga
kelompok pengusaha (asosiasi). Dari kegiatan sosialisasi
tersebut diharapkan dapat menghasilkan kertas posisi dari
masing-masing kelompok stakeholders sebagai bahan
pertimbangan untuk melakukan penyempurnaan undangundang terkait.

b.

Rekomendasi untuk peningkatan kesejahteraan keluarga tenaga


kerja Indonesia (TKI) melalui pemanfaatan remitansi.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa remitansi
yang dikirim oleh TKI berdampak positif terhadap
kesejahteraan keluarga mereka, disamping untuk daerah asal.

6 - 24

Agar remitansi dapat dimanfaatkan secara optimal, diperlukan


keterlibatan berbagai pihak dalam pengelolaannya, tidak hanya
pemerintah melainkan juga lembaga-lembaga non pemerintah.
c.

Rekomendasi
untuk
penyusunan
Memorandum
of
Understanding (MoU) tentang perlindungan TKI di Negeri
Belanda. Rekomendasi ini berdasarkan hasil penelitian tahun
2010 tentang permasalahan yang dihadapi oleh TKI di
Belanda. Fakta menunjukkan bahwa posisi tawar TKI di
Belanda masih lemah karena belum ada payung hukum yang
melindungi kepentingan mereka secara secara optimal. Karena
itu perlu adanya MoU yang mengatur hak dan kewajiban para
pekerja migran Indonesia di negara tersebut.

d.

Rekomendasi untuk penyusunan kebijakan perencanaan tenaga


kerja menghadapi ledakan penduduk usia kerja. Proporsi
penduduk usia kerja mengalami peningkatan sepanjang waktu.
Kelompok ini berpotensi meningkatkan angka pengangguran
jika kesempatan kerja yang tersedia tidak dapat menampung
mereka. Untuk itu diperlukan perencanaan ketenagakerjaan
agar angkatan kerja yang mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun dapat tertampung di pasar kerja.

e.

Rekomendasi untuk pengembangan industri bioetanol. Selama


ini kebijakan pemanfaatan bahan bakar nabati, termasuk
bioetanol, belum efektif. Teknologi produksi yang ada selama
ini belum terlalu efisien sehingga harga produk akhir menjadi
relatif mahal. Untuk itu perlu diupayakan inovasi teknologi
yang lebih maju.

f.

Model penyelesaian dan pencegahan konflik di Indonesia.


Penelitian yang dilakukan sejak tahun 2009 ini dilandasi oleh
realitas jumlah dan besaran konflik vertikal dan horizontal
dengan kekerasan di Indonesia secara umum mengalami
peningkatan semenjak jatuhnya pemerintahan otoriter Orde
Baru pada akhir tahun 1990-an. Kajian ini telah menghasilkan
satu model yang menekankan pada penyelesaian dan
pencegahan konflik secara damai di Indonesia.

Disamping melakukan kegiatan penelitian, pengembangan dan


penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, LIPI juga melakukan
6 - 25

kegiatan telaah buku terkini untuk disampaikan sebagai bahan


masukan pada sidang kabinet. Beberapa buku yang telah ditelaah
diantaranya adalah: The End of The Free Market - Who Wins the
War Between States and Corporation serta Crisis Economics A
Crash Course In the Future of Finance.

6.3.

TINDAK-LANJUT YANG DIPERLUKAN

Arah kebijakan Kementerian Riset dan Teknologi kedepan


adalah bagaimana menjawab 3 (tiga) permasalahan mendasar seperti
yang dijelaskan sebelumnya. Kementerian Riset dan Teknologi
memiliki kontribusi dalam mengatasi permasalahan mengenai (i)
rendahnya kemampuan sisi litbang dalam menyediakan solusi-solusi
teknologi serta (ii) mengupayakan integrasi antara penyedia dan
pengguna teknologi melalui berbagai kebijakan sebagai berikut:

Kementerian
Riset
dan
Teknologi
berupaya
menumbuhkembangkan motivasi, memberikan stimulasi dan
fasilitasi, serta menciptakan iklim yang kondusif guna
terwujudnya Sistem Inovasi Nasional (SINas) dengan: a)
Kelembagaan iptek yang efektif, b) Sumberdaya iptek yang
kuat, c) Jaringan antar-kelembagaan iptek yang saling
memperkuat (mutualistik), d) Relevansi dan produktivitas
iptek yang tinggi, dan e) Pendayagunaan iptek yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.

Dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Riset dan


Teknologi 2010-2014, peningkatan produktivitas dan
peningkatan kontribusi iptek dalam pembangunan nasional
menjadi dua hal yang saling berkaitan yang tidak bisa dipisahpisahkan. Produktivitas litbang kita hanya akan meningkat
apabila hasilnya didayagunakan secara maksimal, sebaliknya
pendayagunaan hasil litbang juga akan mengalami stagnasi
apabila produktivitas tidak meningkat. Untuk menjembatani
dua sisi tersebut, akan diupayakan secara maksimal apa yang
disebut penciptaan nilai atau produk, value creation atau
product development berbasis iptek hasil litbang.

6 - 26

Dalam rangka penguatan SINas, langkah-langkah yang akan


dilaksanakan hingga tahun 2014 secara garis besar adalah:

Tahun 2010-2011: Pembangunan dasar Sistem Inovasi


Nasional
melalui:
penyusunan
Renstra
2010-2014,
reorganisasi Kementerian Ristek, program insentif penelitian
ristek, program implementasi Sistem Inovasi Nasional dan
Daerah, program penguatan dan peningkatan mutu
infrastruktur penelitian, program pengembangan SDM,
program gerakan inovasi teknologi bagi pemuda dan
mahasiswa, serta program penggalakan perolehan HAKI.

Tahun 2011-2013: Implementasi Sistem Inovasi Nasional


melalui program-program realisasi secara nasional dan daerah
secara masif di seluruh tanah air dengan memanfaatkan
potensi daerah yang terintegrasi dengan inovasi teknologi,
terus mengokohkan pembangunan SDM dan infrastruktur
inovasi seperti Science and Technology Park, serta program
bersama lintas kementerian untuk mendukung Sistem Inovasi
Nasional.

Tahun 2013-2014: Pengokohan Sistem Inovasi Nasional


melalui program-program realisasi secara nasional dan daerah
yang semakin nyata dengan indikasi terwujudnya proyekproyek inovasi bersama yang melibatkan secara aktif pemasok
iptek (perguruan tinggi dan lembaga litbang) dan pengguna
iptek (pemerintah, industri dan masyarakat) untuk pemenuhan
kebutuhan National Security (Hankam, pangan dan energi),
peningkatan daya saing (industri) dan layanan masyarakat.

6 - 27

Anda mungkin juga menyukai